Anda di halaman 1dari 9

PEMETAAN GEOLOGI DAERAH GARI DAN SEKITARNYA KECAMATAN

WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDULPROVINSI DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA

Oleh
(1)
Achmad Andika Nugraha , Mustafa Luthfi(2) dan Denny Sukamto Kadarisman(3)

ABSTRAK

Pemetaan geologi di daerah Gari dan sekitarnya, kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung
Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas daerah penelitian 49 km². Satuan
Geomorfologi di daerah penelitian dibagi menjadi 2 (dua) Satuan Geomorfologi, yaitu: Satuan
Geomorfologi Perbukitan Homoklin dengan Jentera geomorfik masuk tahapan dewasa dan Satuan
Geomorfologi Dataran Aluvial dengan jentera geomorfik masuk tahapan muda dan pola aliran sungai
pada daerah penelitian adalah pola aliran Rektangular serta Stadia sungai pada daerah penelitian
berada pada tahapan muda - dewasa. Tatanan batuan yang tersingkap di daerah penelitian dari yang
paing tua ke muda adalah Satuan Batuan Batupasir selang seling Batulempung Formasi Sambipitu
yang berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah (N7 – N9) di endapkan pada lingkungan laut
dalam. Selanjutnya selaras diatasnya diendapkan Satuan Batuan Batugamping Formasi Wonosari yang
berumur Miosen Tengah (N10 – N13) di endapkan pada lingkungan laut dangkal. Pada Kala Miosen
Tengah (N14), dan satuan Endapan Aluvial menutupi Satuan Batuan yang ada di bawahnya dengan di
batasi oleh bidang erosi, proses pengendapan satuan ini masih berlangsung sampai sekarang. Struktur
geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa patahan. Adapun struktur sesar yang
berkembang adalah Sesar Mendatar Ngalang, Sesar Mendatar Kedungkeris. Arah gaya utama yang
membentuk struktur ini adalah N335oE atau relatif berarah Barat Laut – Tenggara. Pembentukan
struktur geologi di daerah penelitian dimulai pada N14 (Miosen Tengah) hingga Plistosen, sebagai
pengaruh dari Orogenesa Intra Miosen yang terjadi secara menerus tanpa adanya selang waktu.
Analisa Fasies Batugamping daerah penelitian bertujuan untuk mengetahui lebih jauh variasi litofasies
Batugamping yang terdapat di daerah penelitian dengan metode penelitian berupa analisa petrografi
dan studi mikrofasies dengan hasil diperoleh 3 litofasies yaitu litofasies Packstone, Wackestone dan
Batugamping klastik, studi fasies juga berguna untuk menentukan lingkungan pengendapan karbonat
daerah penelitian.
Kata Kunci : Batuan, Formasi, Geologi, Geomorfologi, Struktur
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Menurut Wartono Rahardjo dkk, diendapkan secara selaras. Studi khusus di
(1995) Daerah Geologi Lembar Yogyakarta titik beratkan pada Formasi Wonosari.
merupakan suatu daerah sedimentasi yang di Fomasi Wonosari pada daerah pelitian
tempati oleh endapan laut dalam, laut memiliki hal yang menarik terutama pada
dangkal, transisi dan darat, yang berumur litofasies dan lingkungan pengendapannya.
Oligosen – Kuarter. Secara geologi Formasi Menurut literatur Formasi Wonosari disusun
yang terdapat di daerah penelitian mulai dari oleh litologi batugamping berlapis klastik
tua ke muda yaitu disusun oleh Formasi dengan tekstur halus - kasar dan
Sambipitu dan Formasi Wonosari. Formasi Batugamping terumbu.
ini menurut Wartono Rahardjo dkk, (1995)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 1


Penentuan lingkungan pengendapan bisa Survei dan Pemetaan Nasional
ditentukan berdasarkan kumpulan beberapa (BAKOSURTANAL) edisi 1, tahun 1999.
fasies yang menyusunnya. Konsep fasies Secara administrative daerah penelitian
termasuk kedalam: 18 desa, 5 Kecamatan, 1
merupakan konsep yang penting dalam
Kabupaten, 1 Provinsi.
memahami batuan sedimen dan genesa
batuan tersebut. Dengan memperhatikan hal II. GEOLOGI UMUM
tersebut dan keterdapatan batugamping yang
2.1 Geomorfologi
terdiri dari batugamping terumbu,
batugamping bioklastik, dan batugamping 2.1.1 Fisiografi Regional
klastik.
Van Bemmelen (1949), Daerah Jawa
Tengah dibagi menjadi 6 zona fisiografi
1.2 Maksud Dan Tujuan (Gambar 1) yaitu :
Adapun tujuan penelitian dan
1. Zona Dataran Aluvial Utara Jawa
pemetaan geologi adalah untuk mengetahui
2. Zona Gunungapi Kwarter
sejarah geologi daerah penelitian yang
3. Zona Antiklinorium Bogor - Serayu
mencakup sejarah perkembangan cekungan,
Utara – Kendeng
sejarah perkembangan tektonik dan sejarah
4. Zona Depresi Jawa Tengah
perkembangan bentang alamnya,
5. Zona Pegunungan Serayu Selatan
memberikan informasi dan data mengenai
6. Zona Pegunungan Selatan Jawa
litofasies Batugamping yang terdapat di
Daerah penelitian berada pada Zona
daerah penelitian, untuk memenuhi
Pegunungan Selatan Jawa. Zona ini
persyaratan dalam menyelesaikan
memanjang disepanjang pantai selatan Jawa
pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1) pada
membentuk morfologi pantai yang terjal.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Namun di Jawa Tengah, zona ini terputus
Teknik, Universitas Pakuan.
oleh Depresi Jawa Tengah. Zona Pegunungan
Selatan merupakan pegunungan struktural
1.3 Metodologi Penelitian.
yang memanjang dari barat ke timur searah
Metode penelitian yang dilakukan
dengan geometri Pulau Jawa. Bentuk
dalam penelitian ini menggunakan metoda
Pegunungan Selatan ini hampir membujur
analisis diskriptif yang meliputi tahap
barat-timur sepanjang 50 km dan ke arah
persiapan dan studi literatur, pengambilan
utara-selatan mempunyai lebar 40 km.
data lapangan , analisa laboratorium dan
Daerah ini umumnya memiliki morfologi
studio, serta dilanjutkan dengan penulisan
yang terbentuk oleh batugamping dan
laporan.
vulkanik, serta banyak dijumpai morfologi
karst.
1.4 Letak Dan Kesampaian Daerah.
Secara geografis daerah penelitian
terletak pada 110°33’40.937”E
7°52’30.731’S dan 110°37’27.932”E
7°56’18.508”S. Luas daerah penelitian  7
km x 7 km = 49 km². daerah penelitian
termasuk ke dalam Peta Geologi Regional
lembar Surakarta 1408-3 dan Girintontro
1407-6, Jawa (Surono, B.Toha, I.Sudarno,
dan S.Wiryosujono 1992), dengan skala
1 : 100.000, yang diterbitkan oleh Pusat
Pengembangan dan Penelitian Geologi,
Bandung. Serta pada peta topografi skala Gambar 1. Zona Fisiografi Daerah Jawa
1:25.000 lembar Wonosari No. 1408-311, Tengah Menurut Van Bemmelen, (1949).
yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 2


2.1.2 Geomorfologi Daerah Penelitian
BL TG
Satuan Geomorfologi dataran aluvial
Secara morfogenesa geomorfologi
daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2
satuan geomorfologi yaitu: (1) Satuan
geomorfologi perbukitan homoklin. (2)
Satuan geomorfologi dataran aluvial.

U S

Foto 2. Morfologi Dataran Aluvial. Foto di


ambil di K. Oyo kearah Timur Laut

Satuan Geomorfologi dataran


Alivial menempati sekitar 10 % dari luas
Foto 1. Geomorfologi Perbukitan Homoklin daerah penelitian, tersebar di sepanjang kali
Foto diambil ke arah Timur dari Desa Oyo bagian Barat dan Timur daerah
Kedungkeris. penelitian. Secara morfometri, satuan ini
berada pada ketinggian 130 mdpl dengan
Satuan geomorfologi Perbukitan
kemiringan lereng 0 - 2º. Jentera geomorfik
Homoklin menempati ± 90 % dari luas
satuan geomorfologi ini termasuk dalam
daerah penelitian, penyebarannya meliputi
stadia geomorfik muda dikarenakan proses
bagian utara – selatan daerah penelitian,
sedimentasi masih berlangsung hingga
mencangkup wilayah Bendungan, Bejiharja,
sekarang.
Wonosari, Kepek, Piyaman, Karangtengah,
Pengelompokan pola aliran sungai
Gari, Playen, Ngawu, Bandung, Logandeng,
yang terdapat di daerah penelitian didasarkan
Gading, Ngelegi, Ngalang, Kedungkeris,
atas klasifikasi pola aliran sungai dari
Nglipar, Pengol, Kedungkeris.Satuan ini
Thornbury (1969). Berdasarkan hasil
ditempati oleh Satuan Batuan Batupasir
pengamatan di lapangan, pola aliran sungai
perselingan Batulempung, dan Satuan Batuan
yang berkembang di daerah penelitian adalah
Batugamping. Secara morfometri satuan ini
Pola aliran rektangular. Pola ini diperlihatkan
berada pada ketinggian antara 100 mdpl
pada Kali Oyo dan keseluruhan anak
hingga 250 mdpl dengan kemiringan lereng
sungainya. Pola ini umunya berkembang
4º - 15º. Proses – proses geomorfologi yang
pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
teramati pada satuan ini berupa pelapukan,
mendekati seragam yang dikendalikan oleh
erosi dan sedimentasi.. Satuan ini di
struktur geologi seperti struktur kekar
golongkan kedalam tingkatan jentera
(rekahan) dan sesar (patahan), serta anak
geomorfik dewasa dimana bentuk morfologi
sungai membentuk menyudut dengan sungai
ini sudah mengalami perubahan bentuk
utamanya.
akibat dari proses erosi dan pelapukan.

2.2 Stratigrafi
2.2.1 Stratigrafi Regional
Secara stratigrafi urutan satuan
batuan dari tua ke muda cekungan
Pegunungan Selatan Jawa menurut penamaan
litostratigrafi menurut Wartono dan Surono
dengan perubahan (1994).

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 3


2.2.2 Stratigrafi Daerah Penelitian umumnya tersingkap dalam kondisi segar
Berdasarkan hasil pengukuran, sampai lapuk. Pada penyebaran satuan batuan
pengamatan ciri-ciri litologi yang ters ingkap bagian bawah dicirikan oleh batupasir
dilapangan dan mengacu kepada sandi masive, ketebalan singkapan batupasir
stratigrafi Indonesia, maka stratigrafi daerah mencapai 3m. Pada penyebaran satuan
penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan bagian tengah dicirikan oleh batupasir
batuan, dimulai dari tua ke muda adalah selang-seling batulempung, ketebalan
1. Satuan Batupasir Selang-Seling singkapan batupasir mencapai 10cm - 15cm,
Batulempung. dan ketebalan singkapan Batulempung
2. Satuan Batugamping. mencapai 1cm - 3cm.
3. Satuan Endapan Aluvial.
Pada penyebaran satuan batuan bagian atas
dicirikan oleh batupasir selang-seling
Tabel 1. Kolom Statigrafi Daerah Penelitian batulempung, ketebalan singkapan batupasir
mencapai 15cm - 20cm, dan ketebalan
singkapan Batulempung mencapai 3cm -
10cm.
Satuan Aluvial
Batupasir berwarna arna abu-abu, ukuran
butir sedang (2mm), bentuk butir membundar
– menyudut, terpilah buruk, kemas terbuka,
porositas baik, sementasi silika, kompaksi
baik, komposisi mineral tersusun oleh kuarsa
dan feldsfar.
Batulempung berwarna abu-abu hitam,
Satuan Laut
Batugamping
1.350 m
Dangkal
sementasi silika, ukuran butir lempung,
kompaksinya sedang.

Satuan
Batupasir Laut
selang-seling 125 m Dalam
Batulempung

Foto 3. Singkapan Batupasir Selang-Seling


Batulempung, foto di ambil ke arah Selatan dari
2.2.2.1 Satuan Batuan Batupasir Kali Oyo Desa Ngalang
selang-seling Batulempung
Penentuan umur satuan batuan ini
Penamaan Satuan Batuan ini di yaitu dengan menganalisa sample batuan di 2
daerah penelitian didasarkan atas perselingan (dua) lokasi yang mewakili bagian atas dan
Batupasir dan Batulempung sebagai bagian bawah satuan. Berdasarkan hasil
penyusunnya. Satuan ini menempati 20% analisa foraminifera planktonik, bahwa umur
dari luas daerah penelitian. Berdasarkan hasil kisaran Satuan Batuan Batupasir selang-
pengukuran pada penampang geologi satuan seling Batulempung adalah N7 – N9 atau
ini memiliki ketebalan mencapai > 125 m. kala Miosen Awal – Miosen Tengah.
Satuan Batupasir selang-seling
Batulempung di daerah penelitian pada

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 4


Lingkungan pengendapan satuan Batupasir terumbu, ketebalan singkapan batugamping
selang–seling batulempung berdasarkan terumbu mencapai 1m – 4m.
kandungan foraminifera bentonis
Pada penyebaran satuan batuan bagian atas
menghasilkan lingkungan pengendapan yang
dicirikan oleh batugamping berlapis,
berada pada Batial Atas yaitu pada
ketebalan singkapan batugamping mencapai
kedalaman 200m – 500m.
30cm – 40cm.
Hubungan stratigrafi Satuan Batuan
Batugamping berwarna putih, konstitusi
Batupasir Selang-Seling Batulempung
utama klastik, sementasi karbonat, besar butir
dengan batuan di bawahnya yaitu satuan
sedang (1/2mm), pemilahan baik, kebundaran
Breksi adalah selaras, Akan tetapi di daerah
membundar, kemas tertutup, porositas buruk,
penelitian tidak ditemukan data satuan
kekompakan baik.
Breksi. dan dengan satuan batuan di atasnya
yaitu satuan Batu Gamping adalah selaras.
Hal ini di dukung karena adanya
kemenerusan secara umur.
Berdasarkan ciri litologi dari Formasi
Sambipitu yang terdiri dari batupasir kasar,
batupasir halus yang berselang – seling
dengan
batulempung, batulanau dan serpih serta
umur dan lingkungan pengendapan yang Foto 4. Singkapan Batugamping Berlapis, foto
memiliki kesamaan dengan Formasi di ambil ke arah Selatan dari Kali Gading Desa
Gading.
Sambipitu (Wartono Raharjo,1995)

2.2.2.2 Satuan Batuan Batugamping Penentuan umur satuan batuan ini


yaitu dengan menganalisa sample batuan di 2
Penamaan Satuan Batuan di daerah (dua) lokasi yang mewakili bagian atas dan
penelitian didasarkan atas Batugamping bagian bawah satuan. Berdasarkan hasil
sebagai penyusun utamanya. Satuan ini analisa foraminifera planktonik, bahwa umur
menmpati 75% dari luas daerah penelitian. kisaran Satuan Batuan Batugamping adalah
Berdasarkan hasil pengukuran pada N10 – N13 atau kala Miosen Tengah.
penampang geologi satuan ini memiliki Lingkungan pengendapan Satuan
ketebalan mencapai > 1,350 m. Batugamping berdasarkan kandungan
Satuan batugamping di daerah penelitian foraminifera bentonis menghasilkan
pada umumnya tersingkap dalam kondisi lingkungan pengendapan yang berada pada
segar sampai lapuk. Pada penyebaran satuan Neritik Tepi yaitu pada kedalaman 5m –
batuan bagian bawah dicirikan oleh 20m.
batugamping berlapis, ketebalan singkapan Hubungan stratigrafi Satuan Batuan
batugamping mencapai 45cm – 55cm. Batugamping dengan batuan di bawahnya
Pada penyebaran satuan batuan bagian tengah yaitu satuan Batuan Batupasir selang-seling
dicirikan oleh batugamping berlapis, Batulempung adalah selaras. Hubungan
ketebalan singkapan batugamping mencapai selaras kedua satuan batuan ini dibuktikan
35cm – 50cm. oleh data yang ada di lapangan berupa
kedudukan jurus dan kemiringan relatif sama
Pada penyebaran satuan batuan bagian tengah
dan kemenerusn secara umur.
hingga ke selatan dicirikan oleh batugamping

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 5


Sedangkan hubungan stratigrafi dengan Tabel 2. Kolom kesebandingan stratigrafi
endapan diatasnya yaitu endapan aluvial regional menurut (Wartono Raharjdo,dkk.
tidak selaras hal ini dikarenakan dibatasi oleh 1995) dengan stratigrafi daerah peneliti
bidang erosi.
Berdasarkan atas ciri litologi yang terdiri dari
batugamping berlapis, batugamping terumbu
dan umur serta lingkungan pengendapan pada
satuan batuan batugamping yang memiliki
kesamaan dengan Formasi Wonosari
(Wartono Raharjo, 1995)
2.2.2.3 Satuan Endapan Aluvial
Penamaan satuan endapan aluvial pada
daerah penelitian didasarkan atas material
aluvial sungai sebagai penyusunnya. Satuan
ini menempati 5% dari luas daerah penelitia.
Satuan endapan aluvial disusun oleh material
yang bersifat lepas berukuran lempung, pasir,
kerikil dan kerakal. Satuan ini menutupi
Satuan Batuan yang ada di bawahnya dengan
dibatasi oleh bidang erosi.

2.3 Struktur Geologi


2.3.1 Struktur Geologi Regional
Menurut “Pulunggono dan Martojoyo
(1949)”, di Pulau Jawa dikenal ada tiga pola
struktur dominan.
1. Pola Meratus terbentuk pada Zaman
Kapur Akhir – Paleosen dan berarah
Timur Laut – Baratdaya.
Foto 5. Foto yang memperlihatkan Aluvial dari 2. Pola Sunda terbentuk pada Kala Eosen
Satuan Endapan Aluvial. Foto di ambil dari kali – Oligosen berupa struktur regangan
Oyo Desa Karangtengah. yang berarah Utara-Selatan.
3. Pola Jawa mulai terbentuk pada kala
Penentuan umur Satuan Endapan Oligosen - Miosen yang berarah Barat-
Aluvial memiliki umur yang paling muda Timur, serta mengaktifkan kembali
yaitu Resen, karena proses pembentukan pola-pola sebelumnya.
endapan ini masih berlangsung hingga
sekarang.
2.3.2 Struktur Geologi Daerah
Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan
struktur yang terdapat di daerah penelitian
berdasarkan hasil pengamatan lapangan
dijumpai indikasi struktur geologi berupa
sesar.
Berdasarkan hasil analisa peta topografi
skala 1: 25.000 dan pengamatan di daerah
penelitian yang meliputi pengukuran
jurus dan kemiringan lapisan batuan serta
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 6
pengukuran unsur-unsur struktur geologi 2.3.3.2 Sesar Mendatar Kedungkeris
yang ada di daerah penelitian maka dapat Penamaan sesar mendatar ini
disimpulkan bahwa struktur geologi yang didasarkan kepada bukti-bukti sesar yang
berkembang di daerah penelitian berupa dijumpai terutama di kali Oyo. Sesar
sesar. Untuk mempermudah dalam mendatar tersebut melewati Desa
pengenalan dari setiap struktur geologi Kedungkeris. Satuan batuan yang dilalui oleh
yang terdapat di daerah penelitian, maka struktur patahan ini adalah satuan Batupasir
penamaannya diambil dari nama-nama selang-seling Batulempung dan Satuan
lokasi dan geografis yang ada di daerah Batugamping. Adapun indikasi adanya sesar
penelitian. mendatar di daerah penelitian adalah:
2.3.3 Struktur Sesar  Sesar ini diindikasikan dengan
Berdasarkan hasil pengamatan unsur- adanya offset di Kali Oyo Desa
unsur struktur geologi di daerah penelitian Kedungkeris, dengan kedudukan N
dapat diketahui bahwa di daerah penelitian
213º E/ 90º (LP 73).
terdapat dua sesar mendatar, yaitu:
1. Sesar Mendatar Ngalang.  Arah Sesar ini adalah Timur Laut –
2. Sesar Mendatar Kedungkeris. Barat Daya
 Kelurusan sungai.
2.3.3.1 Sesar Mendatar Ngalang
Penamaan sesar mendatar ini
didasarkan kepada bukti-bukti sesar yang
dijumpai terutama di kali Oyo. Sesar
mendatar tersebut melewati Desa Ngalang.
Satuan batuan yang dilalui oleh struktur
patahan ini adalah satuan Batupasir selang-
seling Batulempung dan Satuan
Batugamping. Adapun indikasi adanya sesar
mendatar di daerah penelitian adalah:
 Sesar ini diindikasikan dengan
adanya offset di Kali Oyo Desa
Ngalang, dengan kedudukan N Foto 7. Offside pada Singkapan Batupasir
144º E/ 63º (LP 94). selang-seling batulempung. Foto di ambil ke
 Arah Sesar ini adalah Timur Laut – arah Selatan dari Kali Oyo Desa Kedungkeris
LP 73, dengan kedudukan perlapisan
Barat Daya N84°E/90º.
 Kelurusan sungai.
2.3.4 Analisa Gaya Utama
Dalam melakukan analisis struktur
geologi di daerah penelitian, penulis
menggunakan pola kedudukan jurus lapisan
batuan untuk menentukan arah tegasan utama
dengan metoda analisa diagram roset
didapatkan hasil analisa diagram roset dari
pola kedudukan jurus lapisan batuan yang
mempunyai pola arah umum Barat-Timur.
Sehingga arah gaya utama dapat diketahui,
yaitu tegak lurus terhadap jurus kedudukan
lapisan batuan dengan hasil arah gaya utama
Foto 6. Offside pada Batupasir selang-seling
mempunyai arah umum N 335° E atau
batulempung. Foto di ambil ke arah Selatan
dari Kali Oyo Desa Ngalang LP 94, dengan berarah hampir Utara – Selatan
kedudukan perlapisan N43°E/17º.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 7


III. KESIMPULAN

1. Terdapat dua karakteristik Geomorfologi


yang berkembang di daerah penelitian
yaitu; Satuan Geomorfologi Perbukitan
Homoklin, Satuan Geomorfologi Dataran
Aluvial. Deformasi kenampakan
geomorfologi di daerah penelitian sangat
terlihat dengan adanya kenampakan –
kenampakan hasil dari gaya eksogen dan
endogen bumi, adanya perbukitan-
perbukitan yang landai yang kemudian
Gambar 2. Arah Umum Gaya Utama N 335 °E
tersesarkan.
2.4 Sejarah Geologi
Sejarah geologi daerah penelitian 2. Stratigrafi daerah penelitian khususnya
dimulai pada Kala Miosen Awal - Miosen Satuan Batupasir selang-seling
Tengah (N7 - N9), diendapkan Satuan Batuan Batulempung merupakan bagian dari
Batupasir selang-seling Batulempung mekanisme pengendapan turbidit
Formasi Sambipitu pada lingkungan laut dicirikan dengan ciri litologi batuan yang
dalam bathial atas dengan kedalaman 200 – merupakan ciri debris flow dan turbidit
500 meter, pada Kala Miosen Tengah (N10 - klasik aliran gravitasi pada laut dalam
N13) secara selaras diendapkan Satuan sedangkan pada Satuan Batuan
Batuan Batugamping di lingkungan Laut Batugamping berdasarkan ciri litologi
Dangkal pada bagian Neritik Tepi dengan dan kenampakan beda fasies dapat
kedalaman 5 - 20 meter. dibedakan menjadi Batugamping Berlapis
Klastik dan Batugamping Terumbu.
Pada Kala Miosen Tengah (N14),
Setelah terjadi orogenesa tektonik Miosen
terjadi aktivitas tektonik yang mengakibatkan
pada kala Holosen diendapkan Satuan
batuan-batuan mengalami proses deformasi
Endapan Aluvial dibatasi oleh bidang
sehingga menyebabkan terjadi perlipatan dan
erosi terhadap Satuan Batuan yang berada
pensesaran, orogenesa tersebut menerus
dibawahnya yang sampai saat ini proses
hingga Plistosen. Kejadian orogenesa di
pengendapannya masih berlangsung.
daerah penelitian merubah kondisi awalnya
lingkungan laut dalam menjadi daratan. Arah 3. Struktur geologi daerah penelitian
gaya utamanya adalah N335oE, gaya tersebut berumur Intra-Miosen setelah selesai
mengakibatkan perlapisan batuan terlipat proses pengendapan yang mengakibatkan
dengan bukti berupa kemiringan lapisan proses deformasi pada batuan yang
seragam kearah selatan pada daerah diendapkan pada daerah penelitian serta
penelitian. terbentuknya pensesaran yang cukup
Selanjutnya terjadi proses eksogen intensif. Pensesaran ini melibatkan
berupa pelapukan, erosi dan sedimentasi, Satuan Batupasir Selang-Seling
sehingga menghasilkan Satuan endapan Batulempung (Formasi Sambipitu) dan
aluvial yang menutupi Satuan Batuan yang Satuan Batuan Batugamping (Formasi
ada di bawahnya dengan dibatasi oleh bidang Wonosari). Dengan arah sesar mendatar
erosi, proses pengendapan satuan ini masih yang relatif Timur Laut – Barat Daya
berlangsung sampai sekarang. dan Arah Gaya Utama dengan arah N
335° E.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 8


DAFTAR PUSTAKA PENULIS

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Achmad Andika Nugraha, S.T. Alumni
Nasional., 1999. Peta Rupabumi Digital (2017) Program Studi Teknik Geologi,
Indonesia Lembar, Badan Koordinasi Survey Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor
dan Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor.
Ir. H. Mustafa Luthfi., M.T. Staf Pengajar
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. Range Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Chart, Late Miosen to Recent Planktonic Teknik, Universitas Pakuan.
Foraminifera Biostratigraphy, Proceeding of
The First. Ir.. Denny Sukamto Kadarisman, M.T. Staf
Pengajar Program Studi Teknik Geologi,
Noor, Dj., 2014. Geomorfologi, Edisi I, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
Sleman Yogyakarta : Deepublish (CV BUDI
UTAMA), ISBN 978-602-280-242-6.
326 hal.

Sartono, S., 1964, Stratigraphic and


Sedimentation of The Eastern Mostpart of
Gunung Sewu, East Java, Publikasi Teknik
Geologi Umum, No. 1, Direktorat Geologi
Bandung.

Untung, M. dan G, Wirisudarmo., 1975, Pola


Struktur Jawa dan Madura Sebagai Hasil
Penafsiran Pendahuluan Data Gaya Berat,
Geologi Indonesia, jilid 2, no.1, h. 15-24.

van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of


Indonesia, Vol. IA: General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, The
Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A,
Netherlands.

Wartono. R, S. Rumidi dan H.M.D. Rosidi,


1995 Geologi lembar Yogyakarta – Jawa
(Geology Of The Yogyakarta Quadrangle –
Jawa), Pusat penelitian dan pengembangan
geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Mineral, Departemen
Pertambangan dan Energi, Bandung.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor. 9

Anda mungkin juga menyukai