G
NIM : 1704551117
Kelas : D/LIIB5
Hukum HAM Lanjutan
PERTANYAAN:
JAWABAN:
PENANGKAPAN
Pasal 11
(1) Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang melakukan
penangkapan untuk kepentingan penyidikan terhadap
seseorang yang diduga keras melakukan pelanggaran hak
asasi manusia yang berat berdasarkan bukti permulaan
yang cukup.
(2) Pelaksanaan tugas penangkapan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan oleh penyidik dengan
memperlihatkan surat tugas dan memberikan kepada
tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan
identitas tersangka dengan menyebutkan alasan
penangkapan, tempat dilakukan pemeriksaan serta uraian
singkat perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang dipersangkakan.
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
Pasal 18
PENAHANAN
a. Undang-Undang Nomor 26 Th 2000 Tentang Pengadilan HAM
Pasal 12
Pasal 14
(1) Penahanan untuk kepentingan penuntutan dapat dilakukan
paling lama 30 (tiga puluh) hari.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diperpanjang untuk waktu paling lama 20 (dua puluh) hari oleh
Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
(3)Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) habis dan penuntutan belum dapat diselesaikan, maka
penahanan dapat diperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari
oleh Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
Pasal 20
Pasal 25
(1) Perintah penahanan yang dibenikan oleh penuntut umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku
paling lama dua pulub hari.
PENYELIDIKAN
a. Undang- Undang Nomor 26 Th 2000 Tentang Pengadilan HAM
Pasal 18
(1)Penyelidikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
(2)Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dalam melakukan
penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional Hak
asasi Manusia dan unsur masyarakat.
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
Pasal 4
PENYIDIKAN
a. Undang-Undang Nomor 26 Th. 2000 Tentang Pengadilan HAM
Pasal 21
(1) Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat dilakukan oleh Jaksa Agung.
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
Pasal 6
(1) Penyidik adalah:
a. pejabat polisi negara Republik Indonesia;
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang- undang.
PENUNTUTAN
a. Undang-Undang Nomor 26 Th. 2000 Tentang Pengadilan HAM
Pasal 23
(1) Penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Jaksa Agung.
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
(2) “No one shall be held guilty of any penal offence on account of
any act or omission which did not constitute a penal offence,
under national or international law, at the time when it was
committed. Nor shall a heavier penalty be imposed than the one
that was applicable at the time the penal offence was
committed”
Artinya:
(2)“Tidak seorangpun boleh dipersalahkan melakukan pelnggaran
hukum karena perbuatan atau kelalaian yang tidak
merupakan suatu pelanggaran hukum menurut undang-
undang nasional atau internasional, ketika perbuatan tersebut
dilakukan. Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuma
lebih beruat daripada hukuman yang seharusnya dikenakan
ketika penggaran hukum itu dilakukan)”
Dalam UDHR tersebut mengandung prinsip-prinsip HAM yang berlaku
secara umum yaitu :
1. Principle of inviolability, yaitu suatu prinsip yang menyatakan
bahwa setiap individu mempunyai hak untuk dihormati jiwanya,
integritasnya baik fisik maupun moral dan atribut-atribut yang tidak
dapat dipisahkan dari personalitasnya;
2. Principle of non discrimination, yaitu suatu prinsip yang
menyatakan bahwa setiap individu berhak untuk mendapatkan
perlakuan yang sama tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, ras,
suku, agama, bangsa, status social, dan lain sebagainya;
3. Principle of security, yaitu suatu prinsip yang menyatakan bahwa
setiap individu berhak untuk mendapatkan perlindungan keamanan dan
seseorang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas suatu perbuatan
yang tidak dilakukannya;
4. Principle of liberty, yaitu suatu prinsip yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk menikmati kebebasan individual;
5. Principle of sosial well being, yaitu suatu prinsip yang menyatakan
bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menikmati kondisi
kehidupan yang menyenangkan.
KESIMPULAN
Literatur:
Wajib
- Universal Declaration of Human Rights
- International Covenant on Civil and Political Rights
- Rome Statute of the International Criminal Court
- Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana
- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
- Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia
Penunjang
- Effendi, H.A. Masyhur, Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia
(HAM) dan Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia
(HAKHAM), Gahlia Indonesia, Jakarta, 2005.
- Manan, Bagir dkk, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak
Asasi Manusia di Indonesia, PT Alumni, Bandung, 2001.
- Tinton Slamet Kurnia, Reparasi (Reparation) Terhadap Korban
Pelanggaran HAM di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2005.