Anda di halaman 1dari 13

BAB II

MODEL-MODEL ANALISIS
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

A. Definisi Model Analisis


Definisi Model : penyederhanaan dari suatu objek. Model mewakili
sejumlah objek atau aktifitas yang disebut entitas. Model mempermudah
Pengertian, suatu model pasti lebih sederhana dari pada entitasnya. Entitas lebih
mudah dimengerti jika elemen-elemennya dan hubungannya disajikan dalam cara
yang sederhana. Mempermudah Komunikasi, setelah problem solver mengerti
entitasnya, pengertian itu sering pula dikomunikasikan pada orang lain.
Memperkirakan Masa Depan, ketelitian dalam menggambarkan entitas membuat
model matematika dapat memberikan kemampuan yang tidak dapat disediakan
model-model jenis lain.
Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam
bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi
informasi- informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk
mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan
dari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi
informasi- informasi yang dianggap penting untuk ditelaah. Kata ”model”
diturunkan dari bahasa latin mold (cetakan) atau pettern (pola). Menurut Mahmud
Achmad bahwa bentuk model secara umum ada empat, yaitu model sistem, model
mental, model verbal, dan model matematika.4
Pemodelan sistem yang kompleks terdiri dari banyak proses. Secara ideal
keseluruhan sistem tersebut dapat digambarkan dalam single diagram. Single
diagram menjelaskan tentang keseluruhan sistem secara tidak ambigu dan mudah
untuk dikomunikasikan dan dimengerti, karena keseluruhan sistem diidentifikasi
pada satu waktu. Pada dasarnya tidak memungkinkan dan sangat sulit untuk
menggambarkan keseluruhan sistem dalam single diagram. Karena mayoritas

4
Machmud Ahmad, Teknik Simulasi dan Pemodelan, Yogyakarta; Universitas Gadjah
Mada, 2008, hlm. 2

3
4

proses bisnis pada perusahaan sangat besar dan kompleks. Jika hanya
menggunakan single diagram tidak dapat menggambarkan seluruh informasi
dalam keseluruhan sistem yang ada. 5
Menurut Syaiful Sagala, model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Pada dasarnya model dapat dipahami sebagai berikut: 6
1) Suatu tipe atau desain
2) Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses
visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati.
3) Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan interferensi-interferensi yang
dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu obyek atau
peristiwa
4) Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realitas yang disederhanakan.
5) Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner
6) Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat
bentuk aslinya.
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya. Walaupun
model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Atas dasar pengertian
tersebut, maka model adalah kerangka konseptual yang digunakan untuk
memperoleh pemahaman fenomena yang ingin diterangkan dari titik atau fokus
perhatian yang dipermasalahkan. Dalam KBBI Analisis merupakan penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya.
Jadi model Analisis adalah kerangka konseptual berupa penyelidikan
terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

5
P. Kruchten, Architectural Buleprints: The ‘4+1’View Model of Software
Architecture.Seperti dikutip Yohannes Kurniawan dalam Model Sistem Informasi Manajemen
Sekolah Berbasiskan Notasi Unified Modeling Language, pada Jurnal Comtech, 4 (2), 2013, hlm.
1129
6
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta), 2006, hal. 175
5

B. Jenis-Jenis Model
Untuk memudahkan pengendalian atau analisis kualitas dalam bidang
apapun, seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang, Kaoru Ishikawa
percaya bahwa kerangka atau model analisis tersebut bisa dilakukan dengan
menggunakan statistic. Statistic Quality Control merupakan sistem yang
dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi,
pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai
efisiensi perusahaan. Pada dasarnya SQC merupakan penggunaaan metode
statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam menentukan dan
mengawasi kualitas hasil produksi secara efisien. 7 Adapun model statistic
pengendalian kualitas tersebut Ishikawa menciptakan 7 Tools yang dirancang
sederhana. Para praktisi dan akademisi yang menekuni bidang kualitas
menggunakan nama “The Old Seven”, “The First Seven”, “The Basic Seven”,
bentuk-bentuk modelnya sebagai berikut:8
1. Check Sheet
Check sheet (lembar pemeriksaan) adalah lembar yang dirancang
sederhana berisi daftar hal-hal yang perlukan untuk tujuan perekaman data
sehingga pengguna dapat mengumpulkan data dengan mudah, sistematis, dan
teratur pada saat data itu muncul di lokasi kejadian. Data dalam check sheet baik
berbentuk data kuantitatif maupun kualitatif dapat dianalisis secara cepat
(langsung) atau menjadi masukan data untuk peralatan kualitas lain, misal untuk
masukan data Pareto chart. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh check
sheet yang digunakan untuk mengumpulkan data cacat per jam.

7
Heni Nastiti, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical
Quality Control” Jurnal & Proceeding FEB Unsoed, 4, (1), 2014, hlm. 416
8
Eris Kusnadi, “Tentang 7 Basic Quality Tools” dalam
https://eriskusnadi.wordpress.com/2012/09/29/about-7-basic-quality-tools/, diakses pada 16
November 2017. Jam. 20.23
6

Gambar 2. Contoh Check Sheet


2. Scatter Diagram
Scatter diagram (diagram pencar) adalah grafik yang menampilkan
sepasang data numerik pada sistem koordinat Cartesian, dengan satu variabel pada
masing-masing sumbu, untuk melihat hubungan dari kedua variabel tersebut. Jika
kedua variabel tersebut berkorelasi, titik-titik koordinat akan jatuh di sepanjang
garis atau kurva. Semakin baik korelasi, semakin ketat titik-titik tersebut
mendekati garis.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh scatter diagram yang
digunakan untuk melihat sejauh mana temperatur mempengaruhi defect. Tampak
bahwa ada korelasi antara temperatur dan defect, di mana semakin tinggi
temperatur semakin rendah jumlah defect, ini mungkin karena proses warm-
up mesin yang kurang.

Gambar 3. Contoh Scatter Diagram


7

3. Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan) sering disebut juga diagram
Ishikawa atau cause–and–effect diagram (diagram sebab-akibat). Fishbone
diagram adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu
efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming.
Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup
manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori
mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh bentuk fishbone diagram
dengan manpower, machinery, material, dan methods sebagai kategori. Kategori
ini hanya contoh, anda bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu
mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kategori.

Gambar 4. Contoh Fishbone Diagram


4. Pareto Charts
Pareto chart (bagan pareto) adalah bagan yang berisikan diagram batang
(bars graph) dan diagram garis (line graph); diagram batang memperlihatkan
klasifikasi dan nilai data, sedangkan diagram garis mewakili total data kumulatif.
Klasifikasi data diurutkan dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi
hingga terendah. Ranking tertinggi merupakan masalah prioritas atau masalah
yang terpenting untuk segera diselesaikan, sedangkan ranking terendah
merupakan masalah yang tidak harus segera diselesaikan.
Prinsip pareto chart sesuai dengan hukum Pareto yang menyatakan
bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau
memiliki dampak terbesar (80%). Pareto chart mengidentifikasi 20% penyebab
8

masalah vital untuk mewujudkan 80% improvement secara keseluruhan. Gambar


di bawah ini menunjukkan contoh pareto chart.

Gambar 5. Contoh Pareto Chart


5. Flow Charts
Flow charts (bagan arus) adalah alat bantu untuk memvisualisasikan
proses suatu penyelesaian tugas secara tahap-demi-tahap untuk tujuan analisis,
diskusi, komunikasi, serta dapat membantu kita untuk menemukan wilayah-
wilayah perbaikan dalam proses. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh flow
chart.

Gambar 6. Contoh Flow Charts


6. Histogram
Histogram adalah alat seperti diagram batang (bars graph) yang
digunakan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah distribusi frekuensi
menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu set data terjadi.
Data dalam histogram dibagi-bagi ke dalam kelas-kelas, nilai pengamatan dari
tiap kelas ditunjukkan pada sumbu X.
Teori mengatakan bahwa distribusi yang normal, yaitu yang kebanyakan
datanya mendekati nilai rata-rata akan ditunjukan oleh histrogram yang berbentuk
9

lonceng, seperti contoh gambar di bawah ini. Tapi jika histogram serong ke kiri
atau ke kanan berarti kebanyakan data berkumpul dekat batas toleransi suatu
pengukuran sehingga ada kemungkinan data tidak normal (ada masalah ketika
pengukuran, atau bahkan ada masalah dalam proses). Untuk memastikan data
normal atau tidak sebaiknya menggunakan metode uji kenormalan data, seperti
Kolmogorov-Smirnov test atau Anderson-Darling normality test.

Gambar 7 . Contoh Histogram


7. Control Charts
Control chart atau peta kendali adalah peta yang digunakan untuk
mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke waktu. Data di-plot
dalam urutan waktu. Control chart selalu terdiri dari tiga garis horisontal, yaitu:
a. Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah (mean) atau
nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang di-plot-kan pada peta kendali.
b. Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan
batas kendali atas.
c. Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang menunjukkan
batas kendali bawah.
Garis-garis tersebut ditentukan dari data historis, terkadang besarnya UCL
dan LCL ditentukan oleh confidence interval dari kurva normal. Dengan control
chart, kita dapat menarik kesimpulan tentang apakah variasi proses konsisten
(dalam batas kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar batas kendali karena
dipengaruhi oleh special cause of variation, yaitu variasi yang terjadi karena
faktor dari luar sistem).
10

Gambar 8. Contoh Control Charts

C. Penjaminan Mutu Pendidikan


Penjaminan Mutu (Quality Assurance) adalah proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan
sehingga stakeholders memperoleh kepuasan.9
Penjaminan mutu biasanya membutuhkan evaluasi secara terus menerus dan
biasanya digunakan sebagai alat manajemen. Menurut Gryna (1988) dalam Pike
dan Barnes (1996) yang sikutip oleh Suharsaputra penjaminan mutu merupakan
kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahawa
mutu atau kualitas dapat berfungsi secara efektif. 10 QA adalah suatu proses
pembuatan yang menjamin bahwa produk atau layanan akan memenuhi
persyaratan sesuai dengan desain mutu yang memuat pernyataan bahawa
produsen (lembaga) menjamin produk atau jasa yang telah dikeluarkan. QA
merupakan tanggung jawab semua tim kerja. Proses mekanisme penjaminan
mutu terdidi dari tujuh unsur pokok yang sistematis yaitu : 1). Komitmen 2).
Tuntutan internal 3). Tanggung jawab, 4). Kepatuhan, 5). Evaluasi diri, 6). Audit
Internal, 7). Peningkatan terus menerus.11
Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional Nomor 63 tahun 2009
Bab I Pasal 1 Ayat 2 yang dimaksud dengan Penjaminan Mutu Pendidikan

9
Hujair A. Sanaki, “Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP dan Akreditasi
Madrasah” dalam http://sanaky.staff.uii.ac.id/2011/09/04/sistem-penjaminan-mutu-pendidikan-
spmp/, diakses pada 16 Nopember 2017, Jam 20.30.
10
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama), 2010,
hal.237
11
Husaini Usman, Manajemen Teori & Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara),
2008, hal. 487
11

adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan,
penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah,
dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui
pendidikan.12

D. Tujuan Penjaminan Mutu Pendidikan


Menurut Yorke (1997) yang dikutip Suharsaputra penjamianan mutu
bertujuan untuk menjamin terhadap kualitas sebagai berikut:
1. Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus menerus dan
berkesinambbungan melaului praktik yang terbaik dan mau mengadakan
inovasi.
2. Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang, fasilitas atau
bantuan lain dari lemabaga yang kuat dan dapat dipercaya.
3. Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara
konsisten, dan apabila mungkin membandingkan standar yang telah dicapai
denagn standar pesaing.
4. Menjamin tidak ada hal-hal yang dikehendaki.
Adapun tujuan penjaminan mutu pendidikan a yang terdapat pada pasal 2
dalam peraturan meneteri pendidikan nasioanal No 63 Tahun 2009 meliputi: 13
a. Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan
kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai
melalui penerapan SPMP.
b. Tujuan antara penjaminan mutu pendidikan adalah terbangunnya SPMP
termasuk:
1) Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal
2) Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam
penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau
12
Peraturan Meneteri Pendidikan nasioanal tentang Penjamianan Mutu Pendidikan No 63
Tahun 2009, pasal 1
13
Peraturan Meneteri Pendidikan nasioanal Op.Cit, pasal 2
12

program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,


pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah
3) Ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu
pendidikan formal dan/atau nonformal
4) Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal
yang dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau
program pendidikan
Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal
berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung
yang menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau
program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan
Pemerintah.

E. Paradigma Penjaminan Mutu Pendidikan


Paradigma penjaminan mutu pendidikan meliputi:14
a) Pendidikan untuk semua yang bersifat inklusif dan tidak mendiskriminasi
peserta didik atas dasar latar belakang apa pun
b) Pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik yang
memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik menjadi
insan pembelajar mandiri yang kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan
c) Pendidikan untuk perkembangan, pengembangan, dan/atau pembangunan
berkelanjutan (education for sustainable development), yaitu pendidikan
yang mampu mengembangkan peserta didik menjadi rahmat bagi
sekalian alam.
Prinsip penjaminan mutu pendidikan dilakukan atas dasar:15
a) Keberlanjutan
b) Terencana dan sistematis, dengan kerangka waktu dan target-target
capaian mutu yang jelas dan terukur dalam penjaminan mutu pendidikan
formal dan nonformal

14
Peraturan Meneteri Pendidikan nasioanal, Ibid, pasal 3
15
Peraturan Meneteri Pendidikan nasioanal, Ibid
13

c) Menghormati otonomi satuan pendidikan formal dan nonformal


d) memfasilitasi pembelajaran informal masyarakat berkelanjutan dengan
regulasi negara yang seminimal mungkin.
e) SPMP merupakan sistem terbuka yang terus disempurnakan secara
berkelanjutan.
Kegiatan penjaminan mutu pendidikan formal dan nonformal terdiri atas:16
1. Penetapan regulasi penjaminan mutu pendidikan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota berdasarkan
peraturan perundang-undangan
2. Penetapan SPM
3. Penetapan SNP
4. Penetapan prosedur operasional standar (POS) penjaminan mutu
pendidikan oleh penyelenggara satuan pendidikan atau penyelenggara
program pendidikan
5. Penetapan prosedur operasional standar (POS) penjaminan mutu tingkat
satuan pendidikan oleh satuan atau program pendidikan
6. Pemenuhan standar mutu acuan oleh satuan atau program pendidikan
7. Penyusunan kurikulum oleh satuan pendidikan sesuai dengan acuan mutu
8. Penyediaan sumber daya oleh penyelenggara satuan atau program
pendidikan
9. Pemberian bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan oleh
Pemerintah
10. Pemberian bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan oleh
pemerintah provinsi
11. Pemberian bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan oleh
pemerintah kabupaten atau kota
12. Pemberian bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan oleh
penyelenggara satuan atau program pendidikan
13. Pemberian bantuan dan/atau saran oleh masyarakat; n. supervisi dan/atau
pengawasan oleh Pemerintah

16
Peraturan Meneteri Pendidikan nasioanal, Ibid, pasal 20
14

14. Supervisi dan/atau pengawasan oleh pemerintah provinsi


15. Supervisi dan/atau pengawasan oleh pemerintah kabupaten atau kota
16. Supervisi dan/atau pengawasan oleh penyelenggara satuan atau program
pendidikan
17. Pengawasan oleh masyarakat
18. Pengukuran ketercapaian standar mutu acuan
19. Evaluasi dan pemetaan mutu satuan atau program pendidikan oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.
Sedangkan kegiatan penjaminan mutu menurut Stebbing dalam Dorothea
E,Wahyuni (2003) Suharsaputra sebagai berikut:17
1. Penjaminan mutu bukan pengendalian kualitas atau inspeksi. Meskipun
QA mencakup pengendalian mutu dan inspeksi, namun kedua kegiatan
tersebut hanya merupakan bagian dari komitmen terhadap mutu secara
menyeluruh.
2. Penjaminan mutu bukan kegiatan pengecekan yang luar biasa. Dengan
kata lain, departemen pengenadali kualitas tidak harus bertanggung
jawab dalam pengecekan segala sesuatu yang dikerjakan oleh orang lain.
3. Penjaminan mutu bukan menjadi tanggung jawab bagian perancangan.
Artinya, departemen penjaminan kualitas bukan merupakan keputusan
bidang perancangan atau teknik tetapi membutuhkan orang yang dapat
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dalam bidang-bidang
yang dibutuhkan dalam perancangan.
4. Penjaminan mutu bukan bidang yanga membutuhkan biaya yang sangat
besar. Pendokumentasian dan sertifikasi yang berkaiatan dengan
penjaminan mutu bukan pemborosan.
5. Kegiatan penjamianan mutu merupakan kegiatan pengendalian melalui
prosedur secara benar, sehingga dapat mencapai perbaiakan dalam
efisiensi, produktivitas dan profitabilitas.
6. Penjaminan mutu bukan merupakan obat yang mujarab untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Dengan penjamianan mutu justru

17
Uhar Suharsaputra, Op.Cit, hal.238
15

akan dapat mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dan setiap
waktu.
Substansi penjaminan mutu pendidikan adalah dengan menggunakan
sikuls PDCA (Plan, Do, Check, Action) pada proses penyelenggaraan pendidikan.
1) Perencanaan Mutu (Plan). Plan adanya perencanaan berkaitan dengan
perencanaan mutu, meliputi penetapan kebijakan mutu, penetapan tujuan
mutu, indicator pencapaian serta penetapan prosedur pencapaian tujuan mutu.
2) Pelaksanaan (Do). Do, Adanya pelaksanaan dari apa yang sudah
direncanakan. Maka untuk menjamin pmutu pundidikan, seluruh proses
pendidikan, temrasuk pelayanan administrasi pendidikan dilaksanakan sesuai
dengan SOP yang sudah ditentukan.
3) Evaluasi (Check). Check, adanya monitoring, pemeriksaan, pengukuran dan
evaluasi terhadap pelaksanaan serta audit mutu internal.
4) Tindakan (Action). Action, Adanya tindak lanjut dan perbaikan dari evaluasi.
Menyusun rencana perbaikan dan menyusun laporan pelaksanaan program
pendidikan.
Gambaran siklus penjamianan mutu sebagai berikut:

Plan

Action Do

Check

Gambar 1. Siklus Penjamianan Mutu

Anda mungkin juga menyukai