Anda di halaman 1dari 5

Jadi begini.

Mer-c ini kita dirikan di jakarta bulan agustus tahun 1999, setelah kita pulang dari misi
kemanusiaan di Tual Maluku Tenggara bersama anak-anak UI. Kita kerjasama. Saya sudah lulus, ahli
bedah. Saya tidak bergabung dgn mereka tapi bertemu di sana. Melihat banyak korban, lembaga2 ga
ada yg datang, kita terpikir bikin organisasi supaya kita punya legitimasi masuk ke daerah konflik yg
sensitif. Tual konflik horizontal. Bulan April 1999 masuk ke sana. Pulang dr sana kita merasa perlu bikin
organisasi krn kalau kita sendiri-sendiri masuk di daerah konflik itu dicurigai.

Secara pribadi tapi ada liaison officernya orang Maluku. Mahasiswa pakai nama, kalau saya pribadi
bareng teman dua orang.

Pakai nama universitas takut disangka numpang tenar. Akhirnya bikin lembaga, dirikanlah Mer-C.
awalnya kita pingin bangun bulan sabit merah di Indonesia. Tapi secara konvensi Jenewa nggak bisa
karenasudah ada PMI. Kita dirikan saja Mer-c, toh PMI juga NGO kan. Kita dirikan saja NGO. Berdirilah
Mer-C, 14 Agustus 1999, pendirinya salah satunya saya. Dan beberapa teman, dan mahasiswa.

Dari situ kita mulai masuk Ambon, masuk Saparua, Galela, Tombelo, Halmahera Utara. Di ambon banyak
operasi di RS Al Fatah dan RS Tentara. Itu kan konflik antar agama. Kita sebagai relawan medis tidak
boleh tidak menolong yang berbeda dgn kita. Di tual, di satu ruang, kawan-kawan yg islam dan kristen
kita operasi bareng. “Kan dibius tuh. Begitu sadar, yang satu teriak Allahu Akbar, yang satu teriak
haleluya.”

Nah kalau di ambon, yg muslim saya operasi di Al Fatah, yg Kristen di RS tentara. Jadi prinsip netralitas
udah kita pegang di awal, kita praktekkan. Jadi bukan sebatas slogan. Nwetralitas, independensi.
Independen itu tidak bagian dari sesuatu. Terutama dana. Ini, NGO itu akan mempunyai integritas kalau
secara dana independen. Artinya apa? Siapapun boleh nyumbang kita, tapi tak boleh mengatur kita.

Itu independensi. Karena gini, NGO itu terhormat kalau dia imparsial, netral, independen, kemudian kita
punya azas universal itu rahmatan lil alamin. Rahmatan lil alamin itu kita menerjemahkan dalam bentuk
to help the most neglected and the most vulnerable people. Orang-orang yang kita tolong adalah yang
paling menderita, paling terabaikan dan paling terluka. Jadi kita tidak boleh melakukan lip state
humanitarian aid. Cuma polesan lah. Pasang bendera. Atau cosmetic humanitarian aid namanya.

...

Masuknya susah, kadang masuk kita alatnya nggak lengkap. Kita dului ngga punya uang untuk beli alat
yang lengkap. Ya kita bekerja berdasarkan pengetahuan kita. Prinsip-prinsip kedokteran yang kita modif.
Misalnya kekurangan antibiotik, lukanya kita modif pakai madu. Kita mau amputasi, nggak punya gergaji
amputasi, kita pakai gergaji kayu di Galela, Halmahera Utara.

Prinsip operasinya yg penting: menjaga pendarahan, menjaga luka. Lalu ya kita berkembang lah ya dari
waktu ke waktu. Tapi kancah pengalaman pertama itu ya maluku. Itu operasi banyak, berjubel. Ini
konflik itu kan naik turun, libur satu dua minggu lalu konflik lagi. Kalau datang ke RS, berjejer tuh.
“bagaimana menerangkan ke keluarga siapa yang lebih dulu dioperasi. Kan mereka berebut, keluarga
kami dulu, keluarga kami dulu.”
Menentukannya dengan siapa yang paling parah. Yang paling mungkin hidup dan paling gawat. Jangan
yang paling gawat tapi kemungkinan hidupnya kecil. Karena ini disaster kan. Prinsip disaster itu berbeda
dengan prinsip emergency. Kalau emergency menolong orang yg paling [parah, kalau disaster menolong
orang yang paling mungkin hidup.

Jadi dari maluku kita ke afghanistan, misi pertama luar negeri kita tahun 2001. Sebelumnya saya keliling
eropa untuk kampanye. Selama satu bulan saya keliling eropa bersama mer-c. jadi mer-c punya dua
kegiatan. Satu humanitarian aid, kedua humanitarian politic. Bukan politik utk meraih kekuasaan, tapi
politik untuk membela kemanusiaan. To prevent. Prinsipnya memberikan awareness.

Kegiatan itu saya lakukan tahun 2000. Konsep humanitarian politic ini banyak tidak dimengerti orang.
Dipikir kita lakukan partial politics activity. Kita melkukan pembelaan terhadap prinsip-prinsip
kemanusiaan, melampaui batas negara, melampaui batas etnis, melampaui batas ideologi, melampaui
batas agama. Saya muslim, tapi ada orang non-muslim diperlakukan oleh muslim secara biadab, ya saya
harus katakan itu orang muslin nggak boleh begitu. Itu melanggar nilai2 kemanusdiaan.

Jadi kita ngga ada beban utk mengatakan bhw sesuatu melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Kecintaan kita
pada agama kita tdk boleh membuat kita tidak adil krn keadilan itu adl nilai yg sangat tinggi dalam islam.
Itulah yg menjaga harmonisasi alam semesta ini.

Saya tolong GAM misalnya, tolong OPM. Theys pernah minta tolong sama kita. Advokasi kesehatan, yg
kita juga lakukan thd ABB, Susno Duadji, Ishak Daud dan keluarganya. Theysn sakit, dirawat di Cikini,
kirim surat waktu itu. Dekt. Itu yang mebuat saya sempat merasa aduh, saya ga sempat tolong dia. Dia
kirim surat, kita masih sibuk, eh meninggal.

Kalau keluarga GAM kita rawat. Kita bawa ke Jakarta. Termasuk GAM-GAM juga kita operasi di Jakarta.
Nggak bisa di Aceh. Kalau perang kita harus lihat kondisi perangnya. Kalau perangnya brutal, nggak
berlaku Konvensi Jenewa. Tau sendirlah Aceh, peristiwa Rumahgeudong dan sebagainya Bukan berarti
saya mengkhianati NKRI, tapi itu tadi, melampaui batas-batas negara, ideologi, negara dan sebagainya.
Jadi berat sebenarnya tuk menerapkan humanitarian politics itu.

Indonesia itu kurang dengan investigative jurnalis, dan biasanya juga terbentur dengan kepentingan
korporasi pemilik media. Makanya saya senang ketemu jurnalis berpemikiran terang. Waktu di
afghanistan, saya ketemu jurnalis. Saya bilang anda jangan punya hidden agenda. Karena penciuman
mereka tajam. Nggak sedikit jurnalis yg dieksekusi.

Humanitarian politic ga banyak bisa dimengerti oleh orang bahwa dapat mencegah korban lebih banyak.

Misalnya: Arab spring, bagian dari perangkap. Dikerubuti oleh aktivis islam di indonesia, dibilang tyidak
mendukung jihad. Terbukti, senjata Israel ditemukan, sekarang kerjaannya mengebom Damaskus. Berat
melakukan awareness itu. kita berhadapan dgn org2 yg kecintaannya pada agama membutakan dia dari
tipuan.
Orang ngga tahu problem rohingya. Problem rohingya adalah krn pemerintah tidak memberikan
kewarganegaraan. Stateless. Myanmar itu konflik dgn siapa saja, dgn orang Buddha konflik, dgm Kristen
konflik. Stateless. Padahal mereka sudah turun temurun di sana.

(Terkait 21-22 mei)

Ke ICC dan UNHRC. (Mer-c dituduh punya hidden agenda) Ya gimana ya, masa kita ngebela orang
Rohingya, ngebela orang-orang Palestine. Arab Spring, masa bangsaindonesia tidak kita bela yg di depan
mata. pembelaan itu kita alkukan dengan cara pengungkapan fakta. Supaya tak terjadi lagi, tdk boleh
ada org yg semena-mena mengambil nyawa orang. Kita tak bisa membiarkan lagfi model priok,
talangsari. Kita tak boleh mundur. Ini kan sudah reformasi, masa kita set back, tidak menghargai nyawa
orang. Katakanlah OPM pemberontak, perangilah secara pantas. Jangan diserbu satu kampung,
perempuan mati, anak-anak mati, mengorbankan masy sipil. Ga boleh dibabat seperti Westerling
membabat org2 di Sulawesi.

(Kasus Mavi Marmara)

Ada misi, kita kan ga bisa masuk Gaza. Kita berencana membangun RS Indonesia. Kita ga bisa masuk
Gaza krn situasi. Kebetulan turki punya rencana menembus blokade gaza lewat laut, isinya aktivis2 dr
seluruh dunia. Kita ikut. Berangkatlah. Saya angkat komandannya Nur Fitri, perempuan. Kenapa
perempuan, karena saya ingin mengangkat bahwa perempuan indonesia itu ok. Saya bilang, risikonya
nyawa. Apapun yg terjadi tak boleh lemah di depan Israel.

Di perairan internasional diserang itu kapal oleh Israel. Saya komunikasi terus dengan Nur Fitri. Lalu
mereka diserang. Belakangan baru kita tahu, mereka ditahan. Di asdok di Israel. Korban jatuh. Kita
tuntut, bareng NGO NGO, misalnya Turki dan negara-negara yg terlibat di kapal itu.

Saya pernah berbicara di parlemen Belgia, di London, di kampus-kampus. Itu bagian dari awareness utk
masy Eropa, jangan main-main dgn konflik agama.

Jadi prinsip saya ke eropa untuk mencegah hal-hal begitu.

Secara pribadi ya mkacam-macam lah. Kita dibilang bagianj dari A Qaeda, ketika kita mengungkapkan
adanya pencemaran di Buyat, Sulawesi, oleh Nimon. Perusahaan tambang. Anak direkturnya tulis di
sebuah majalah atau koran bhw saya bagian dr Al Qaeda, krn mungkin kegiatan saya di afganistan dia
pelajari, supaya sahya tak lagi melakukan pembelaan masy di Buyat.

Ketika kita merawat teman-teman teroris di penjara, kita dibilang bagian dari mereka juga. Masalahnya
kita kan tidak punya persoalan untuk ditangkap, makanya dilakukan stigmatisasi-stigmatisasi itu. tidak
ada yang mau tolong mereka di penjara. Tak ada yg berani.

Dananya dari mana? Dari masyarakat. Rekening kita terbuka. Banyak yang simpati.

...
Ada. Peluru itu ditemukan. Dan ada luka tembaknya kan. Wound by high speed velocity bullet. Siapa
yang nembak, kita tak tahu. Dan Amnesty Internasional lebih berani dari saya. Mungkin mereka punya
bukti yang lain. Rekam jejak lah.

Ada yang kena pukul tim medis. Ambulans dirusak. Ketidak mengertian dari aparat kita tentang konvensi
Jenewa. Siapa yang mau kasih mata kuliah? tentu orang yang pernah berpengalaman perang. Harus
orang yang berani mengoreksi tentara, polisi, dan pemerintah. Bahwa ini ada konvensi Jenewa, harus
dipatuhi. Ini kan kerjaan, kerjaan panjang. (gugatan ke icc) kita akan verifikasi data terus. Bisa jadi
bekerja sama dengan yang lain. Jejaring itu sangat penting. kayak dulu ke Eropa, saya berjejaring dengan
mahasiswa di sana. Mereka kasih tempat nginap di apart mereka, belikan karcis, mengatur pertemuan
dll.

Yang jelas, kita pernah melakukan autopsi thd faturrakhman algozi. Dia dituduh teroris, dikatakan
melarikan diri. Lalu tertembak atau bagaimana. Dr Munim Idris bilang ini ditembak dari jarak dekat.
Tanpa izin polisi. Ini yg mau kita lakukan thd korban KPPS itu. tapi keluarga tak ada yang mau, karena
diintimidasi. Pasti ada sesuatu. Masa diotopsi saja tak mau.

Negara harus membentuk TPF, dari org2 yg kredibel.

...

(awalnya)

Sebenarnya ini pendidikan keluarga. Ibu dan bapak dua-duanya dosen, alumni amerika. Anaknya ga suka
dengan amerika dalam artian 911, govnya.

Di keluarga kita diajarkan mengormati manusia sebagaimana manusia pantas dihormati, bukan
kekayaan pangkat dsb. Dan saya diajkarkan nilai2 kepahlawanan. Misal cerota soal konflik utara dan
selatan amerika sudah dikasih oleh bapak. Keinginan untuk membela sesuatu itu timbul dari kecil. Saya
waktu kecil bandel, tukang berkelahi. Tapi ortu ga tahu saya berkelahi di luar, krn sampe rumah saya
belajar. Prestasi di sekolah baik-baik saja, malah bisa dibanggakan lah.

Bahkan saya kadang-kadang pengen jadi lone ranger, lone wolf, pemberantas kejahatan secara
sembunyi-sembunyi, vigilante. Karena pendidikan di keluarga. Akhirnya kita membela the most
neglected dan vulnerable. Membela org2 yg lenmah, yg teraniaya. Sampai saya belajar ilmu bela diri.
Silat, menggunakan senjata tajam, dalam rangka memberantas kejahatan secara diam-diam. Hahaha..

Saya juga baca soal cerita eagle has landed, begitu-begitu saya suka. Saya baca buku Hitler, bukunya
Engels, bukunya Karl Marx sebagian. Bukunya Che Guevara saya punya. Saya dapatkan nilai-nilai
kepahlawanan. Memahami bagaimana ideologi kiri, sekularisme, revolusi prancis segala macam.
Akhirnya saya bisa membaca seperti mislanya Arab Spring itu, siapa yang main.

Engels saya baca pas SMA. Madilog saya baca pas kuliah. Das Kapital itu sekitar saya aktif masalah
palestina.
Kita punya Pancasila, kemanusiaan yg adil dan beradab. Cuma slogan saja. kita terkenal sbg bangsa yg
relijius, tp tidak mengerti relijiusitas yg komprehensif.

“Allah swt mau menunda haknya bila manusia melakukan kegiatan horizontal yg menghargai nilai-nilai
kemanusiaan. Nmisal saya sholat, ada yg jatuh di depan saya, sya hentikan sholat saya tolong dia. Atau
operasi panjang, saya tak sempat sholat.”

Jadi allah swt mau menunda haknya sebagai pencipta secara vertikal pada makhluknya asal makhluknya
mau melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifahtullah. Satu lagi, Allah tak mungkin mengampuni dosa
orang yg punya hutang. Anda harus bayar hutang itu, karena hutang itu sifatnya vertikal. Itu knp saya
bilang islam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Konsep menyendiri saat tua itu nggakada dalam islam. Selalu dinamis antara habluminallah
habluminannas. “Kalau anda nggak melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, anda hanya
sholat-sholat saja sampai jidat hitam, anda ga peduli dgn tetangga, anda ga peduli dengan orang miskin,
anda ga peduli dengan korban, ngga bisa.”

Kalau itu dliakukan, mungkin ada ornag miskin, tapi tak ada yang terlupakan.

Bula praktek di MMC, di Rs. Bedah tulang. Independensi itu penting dalam hidup. Jadi dokter itu enak,
kalau dia bergerak dapat duit, kalau enggak ya enggak. Jurnalis nama bapak saya, Jurnalis Salim, rektor
Univ andalas.

Anda mungkin juga menyukai