Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus Ebers
di Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak
kencing (Miharja, 2008).

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin
(Budhiarta, et, al, 2006).

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes


Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004).
Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa
proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di
daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,
DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga
Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka
memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009, 5 November 2009 di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi
nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun
diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia ≥ 15
tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas
nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia ≥ 15 tahun
sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional.
Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia
>15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai
prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur
sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun
sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada
penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu
bulan terakhir adalah 4,6%.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi/
perlukaan pada membran basalis dalam pemerisaan dengan menggunakan
mikroskop elektron (Arif, et al, 2001)
B. Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena


mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum
dapat digolongkan ke dalam dua besar:

Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan


fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).

Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat
menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik
yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan
menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada
malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator
diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu
sendiri.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

C. Faktor Predisposisi
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi
 Jumlah penduduk meningkat
 Penduduk berumur > 40 tahun meningkat
 Urbanisasi
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan
 Pendapatan perkapita tinggi
 Restoran cepat saji
 Hidup santai
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi
faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan
diri secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus adalah:
Kurang gerak/malas
Makanan berlebihan
Kehamilan
Kekurangan produksi hormon insulin
Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)
Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
Proses menua

D. Patofisiologi

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan


selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana
glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut
metabolisme.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu
zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin tidak ada
maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di
pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh
aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).

E. Tanda dan Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya


tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia
terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas.
Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak,
rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 100 100-200 >200


- Darah kapiler
<80 80-200 >200

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena <110 110-120 >126

- Darah kapiler <90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Pathway

Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi Kekurangan


volume cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi

Kurang dari kebutuhan  Koma Aterosklerosis


 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
- Diet yang harus dikomsumsi
- Latihan
- Penggunaan insulin
I. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.
Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru,
tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio
retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi.
Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.

J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
 Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
 Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
 Integritas Ego
Stress, ansietas
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
 Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
 Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
 Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
 Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
 Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, termasuk
pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut
dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi
maupun dengan stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk
jari, pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan insulin)
dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan
DM tipe-lain
K. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury

L. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
M. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Resiko tinggi gangguan Kebutuhan nutrisi  Pasien dapat mencerna jumlah  Timbang berat badan setiap hari
nutrisi : kurang dari pasien terpenuhi kalori atau nutrien yang tepat atau sesuai dengan indikasi.
kebutuhan berhubungan  Berat badan stabil atau  Tentukan program diet dan pola
dengan penurunan masukan penambahan ke arah rentang makan pasien dan bandingkan
oral, anoreksia, mual, biasanya dengan makanan yang dapat
peningkatan metabolisme dihabiskan pasien.
protein, lemak.  Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri abdomen / perut kembung,
mual, muntahan makanan yang
belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan
indikasi.
 Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan (nutrien)
dan elektrolit dengan segera jika
pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.
 Libatkan keluarga pasien pada
pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
 Observasi tanda-tanda hipoglikemia
seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/dingin, denyut nadi
cepat, lapar, peka rangsang, cemas,
sakit kepala.
 Kolaborasi melakukan pemeriksaan
gula darah.
 Kolaborasi pemberian pengobatan
insulin.
 Kolaborasi dengan ahli diet.

2 Kekurangan volume cairan Kebutuhan cairan Pasien menunjukkan hidrasi yang  Pantau tanda-tanda vital, catat
berhubungan dengan atau hidrasi pasien adekuat dibuktikan oleh tanda vital adanya perubahan TD ortostatik
diuresis osmotik
terpenuhi stabil, nadi perifer dapat diraba,  Pantau pola nafas seperti adanya
turgor kulit dan pengisian kapiler pernafasan kusmaul
baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam  Kaji frekuensi dan kualitas
batas normal. pernafasan, penggunaan otot bantu
nafas
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran mukosa
 Pantau masukan dan pengeluaran
 Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung
 Catat hal-hal seperti mual, muntah
dan distensi lambung.
 Observasi adanya kelelahan yang
meningkat, edema, peningkatan BB,
nadi tidak teratur
 Kolaborasi : berikan terapi cairan
normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3 Gangguan integritas kulit Gangguan integritas Kondisi luka menunjukkan adanya  Kaji luka, adanya epitelisasi,
berhubungan dengan kulit dapat berkurang perbaikan jaringan dan tidak perubahan warna, edema, dan
perubahan status metabolik atau menunjukkan terinfeksi discharge, frekuensi ganti balut.
(neuropati perifer). penyembuhan.  Kaji tanda vital
 Kaji adanya nyeri
 Lakukan perawatan luka
 Kolaborasi pemberian insulin dan
medikasi.
 Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi.

4 Resiko terjadi injury Pasien tidak Pasien dapat memenuhi  Hindarkan lantai yang licin.
berhubungan dengan mengalami injury kebutuhannya tanpa mengalami  Gunakan bed yang rendah.
penurunan fungsi injury  Orientasikan klien dengan ruangan.
penglihatan  Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
 Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
5 Kurangnya pengetahuan Pasien memperoleh  Pasien mengetahui tentang  Kaji tingkat pengetahuan
tentang proses penyakit, informasi yang jelas proses penyakit, diet, perawatan pasien/keluarga tentang penyakit
diet, perawatan, dan dan benar tentang dan pengobatannya dan dapat DM dan gangren.
pengobatan berhubungan Penyakitnya menjelaskan kembali bila  Kaji latar belakang pendidikan
dengan kurangnya informasi ditanya. pasien.
 Pasien dapat melakukan  Jelaskan tentang proses penyakit,
perawatan diri sendiri diet, perawatan dan pengobatan
berdasarkan pengetahuan yang pada pasien dengan bahasa dan
diperoleh. kata-kata yang mudah dimengerti.
 Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien
dan libatkan pasien didalamnya.
 Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan ( jika ada
/memungkinkan).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 IDENTITAS UMUM
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 60 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Budha
Suku : Tionghoa
Pendidikan : SD
Alamat : Medan
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
3.1.2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. C
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Australia
Hub dengan klien : Anak kandung

3.2. KELUHAN UTAMA


Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.

3.3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Klien mengatakan sudah lama mengalami keluhan seperti yang dirasakan saat
ini yaitu sejak 3 bulan yang lalu. Klien mengatakan sudah minum obat untuk DM dan
kolesterol namun tidak rutin. Klien rutin diperiksa di panti sebulan sekali. Kontrol terakhir
hasil GDS = 251 mg/dl, kolesterol = 386 mg/dl. Obat yang diminum Metformin 500 mg
3x1, Simvastatin 10 mg 1x1. Klien mengatakan masih suka makan gorengan dan makanan
bersantan dan minum yang manis. Klien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu mempunyai
keluhan cepat merasa lelah saat beraktivitas.

3.4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Klien mengatakan mengetahui menderita penyakit DM dan kolesterol tinggi sejak 1 tahun
yang lalu. Selama 1 tahun klien tidak rutin minum obat untuk DM dan kolesterol, klien
juga tidak mengatur pola makannya, klien masih mengkonsumsi banyak gula dan makanan
berminyak.
3.5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Anak klien mengatakan tidak mengetahui riwayat kesehatan anggota keluarga terdahulu,
namun anak-anak klien belum ada yang menderita penyakit DM maupun kolesterol tinggi.
3.6. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Ny.A tinggal dirumah bersama dengan pengasuhnya. Rumah anaknya berada di Australia.
Lingkungan tempat tinggal Ny. A bersih, jalan rata namun dan tidak licin, tidak ada sampah
berserakan, kamar tidur klien tampak rapi, lantai rumah dari keramik, lantai kamar mandi
agak licin dan terdapat pada pegangan dinding, penerangan di kamar Ny. A cukup terang
pada siang karena terdapat jendela dan ventilasi yang dibuka setiap pagi dan pada malam
hari lampu penerangan cukup terang namun penerangan di kamar mandi agak redup.
3.7. RIWAYAT REKREASI
Klien mengatakan tidak pernah berpergian jauh. Sehari-hari klien menghabiskan waktu di
dipanti, klien mengisi waktu luang di taman.
3.8. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
1. Sumber Pendapatan :
Selama ini, biaya kehidupan Ny.A tercukupi oleh anak-anak Ny.A, makan dan
keperluan sehari-hari Ny.A yang dibiayai oleh anaknya
2. Sumber Support Sosial :
Ny.A mendapat dukungan sosial dari anak dan pengasuh yang tinggal saling
berdekatan dengan rumah Ny.A. Ny.A juga mendapat dukungan dari teman-teman
lansia di lingkungannya yang rutin.
3.9. DESKRIPSI HARI KHUSUS
Ny.A mengatakan hari khusus bagi dirinya adalah hari besar, karena akan dikunjungi
anaknya

3.10. TINJAUAN PER SISTEM

1 Keadaan Umum : Baik


A Tekanan darah : 130/80 mmHg
B Nadi : 82 x/menit
C RR : 23 x/menit
D Suhu : 36,5 C
2 Kulit dan kuku
Inspeksi
A Warna kulit : Coklat
Warna kuku Tampak kecoklatan, tampak
menebal dan mengeras
B Lesi : Tidak ada lesi
C Pigmentasi berlebih : Tidak ada pigmentasi berlebih
D Jaringan parut : Tidak ada jaringan parut
E Distribusi rambut : Rambut tipis, beruban
F Kebersihan kuku : Kuku terpotong pendek, rapi
dan bersih
G Kelainan pada kuku : Tidak ada kelainan pada kuku
H Bulla (lepuh) : Tidak terdapat bulla (lepuh)
I Ulkus : Tidak terdapat ulkus
Palpasi
a Tekstur : Tekstur kulit keriput
b Turgor : Turgor kulit kering, akral
dingin
c Pitting edema : Tidak terdapat pitting edema
d Capilarry refill time : 4 detik
3 Kepala
Inspeksi
a Bentuk kepala : Bentuk kepala mesocepal
b Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe dan
kotoran
c Warna rambut : Putih beruban
d Kulit kepala : Bersih, tidak terdapat ketombe,
tidak terdapat lesi.
e Distribusi rambut : Merata
f Kerontokan rambut : Tidak ada
g Benjolan di kepala : Tidak ada benjolan di kepala
h Temuan/keluhan lain : Tidak ada
Palpasi
a Nyeri kepala : Tidak ada nyeri kepala
b Temuan/keluhan lain : Tidak ada
4 Mata
Inspeksi
a Ptosis : Ya, ada penurunan kelopak
mata bagian atas.
b Iris : Warna kecoklatan
c Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
d Sklera : Sklera tidak ikterik
e Kornea : Kornea jernih
f Pupil : Isokor
g Peradangan : Tidak ada peradangan
h Katarak : Tidak ada katarak
j Gerak bola mata : Gerakan bola mata simetris
k Alat bantu penglihatan : Klien menggunakan kaca mata
baca
Palpasi
a Kelopak mata : Tidak terdapat nyeri tekan pada
kelopak mata, tidak terdapat
kantung mata
5 Telinga
Inspeksi
a Bentuk telinga : Bentuk telinga simetris
b Lesi : Tidak terdapat lesi
c Peradangan : Tidak tampak adanya
peradangan pada telinga
d Kebersihan telinga luar : Telinga luar tampak bersih
e Kebersihan lubang telinga : Tampak adanya sedikit
serumen pada kedua telinga
f Membran timpani : Membran timpani utuh
g Fungsi pendengaran : Fungsi pendengaran mulai
menurun, klien sudah tidak
mampu mendengar suara yang
pelan
Palpasi
a Daun telinga : Tidak terdapat benjolan dan
tidak ada nyeri tekan pada daun
telinga
6 Hidung dan sinus
Inspeksi
a Bentuk : Bentuk hidung simetris
b Peradangan : Tidak tampak adanya
peradangan pada hidung
c Penciuman : Fungsi penciuman baik, klien
dapat membedakan bau
Palpasi
a Sinusitis : Tidak tampak adanya sinusitis
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung

7 Mulut dan tenggorokan


Inspeksi
b Mukosa : Mukosa bibir lembab
c Bibir pecah-pecah : Tidak ada
d Kebersihan gigi : Gigi tampak bersih
e Gigi berlubang : Tidak ada
f Gusi berdarah : Tidak ada perdarahan pada gusi
g Kebersihan lidah : Lidah tampak kotor
h Pembesaran tonsil : Tidak tampak adanya
pembesaran tonsil
i Temuan yang lain : Tidak ada stomatitis, tidak ada
kesulitan menelan makanan,
namun klien mempunyai
kesulitan untuk mengunyah
makanan karena sudah banyak
gigi yang tanggal
8 Leher
Inspeksi kesimetrisan leher : Leher tampak simetris
Palpasi
a Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
b Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
9 Dada dan tulang belakang
Inspeksi
a Bentuk dada : Bentuk dada simetris
b Kelainan bentuk dada : Tidak ada kelainan bentuk dada
c Kelainan tulang belakang : Tidak terdapat kelainan tulang
belakang
10 Pernafasan
Inspeksi
a Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
b Pernafasan : Irama nafas teratur
c Retraksi interkosta : Tidak ada retraksi interkosta
d Nafas cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping
hidung
Palpasi
a Taktil fremitus : Taktil fremitus kanan = taktil
fremitus kiri
b Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
Perkusi : Perkusi sonor
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler
a Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
seperti wheezing, ronchi dan
krekles
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak teraba massa dan nyeri
tekan pada area dada
11 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ic v
midclavicula sinistra
a Iktus kordis : Tidak tampak
b Nadi radialis : 82 x/menit teraba teratur
Perkusi : Redup
Auskultasi
a Bunyi jantung : Bunyi jantung i, dan ii murni.
Tidak terdengar suara
tambahan
12 Gastrointestinal
Inspeksi : Bentuk abdomen datar
Auskultasi : Peristaltik usus 10 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak
terdapat nyeri tekan pada
abdomen.
14 Perkemihan
a Warna urin : Warna urin kuning
b Jumlah urin : ± 1500 cc/hari
c Nyeri saat BAK : Tidak nyeri saat bak
d Hematuria : Tidak ada hematuria
e Rasa terbakar saat BAK : Tidak ada rasa terbakar saat bak
f Perasaan tidak lampias : Tidak ada
(anyang-anyangan)
g Mengompol : Tidak ada
h Tidak bisa BAK : Tidak ada
15 Muskuloskeletal
Inspeksi
a Lesi kulit : Tidak ada
b Tremor : Ada
Klien Jarang Memakai Alas
Kaki
Palpasi
a Tonus otot ekstremitas atas : Baik
b Tonus otot ekstremitas : Baik
bawah
c Kekuatan ekstremitas atas : Kuat (skor 5)
d Kekuatan ekstremitas : Kuat (skor 5)
bawah
e Rentang gerak : Klien mampu bergerak dengan
bebas
f Edema kaki : Tidak terdapat edema
g Refleks Bisep : Kanan (+) kiri (+)
h Refleks Trisep : Kanan (+) kiri (+)
j Refleks patella : Kanan (+) kiri (+)
j Refleks Achilles : Kanan (+) kiri (+)
k Deformitas sendi : Tidak ada
l Nyeri ekstremitas : Kesemutan pada kedua kaki
16 SSP (N I – XII)
a Olfaktori : Fungsi penciuman baik. Klien
masih dapat membedakan bau
b Optikus : Fungsi penglihatan sudah
berkurang. Klien tidak mampu
lagi melihat jarak jauh dengan
jelas, klien menggunakan alat
bantu kaca mata untuk
membaca
c Okulomotorius : Gerakan bola mata simetris
d Throklear : Klien mampu menggerakan
bola mata ke atas dan ke bawah
e Trigeminus : Klien mampu mengunyah
f Abdusen : Baik
g Facialis : Bentuk bibir simetris
h Auditori : Fungsi pendengaran sudah
mulai menurun
i Glosofaringeal : Klien mampu merasakan
sensasi rasa pada lidah
j Vagus : Klien mampu menelan
makanan
k Aksesorius : Klien mampu menoleh ke kiri
dan ke kanan, klien mampu
mengangkat kedua bahu
dengan simetris
l Hipoglosus : Pengucapan kata masih jelas,
tidak ada pelo
17 Sistem Endokrin
a Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
b Riwayat penyakit metabolik : Terdapat riwayat penyakit
metabolik seperti dm
18 Genetalia dan anal
a Kebersihan : Bersih
b Haemoroid : Tidak ada haemoroid
c Kesan (bau) : Tidak ada bau pesing atau bau
tidak enak

3.11. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL, EKONOMI DAN SPIRITUAL

1 Psikososial
Hubungan dengan orang lain : Klien mampu berinteraksi baik
dengan orang-orang lain di
sekitarnya.
Kebiasaan lansia : Ny.A berinteraksi dengan
berinteraksi dengan teman teman lansia
Stabilitas emosi : Ny.A selalu tenang dan tidak
pernah marah-marah.
Harapan klien : Klien mengatakan ingin
tubuhnya sehat.
Frekuensi kunjungan keluarga : Anaknya tinggal di luar negeri
dan jarang menjumpai Ny.A
Pertengkaran dengan teman : Klien mengatakan tidak ada
pertengkaran dengan teman-
temannya
Curiga dengan teman : Tidak ada

2 Sosial Ekonomi
Pekerjaan : Klien Ny.A sudah tidak bekerja
lagi, dulu Ny.A bekerja sebagai
pedagang.
Penghasilan : Saat ini biaya kehidupan Ny.A
dipenuhi oleh anak-anak Ny.A
Asuransi kesehatan/jaminan : Klien Ny.A memiliki jaminan
pelayanan kesehatan kesehatan (BPJS).
Jumlah keluarga : Klien memiliki 1 orang anak
3 Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1 :
Mengalami kesulitan tidur? : Klien tidak mengatakan
mengalami kesulitan
tidur. Klien dapat tidur pada
siang hari dan pada malam hari
tidak sering terbangun.
Merasa gelisah? : Klien mengatakan tidak
mempunyai perasaan gelisah.
Sering murung dan menangis : Klien mengatakan tidak pernah
sendiri? merasa murung dan menangis.
Klien mengatakan selalu
bahagia dan bersyukut.
Sering khawatir? : Klien mengatakan kawatir bila
badan tidak sehat.
A. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN
Indeks KATZ
Klien Ny.A termasuk dalam kategori mandiri dalam makan, kontinensia (BAB dan BAK),
menggunakan pakaian, mandi, pergi ke toilet dan berpindah.

B. Barthel Indeks

No Kriteria Skor Keterangan


1. Makan 10 Frekuensi 3 x sehari
5 : bantuan Jumlah 1 piring/sekali
10 : mandiri makan
Jenis nasi, sayur, lauk
2. Minum 10 Frekuensi 5 x sehari
5 : bantuan Jumlah ± 1000 cc
10 : mandiri Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi roda 15
ke tempat tidur/sebaliknya
10 : bantuan
15 : mandiri
4. Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi 1 x
menyisir rambut, gosok gigi) sehari pada sore hari
0 : bantuan
5 : mandiri
5. Keluar masuk toilet 10
(mencuci pakaian, menyeka
tubuh dan menyiram)
5 : bantuan
10 : mandiri
No Kriteria Skor Keterangan
6. Mandi 15
5 : bantuan
15 : mandiri
7. Jalan di permukaan datar 5
0 : bantuan
5 : mandiri
8. Naik turun tangga 10
5 : bantuan
10 : mandiri
9. Mengenakan pakaian 10
5 : bantuan
10 : mandiri
10. Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi 2 hari sekali
5 : bantuan Konsistensi lunak
10 : mandiri
11. Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi 5-7 x/hari
5 : bantuan Warna kuning
10 : mandiri
12. Olahraga/latihan 10 Klien berolahraga jalan
5 : bantuan kaki setiap pagi hari.
10 : mandiri
13. Rekreasi/pemanfaatan 10 Frekuensi setiap hari
waktu luang dengan membaca
5 : bantuan majalah.
10 : mandiri
Keterangan :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
Interpretasi hasil pemeriksaan : Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan Barthel
Indeks (instrument untuk mengukur kemandirian dalam hal perawatan diri dan
mobilitas), Ny.A memperoleh total skor 130 yang berarti Ny.A dalam kategori mandiri.

C. SKOR NORTON

Aspek yang Dikaji Score


Kondisi fisik umum :
Baik 4
Kesadaran
Komposmentis 4

Akivitas
Ambulan 4
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Inkontinensia
Tidak ada 4
Total Score 20
Kategori skor :
16-20 : Kecil sekali/tak terjadi
12-15 :Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemungkinan besar terjadi

Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan Skala Norton, Ny.A memperoleh total
skor 20 yang berarti Ny.A dalam kategori resiko dekubitus kecil sekali/tak terjadi.

D. PENGKAJIAN STATUS MENTAL KLIEN


1. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status
Quesioner)

No. Pertanyaan Benar Salah Ket.


1. Tanggal berapa hari ini? √ Klien menjawab tanggal
23
2. Hari apa sekarang? √ Klien menjawab hari ini
hari Senin
3. Apa nama tempat ini? √ Klien menjawab ini
adalah rumahnya
4. Dimana alamat anda? √ Klien menjawab di RT 3
RW 2 Candirejo
5. Berapa umur anda? √ Klien menjawab 87 tahun
6. Kapan anda lahir (minimal √ Klien menjawab 1930
tahun lahir)?
7. Siapa presiden Indonesia √ Klien menjawab tidak
sekarang?
8. Siapa presiden Indonesia √ Klien menjawab tidak
sebelumnya? tahu
9. Siapa nama ibu anda? √ Klien menjawab Nasti
10. Berapa 20-3? Tetap √ Klien menjawab 20-3 = 17
pengurangan 3 dari setiap 17 -3 = 13
angka baru, semua secara
menurun berurutan.
Jumlah

Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ, Ny.A
menjawab 7 pertanyaan dengan benar dan menjawab 3 pertanyaan dengan salah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Ny.A termasuk dalam kategori kerusakan intelektual
ringan.
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
kognitif maks klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
□ Tahun : 2017 (benar)
□ Musim : Hujan (benar)
□ Tanggal : 23 (benar)
□ Hari: Senin (benar)
□ Bulan : Januari(benar)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
□ Kabupaten Semarang (benar)
□ Kecamatan Ungaran (benar)
□ Kelurahan Candi (benar)
□ Dusun Siroto (benar)
□ RW 02 (benar)
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa) 1
detik untuk mengatakan masing-
masing obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi (untuk
disebutkan)
□ Obyek 1 : Rumah Sakit (benar)
□ Obyek 2 : Kantor (benar)
□ Obyek 3 : Puskesmas (benar)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
kognitif maks klien
3 Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai dari angka
kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali
100 - 7 = 93
93 - 7 = 87

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga


obyek pada no 2 tadi, bila benar 1 point
untuk masing-masing obyek
□ Obyek 1 : Rumah Sakit (benar)
□ Obyek 2 : Kantor (benar)
□ Obyek 3 : Puskesmas (benar)
5 Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
□ Mengetahui nama : kertas (benar)
Minta pada klien untuk mengulang
kata berikut “tak ada jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar, nilai 1 poin.
□ Tak ada jika (salah)
□ Dan (salah)
□ Atau (salah)
□ Tetapi (salah)

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah :
“Ambil kertas di tangan anda. Lipat
dua dan taruh di lantai”
□ Ambil kertas (benar)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
kognitif maks klien
□ Lipat dua (benar)
□ Taruh di lantai (benar)

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut Tutup mata anda
□ Aktifitas sesuai perintahTutup mata
anda (benar)
Total nilai 22

>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik


18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Interpretasi hasil :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Tn.S memperoleh total
skor sebanyak 22, Ny.A termasuk dalam kategori kerusakan aspek fungsi mental ringan

E. Skala depresi

No Pertanyaan Jawaban yang sesuai


Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan
1 TIDAK ya
anda
Apakah anda telah meninggalkan banyak
2 tidak YA
kegiatan dan minat/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? tidak YA
4 Apakah anda merasa sering bosan? tidak YA
Apakah anda mempunyai semangat yang baik
5 TIDAK -
setiap saat?
No Pertanyaan Jawaban yang sesuai
Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk
6 - YA
akan terjadi pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian
7 TIDAK ya
besar hidup anda?
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? tidak YA
Apakah anda lebih sering di rumah daripada pergi
9 - YA
keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
10 dengan daya ingat anda dibandingkan tidak YA
kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang
11 TIDAK ya
menyenangkan?
Apakah anda merasa tidak berharga seperti
12 tidak YA
perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? TIDAK -
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak
14 tidak YA
ada harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
15 - YA
keadaannya dari pada anda?
Total score 5
*) Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor 1
Keterangan :
Score 5 -9 : Kemungkinan depresi
Score 10 atau lebih : Depresi

Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny.A saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Skala Depresi, Ny.A
memperoleh total skor sejumlah 5 sehingga Ny.A dapat dikategorikan dalam
kategori kemungkinan depresi.
F. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN

Kebiasaan merokok : Ny.A tidak merokok\


Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1 Kebutuhan nutrisi
Frekuensi makan : 3 x sehari, teratur
Jumlah makanan yang : 1 porsi habis
dihabiskan
Snack : Kadang-kadang
2 Pemenuhan cairan
Frekuensi minum : 6 gelas
Jenis minuman : Air putih, susu, kopi
3 Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur : 8 jam
Gangguan tidur : Tidak ada. Ny.A dapat tidur
nyenyak pada malam hari dan
dapat tidur siang
Penggunaan waktu luang : Membaca majalah
4 Pola eliminasi BAB
Frekuensi BAB : 1 hari sekali
Konsistensi : Lembek
Gangguan BAB : Tidak ada gangguan dalam BAB
5 Pola eliminasi BAK
Frekuensi : 6-7 kali/hari
Warna urin : Kuning jernih
Gangguan BAK : Tidak ada gangguan dalam BAK
6 Pola aktifitas
Kegiatan produktif yg : Tidak ada. Ny.A hanya
dilakukan menghabiskan waktu dirumah
7 Pola pemenuhan personal
hygiene
Mandi : 1x sehari pada oagi hari
Memakai sabun : Ya
Sikat gigi : 2x sehari pagi dan sore
Menggunakan pasta gigi : Ya
Berganti pakaian bersih 1x sehari pagi setelah mandi

G. PROGRAM TERAPI

No Nama obat Dosis


1 Metformin 500 mg 3x1
2 Simvastatin 10 mg 1x1

ANALISA DATA

Hari/ Tgl/ Data Etiologi Problem


Jam
12 Februari DS : Hiperglikemi Ketidak-
2020 a. Klien mengeluh kedua (DM) efektifan perfusi
kakinya terasa kesemutan jaringan perifer
namun tidak mati rasa.
b. Klien mengatakan
sudah lama mengalami Komplikasi
keluhan kesemutan seperti vaskuler
yang dirasakan saat
ini yaitu sejak 3
bulan yang lalu. Mikro vaskuler
DO :
1. CRT 4 detik.
2. Turgor kulit kering, akral Neuropati
dingin
Parestesia
13 Februari DS : Hiperglikemi Keletihan
2020 1. Klien mengatakan sejak 3 (DM)
bulan yang lalu mempunyai
keluhan cepat merasa lelah
saat beraktivitas. Glukosa intrasel
DO : menurun
- Indeks KATZ Klien Ny.A
termasuk dalam kategori Proses
mandiri dalam makan, pembentukan
kontinensia (BAB dan BAK), ATP/energi
menggunakan pakaian, terganggu
mandi, pergi ke toilet dan
berpindah. Kelesuan
- TD : 130/80 mmHg fisiologis
- Nadi : 82 x/menit
- RR : 23 x/menit Keletihan

14 Februari DS: Hiperglikemi Resiko Cedera


2020 1. Klien mengatakan fungsi (DM)
penglihatannya sudah
berkurang, sudah tidak
mampu lagi melihat jarak Komplikasi
jauh dengan jelas, dan vaskuler
menggunakan alat bantu kaca
mata untuk membaca. Mikro vaskuler
2. Klien mengeluh kakinya
kesemutan tapi tidak mati Retinopati
rasa.
3. Klien mengatakan jarang
memakai alas kaki. Penglihatan
DO : tidak jelas
- Lingkungan tempat tinggal
Ny.A bersih, jalan rata namun Gangguan
agak licin karena berlumut, sensasi
tidak ada sampah berserakan,
kamar tidur klien tampak rapi,
lantai rumah dari keramik,
lantai kamar mandi agak licin
dan tidak ada pegangan dinding,
penerangan di rumah Ny.A
cukup terang pada siang karena
terdapat jendela dan ventilasi
yang dibuka setiap pagi dan
pada malam hari lampu
penerangan cukup terang
namun penerangan di kamar
mandi agak redup.
-
Barthel Indeks Tn. S
memperoleh total skor
130 yang berarti Tn. S dalam
kategori mandiri.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan
2. Keletihan
3. Resiko cedera

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana
Keperawatan Hasil Keperawatan
1. 12 Februari Ketidakefektifan Domain II : Domain II :
2020 perfusi jaringan Kesehatan Fisiologi Fisiologis
berhubungan Kelas : Jantung Paru Kompleks
Outcomes : Perfusi Kelas : Manajemen
Jaringan Perifer Perfusi Jaringan
Indikator : Intervensi :
a. Pengisian Pencegahan
kapiler jari (4 - Sirkulasi (4070)
5) a. Lakukan
b. Suhu kulit ujung penilaian
kaki dan tangan sirkulasi
(3 - 4) perifer (nadi
b. Parestesia (3 - 4) perifer) secara
komprehensif.
b. Monitor
panas,
kemerahan,
nyeri,
parestesia
pada
ekstremitas.
c. Ajarkan klien
cara
perawatan
kaki dan
kuku.
d. Ajarkan
senam kaki
diabetik.
b. Anjurkan
klien
menggunakan
pelembab
pada kulit
kaki yang
kering.
2. 13 Februari Keletihan Domain I : Fungsi Domain I :
2020 Kesehatan Fisiologis Dasar
Kelas : Kelas : Manajemen
Pemeliharaan Aktivitas dan
Energi Latihan
Outcomes : Tingkat Outcomes :
Kelelahan (0007) Manajemen
Indikator : Energi (0180)
a. Kelelahan (3 - a. Diskusikan
4) dengan klien
b. Kelesuan (3 - 4) jenis dan
b. Tingkat stres (3 banyaknya
- 4) aktivitas yang
bisa dilakukan.
b. Anjurkan klien
menjaga asupan
nutrisi adekuat.
c. Monitor sistem
kardiorespirasi
klien (TD, nadi,
RR).
d. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
mengurangi
ketegangan otot.

3. 14 Februari Resiko cedera Domain IV : Domain IV :


2020 Pengetahuan Keamanan
13.25 tentang Kesehatan & Kelas : Manajemen
Perilaku Risiko
Kelas : Pengetahuan Outcomes :
tentang Kesehatan Pencegahan Jatuh
Outcomes : (6490)
Pengetahuan i. Anjurkan
Pencegahan Jatuh keluarga klien
(1828) menyediakan
Indikator : pencahayaan
i. Alas kaki yang yang cukup
tepat (2 - 4) terang.
ii. Penggunaan ii. Anjurkan klien
pencahayaan menggunakan
lingkungan alas kaki yang
yang benar (2 - aman.
4) iii. Anjurkan klien
iii. Strategi untuk menghindari
menjaga permukaan
permukaan lantai yang
lantai tetap licin.
aman (2 - 4)
b. Kondisi kronis
yang
meningkatkan
risiko jatuh (2 -
4)
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi


12 Ketidakefektifan perfusi S :
Februari jaringan a. Ny.A mengatakan sudah
2020 memahami langkah-langkah senam
kaki diabetik dan sudah rutin
mempraktekkan senam.
b. Ny.A mengatakan sudah
memahami cara merawat kaki dan
kuku, dan sudah
mempraktekkannya.
c. Ny.A mengatakan akan
menggunakan lotion pada kulit
kakinya.
d. Ny.A mengatakan kesemutan sudah
berkurng dan sudah berlatih senam
kaki.
1. :
e. Ny.A mampu mempraktekkan
senam kaki diabetik.
f. Ny.A mampu menyebutkan
kembali cara merawat kaki dan
kuku.
g. Ny.A mengoleskan lotion pada kulit
kaki dan kulit yang kering.
h. Tidak ada kemerahan pada
ekstremitas.
A : Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan teratasi.

P:
Motivasi klien untuk
mempertahankan senam kaki secara
rutin.
Motivasi klien untuk rutin
melakukan perawatan kaki dan kuku
secara rutin.
13 Februari Keletihan S:
2020 Ny.A mengatakan aktivitas yang bisa
dilakukan hanya kebutuhan dasar
seperti ke kamar mandi dan makan,
dan mengisi waktu luang dengan
membaca majalah.
Ny.A mengatakan otot-ototnya terasa
lemas setelah dilatih ROM.
Ny.A mengatakan mempertahankan
asupan nutrisi dan tidur siang jika
bisa.
O:
Ny.A mampu memilih dan membatasi
aktivitas fisiknya
Ny.A mampu mengikuti gerakan
ROM dengan benar.
Ny.A tampak segar.
TD = 130/80 mmHg, Nadi = 85
x/menit, RR = 22 x/menit
A : Masalah keletihan teratasi.
P:
Motivasi klien untuk
mempertahankan jenis aktivitas yang
bisa dilakukan.
Monitor sistem kardiorespirasi klien.
14 Februari Resiko cedera S:
2020 Ny.A mengatakan sudah mengganti
lampu rumah dengan yang lebih terang
dan sudah berhati-hati saat berjalan.
O:
Penerangan rumah Ny.A sudah cukup
terang.
Gaya berjalan Ny.A pelan dan berhati-
hati.
Ny.A memakai alas kaki yang nyaman
dan aman.
TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80
x/menit, RR = 20 x/menit, tidak tampak
adanya kemerahan pada ekstremitas.
A : Masalah resiko cedera teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
gaya berjalan yang pelan dan berhati-
hati.

Anda mungkin juga menyukai