STREPTOMISIN
RESISTENSI. Pada beberapa pasien resistensi ini terjadi dalam satu bulan, setelah 4 bulan,
80%kuman tuberkulosis tidak sensitif lagi. Setengahnya tidak dapat dihambat dengan kadar
1000µg/ml. Bila kavitas tidak menutup atau sputum tidak menjadi streil dalam waktu 2-3
bulan,bakteri yang tertinggal telah resisten dan pengobatan tidak efektif lagi. Penggunaan
streptomisin bersama antituberkulosis lain menghambat terjadinya resistensi. Tetapi hal ini
tidak mutlak,pada pengobatan jangka lama dapat juga terjadi resistensi kuman terhadap kedua
obat itu.
2. TETRASIKLIN
Tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin kemudian ditemukan
oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga
dapat diperoleh dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin
juga termasuk antibiotik golongan tetrasiklin.
Farmakodinamik golongan tetrasiklin adalah menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antimikroba ke dalam ribosom
bakteri gram negatif yakni proses pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik
dan proses kedua yakni sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan
dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
Efek Antimikroba golongan tetrasiklin pada umumnya sama (sebab mekanismenya sama),
namun terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing- masing derivat terhadap kuman
tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.
Farmakokinetik
ABSORBSI.tetrasiklin sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Absorpsi
sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung
menghambat penyerapan. Absorpsi dihambat pada derajat tertentu oleh pH tinggi dan
pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti
aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida,
dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
DISTRIBUSI. Untuk distribusi dalam plasma, semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein
plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebro spinal (CSS) kadar golongan
tetrasiklin hanya 10-20% kadar 20 dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari
adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik.
Metabolisme dalam tubuh obat golongan tetrasiklin disimpan di hati, limpa dan sumsum
tulang serta di dentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin dapat
menembus sawar urin dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih
baik.
EKSKRESI. Golongan tetrasiklin di ekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan
melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20- 55% golongan tetrasiklin diekskresi
melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai
kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus
ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu
lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal
hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi
melalui tinja.
Interaksi tetrasiklin Tetrasiklin membentuk kompleks tak larut dengan sediaan besi,
aluminium, magnesium, dan kalsium, sehingga resorpsinya dari usus gagal. Oleh karena
itu, tetrasiklin tidak boleh diminum bersamaan dengan makanan (khususnya susu) atau
antasida