DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MUARA LABUH
KECAMATAN SUNGAI PAGU
Jln. Raya pasar Muara labuh, telp. (0755)-70020
Email : hc.muaralabuh@gmail.com
27776
2. Latar Belakang
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2015, cakupan Vitamin A
adalah sekitar 80% yang mana cakupan pemberian Vitamin A menurut Propinsi di
seluruh Indonesia pertahun 2007-2013 pemberian Vitamin A meningkat dari 71,5 %
(2007) menjadi 75,5% (2013). Namun masih terdapat kesenjangan persentase anak
umur 6-59 bulan yang menerima kapsul Vitamin A selama 6 bulan terakhir
(DEPKES, Februari 2015).
Dari hasil penelitian dikatakan bawa pemberian kapsul vitamin A bayi dan
balita merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadi kebutaan di Indonesia
kebutaan karena kekurangan vitamin A masih cukup tinggi, hal tersebut,
menunjukkan bahwa kebutaan karena kekurangan vitamin A masih mengancam
masyarakat kita .
Pemberian kapsul vitamin A di wilayah kerja puskesmas Muaralabuh sudah
cukup tinggi namun pemberian Vitamin A pada bulan Februari dan Agustus harus
tetap dilakukan
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mencegah kebutaan akibat kekurangan vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas Muaralabuh
b. Tujuan Khusus
1. Untuk memberikan vitami A kepada Bayi 6 – 11bulan dan Balita umur 12 -59
bulan di seluruh Posyandu di Wilayah Puskesmas Muaralabuh setiap bulan
februari dan agustus.
2. Untuk meningkatkan pencapaian pemberian kapsul vitamin A pada bayi 6 –
11 bulan dan balita uisa 11 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Muaralabuh.
4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
No
. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
5. Sasaran
Sasaran pemberian vitamin A adalah bayi umur 6-11 bulan dan balita umur 12-59
bulan .
6. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Persiapan
Pelaksanaan
Pelaporan
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mencegah dan menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk dan bumil
KEK di wilayah kerja Puskesmas Muara Labuh.
b. Tujuan Khusus
1. Memantau perkembangan balita gizi kurang, gizi buruk, dan bumil KEK
2. Meningkatkan keterampilan petugas dalam membuat PMT dan MP ASI
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
No
. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
2. Sasaran
Sasarannya adalah balita gizi kurang, balita gizi buruk, serta bumil KEK
4. Sasaran
Sasaran kegiatan ini terdiri dari bidan desa, kader posyandu, ibu hamil, dan ibu/
keluarga balita.
5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Persiapan
Pelaksanaan
Pelaporan
6. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan dan pelaporan
Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan yang
direncanakan terlaksana, meliputi ketepatan waktu pelaksanaan dan kesesuaian
seluruh rangkaian proses kegiatan terhadap jadual yang telah direncanakan.
2. Latar Belakang
Pada umumnya anemia terjadi pada wanita dan remaja putri. Kebanyakan
penderita tidak tahu atau tidak menyadarinya. Remaja putri mudah terserang anemia
karena kurang konsumsi lauk hewani, ingin tampil langsing dan membatasi asupan
makanan, dan remaja putri mengalami haid setiap bulan dimana akan kehilangan zat
besi ±1,3 mg/hari.
Dampak anemia pada remaja putri yaitu menurunnya produktivitas kerja
atau kemampuan akademis di sekolah. Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan
dan menurunnya daya tahan tubuh.
Untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja putri di wilayah kerja
Puskesmas Muara Labuh maka dilakukan distribusi tablet Fe ke sekolah. Tablet Fe
diberikan 10 tablet untuk satu bulan. Cara konsumsi yaitu 7 tablet dikonsumsi setiap
hari pada saat menstrusi dan 3 tablet dikonsumsi untuk 3 minggu berikutnya. Jumlah
remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Muara Labuh yaitu 1187 orang yang
tersebar di 11 sekolah (SMP/MTsN dan SMA/MA).
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi pada remaja
putri.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan remaja mengenai anemia
2. Meningkatkan pengetahuan pencegahan anemia.
1. Pendahuluan
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan
masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung
dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan
pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan
yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular
ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-
faktor seperti lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh
terhadap anak dan pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam
membentuk anak yang tahan gizi buruk.
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah
upaya perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya
lokal. Kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut
dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan
kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi
pembangunan gizi adalah
“Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi
masyarakat/keluarga yang optimal”.
2. Latar Belakang
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi
mikro dan kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh
kekurangan asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan
gangguan kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi
mikro. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi
menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan
(standar) yang telah ditetapkan.
Kurang Energi Protein pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan
masyarakat di indonesia.Berdasrkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010,sebanyak
13% anak berstatus gizi kurang,diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk.Data yang
sama menunjukkan 13,3% anak kurus,diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan
17,1% anak memiliki kategori sangat pendek.
Keadan ini berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi.Menurut
WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi
buruk,oleh karena itu masakah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk
adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya untuk menangani
setiap kasus yang ditemukan.Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan
tehnologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani
dengan dua pendekatan.Gizi buruk dengan konplikasidan gizi buruk tanpa
komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui balita yang mengalami gizi kurang ataupun gizi buruk
b. Tujuan Khusus
1. Mengcover balita yang status gizinya buruk agar segera di tangani oleh
Petugas Kesehatan setempat.
2. Mengetahui status gizi dan keadaan anak tersebut agar Petugas Kesehatan
bisa melakukan tindakan pemulihan status gizi menjadi lebih baik.
7. Sasaran
Sasarannya adalah balita gizi buruk dan gizi kurang di wilayah kerja
PuskesmasMuara Labuh
8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Persiapan
Pelaksanaan
Pelaporan
1. Pendahuluan
Pembangunan nasional di bidang kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang titik berat
pembangunan Indonesia adalah meningkatkan sumber daya manusia dan lingkungan
yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat. Berdasarkan dengan
undang-undang kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009; tentang kesehatan, Perpres
No.2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional2015-
2019 bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Pembangunan kesehatan dapat
diwujudkan dengan memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, pemulihan dan rehabilitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai
usia lanjut.
Kekurangan gizi yang terjadi pada bayi akan berdampak pada gangguan
psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi gangguan pertumbuhan.
Dampak lainnya adalah derajat kesehatan dan gizi anak Indonesia masih
memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat kematian bayi setiap
tahunnya sekitar 132.000 meninggal sebelum usia 1 tahun akibat gizi kurang dan gizi
buruk serta penyakit infeksi.
Pelaksanaan kegiatan Gizi berbasis masyarakat sesuai visi Puskesmas Muara
labuh yaitu terwujudnya masyarakat Sungai Pagu yang mandiri dalam hidup sehat dan
misi Puskesmas yaitu meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat
beserta lingkungan, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan
berwawasan kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
merata, dan juga sesuai dengan tata nilai Puskesmas Muara labuh yang telah ditetapkan
yaitu Responsif, Aman, Maksimal, Adil, Handal
III.Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan pemantauan status gizi balita
b. Tujuan Khusus
1. Mencegah terjadinya kasus gizi buruk
2. Mencegah terjadinya kekurangan zat gizi makro dan mikro pada balita
IV. KEGIATAN POKOK DAN PERINCIAN KEGIATAN
No
. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
VI. Sasaran
a. Balita
b. Rumah tangga yang memiliki balita
c. Posyandu
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Persiapan
Pelaksanaan
Pelaporan