PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus Ebers
di Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak
kencing (Miharja, 2008).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat
menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik
yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan
menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada
malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator
diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu
sendiri.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Faktor Predisposisi
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi
Jumlah penduduk meningkat
Penduduk berumur > 40 tahun meningkat
Urbanisasi
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan
Pendapatan perkapita tinggi
Restoran cepat saji
Hidup santai
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi
faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan
diri secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus adalah:
Kurang gerak/malas
Makanan berlebihan
Kehamilan
Kekurangan produksi hormon insulin
Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)
Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
Proses menua
D. Patofisiologi
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh
aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
lemak protein glycosuria
Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik
Resiko Injury
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
- Diet yang harus dikomsumsi
- Latihan
- Penggunaan insulin
I. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.
Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru,
tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio
retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi.
Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, termasuk
pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut
dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi
maupun dengan stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk
jari, pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan insulin)
dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan
DM tipe-lain
K. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
L. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
M. Rencana Asuhan Keperawatan
2 Kekurangan volume cairan Kebutuhan cairan Pasien menunjukkan hidrasi yang Pantau tanda-tanda vital, catat
berhubungan dengan atau hidrasi pasien adekuat dibuktikan oleh tanda vital adanya perubahan TD ortostatik
diuresis osmotik
terpenuhi stabil, nadi perifer dapat diraba, Pantau pola nafas seperti adanya
turgor kulit dan pengisian kapiler pernafasan kusmaul
baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam Kaji frekuensi dan kualitas
batas normal. pernafasan, penggunaan otot bantu
nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah
dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang
meningkat, edema, peningkatan BB,
nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan
normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3 Gangguan integritas kulit Gangguan integritas Kondisi luka menunjukkan adanya Kaji luka, adanya epitelisasi,
berhubungan dengan kulit dapat berkurang perbaikan jaringan dan tidak perubahan warna, edema, dan
perubahan status metabolik atau menunjukkan terinfeksi discharge, frekuensi ganti balut.
(neuropati perifer). penyembuhan. Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan
medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi.
4 Resiko terjadi injury Pasien tidak Pasien dapat memenuhi Hindarkan lantai yang licin.
berhubungan dengan mengalami injury kebutuhannya tanpa mengalami Gunakan bed yang rendah.
penurunan fungsi injury Orientasikan klien dengan ruangan.
penglihatan Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
5 Kurangnya pengetahuan Pasien memperoleh Pasien mengetahui tentang Kaji tingkat pengetahuan
tentang proses penyakit, informasi yang jelas proses penyakit, diet, perawatan pasien/keluarga tentang penyakit
diet, perawatan, dan dan benar tentang dan pengobatannya dan dapat DM dan gangren.
pengobatan berhubungan Penyakitnya menjelaskan kembali bila Kaji latar belakang pendidikan
dengan kurangnya informasi ditanya. pasien.
Pasien dapat melakukan Jelaskan tentang proses penyakit,
perawatan diri sendiri diet, perawatan dan pengobatan
berdasarkan pengetahuan yang pada pasien dengan bahasa dan
diperoleh. kata-kata yang mudah dimengerti.
Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien
dan libatkan pasien didalamnya.
Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan ( jika ada
/memungkinkan).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 IDENTITAS UMUM
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 60 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Budha
Suku : Tionghoa
Pendidikan : SD
Alamat : Medan
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
3.1.2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. C
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Australia
Hub dengan klien : Anak kandung
1 Psikososial
Hubungan dengan orang lain : Klien mampu berinteraksi baik
dengan orang-orang lain di
sekitarnya.
Kebiasaan lansia : Ny.A berinteraksi dengan
berinteraksi dengan teman teman lansia
Stabilitas emosi : Ny.A selalu tenang dan tidak
pernah marah-marah.
Harapan klien : Klien mengatakan ingin
tubuhnya sehat.
Frekuensi kunjungan keluarga : Anaknya tinggal di luar negeri
dan jarang menjumpai Ny.A
Pertengkaran dengan teman : Klien mengatakan tidak ada
pertengkaran dengan teman-
temannya
Curiga dengan teman : Tidak ada
2 Sosial Ekonomi
Pekerjaan : Klien Ny.A sudah tidak bekerja
lagi, dulu Ny.A bekerja sebagai
pedagang.
Penghasilan : Saat ini biaya kehidupan Ny.A
dipenuhi oleh anak-anak Ny.A
Asuransi kesehatan/jaminan : Klien Ny.A memiliki jaminan
pelayanan kesehatan kesehatan (BPJS).
Jumlah keluarga : Klien memiliki 1 orang anak
3 Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1 :
Mengalami kesulitan tidur? : Klien tidak mengatakan
mengalami kesulitan
tidur. Klien dapat tidur pada
siang hari dan pada malam hari
tidak sering terbangun.
Merasa gelisah? : Klien mengatakan tidak
mempunyai perasaan gelisah.
Sering murung dan menangis : Klien mengatakan tidak pernah
sendiri? merasa murung dan menangis.
Klien mengatakan selalu
bahagia dan bersyukut.
Sering khawatir? : Klien mengatakan kawatir bila
badan tidak sehat.
A. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN
Indeks KATZ
Klien Ny.A termasuk dalam kategori mandiri dalam makan, kontinensia (BAB dan BAK),
menggunakan pakaian, mandi, pergi ke toilet dan berpindah.
B. Barthel Indeks
C. SKOR NORTON
Akivitas
Ambulan 4
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Inkontinensia
Tidak ada 4
Total Score 20
Kategori skor :
16-20 : Kecil sekali/tak terjadi
12-15 :Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemungkinan besar terjadi
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan Skala Norton, Ny.A memperoleh total
skor 20 yang berarti Ny.A dalam kategori resiko dekubitus kecil sekali/tak terjadi.
Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ, Ny.A
menjawab 7 pertanyaan dengan benar dan menjawab 3 pertanyaan dengan salah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Ny.A termasuk dalam kategori kerusakan intelektual
ringan.
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)
Interpretasi hasil :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Tn.S memperoleh total
skor sebanyak 22, Ny.A termasuk dalam kategori kerusakan aspek fungsi mental ringan
E. Skala depresi
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Skala Depresi, Ny.A
memperoleh total skor sejumlah 5 sehingga Ny.A dapat dikategorikan dalam
kategori kemungkinan depresi.
F. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN
G. PROGRAM TERAPI
ANALISA DATA
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana
Keperawatan Hasil Keperawatan
1. 12 Februari Ketidakefektifan Domain II : Domain II :
2020 perfusi jaringan Kesehatan Fisiologi Fisiologis
berhubungan Kelas : Jantung Paru Kompleks
Outcomes : Perfusi Kelas : Manajemen
Jaringan Perifer Perfusi Jaringan
Indikator : Intervensi :
a. Pengisian Pencegahan
kapiler jari (4 - Sirkulasi (4070)
5) a. Lakukan
b. Suhu kulit ujung penilaian
kaki dan tangan sirkulasi
(3 - 4) perifer (nadi
b. Parestesia (3 - 4) perifer) secara
komprehensif.
b. Monitor
panas,
kemerahan,
nyeri,
parestesia
pada
ekstremitas.
c. Ajarkan klien
cara
perawatan
kaki dan
kuku.
d. Ajarkan
senam kaki
diabetik.
b. Anjurkan
klien
menggunakan
pelembab
pada kulit
kaki yang
kering.
2. 13 Februari Keletihan Domain I : Fungsi Domain I :
2020 Kesehatan Fisiologis Dasar
Kelas : Kelas : Manajemen
Pemeliharaan Aktivitas dan
Energi Latihan
Outcomes : Tingkat Outcomes :
Kelelahan (0007) Manajemen
Indikator : Energi (0180)
a. Kelelahan (3 - a. Diskusikan
4) dengan klien
b. Kelesuan (3 - 4) jenis dan
b. Tingkat stres (3 banyaknya
- 4) aktivitas yang
bisa dilakukan.
b. Anjurkan klien
menjaga asupan
nutrisi adekuat.
c. Monitor sistem
kardiorespirasi
klien (TD, nadi,
RR).
d. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
mengurangi
ketegangan otot.
P:
Motivasi klien untuk
mempertahankan senam kaki secara
rutin.
Motivasi klien untuk rutin
melakukan perawatan kaki dan kuku
secara rutin.
13 Februari Keletihan S:
2020 Ny.A mengatakan aktivitas yang bisa
dilakukan hanya kebutuhan dasar
seperti ke kamar mandi dan makan,
dan mengisi waktu luang dengan
membaca majalah.
Ny.A mengatakan otot-ototnya terasa
lemas setelah dilatih ROM.
Ny.A mengatakan mempertahankan
asupan nutrisi dan tidur siang jika
bisa.
O:
Ny.A mampu memilih dan membatasi
aktivitas fisiknya
Ny.A mampu mengikuti gerakan
ROM dengan benar.
Ny.A tampak segar.
TD = 130/80 mmHg, Nadi = 85
x/menit, RR = 22 x/menit
A : Masalah keletihan teratasi.
P:
Motivasi klien untuk
mempertahankan jenis aktivitas yang
bisa dilakukan.
Monitor sistem kardiorespirasi klien.
14 Februari Resiko cedera S:
2020 Ny.A mengatakan sudah mengganti
lampu rumah dengan yang lebih terang
dan sudah berhati-hati saat berjalan.
O:
Penerangan rumah Ny.A sudah cukup
terang.
Gaya berjalan Ny.A pelan dan berhati-
hati.
Ny.A memakai alas kaki yang nyaman
dan aman.
TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80
x/menit, RR = 20 x/menit, tidak tampak
adanya kemerahan pada ekstremitas.
A : Masalah resiko cedera teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
gaya berjalan yang pelan dan berhati-
hati.