PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pembuatan pupuk kompos dari batang pisang.
2. Untuk mengamati perubahan tiap proses pembuatan pupuk kompos dari
batang pisang.
3. untuk mengamati perbedaan perlakuan dari pembuatan pupuk kompos.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman pisang sama seperti tumbuhan lainnya, terdiri dari akar, batang,
daun dan juga buah. Tanaman ini termasuk tanaman tropis dengan ukuran besar
dan memang istimewa, sebab hampir semua bagiannya bisa digunakan dalam
kehidupan sehari – hari manusia.
a. Kebutuhan Nutrisi
Untuk proses pengomposan, perkembangbiakan dan pertumbuhan dari
mikroorganisme memerlukan sumber energi, yaitu karbon untuk proses sintesa
jaringan baru dan elemen – elemen anorganik seperti nitrogen, fosfor, kapur,
belerang dan magnesium sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel
tubuhnya. Selain itu, untuk memacu pertumbuhannya, mikroorganisme juga
memerlukan nutrien organik yang tidak dapat disintesa dari sumber – sumber
karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam amino, purin atau pirimidin,
dan vitamin.
b. Mikroorganisme
3. Suhu (Temperatur)
Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang
sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan
produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan
temperature di dalam tumpukan sampah, sangat bervariasi, karena disesuaikan
dengan tipe dan jenis dari mikroorganisme.
5. Kelembaban Udara
Kandungan dari kelembaban udara yang optimum, sangat diperlukan
dalam proses pengomposan. Kelembaban yang ideal adalah 40% - 60%. Nilai
kelembaban terbaik adalah 50%. Kelembaban yang optimum harus terjaga. Hal ini
dikarenakan bertujuan untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang
maksimal, sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Jika
kondisi dalam tumpukan terlalu lembab, akan menghambat pertumbuhan dari
mikroorganisme pengurai tersebut, dikarenakan molekul air akan mengisi rongga
udara pada tumpukan, sehingga tumpukan memasuki kondisi anaerobik yang
menyebabkan timbulnya bau yang menyengat. Jika kelembaban pada tumpukan
kurang dari 40% atauter lalu kering, maka mengakibatkan berkurangnya populasi,
karena terbatasnya habitat dari mikroorganisme pengurai tersebut.
6. Homogenitas
Campuran sampah Komponen dari sampah organik yang digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan kompos, perlu dicampur menjadi homogen
atau seragam jenisnya, agar diperoleh oksigen dan kelembaban secara merata dan
kecepatan penguraian tumpukan dapat berlangsung secara seragam.
1. Nitrogen
Kandungan dari nitrogen memiliki fungsi yaitu untuk kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak. Pada tanaman yang mengandung unsur N yang cukup, akan menunjukkan
warna daun hijau tua, yang artinya klorofil atau zat hujau daun di dalam daun
cukup tinggi. Sebaliknya apabila pada tanaman terdapat gejala kekurangan atau
defisiensi dari unsur N, maka daun pada tanaman akan menguning (klorosis)
karena kekurangan klorofil. Pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman
menjadi kerdil, juga dapat disebabkan oleh kekurangan unsur N.
2. Fosfor
Fungsi unsur fosfor dalam tanaman membuat pertumbuhan pada tanaman
menjadi normal. Fungsi unsur Fosfor (P) yang sangat penting di dalam tanaman
yaitu membantu dalam proses fotosintesis, respirasi, serta transfer rmaupun
penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel, serta proses – proses
pertumbuhan lainnya pada tanaman. Fosfor dapat meningkatkan kualitas buah,
sayuran, biji – bijian pada tanaman sehingga sifat – sifat dari tanaman induk dapat
menurun tetapi dalam 1 jenis tanaman, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Unsur fosfor dapat membantu mempercepat perkembangan akar dan
perkecambahan pada benih tanaman, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
air, serta dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit, yang
akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen atau hasil produksi.
3. Kalium
Kalium sangat penting dalam proses fotosintesis. Apabila defisiensi unsur
K maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi atau pernapasan pada
tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat
yang ada dalam jaringan tanaman digunakan untuk mendapatkan energi untuk
melakukan aktivitasnya, sehingga pembentukan bagian – bagian tanaman akan
terhambat, yang akhirnya pembentukan dan produksi tanaman berkurang. Fungsi
penting unsur K dalam pertumbuhan tanaman adalah pengaruhnya pada efisiensi
penggunaan air. Proses membuka dan menutup pori – pori daun tanaman dan
stomata, dikendalikan oleh konsentrasi unsur K dalam sel yang terdapat disekitar
stomata. Defisiensi dari unsur K dapat menyebabkan stomata membuka hanya
sebagian, dan menjadi lebih lambat dalam penutupan. Gejala kekurangan unsur K
ditunjukkan dengan tanda – tanda terbakarnya daun yang dimulai dari ujung atau
pinggir, bercak – bercak berwarna coklat pada daun – daun dan batang yang tua.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini dapat dilihat pada tabel
4.1 dan tabel 4.2
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada Media Lubang Tanah.
No Waktu Kegiatan Hasil
1 Hari Proses Kompos di letakkan di dalam tanah,
kemudian di tutup dengan terpal
pertama pengomposan
4.2 Pembahasan
Sifat Fisik Kompos Dalam proses pengomposan dengan perlakuan pada
media lubang tanah dan media wadah, telah dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan sifat fisik kompos yang meliputi suhu, warna dan bau. Kompos dapat
dinyatakan jadi, apabila suhu ruang stabil, tidak berbau, dan warna kompos
menjadi kehitaman, hal ini sesuai dengan pendapat Salundik (2008), yang
menyatakan bahwa kompos dikatakan bagus dan siap diaplikasikan ketanaman,
jika memiliki tingkat kematangan yang sempurna. Kompos yang matang dapat
dikenali dengan memperhatikan keadaan fisiknya, yaitu terjadi perubahan warna,
tidak mengeluarkan bau busuk dan bentuk fisiknya sudah merupai tanah yang
berwarna kehitaman, jika dilarutkan kompos yang sudah matang akan mudah
larut dan strukturnya remah, serta tidak mengumpal. Bedasarkan hasil dari
pengamatan pengomposan, suhu ruang mengalami kenaikan dan penurunan yang
disebabkan oleh peroses pengomposan. Pengukuran suhu dilakuan setiap minggu
dari awal sampai akhir pengomposan yang terdiri dari pengukuran suhu yang
dilakukan tiap minggu dengan menggunakan tangan, pengukuran sesuai indra
perasa. perubahan suhu kira – kira 30oC.
Menurut Salundik (2008), kematangan kompos yang sempurna dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Suhu
Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal
pengomposan. Suhu meningkat pada awal pengomposan yaitu dan akan tetap
tinggi selama waktu tertentu. Menurut Isroi (2008) hal ini menunjukkan terjadinya
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif oleh mikroorganisme
mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan
bahan organik menjadi CO, uap dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah
terurai, maka suhu akan berangsur – angsur mengalami penurunan. Pada saat itu
terjadi pematangan kompos, yaitu pembentukan komplek.
b. Warna
Warna hasil percobaan dalam fermentasi yang berlangsung Pupuk kompos
batang pisang yang sudah matang akan berwarna coklat kehitaman atau coklat tua.
Sedangkan pada awal pengomposan bahan organik batang pisang masih berwarna
putih kehitaman. Djuarnani (2006),
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada minggu pertama masing – masing dari media mengalami perubahan
suhu dan perubahan warna.
2. Pada minggu kedua di media lubang tanah tidak mengeluarkan bau
menyengat dan di media wadah (galon) tidak mengeluarkan bau tetapi
lebih lembab.
3. Pada minggu ketiga dikedua media telah mengalami perubahan warna
menjadi kehitaman.
4. Pada minggu keempat dikedua media telah meyerupai tanah.
5.2 Saran
Diharapkan untuk percobaan kedepannya dapat menggunakan metode –
metode lain dalam pembuatan pupuk kompos dan dapat menggunakan variasi
waktu atau komposisi bahan – bahan yang digunakan agar dapat menjadi
pembanding tiap semesternya.
DAFTAR PUSTAKA