Anda di halaman 1dari 3

garis besar: dulu sulsel sama sulbar itu satu provinsi.

tapi orang sulbar itu tertinggal gitu, ga


diperhatiin. jadi tahun 1961 tokoh2 masyarakat nya kumpul dan usulin sulbar misah dari sulsel. ga
diterima tuh, terutama pas jaman soeharto. terus pas abis reformasi, tahun 1999 diajukan lagi,
akhirnya 2004 beneran dimekarin. trus setelah 10 tahun, sulbarnya jadi lebih maju.

di babak 3 itu maunya kayak yg di IAC 2018 kak yang surga neraka nya kak dita itu

------------------

Babak 1

Kakek: Kehidupan punya awal dan punya akhir. Tapi manusia tak tau awal dan tak tau akhir. Selalu
ada awal sebelum sebuah hidup dan selalu ada yang lebih akhir dari nafas terakhir. Terkadang akhir
juga menjadi awal baru. Kehidupan manusia selalu bermula dari tengah2 waktu. Karena itulah
manusia belajar tentang masa lalu. Banyak hal yang telah berlalu, perkara indah belum tentu.

Tak tau kapan pastinya mereka datang, mamak bapak ku pun tidak tau. Mereka datang dengan
ramah, mengaku musafir yang ingin singgah. Tapi lama-lama mereka betah. Katanya tanah kita
penuh berkah. Bulan dan tahun berlalu tanpa terasa. Mereka buat kantor dagang dan rumah-rumah.
Mereka bilang lagi cari rempah-rempah. Mereka beli dengan harga murah lalu jual ke Eropahhhh.
Awalnya tak masalah. Namun, semakin lama kehadiran mereka semakin membuat resah. Niat
dagang, tapi malah menjajah.

Pintarnya semua mereka jadikan kawan. Dari pedagang dan juga nelayan. Lama-lama berkawan juga
dengan para sultan. Basa-basi sok bilang ingin mensejahterakan, taunya justru menambah beban.
Banyak cakap dengan jurus kebohongan. Anehnya, percaya juga itu sultan. Diperdaya, diadu domba,
lawan jadi kawan, kawanpun dijadikan lawan.

Kemunculan mereka jadi benalu. Menghisap harta Celebes layaknya kutu. Tentunya rakyat tak
sebodoh itu. Hasrat perlawanan kian menggebu. Sudah cukup kita diadu. Konflik internal bisa tahan
dulu, karena saatnya kita menyerbu mereka yang tak tau malu.

Perlawanan tak terelakkan. Berbagai kerajaan mulai Bersatu dan menyerang. Saat itu Indonesia
belum ada. Hingga akhirnya satu kata merdeka terdengar dari pulau Jawa. Membuat perjuangan
tidak sia-sia dan Celebes pun bebas dari mereka

Cucu: (mengangkat tangan) Karena sudah merdeka, berarti kita tak punya masalah lagi ya?

Kakek: masalah kan selalu ada, tapi yang terpenting persatuan tetap terjaga. Kaki Celebes banyak
budaya banyak rupa. Asal adil sebetulnya tak apa

Babak 2

Babak 3

A dan B adalah sepasang kekasih yang Bahagia. C dan D adalah kedua teman yang tinggal di
perbatasan yang sedang membaca koran
A: Kamu tau, kamu itu cantik, layaknya negeri ini

C: (sambil membuka koran) Si Cantik sedang terluka

B: Iya juga ya. Orang bilang tanah kita tanah surga, tapi menurutku bersamamu lah yang buatku rasa
di surga

D: Orang bilang tanah kita tanah hina

A: Aku ingin hubungan kita berjalan indah. Seperti tanah Bugis yang tak punya masalah

C: Mereka yang beri masalah, mereka pula bilang kita sampah

A: Kalau kamu adalah…………… Maka rasaku ibarat …..nya. Menyeluruh pada setiap sisimu

D: Ibarat atlet dengan kaki cidera

B: Gombalnya, tingkat internasional. Lagipula kalau aku…….. apa kamu kan buang aku ke pencilan
terujung jika kurangku menghambatmu?

A: Tentu saja tidak. Lagipula ku kan bahagiakanmu seutuhnya.

C: Palsu semua. Kalau tak mampu buat sejahtera, mending pisah saja.

A:……………… bagian dari Indonesia, ……..kan juga bagian dari rasa cinta

D: Iya, kita juga nusantara. Di tanah timur yang kaya, tapi terpuruk di barat daya

B: Di surat kabar, katanya pembangunan sedang pesat dimana-mana. Kapan kamu mau ajak aku
membangun keluarga?

C: Pembangunan hanya mitos belaka

A: iya segera… pasti secepatnya

D: Busuk. Hah, percuma berkata, buat mereka dipusat sana obrolan kita hanya basa-basi saja

B: Janji ya? (janji jari kelingking)

A: Tenang saja. Penguasa saja mampu memberi sejahtera pada kita. Kalau untuk dirimu saja, masa
iya ga bisa

B: Apasih? Gaada hubungannya sama penguasa

A: Iya gapapa. Yang penting dihatimu aku berkuasa

C: Rayuan gombal. Penuh rayu padahal tipu. Di media bilang ini itu padahal hanya untuk menjaring
masa, seakan-akan semua baik-baik saja

D: Sudahlah, jangan baca lagi, taka da satupun yang benar-benar tentang kita. Cuma ajang mereka
tebar pesona sama ibu kota. Begitu sengsara, hanya menutup mata

Babak 4

,
.

E: Sudahlah diam saja. terlalu lantang nanti dikira menantang.

F: Dulu juga begitu. perjuangan dianggap semu. jika Soekarno tak berani lantang, negeri ini tak aka
nada

E: Itu dan ini hal yang beda. Dulu itu orang lain, sekarang saudara sendiri

G: Taka da saudara kalau soal harta

H: lantas bagaimana jalan keluarnya?

G:………………………………………. Tak ada jalan lain selain pisah. Kita yang disini, kita yang tau bagaimana
menghadapi

merka perjuangin tapi ilang

berenti aja dulu, nanti kita cari waktu yang tepat

H: Langkah kecil mungkin tak banyak arti, namun sekecil apapun langkah, itu lebih baik dari terdiam.
waktu kan terus berlalu entah memilih tuk diam atau melangkah sebisanya. mungkin tampaknya
perjalanan telah usai, berujung kebuntuan tanpa hasil. tapi sebenarnya kita baru tiba di titik mulai.

F: waktu tak akan menjawab apapun. menunggu tak akan ada menghasilkan apa-apa

E: Hidup bukan tentang seberapa cepat kita berlari. tapi seberapa kuat kita melangkah. kita yang
telah memulai, tak berarti harus kita yang mengakhiri.

Babak 5

intinya akhirnya setuju

i:

J:

Babak 6

seneng-seneng

Babak 7

Cucu: satu dasawarsa berlalu. ………………….

Anda mungkin juga menyukai