PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat
kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi
yang fatal (meskipun jarang) apabila abses tersebut mendesak struktur yang
vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakhea. Abses luka
biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun
demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah,
debridemen, dan kuretase. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing,
karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda
asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan
pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering
digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten
Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut
menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui
komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan doxycycline. Adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik tanpa
drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut
terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain
bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah.
Namun demikian, walaupun sebagian besar buku ajar kedokteran menyarankan
untuk dilakukan insisi pembedahan, sebagian dokter hanya menangani abses
secara konservatif dengan menggunakan antibiotik.
1
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik mengambil Asuhan
Keperawatan Pada Ny. “N” dengan Diagnosa Medis Abses Manus diruang
nilam RSUD Dr. H. Moch ansare saleh Banjarmasin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan
masalah dalah laporan uji komprehensif ini yaitu: “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pada Ny. “N” dengan Diagnosa Medis Abses Manus diruang
nilam RSUD Dr. H. Moch ansare saleh Banjarmasin.
C. Tujuan
Tujuan penulisan dan penyusunan laporan uji komprehensif ini adalah:
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny. “N” dengan Diagnosa Medis
Abses Manus diruang nilam RSUD Dr. H. Moch ansare saleh Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
- Mampu melaksanakan pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Pada Ny. “N”
dengan Diagnosa Medis Abses Manus diruang nilam RSUD Dr. H.
Moch ansare saleh Banjarmasin.
- Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
Pada Ny. “N” dengan Diagnosa Medis Abses Manus diruang nilam
RSUD Dr. H. Moch ansare saleh Banjarmasin.
- Mampu mengidentifikasikan faktor pendukung dan penghambat dalam
melakukan asuhan keperawatan Pada Ny. “N” dengan Diagnosa Medis
Abses Manus diruang nilam RSUD Dr. H. Moch ansare saleh
Banjarmasin.
D. Manfaat
2
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman secara nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan Pada Ny. “N” dengan Diagnosa
Medis Abses Manus diruang nilam RSUD Dr. H. Moch ansare saleh
Banjarmasin.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
bakteri. Enzim ini menghancurkan dan membunuh bakteri, akan tetapi
enzim ini juga mencerna jaringan tubuh. Cairan (pus) abses merupakan
suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yag
sudah mati, yang dicairkan oleh enzim autolitik. Pada saat tekanan di dalam
rongga meningkat, maka pus (nanah) mengambil jalur pada daya tahan
terendah dan dapat keluar melalui kulit atau ke dalam rongga atau visera
tubuh bagian dalam.Sedangkan abses steril bukan disebabkan oleh bakteri,
tetapi disebabkan oleh iritasi seperti jarum suntik. Abses steril tidak
menyebabkan infeksi, biasanya berupa benjolan padat dan keras karena bekas
luka, dan tidak mengandung cairan nanah.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu
infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda
asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah
yang merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah
putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik.
5
yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu
jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan
memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang
metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulangsesamoid.
b. Falang
Falang juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua ujung.
Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang,
tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari.Sendi engsel yang terbentuk
antara tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel
terutama untuk menggenggam sesuatu.
B. Etiologi
Abses pada tangan cukup sering terjadi, dan biasanya disebabkan oleh
cedera. Abses bisa terjadi di bagian mana saja di tangan. Infeksi dapat terjadi
setelah adanya cedera pada kulit, misalnya kulit terluka akibat tertusuk
benda tajam. Abses pada telapak tangan juga bisa terjadi akibat adanya
kalus (kapalan) yang terinfeksi.Menurut Siregar (2004) suatu infeksi
bakteribisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :a) Bakteri masuk ke
bawah kulit akibat lukayang berasal dari tusukan jarum yang tidak sterilb)
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lainc) Bakteri yang
dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidakmenimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya
abses.Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika: terdapat
kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi daerah yang
terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang terdapat gangguansistem
kekebalan. Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus
AureusAbses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,
mulut, rektumdan otot. Abses sering ditemukan di dalam kulit atau tepat
dibawah kulit, terutama jika timbul di wajah.Suatu abses yang terbentuk
tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses
antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka
daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu
abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih
6
tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan
denganmassa yangberwarna merah, hangat padapermukaan abses, dan
lembut
D. Patofisiologi
Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)
Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase merusak
jembatan antar sel transpor nutrisi antar sel terganggu Jaringan
rusak/mati/nekrosis Media bakteri yang baik Jaringan terinfeksi Peradangan
Sel darah putih mati Pembedahan Demam Jaringan menjadi abses
Gangguan Thermoregulator(Pre Operasi)& berisi PUS Pecah Reaksi
Peradangan(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea) Resiko
Penyebaran Infeksi(Pre dan Post Operasi)Luka Insisi Nyeri(Post Operasi)
Nyeri(Pre Operasi) umber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra
Utama, 2001
7
8
9
E. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien
Tingkat kesadaran, berat badan, tinggi badan.
2. Tanda-tanda vital
TD, Nadi, RR, Suhu
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.2) Untuk
menentukan ukuran dan lokasi abses, dilakukan pemeriksaan rontgen,USG,
CT Scan, atau MRI3) Kultur: mengidentifikasi organisme penyebab abses
sentivitas menentukan obat yang paling efektif.4) Pemeriksaan pembekuan
: Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi trombosit, PT/PTT
mungkin memanjang menunjukan koagulopati yang diasosiasikan dengan
iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.
G. Penatalaksanaan
MedisMenurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan
penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut
butuh ditangani dengan intervensi bedah dan debridement. Suatu abses
10
harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, terutama
apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus
diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu
dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat
analgetik dan antibiotik.Drainase abses dengan menggunakan pembedahan
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang
keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan
mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri. Apabila
menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang
perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi
anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses
kulit.Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin
sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus
resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik
biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat
melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan doxycycline.
H. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar
atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif
(gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan
ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat
menimbulkan konsekuensi yang fatal, meskipun jarang tetapi apabila abses
tersebut mendesak struktur yang vital,misalnya abses leher dalam yang
dapat menekan trakea.(Siregar, 2004)
11
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Kerusakan Intergritas kulitberhubungan dengan trauma jaringan.
J. NCP
N Diagnose NOC NIC
o keperawatan
1 Nyeri Akut Pain level Pain Management
berhubungan Pain control comfortlevel 1. Lakukan
dengan agen Kriteria Hasil : pengkajiannyeri
injuri biologi 1. Mampu secarakomprehensi
mengontrolnyeri f
2. Mampu 2. Observasi
mengenalinyeri reaksinonverbal
3. Mampu dariketidaknyaman
menggunakanteknik an
non farmakologiuntuk 3. Gunakan
mengurangi nyeri teknikkomunikasite
4. Melaporkan raupetik
bahwanyeri berkurang 4. Evaluasi
denganmenggunakanm pengalamannyeri
anajemen nyeri masa lampau
5. Menyatakan 5. Ajarkan
rasanyaman setelah teknikrelaksasi
nyeriberkurang 6. Kolaborasi
dengandokter
dalampemberian
therapy
2 Hipertermi Thermoregulation Fever Treatment
berhubungan Kriteria Hasil : 1. Pantau suhu
dengan 1. Suhu tubuh seseringmungkin
proses dalamrentang normal 2. Pantau IWL
penyakit 2. Nadi dan RR normal 3. Pantau warna
3. Tidak ada kulitdan suhu
perubahanwarna kulit tubuh
dan pusing 4. Kolaborasikan
dalampemberian
therapy
3 Kerusakan Self care : ADLs Exchercise Therapy
Intergritas Mobility level :Ambulation
kulitberhubu Kriteria Hasil : 1. Pantau TTV
ngan dengan 1. Klien meningkat sebelumdan
trauma dalamaktivitas fisi sesudah latihan
jaringan.
12
2. Mengierti tujuan 2. Ajarkan
daripeningkatan pasiententang
mobilitas teknikambulasi
3. Bantu untuk 3. Latih pasien
mobilisasi(walker) dalammemenuhike
butuhan
ADLssecara
mandiri
13