Anda di halaman 1dari 98

GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT

DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI

PALEMBANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

CHANDRA PERDANA
1111101000127

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, 2 Oktober 2015
Chandra Perdana, NIM : 111101000127
GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA
DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG
TAHUN 2015
(xi + 68 halaman, 2 bagan, 3 gambar, 15 tabel, 2 grafik, 14 lampiran.)

ABSTRAK
Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan yang harus dilindungi
untuk kelangsungan hidup. Pencemaran udara menimbulkan penyakit yang
berkaitan dengan pernafasan dan kardiovaskular hingga mengakibatkan perubahan
fungsi fisiologis pada organ tersebut. Salah satu gas pencemar udara adalah gas
amonia (NH3). Penggunaan amonia sebagian besar digunakan pada industri pupuk.
Salah satu industri pupuk di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (PT) Pupuk
Sriwidjaja (Pusri) Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain cross sectional yang menggambarkan asupan amonia pada
masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang. Pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner, penimbangan berat badan sebanyak 309 responden
dan pengukuran langsung udara ambien menggunakan impinger di pemukiman
sekitar PT. Pusri Palembang yang masuk dalam radius 800 meter, 1050 meter, dan
1300 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsentrasi amonia rata-
rata dalam udara ambien di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang terletak antara
0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3, nilai laju asupan terletak antara 0,5991 m3/jam
sampai 0,6089 m3/jam, nilai lama pajanan terletak antara 21 jam/hari sampai 24
jam/hari, nilai frekuensi pajanan terletak antara 354 hari/tahun sampai 359
hari/tahun, nilai durasi pajanan terletak antara 29 tahun sampai 33 tahun, nilai berat
badan terletak antara 56,48 kg sampai 58,99 kg, nilai asupan pajanan amonia
terletak antara 0,0061 mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari. Terdapat perbedaan
yang bermakna nilai asupan dari ketiga cluster berdasarkan jarak tempat tinggal
dengan sumber emisi amonia dengan nilai p =0,000 (P-value < 0,05).
Kata Kunci : Asupan Amonia, Pemukiman Sekitar PT. Pusri Palembang
Daftar Bacaan : 56 (1986-2015)

ii
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTEMEN OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergraduated Thesis, 2 October 2015
Chandra Perdana, NIM: 1111101000127
OVERVIEW OF INTAKE AMMONIA ( NH3 ) TO THE COMMUNITY
ADULT IN THE REGION AROUND SETTLEMENT PT .PUSRI
PALEMBANG 2015.
(xi + 68 pages, 2 charts, 3 pictures, 15 tables, 2 graph, 14 attachment )
ABSTRACT
The Air is important factor in the life which is to protect the survival.
Contaminated air cause a disease related to cardiovascular and respiration until the
occurrence of physiological changes as pulmonary function and blood pressure.
One of the gas that role in inflicting air pollution is ammonia gas ( NH3 ). The use
of ammonia is largely used in the fertilizer .One of fertilizer industry in indonesia
is PT. Pusri Palembang. The research is research quantitative with the design cross
sectional describing intake ammonia on the community adult around settlement PT
.Pusri Palembang. The data collection was done with the questionnaire , weighing
weight as many as 309 respondents and measurement of direct ambient air use
impinger in the area around PT .Pusri Palembang in radius 800 meters , 1050
meters, and 1300 meters.This research result indicates that the total amount of the
concentration of ammonia average in ambient air in residential areas PT .Pusri
Palembang situated between 0,0275 mg/m3 until 0,032 mg/m3 , the value of the rate
of intake situated between 0,5991 m3/hours till 0,6089 m3 /hour , the value of long
exposure situated between 21 hours/day to 24 hours/day , the value of the frequency
of exposure situated between of 354 days/year until 359 days/year , the value of the
duration of exposure situated between 29 years until 33 years , the value of weight
situated between 56,48 kg until 58,99 kg , the value of intake exposure ammonia
situated between 0,0061 mg /kilogram/day until 0,0076 mg/ kilogram/day .There
are significant differences intake value of the three clusters based on the distance
between their houses to the source of the emission of ammonia (p-value < 0,05).
Keyword : Intake ammonia , settlements around PT.Pusri palembang
Reading List : 56 (1986-2015)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi
1. Nama Lengkap : Chandra Perdana
2. Tempat Tanggal Lahir : Lubuklinggau, 15 april 1994
3. Alamat Asal : perumnas nikan blok EI no 11,
Lubuklinggau,
sumatera selatan
4. Alamat Domisili : Jl. Kertamukti, kelurahan cireunde. RT.02
RW. 09. No.20
5. Agama : Islam
6. Jenis kelamin : Laki-laki
7. Golongan darah :O
8. Status : Belum Menikah
9. Program Studi : Kesehatan Masyarakat
10. Nomor Telepon 085758604120
11. Email : cperdana91@yahoo.co.id /
chaper007@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


1. SD Negeri 47 Kota Lubuklinggau
2. SMP Negeri 2 Kora lubuklinggau
3. MA Negeri 1 (model) Kota Lubuklinggau
4. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t. yang atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA DI
KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG TAHUN 2015”

Pada penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik

teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan penulis yang belum mencapai

kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi

penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,

khususnya kepada :

1. Bapak DR. H. Arif Sumantri, SKM, M.KES selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dewi Utami Iriani, PhD selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Raihana Nadra Al Kaff, SKM, M.MA selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini

4. Bapak dan Mamak serta adik-adik ku tercinta yang selalu mendukung,

mendoakan dan kasih sayang kepada penulis untuk lancarnya proses

penyusunan skripsi ini ini,

5. Teman-teman seperjuangan Rois Solichin, Muslim bahori, Sugiarto, Hidayat,

Tri bayu, Hidrial Liza, Mahmud Badarudin.

vii
6. Rekan-rekan Peminatan Kesehatan Lingkungan Rois, Ibnu, Almen, Hari,

Pewe, onoy, ayu, efri, shela, ila, tika, beti, niken, fiya, rahma, ika, manyun, lifi,

awal, sarjeng, sitepu, fella, cepol,

7. Rekan- rekan mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Semoga skripsil ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran

serta pencerahan khususnya bagi penulis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat

tercapai, amien.

Jakarta, 2 Oktober 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. i


ABSTRAK ...........................................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiv
DAFTAR GRAFIK............................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Pertanyaan Penelitian 5
1.4. Tujuan Penelitian 6
1.4.1. Tujuan Umum Penelitian 6
1.4.2. Tujuan Khusus Penelitian 6
1.5. Manfaat Penelitian 7
1.5.1. Manfaat Untuk Peneliti 7
1.5.2. Manfaat Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat ................................... 7
1.5.3. Manfaat Untuk Pemerintah dan PT Pusri Palembang ..................................... 7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9
2.1. Udara 9
2.1.1. Pengertian 9
2.1.2. Komposisi Udara 9
2.1.3. Jenis-Jenis Udara 10
2.2. Pencemaran Udara 10
2.2.1. Pengertian 10
2.2.2. Dampak Pencemaran Udara 11
2.3. Amonia 12
2.3.1. Sifat Fisika Amonia 13
ix
2.3.2. Sifat Kimia Amonia ...................................................................................... 13
2.3.3. Sumber Amonia ............................................................................................ 14
2.3.4. Pajanan Amonia ............................................................................................ 15
2.3.5. Dampak Gas Amonia Terhadap Kesehatan Manusia .................................... 17
2.4. Asupan/Intake ....................................................................................................... 19
2.5. Teknik Pengambilan Sampel Udara ...................................................................... 21
2.6. Kerangka Teori ..................................................................................................... 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................. 24
3.1. Kerangka Konsep 24
3.2. Definisi Operasional 26
3.3. Uji Hipotesa 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 28
4.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 28
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 28
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 30
4.3.1. Populasi 30
4.3.2. Sampel 30
4.3.2.1. Responden 30
4.3.2.2. Udara 30
4.3.3. Pengambilan dan Perhitungan Sampel.......................................................... 31
4.3.4. Metode Pengukuran Konsentrasi Amonia .................................................... 34
4.3.5. Metode Penimbangan Berat Badan ............................................................... 38
4.4. Pengolahan dan Penyajian Data ............................................................................ 39
4.5. Analisis Data 40
4.5.1. Analisis Univariat 40
4.5.2. Analisis Bivariat 41
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 42
3.1. Profil Lokasi Penelitian 42
3.2. Karakteristik Responden 42
1.1.1. Umur 42
1.1.2. Jenis Kelamin 43
1.1.3. Jenis Pekerjaan 44
1.2. Deskriptif Variabel Penelitian............................................................................... 44
1.2.1. Konsentrasi Amonia 44
x
1.2.2. Laju Asupan 45
1.2.3. Lama Pajanan 46
1.2.4. Frekuensi Pajanan 46
1.2.5. Durasi Pajanan 47
1.2.6. Berat Badan 47
1.2.7. Asupan Amonia 48
BAB V1 PEMBAHASAN ................................................................................................ 52
6.1. Keterbatasan Penelitian 52
6.2. Konsentrasi Amonia di udara................................................................................ 52
6.3. Laju Asupan 54
6.4. Lama Pajanan 56
6.5. Frekuensi Pajanan 57
6.6. Durasi Paparan 58
6.7. Berat Badan 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 64
7.1. Kesimpulan 64
7.2. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 66

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pencemar Udara dan Dampak Kesehatan ........................................... 13


Tabel 2.2 Sifat Fisika Amonia ........................................................................... 16
Tabel 2.3 Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Pada
Jalur Inhalasi ....................................................................................... 25
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 32
Tabel 5.1 Gambaran Usia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri
Palembang Tahun 2015 ....................................................................................... 42
Tabel 5.2 Gambaran Jenis Kelamin Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman
PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ....................................................................... 43
Tabel 5.3 Gambaran Jenis Pekerjaan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman
PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ....................................................................... 44
Tabel 5.4 Gambaran Konsetrasi Amonia Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri
Palembang Tahun 2015 ....................................................................................... 45
Tabel 5.5 Gambaran Laju Asupan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT.
Pusri Palembang Tahun 2015.............................................................................. 45
Tabel 5.6 Gambaran Lama Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman
PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ....................................................................... 46
Tabel 5.7 Gambaran Frekuensi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ................................................... 46
Tabel 5.8 Gambaran Durasi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman
PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ....................................................................... 47
Tabel 5.9 Gambaran Berat Badan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT.
Pusri Palembang Tahun 2015.............................................................................. 47
Tabel 5.10 Gambaran Asupan Amonia Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ................................................... 48
Tabel 5.11 Tabel Perbedaan Rata-Rata Nilai Asupan Masyarakat Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang pada Cluster 1, Cluster 2, Cluster 3
Tahun 2015.......................................................................................................... 48

xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................ 23
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ...............................................................................25

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian .............................................................................29
Gambar 4.2 cluster sampling ..............................................................................31
Gambar 4.3 Titik Pengambilan Sampel Udara ...................................................32

xiv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 gambaran Nilai Konsentrasi Amonia dan Asupan Amonia Masyarakat
Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ........................................ 49
Grafik 5.2 Gambaran Nilai Berat Badan dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 .................................................... 50

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan yang harus dilindungi

untuk kelangsungan hidup. Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya

pembangunan, kualitas udara mengalami perubahan. Oleh karena itu jika

pembangunan di berbagai bidang tidak diiringi dengan upaya pengelolaan

lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran

udara baik secara langsung maupun tidak langsung (Wardhana, 2004).

Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun dan

partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan

bakar kendaraan, dari rumah tangga dan juga dari industri. Bahan pencemar

udara ini terdispersi dalam udara, sehingga pada kadar tertentu polusi udara

tidak dapat dihindarkan lagi (Sugiarti 2009 ).

Menurut penilaian World Health Organization (WHO) polusi udara

menimbulkan penyakit yang terkait respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular,

terganggunya aktivitas harian akibat sakit, gejala batuk, sesak, dan infeksi

saluran pernapasan, hingga terjadinya perubahan fisiologis seperti fungsi paru

dan tekanan darah. Polusi udara diperkirakan memberi kontribusi bagi 2 juta

kematian di seluruh dunia setiap tahun. Lebih dari setengah kematian tersebut

terjadi di negara berkembang (WHO, 2005).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi

infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Indonesia meningkat dari 24% pada

1
2

tahun 2007 menjadi 25% pada tahun 2013. Prevalensi ISPA di Provinsi

Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 17,5% pada tahun 2007 menjadi

20% pada tahun 2013. Prevalensi ISPA di Kota Palembang pada tahun 2007

sebesar 6,8% meningkat pada tahun 2014 menjadi 13,8% dan prevalensi ISPA

di pemukiman sekitar PT Pusri sebesar 11,47% pada tahun 2014 yang

menunjukkan angka tersebut masih belum mencapai indikator yang ditetapkan

yaitu 10% (Dinkes Kota Palembang 2014).

Salah satu gas yang berperan dalam menimbulkan pencemaran udara adalah

gas amonia (NH3). Udara yang tercemar gas amonia dapat menyebabkan

gangguan saluran pernafasan. Pada kadar 5-50 ppm gas amonia menyebabkan

hidung kering, kelelahan syaraf, pada kadar 1000-1500 ppm dapat

menyebabkan dyspnea, nyeri dada, kejang pada saluran pernafasan dan

tertundanya edema paru yang berakibat fatal (SIKERNAS, 2012) . Kematian

mendadak akibat pemaparan amonia secara akut terjadi diakibatkan karena

adanya penyumbatan saluran pernafasan, dan adanya infeksi atau komplikasi

lainnya. Hal ini merupakan faktor yang dapat menyebabkan kematian pada

orang-orang yang bertahan selama beberapa hari ataupun seminggu setelah

terpapar amonia (Hutabarat, 2007).

Kadar amonia yang tinggi dapat menjadi indikasi adanya pencemaran bahan

organik yang berasal dari limbah domestik, limpasan pupuk pertanian dan

limbah industri (Sihaloho, 2009). Limbah dengan kandungan amonia sebagian

besar bersumber dari sekresi mamalia dalam bentuk urin (peternakan), pabrik

asam nitrat, dan pabrik pupuk (Brigden dan Stringer, 2000). Menurut Agency
3

For Toxic Subtances and Disease Registry (2004) penggunaan amonia

sebagian besar digunakan pada industri pupuk.

Salah satu industri pupuk di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (PT)

Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang yang telah berdiri lebih dari 50 tahun di

Indonesia dalam memproduksi amonia. PT. Pusri Palembang menghasilkan

amonia dengan nilai produksi yang meningkat dari 1.381.150 ton pada tahun

2007 menjadi 1.980.020 pada tahun 2013. Bahan baku pembuatan amonia di

PT. Pusri Palembang berasal dari gas bumi yang diperoleh dari Pertamina

dengan komposisi utama metana (CH4) sekitar 70% dan karbon dioksida (CO2)

sekitar 10% (Pusri, 2014).

Pada proses pembuatan pupuk urea PT. Pusri Palembang, limbah yang

dikeluarkan mengandung amonia dalam bentuk gas dapat terdispersi hingga

1300 meter dari tangki amonia (Novrikasari, 2014). Apabila limbah ini dibuang

langsung ke udara ambien dan langsung dimanfaatkan oleh manusia untuk

bernafas maka hal ini akan mempengaruhi kualitas udara ambien dan

mengurangi derajat kesehatan manusia, tidak hanya akan memberikan potensi

bahaya terhadap pekerja, melainkan juga terhadap masyarakat yang tinggal di

sekitar pabrik (Dwirani,2004).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan asupan amonia di

udara antara masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar industri dengan yang

jauh dari industri. Seperti pada hasil penelitian Haryoto, dkk (2014), ada

perbedaan besar risiko gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal di TPA

Putri Cempo terhadap pajanan amonia. Penelitian Daud, dkk (2012)


4

menunjukkan bahwa responden yang melakukan aktifitasnya masih dalam

lokasi sekitar penelitian menunjukkan tingkat laju asupan yang tinggi sehingga

makin besar juga risiko responden untuk terpapar udara yang tercemar. Laju

asupan pada jalur inhalasi juga dipengaruhi dengan usia karena perbedaan

Kapasitas Volum Paru (KVP) dimana KVP orang dewasa lebih besar

dibandingkan dengan anak-anak (Syaifudin,1997). Penelitian Juniarto (2011),

menunjukkan semakin lama durasi responden terpajan amonia yang terjadi

maka frekuensi kejadian gangguan kesehatan yang terjadi akan semakin

bertambah.

Berdasarkan hasil pengukuran dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)

Palembang di udara ambien sekitar PT. Pusri Palembang tahun 2014

menunjukkan rata-rata konsentrasi gas amonia sebesar 0,327 ppm/24 jam.

Konsentrasi tersebut menurut Irianto (2014) melebihi komposisi udara bersih

dan kering yaitu sebesar 0,01 ppm serta bertambahnya pabrik pembuatan

pupuk urea di PT. Pusri serta kegiatan produksi yang dilakukan setiap hari

(Pusri, 2015), memungkinkan konsentrasi amonia itu meningkat. Hal ini

diperkuat dengan keluhan masyarakat di pemukiman sekitar PT. Pusri

Palembang yang selalu mencium bau amonia yang berasal dari limbah gas PT.

Pusri Palembang.

Maka berdasarkan pernyataaan di atas maka peneliti tertarik untuk melihat

gambaran asupan amonia pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang.


5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data kesehatan, konsentrasi amonia dan keluhan masyarakat

yang tinggal di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang, yang terpajan udara

mengandung amonia secara terus-menerus sehingga berpotensi menyebabkan

gangguan kesehatan pada masyarakat seperti gangguan saluran pernafasan di

pemukiman sekitar PT Pusri Palembang. Oleh karena itu, rumusan masalah

penelitian ini akan dilihat gambaran asupan amonia pada masyarakat dewasa

di pemukiman sekitar PT Pusri Palembang.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar pemukiman

PT. Pusri Palembang 2015 ?

2. Berapa nilai laju asupan amonia pada masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

3. Berapa nilai lama pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

4. Berapa nilai frekuensi pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

5. Berapa nilai berat badan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman

PT. Pusri Palembang 2015 ?

6. Berapa nilai asupan amonia pada masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

7. Apakah ada perbedaan asupan amonia masyarakat berdasarkan jarak tempat

tinggal dari sumber emisi amonia ?


6

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asupan amonia pada

masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri

Palembang tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus Penelitian

1. Diketahui nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

2. Diketahui nilai laju asupan amonia masyarakat dewasa di kawasan

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

3. Diketahui nilai lama pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

4. Diketahui nilai frekuensi pajanan masyarakat dewasa di kawasan

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

5. Diketahui nilai berat badan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 setiap hari

6. Diketahui nilai asupan amonia masyarakat dewasa di kawasan

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

7. Diketahui perbedaan asupan amonia masyarakat berdasarkan jarak

tempat tinggal dari sumber emisi amonia ?


7

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Untuk Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahun dan

keterampilan peneliti tentang gambaran asupan amonia pada

pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang. Selain itu dapat juga

menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya bidang

kesehatan lingkungan

1.5.2. Manfaat Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat

Informasi dari penelitian ini dapat menjadi bahan tambahan ilmu

untuk pengembangan kemampuan mahasiswa. Selain itu juga dapat

sebagai bahan yang dapat dikembangkan untuk penelitian berikutnya

dalam melihat hubungan asupan amonia dengan kesehatan.

1.5.3. Manfaat Untuk Pemerintah dan PT Pusri Palembang

Memberikan masukan mengenai gambaran konsentrasi amonia dan

risiko terhadap masyarakat yang ada di pemukiman sekitat PT. Pusri

Palembang sehingga dapat dibentuk program preventif yang sesuai.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional yang menggambarkan asupan amonia secara inhalasi pada masyarakat

dewasa pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang. Penelitian ini dilakukan oleh

mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilaksanakan pada Januari sampai September


8

2015. Adapun masyarakat pemukiman yang dimaksud adalah masyarakat

dewasa yang tinggal menetap di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang

dengan radius 800, 1050, dan 1300 meter dari PT. Pusri Palembang dimana

populasi tersebut relatif lama dan sering terpajan oleh polusi akibat limbah

amonia dari PT Pusri Palembang.

Data konsentrasi amonia didapatkan dari pengukuran langsung di udara

ambien di titik yang ditentukan peneliti dengan menggunakan impinger.

Pengumpulan data laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan masyarakat

sekitar PT. Pusri didapatkan dengan menggunakan kuesioner dan data berat

badan didapatkan dengan pengukuran langsung dengan timbangan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udara

2.1.1. Pengertian

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu

konstan. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekekliling

bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia

ini (Fardiaz, 1992).

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan. Namun,

kualitas udara yang baik sangat diperlukan oleh manusia, karena dapat

mempengaruhi kesehatan manusia itu sendiri. Menurunnya kualitas

udara akibat terjadinya pencemaran di suatu wilayah seringkali baru

dirasakan setelah dampaknya menyebabkan gangguan kesehatan pada

mahluk hidup, termasuk pada manusia (Fardiaz, 1992).

2.1.2. Komposisi Udara

Udara terdiri dari campuran beberapa macam gas yang

perbandingannya tidak tetap , namun tergantung pada keadaan suhu

udara, tekanan udara dan lingkungan disekitarnya. Komposisi normal

udara terdiri atas gas nitrogen 78,08%, oksigen 20,9%, karbon dioksida

0,03% dan selebihnya terdiri dari gas argon, neon, kripton, xenon dan

helium (Sumantri, 2010).

9
10

Menurut Irianto (2014) komposisi udara bersih dan kering pada

umumnya tersusun sebagai berikut nitrogen (780,900 ppm), oksigen

(209,400 ppm), argon (9,300 ppm), karbon dioksida (318 ppm), karbon

monoksida (0,1 ppm), helium (5,2 ppm), kripton (1 ppm), xenon (0,008

ppm), nirogen oksida (0,25 ppm), nitrogen oksida (0,0001 ppm),

hidrogen (0,5 ppm), metana, (1,5 ppm), ozon (0,02 ppm), neon (18

ppm), sulfur dioksida (0,0002 ppm), amonia (0,01 ppm).

2.1.3. Jenis-Jenis Udara

Menurut Peraturan Pemerintah RI NO. 41 tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara, udara terbagi menjadi udara ambien

dan udara emisi. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi

pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik

Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,

makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Sedangkan udara

emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari

suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara

ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai

unsur pencemar.

2.2. Pencemaran Udara

2.2.1. Pengertian

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup RI. No.KEP-03/MENKLH/II/1991, pencemaran

udara adalah masukan atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi

dan/atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses


11

alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukannya.

Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam ruang (PUDR), polusi

udara luar ruang (PULR) dan polusi udara akibat dari lingkungan kerja

(Hidayat dkk, 2012 ). Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana,

misalnya di dalam rumah, sekolah, kantor atau yang sering disebut

sebagai pencemar dalam ruang. Selain itu, gejala secara akumulatif juga

terjadi di luar ruang mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan,

hingga ke tingkat regional, bahkan saat ini sudah menjadi gejala global

(Ali ,2008).

2.2.2. Dampak Pencemaran Udara

Pencemaran udara menimbulkan dampak buruk terhadap

lingkungan maupun kesehatan diantaranya adalah (Sumantri, 2010):

1. Lingkungan

a. Menyebabkan terjadinya hujan asam

b. Menyebabkan efek rumah kaca

c. Kerusakan lapisan ozon

2. Kesehatan

a. Menyebabkan terjangkitnya penyakit pernafasan, seperti ISPA

b. Memicu terjadinya stress

c. Menyebabkan efek toksik dan karsinogenik


12

Tabel 2.1 Pencemar Udara dan dampak kesehatan

No Agent Dosis Respon Efek Kritis dan


Referensi
1 NH3 2,86E-2 Kenaikan keparahan
rintis dan pneumonia
dengan lesi pernafasan
pada uji hayati tikus
subkronik (Broderson
et.al. 1976)
2 H2S 5,71E-4 Lesi nasal lendir
offaktori pada uji
hayati tikus subkronik
(Brenneman et.al
2000)
3 NO 2 2E-2 Gangguan pernafasan
(EPA/NAAQS 1990)
4 TSP 2,42 Gangguan saluran
pernafasan
Sumber: Rahman dalam Kemenkes, 2012

2.3. Amonia

Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna terdiri dari 1 unsur nitrogen

(N) dan tiga unsur hidrogen (H3) dengan titik didih -33,5oC cairannya

mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 Kj/g pada titik didihnya

(EPA, 2004).

Emisi NH3 utama mulai terjadi dari sumber peternakan, pertanian, industri

dan sangat dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, dispersi dengan cepat di

atmosfer menyebabkan terjadinya pencampuran yang baik dengan udara.

Konsentrasi yang tinggi dapat terjadi pada sumber yang tertutup, hal ini

dikarenakan frekuensi amonia mempunyai kecepatan pengendapan yang besar

(pada tanah semi natural dan hutan), bergantung pada kondisi permukaan

tanah. Sebaliknya, aerosol NH4+ umumnya memiliki kecepatan pengendapan

yang kecil dan dengan mudah dapat terbawa udara dengan jangkauan jarak
13

tertentu tergantung pada kondisi angin dan suhu udara (Sutton dkk,1993). Pada

kondisi normal dengan kecepatan angin normal 3m/s dan suhu 350C jarak

dispersi amonia di atmosfir sejauh 866,2 meter (Hassan dkk, 2009).

Reaksi kimia melibatkan amonia untuk menghasilkan secondary PM2,5 hal

ini bergantung pada konsentrasi nitrat dan sulfat di atmosfer. Pada area dengan

konsentrasi NH3 dan asam nitrat tinggi, serta konsentrasi sulfat rendah, NH3

akan bereaksi sehingga membentuk ammonium sulphat (CENR, 2000).

2.3.1. Sifat Fisika Amonia

Tabel 2.2 Sifat Fisika Amonia

Sifat Fisika Nilai


Massa jenis dan fasa 0,7710 g/L, gas
Kelarutan dalam air 89,9 g/100ml pada 0oC
Titik lebur -77,7 0C (195,42 K)
Temperatur autosulutan 6500C
Titik didih -33,340C (239,81 K)
Keasaman (pKa) 9,25
Kebasaan (pKb) 4,75
Sumber : Toxicological Profile For Ammonia, EPA.2004

2.3.2. Sifat Kimia Amonia

Amonia adalah gas yang mudah terbakar dan bereaksi dengan

oksigen membentuk nitrogen dan air atau nitrogen oksida dan air.

Oksidasi amonia yang baik terhadap hydrazin, bersifat korosif dan

oksidasi garam ammonium pada dicro-mate dan perchlorate dapat

meledak ketika dipanaskan (Lerner dan Lerner, 2008).

Dalam air, amonia mudah terdekomposisi menjadi ion amonium

dengan persamaan reaksi sebagai berikut :


14

NH3 + H2O NH3H2O NH4+ + OH

Amonia merupakan senyawa nitrogen yang mudah larut dalam air

dan bersifat basa sehingga dalam air akan membentuk ammonium

hidroksida. Pada air dengan termperatur 00C dan pH 10, sebanyak 89%

amonia berada dalam bentuk tak terionkan. Reaksi amonia dengan ozon

berlangsung sangat lambat, diperkirakan konstanta kecepatan reaksinya

dengan ozon sekitar 20M-1s-1 dengan t1/2 = 96 jam (pada pH 7;

konsentrasi ozon 1 mg/L) sedangkan proses oksidasi oleh OH radikal

dapat berlangsung lebih cepat yaitu 9.1 x 105 M-1s-1 (Gunten, 2003).

Berikut merupakan reaksi antara amonia dengan ozon :

4 O3 + NH3 NO3 + 4O2 + H2O+

2.3.3. Sumber Amonia

Secara alami amonia diproduksi oleh semua mamalia dalam

metabolisme tubuh. Amonia di produksi setiap hari di dalam tubuh

.Kebanyakan dari amonia diproduksi oleh organ dan jaringan , tapi ada

yang diproduksi oleh bakteri yang hidup di dalam usus (EPA, 2004).

Amonia di atmosfer berasal dari berbagai sumber, antara lain berasal

dari dekomposisi kotoran, industri pembuatan pupuk,proses pemurnian

minyak bumi, peternakan, dan penggunaan pupuk (CENR, 2000;

EPA,2004). Dari sumber tersebut amonia ditemukan di udara, tanah,

dan air. Amonia ditemukan berbentuk gas di dekat lokasi limbah

industri, di larutan air kolam atau badan air dekat limbah, dan amonia

juga ditemukan melekat pada partikel tanah di area pembuangan limbah

(EPA,2004).
15

2.3.4. Pajanan Amonia

Pajanan adalah pengalaman yang didapat populasi atau organisme

akibat terkena atau terjadinya kontak dengan suatu faktor agen potensial

yang berasal dari lingkungan. Faktor pajanan adalah faktor yang

berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia yang dapat

membuat populasi atau organisme terpajan suatu agen (EPA, 2011;

ATSDR, 2015). Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu jenis agen,

berapa banyak agen tersebut, berapa lama waktu terpajan, seberapa

sering organisme terpajan, darimana jalur agen memajani organisme

atau populasi, kondisi tubuh populasi atau organisme. Jenis paparan

dapat dilihat dari sifat pemapar dan sifat agen. Sifat pemapar seperti zat

kimiawi, fisis, biologis, atau campuran sedangkan sifat agen dibagi atas

2 yaitu :

1. Agen Sistemik

Agen yang apabila berhasil memasuki tubuh organisme, dapat

beredar dan menimbulkan efek di seluruh tubuh

2. Agen Lokal

Agen yang hanya memberi dampak lokal pada organisme di

bagian/organ target tertentu saja, yakni bagian tubuh yang

terpapar.

Menurut EPA (2004) dan Makarovsky dkk (2008) amonia dapat

masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi, ingesti, dan dermal.

Amonia dapat masuk ke dalam tubuh jika menghirup udara yang

mengandung amonia atau mengkonsumsi makanan yang mengandung


16

garam amonium. Jika amonia mengenai kulit, maka sejumlah kecil

amonia tersebut dapat masuk ke dalam tubuh. Dalam kehidupan sehari-

hari umumnya amonia masuk lewat jalur inhalasi dan ingesti sedangkan

untuk jalur dermal jarang ditemukan. Rata-rata amonia yang masuk ke

tubuh bersumber dari 78,3% lewat jalur inhalasi dan 21,7% lewat jalur

ingesti ( IPCS, 1986 ). Namun amonia di perairan dapat menghilang

melalui proses volatilisasi tekanan parsial dalam larutan meningkat

dengan semakin semakin meningkatnya pH, sedangkan amonia di

dalam tanah akan di ubah menjadi nitrat dalam proses nitrifikasi atau

denitrifikasi oleh bakteri (Effendi, 2003). Sehingga jalur masuknya

amonia lewat jalur ingesti sangat kecil kemungkinannya.

Ketika amonia masuk saat bernafas maka sebagian masuk ke

dalam tubuh akan diserap oleh paru-paru kemudian amonia berikatan

dengan darah yang ada di dalam paru-paru. Darah yang berasal dari

paru-paru kemudian diedarkan ke jantung melalui pembuluh darah vena

pulmonalis. Kemudian darah diedarkan ke suluruh tubuh dan masuk ke

dalam ginjal melalui pembuluh darah arteri renalis. Amonia yang

masuk ke dalam ginjal akan diubah bentuk menjadi ion ammonium oleh

glutamin dengan cara deaminasi yang dikatalis oleh enzim glutaminase.

Ion ammonium disekresikan ke urin sehingga urin menjadi lebih asam,

sedangkan amonia yang tidak dikeluarkan melalui urin akan menumpuk

di dalam ginjal dan akan menyebabkan kerusakan ginjal. Kerusakan

ginjal dapat mengakibatkan hemoglobin dalam darah turun (anemia)


17

dan sesak nafas karena menurunnya daya perfusi pulmonal (Arisman,

2010).

2.3.5. Dampak Gas Amonia Terhadap Kesehatan Manusia

Penelitian yang dilakukan oleh Arwood dan Ward (1985)

menyatakan banyak terjadi kematian akibat menghirup amonia. Pada

umumnya kematian tersebut adalah akibat paparan akut gas amonia.

Suatu studi dilakukan oleh Hederik dkk (2000) pada petani yang

bekerja pada tempat penyimpanan ternak, pada penelitian ini dilakukan

pengukuran kadar amonia, debu total, jamur dan bakteri,

karbondioksida, endotoxin total, endotoxin yang dapat dihirup. Dari

kesemua itu yang paling berhubungan dengan peningkatan ganngguan

pernafasan adalah amonia dan debu, dan gangguan pernafasan

berkurang pada saat pemaparan dihilangkan kadar amonia berkisar 1,60

mg/m3 dan debu 2,63 mg/m3. Efek pernafasan berupa reaktivitas

Bronchial, inflamasi, batuk-batuk, susah bernafas, sesak nafas,

berkurangnya fungsi paru.

Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Ballal dkk (1998),

pada pekerja laki-laki di dua pabrik pupuk di Saudi Arabia

menunjukkan adanya hubungan antara pemaparan gas amonia dengan

gejala gangguan pernafasan termasuk asma Bronchial. Pekerja pada

pabrik pertama terpapar pada kadar 2,82-183,86 ppm memiliki

gangguan pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja

pada pabrik kedua terpapar pada kadar 0,03-9.87 ppm.


18

Pekerja dapat terpapar dengan amonia dengan cara terhirup gas

ataupun uapnya, tertelan, ataupun kontak dengan kulit, pada umumnya

adalah melalui pernafasan (dihirup). Amonia dalam bentuk gas sangat

ringan, lebih ringan dari udara sehingga dapat naik, dalam bentuk uap,

lebih berat dari udara, sehingga tetap berada dibawah. Gejala yang

ditimbulkan akibat terpapar dengan amonia tergantung pada jalan

terpaparnya, dosis, dan lama pemaparannya. Gejala-gejala yang dialami

dapat berupa mata berair dan gatal, hidung iritasi, gatal dan sesak, iritasi

tenggorokan, kerongkongan dan jalan pernafasan terasa panas dan

kering, batuk-batuk. Pada dosisi tinggi dapat mengakibatkan kebutaan,

kerusakan paru-paru, bahkan kematian, amonia juga dapat masuk ke

dalam tubuh melalui kulit (Hutabarat, 2007 ).

Penelitian De la Hoz dkk. (1996) menemukan dari 94 kasus,

terdapat 20 yang berakibat fatal dan memerlukan pengobatan selama 1

tahun atau lebih.

Efek yang ditimbulkan akibat pemaparan amonia bervariasi

bergantung kadarnya, yaitu (Makarovsky dkk, 2008) :

1. 50 ppm mengakibatkan iritasi ringan pada mata, hidung dan

tenggorokan, toleransi dapat terjadi dalam 2 jam pajanan.

2. 100 ppm, mengakibatkan iritasi tingkat menengah pada mata.

3. 250 ppm, berdampak pada kesehatan ketika terpajan lebih dari 60

menit

4. 500 ppm, merupakan kadar yang memberikan dampak bahaya

langsung pada kesehatan


19

5. 700 ppm,berdampak langsung pada mata dan tenggorokan

6. >1500 ppm, mengakibatkan laryngospasm

7. 2500 – 4500 ppm, berakibat fatal setelah pernaparan selama

setengah jam

8. >5000 ppm, berakibat fatal dapat menyebabkan kematian mendadak

2.4. Asupan/Intake

Asupan/intake adalah jumlah asupan risk agent yang diterima rata-rata

sampel per berat badan rata-rata sampel per hari (Kemenkes, 2012). Untuk

menghitung intake digunakan persamaan atau rumus. Data yang digunakan

untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran

konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau

data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan

yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH, Dinas

Kesehatan, LSM, dll), dan asumsi yang didasarkan pertimbangan

yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia. Data yang

digunakan untuk melakukan perhitungan intake yaitu:

1. Konsentrasi agen risiko

2. Laju asupan atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya.

Oleh karena laju asupan berhubungan dengan berat badan, berdasarkan

data yang tersedia oleh Abrianto (2004) merumuskan hubungan berat

badan dengan laju asupan dengan persamaan regresi linier y= 5,3 Ln(x) –

6,9. Dengan y = R (m3/hari) dan x = Wb (kg). Persamaan tersebut telah

digunkan dalam penelitian Rahman, dkk (2008) yang menghasilkan laju

asupan sebesar 0,6 m3/jam.


20

3. Lamanya atau jumlah jam terpajan setiap harinya

4. Lamanya atau jumlah hari terpajan setiap tahun

5. Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

6. Berat badan

Adapun rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut :

𝐶 𝑅 𝑡𝐸 𝑓𝐸 𝐷𝑡
𝐼 =
𝑊𝑏 𝑡𝑎𝑣𝑔

Keterangan :
Tabel 2.3 Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Pada
Jalur Inhalasi

Notasi Arti Notasi Satuan Nilai default


I (Intake) Jumlah konsentrasi agen mg/kg x hari Tidak ada nilai
risiko (mg) yang masuk ke default
dalam tubuh manusia
dengan berat badan
tertentu (kg) setiap harinya
konsentrasi agen risiko
C pada media udara (udara mg/m3 Tidak ada nilai
(Concentration) ambien) default

Laju asupan atau


R (Rate) banyaknya volume m3/jam Dewasa (>13
udara yang masuk setiap tahun) : 0,83 m3
jamnya dihitung dengan /jam
persamaan y = 5,3 Ln(x) – Anak – anak (6 –
6,9 (Abrianto, 2004) 12 tahun) : 0,5 m3
/jam

Pajanan pada
tE (time of Lamanya atau jumlah Jam/hari pemukiman :
exposure) jam terjadinya pajanan 24 jam/hari
Notasi setiap harinya -Pajanan pada
lingkungan
kerja : 8 jam/hari
- Pajanan pada
sekolah dasar :
6 jam/hari
21

Notasi Arti Notasi Satuan Nilai default

fE (frecuency Lamanya atau jumlah Hari/tahun - Pajanan pada


of hari terjadinya pajanan pemukiman :
exposure) setiap tahunnya 350 hari/tahun
- Pajanan pada
lingkungan
kerja : 250
hari/tahun

Dt (duration Lamanya atau jumlah Tahun Residensial


time) tahun terjadinya pajanan (pemukiman)
/pajanan seumur
hidup : 30
tahun
Wb (weight of Berat badan manusia / Kg - Dewasa asia /
body) populasi / kelompok Indonesia : 55 Kg
populasi Anak – anak : 15 Kg

tavg(nk) Periode waktu rata – Hari 30 tahun x 365


(time average) rata untuk efek non hari/tahun =
karsinogen 10.950 hari

2.5. Teknik Pengambilan Sampel Udara

Penentuan jumlah titik sampling dilakukan menggunakan kurva

aproksimasi. Jumlah titik yang ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di

suatu wilayah dan level pencemaran (Soedomo, 2001). Jumlah penduduk di

lokasi penelitian ini adalah 5165 jiwa dan tingkat pencemaran tergolong

rendah karena terdapat satu sumber potensial. Berdasarkan kategori tersebut

dengan jumlah penduduk di bawah 1 juta jiwa dan tingkat pencemaran rendah

maka diperlukan 10 titik pemantauan udara (Soedomo, 2001). Pengukuran

konsentrasi udara akan dilakukan di pagi, sore, dan malam hari. Dalam SNI

19-7119.6-2005 mengenai penentuan lokasi pengambilan contoh uji

pemantauan kualitas udara ambien, yaitu pengukuran konsentrasi amonia

dilakukan di titik sampling menghadap ke arah angin dominan dimana arah


22

angin dominan dapat berasal dari data badan meteeorologi dan geofisika

(BMKG) . Penentuan lokasi pengambilan sampel objek juga ditetapkan

dengan mempertimbangkan faktor meteorologi, geografi dan tata guna lahan.


23

2.6. Kerangka Teori

Bagan 2.1 kerangka teori

Sumber : Sutton dkk (1993), (2011), EPA(2004), Makarovsky dkk (2008)


24

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Potensi negatif yang dihasilkan oleh industri pupuk yaitu pencemaran

udara oleh gas amonia dimana pencemaran udara adalah masuknya, atau

tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat

mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan

manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan (MENKLH,

1991).

konsentrasi gas amonia di udara dipengaruhi oleh jarak sumber pencemar

dengan lokasi sampel dimana dalam penelitian ini akan diambil sampel

berjarak 800, 1050, dan 1300 meter dari sumber pencemar (Novrikasari, 2014).

Konsentrasi amonia yang ada di udara dapat memajani manusia tergantung

pada karakteristik pajanan yang terpajan seperti laju asupan, waktu pajanan,

frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Dari hasil perhitungan

semua variabel tersebut akan menghasilkan nilai asupan/intake amonia.


25

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


26

3.2. Definisi Operasional

Alat Ukur / Skala


No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Satuan
motode Ukur
1 Konsentrasi amonia Kandungan gas amonia yang Impinger Menggunakan mg/Nm3 Rasio
terdapat dalam satuan volume udara metode Indeofenol
ambien di pemukiman sekitar
PT.Pusri pada jarak 1300 meter dari
PT. Pusri
2 Laju Asupan Volume udara yang dihirup per jam. Rumus Memasukkan nilai m3/jam Rasio
perhitungan berat badan ke
laju asupan dalam regresi laju
asupan
3 Waktu pajanan (tE) Periode waktu sampel terpajan Kuesioner wawancara Jam/hari Rasio
amonia dihitung berdasarkan jumlah
jam responden berada di lokasi
penelitian dalam satu hari

4 Frekuensi Pajanan Jumlah hari pemajanan amonia yang Kuesioner wawancara Hari/tahun Rasio
(FE) diterima responden dalam satu tahun
dikurangi lama responden
meninggalkan wilayah studi
5 Durasi Pajanan (Dt) Lamanya waktu terpajan oleh Kuesioner wawancara Tahun Rasio
amonia di lokasi penelitian
27

Alat Ukur / Skala


No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Satuan
motode Ukur
6 Berat Badan Ukuran tubuh dari sisi beratnya saat Timbangan Penimbangan Kilogram Rasio
dilakukan penelitian langsung (kg)

7 Intake/asupan (I) Jumlah asupan risk agent yang Rumus Memasukkan Mg/kg/hari Rasio
diterima rata-rata sampel per berat perhitungan data konsentrasi,
badan rata-rata sampel per hari Intake/asupan laju asupan,
waktu pajanan,
frekuensi
pajanan, durasi
pajanan dan berat
badan ke dalam
rumus
perhitungan

3.3. Uji Hipotesa

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata asupan berdasarkan jarak tempat tinggal dari sumber emisi

Ha : ada perbedaan rata-rata asupan berdasarkan jarak tempat tinggal dari sumber emisi
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional karena semua data diambil pada satu waktu. Penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan asupan amonia di udara pada masyarakat dewasa

pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang dengan menganalisa data konsentrasi,

laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan dan

asupan yang dibagi menjadi 3 cluster berdasarkan jarak pajanan dari sumber

emisi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di wilayah sekitar kawasan PT. Pusri Palembang

dengan radius 1300 meter dari sumber emisi amonia PT. Pusri yang terdiri dari

RW 7 dan RW 4 (Kelurahan Sungai Buah), RW 01 dan RW 08 (Kelurahan 3

Ilir ), RW 01 dan RW 04 ( Kelurahan 1 Ilir ), dan RW 04, RW 08 dan RW 07

(Kelurahan Tangga Takat). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari- Mei

2015.

28
29

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Sumber : google earth

Keterangan :

: Radius 1300 meter

: Titik Emisi PT. Pusri Palembang


30

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitan ini adalah seluruh masyarakat yang

bermukim pada radius 1300 meter dari sumber emisi PT. Pusri

Palembang.

4.3.2. Sampel

4.3.2.1. Responden

Sampel pada penelitan ini adalah masyarakat dewasa

(>17 tahun) yang bermukim di kawasan industri PT. Pusri di

dalam radius 800 meter, 1050 meter dan 1300 meter dari

cerobong emisi amonia industri PT.Pusri Palembang.

4.3.2.2. Udara

Sampel udara dalam penelitian ini adalah jumlah mg/m3

konsentrasi amonia di udara ambien pada pemukiman sekitar

PT. Pusri Palembang dengan radius 1300 meter dari pusat

industri.
31

Gambar 4.2 Pengambilan Sampel Udara

Sumber : Google Earth

Keterangan

: Radius 1300 meter

: Titik Emisi PT. Pusri Palembang

: Titik Pengambilan Sampel Udara

4.3.3. Pengambilan dan Perhitungan Sampel

Pemilihan sampel penelitian dilakukan di 3 cluster. Dimana cluster

ditentukan berdasarkan jarak emisi gas buang PT. Pusri Palembang ke

pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang yaitu 800 meter, 1050 meter,

1300 meter.

Penentuan jarak dimulai dari radius 800 meter ditentukan karena

pada radius tersebut baru masuk ke dalam area pemukiman masyarakat,


32

penentuan jarak terjauh yaitu 1300 meter ditentukan berdasarkan

penelitian Novrikasari (2014) yang menemukan jarak dispersi limbah

gas amonia dari sumber emisi terdispersi sejauh 1300 meter, dan

penentuan jarak 1050 meter merupakan jarak pertengahan dari jarak

terdekat dan terjauh. Sehingga terbentuk cluster 1 yaitu masyarakat

yang tinggal di radius 800 meter, cluster 2 yaitu masyarakat yang

tinggal di antara radius 800 -1050 meter, cluster 3 yaitu masyarakat

yang tinggal di antara radius 1050- 1300 meter.

Gambar 4.3 cluster sampling

sumber : google earth

Ketetangan :

: Radius 800 meter

: Radisu 1050 meter

: Radius 1300 meter


33

Penentuan sampel subyek dalam penelitian ini menggunakan

rumus Lemesshow (1997) yaitu :

N 𝑍21−𝛼/2 𝜎2
𝑛= X Deff
d2 (N − 1) + 𝑍21−𝛼/2 𝜎2

Keterangan:

n : Besar Sampel

N : Besar Populasi

𝑍21−𝛼/2 : nilai standar distribusi normal

σ : simpangan baku tertentu terhadap populasi

d : tingkat ketelitian yang diinginkan (dalam penelitian ini

digunakan sebesar 5%)

Deff : design effect diasumsikan 2

Dengan menggnakan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel

dalam penelitian ini sebagai berikut :

N : 5165 (Data Kelurahan Sungai Buah, 3 Ilir, 1 Ilir, dan

Tangga Takat, 2013 )

𝑍21−𝛼/2 : 1,96

σ : 0,32 (Haryoto , 2014)

d : 0,05

Deff : 2

5165 (1,96)2 . 0,322


𝑛= X Deff
(0,05)2 . (5165 − 1) + (1,96)2. 0,322
34

𝑛 = 308,45 = 309 (dibulatkan)

Total sampel cluster sebesar 309 sampel. Jumlah cluster terdiri dari 3

cluster. Jadi, 309/3 = 103 sampel di setiap cluster.

Penentuan sampel terpilih dilakukan dengan cara random sampling

dari kerangka sampel dari setiap cluster. Semua nama dan alamat yang

ada di kerangka sampel dimasukkan ke dalam toples lalu di kocok dan

diambil satu persatu hingga mencapai jumlah sampel yang diinginkan

yaitu 103 sampel per cluster.

4.3.4. Metode Pengukuran Konsentrasi Amonia

Teknik pengambilan sampel amonia pada penelitian ini mengacu

pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7117.6-2005 yaitu:

1. Prinsip

Gas NH3 pada gas buang buang sumber emisi tidak bergerak

dijerap dengan menggunakan pompa hisap menggunakan larutan

penjerap H3BO3 0,5% lalu tambahkan larutan fenol-pentasiano

nitrosilfelat (III) dan natrium hipoklorit untuk membentuk senyawa

komplek biru indofenol. Warna yang terbentuk diukur serapannya

pada panjang gelombang 640 nm dengan menggunakan

spektrofotometer

2. Pengambilan sampel udara

1) Meyusun peralatan pengambilan contoh uji


35

2) Memasukkan 50 ml larutan penjerap kedalam masing-masing

botol penjerap dan memasukkan pula 50 ml larutan pencuci ke

dalam botol pencuci

3) Memanaskan pipa pengambil contoh uji pada suhu 120o C.

Pertahankan suhu pipa selama pengambilan sampel

4) Mengarahkan aliran gas buang ke posisi pencucian hingga

aliran akan melalui botol pencuci

5) Menghidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 1

L/menit, matikan pompa setelah 5 menit

6) Mengarahkan aliran gas buang ke posisi pengambilan sampel

hingga lairan akan melalui botol penjerap

7) Membaca penunjukan awal pada gas meter

8) Menghidupkan pompa dan lakukan pengambilan sampel

sampai volume total 20 L dengan mengatur laju alir gas meter

1L/ menit

9) Mencatat temperatur dan tekanan gas buang pada saat

pengambilan sampel dengan menggunakan termometer dan

manometer pada gas meter

10) Mematikan pompa, tutup aliran gas dan baca penunjukan ahir

volum pada gas meter

3. Persiapan pengujian

1) Pembuatan kurva kalibrasi

a. Mengoptimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk

penggunaan alat
36

b. Menyiapkan pipet 0 mL, 1 mL, 3 mL, 5 mL, 7 mL, 10 mL,

larutan standar amonia ke dalam 6 buah tabung uji 25 mL,

menempatkan masing-masing tabung dengan larutan

penjerap sampai dengan 10 mL

c. Menambahkan 5 mL larutan fenol-natrium nitroprusid dan

aduk dengan baik

d. Menambahkan 5 mL larutan penyangga, aduk dengan baik

dan tunggu selama satu jam

e. Mengukur serapan masing-masing larutan fenol dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm

f. Membuat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah

amonia (mg)

2) Persiapan sampel

a. Memindahkan larutan yang berisi contoh uji dari kedua botol

penjerap ke dalam labu ukur 250 mL secara kuantitatif

b. membilas botol penjerap dengan air suling dan masukkan ke

dalam labu ukur di atas , encerkan dengan air suling sampai

tanda tera lalu homogenkan

c. memasukkan 100 mL larutan penjerap( blanko lapangan ) ke

dalam labu ukur 250 mL encerkan dengan air suling, larutan

ini digunakan sebagai blanko

3) Pengujian sampel

a. Memasukkan pipet 10 mL larutan sampel pada langkah c

butir a) ke dalam tabung uji 25 mL


37

b. Memasukkan pipet 10 mL larutan blanko pada langkah c

butir b) ke dalam tabung uji 25 mL

c. Melakukan pengujian sesuai dengan langkah-langkah

pada bagian 2 butir c – e

d. menghitung konsentrasi contoh uji dengan menggunakan

kurva kalibrasi

4. Perhitungan

Konsentrasi amonia dalam sampel dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut : 𝐶 = ( A−B ) 𝑥 𝑓𝑝


Vs

Dengan pengertian :

C : Konsentrasi NH3 (ppm)

A : Jumlah amoniak pada contoh uji, didapat dari kurva

kalibrasi (µL)

B : Jumlah amoniak pada larutan blanko, didapat dari kurva

kalibrasi (µL NH3)

fp : Faktor pengenceran (250/10)

Vs : Volum gas uji dalam kondisi normal pada 250C, 760 mmHg

(L)

Konversi satuan konsentrasi NH3 : C′ = C 17


24,45

Dengan pengertian :

C’ : Konsentrasi NH3 (mg/Nm3)


38

C : Konsentrasi NH3 (ppm)

17 : Berat molekul NH3

24,45: Volum gas pada keadaan standar 25o C, 760 mmHg (L)

4.3.5. Metode Penimbangan Berat Badan

Alat timbang harus dikalibrasi setiap hari sebelum ke lapangan untuk

mengecek akurasi alat timbangan. Berdasarkan pedoman Riskesdas

2013 cara kalibrasi adalah sebagai berikut:

1. menggunakan alat kalibrasi sebagai pembanding berat yang

mempunyai berat tetap contohnya: Air dalam kemasan botol 1,5 liter

sebagai pembanding

2. mencatat berat alat kalibrasi tersebut untuk digunakan sebagai

pembanding

3. Bila hasil kalibrasi pada alat timbang berubah angkanya, baterai

sudah harus diganti

Prosedur penimbangan responden dewasa sebagai berikut :

1. Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol power pada

timbangan. Mula-mula akan muncul garis bergerak-gerak tunggu

sampai muncul angka 0,0. Bila angka 0,0 sudah tidak bergerak-gerak

berarti alat timbang sudah siap digunakan

2. Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di

tengah alat timbang, tetapi tidak menutupi jendela baca

3. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap

tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus ke depan)


39

4. Angka di kaca jendela alat tibang akan muncul, dan tunggu sampai

angka tidak berubah (statis)

5. Catat angka terakhir dan isikan pada kuesioner

6. Minta responden turun dari alat timbang

7. Matikan alat timbangan dengan meneken tombol power

8. Untuk menimbang responden berikutnya, ulangi prosedur 1 s/d 7

4.4. Pengolahan dan Penyajian Data

Data-data primer yang telah dihitung kemudian dilanjutkan dengan tahap-

tahap sebagai berikut :

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan terhadap semua

isian kuesioner yang telah dikumpulkan, setelah pengambilan data di

lapangan dan uji laboratorium telah selesai. Kegiatan ini untuk memastikan

bahwa data yang diperoleh tersebut semua terisi, konsisten, relevan dan

dapat dibaca dengan baik

2. Coding (pemberian kode )

Data yang berbentuk kalimat atau huruf yang telah terkumpul dan

dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti

secara manual yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat berguna dalam

memasukkan data (data entry). Namun, proses coding ini tidak berlaku

untuk data yang sudah berbentuk angka seperti konsentrasi

3. Entry (pemasukan data ke komputer) atau processing


40

Data yang dalam bentuk kode (huruf atau angka) dimasukkan ke

program komputer untuk diolah.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program

komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pemasukan data.

4.5. Analisis Data

4.5.1. Analisis Univariat

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan

software pengolahan data, dengan langkah-langkah

1. Data semua sampel yang sudah didapatkan dari hasil laboratorium

dicatat dan dimasukkan ke dalam komputer

2. Semua data diolah kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif

untuk mengetahui nilai estimasi rata-rata, standar deviasi, nilai

terbesar dan terkecil setiap variabel.

3. Pengolahan data dengan menggunakan rumus digunakan untuk

mengetahui nilai asupan pajanan amonia. Adapun rumus yang

digunakan untuk menghitung nilai asupan adalah sebagai berikut:\

𝐂 𝐱 𝐑 𝐱 𝐟 𝐄 𝐱 𝐃𝐭
=
𝐖𝐛 𝐱 𝐭𝐚𝐯𝐠

Keterangan :

I = intake (mg/kgxhari)

C = konsentrasi (mg/kgxhari)

R = laju ingesti (mg/kg)

fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)


41

Dt = durasi pajanan (lifetime exposure) (tahun)

Wb = berat badan (kg)

tavg = periode waktu rata-rata (30 x 365 hari/tahun untuk non-

karsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk ksrsinogen)

4.5.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan komputer untuk mengetahui apakah ada perbedaan

nilai asupan disetiap cluster. Uji bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji Annova jika data yang dikumpulkan berdistribusi

normal. Namun jika data yang dikumpulkan tidak berdistribusi

normal maka digunakan uji Kruskal-Wallis. Variabel yang

dilakukan uji bivariat untuk mencari apakah ada perbedaan rata-rata

asupan disetiap cluster. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster

Ha : ada perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster

Pengambilan keputusan :

1) Jika sig (p) < 0,05 maka H0 ditolak sehingga terdapat

perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster

2) Jika sig (p) > 0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada

perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster


BAB V

HASIL PENELITIAN

3.1. Profil Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pemukiman sekitar PT. Pusri

Palembang yang masuk ke dalam radius 800 meter (cluster 1), 1050

meter (cluster 2) dan 1300 meter (cluster 3 ) dari titik emisi PT. Pusri

Palembang yang meliputi wilayah, yaitu Kelurahan Sungai Buah,

Kelurahan 3 Ilir, Kelurahan 1 Ilir, dan Kelurahan Tangga Takat. Daerah

penelitian ini memiliki luas wilayah 1,33 km2 dengan batas-batas

sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Sako

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Ilir Timur II

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kamaro

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalidoni

3.2. Karakteristik Responden

Pada tahap ini yang dipaparkan adalah karakteristik responden

secara umum yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status pendidikan,

dan jenis pekerjaan.

1.1.1. Umur

Gambaran usia responden pada penelitian ini dapat dilihatap

pada tabel 5.1 berikut.

42
43

Tabel 5.1
Gambaran Usia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman
PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Karakteristik 95% CI Min-Max P-value
Umur 40 – 43 17-78 0,000

Dari tabel 5.1 menunjukkan nilai rata-rata usia pada derajat

kepercayaan 95% adalah 40 tahun sampai 43 tahun.

1.1.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin terbagi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 5.2
Gambaran Jenis Kelamin Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Jenis Cluster
Total
Kelamin 1 2 3
n % n % n % n %
Laki-laki 46 44,7% 24 23,3% 24 23,3% 94 30,4%
Perempuan 57 55,3% 79 76,7% 79 76,7% 215 69,6%
Total 103 100% 103 100% 103 100% 309 100%

Berdasarkan tabel 5.2 jumlah responden di cluster 1 lebih

banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu 55,3%. Sama halnya

dengan responden di cluster 2 dan cluster 3 dimana jenis

kelamin responden lebih banyak perempuan yaitu 76,7%.

Sehingga total responden dengan jenis kelamin perempuan

lebih banyak daripada responden laki-laki yaitu 69,6%

berbanding 30,4%.
44

1.1.3. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini terdiri dari

buruh, dagang, dosen/guru, ibu rumah tangga (IRT), pelajar,

pengangguran, pensiunan, swasta. Adapun distribusi jenis

pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.3
Gambaran Jenis Pekerjaan Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Jenis Cluster
Total
Pekerjaan 1 2 3
N % n % n % n %
Buruh 20 19,5 12 11,7 16 15,5 48 15,6
Dagang 15 14,6 13 12,7 9 8,8 37 11,9
Dosen/Guru 2 1,9 1 0,9 0 0 3 0,9
IRT 43 41,8 61 59,3 68 66,1 172 55,7
Pelajar 3 2,9 1 0,9 1 0,9 5 1,7
Pengangguran 1 0,9 2 1,9 3 2,9 6 1,9
Pensiunan 1 0,9 2 1,9 3 2,9 6 1,9
Pekerjaan 18 17,5 11 10,7 3 2,9 32 10,4
Swasta
Total 103 100 103 100 103 100 309 100

Dari tabel 5.3 menunjukkan responden di setiap cluster

berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan, didominasi oleh jenis

pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT), terbanyak ada di cluster 3

yaitu 66,1% lalu cluster 2 yaitu 59,3% dan cluster 3 yaitu

41,8%.

1.2. Deskriptif Variabel Penelitian

1.2.1. Konsentrasi Amonia

Konsentrasi amonia pada penelitian ini dibagi menjadi 3

lokasi pengukuran yaitu pada jarak 800 meter (cluster 1), 1050

meter (cluster 2), dan 1300 meter (cluster 3) dari sumber emisi
45

PT. Pusri Palembang. Adapun gambaran konsentrasi amonia di

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4
Gambaran Konsetrasi Amonia Di Sekitar Pemukiman PT.
Pusri Palembang Tahun 2015
Variabel 95% CI SD Terbesar-
Terkecil
Konsentrasi 0,0275 – 0,032 0,02 0,010-
Amonia 0,057
(mg/m3)

Berdasarkan tabel 5.4 nilai rata-rata konsentrasi amonia pada

derajat kepercayaan 95% adalah 0,0275 mg/m3 sampai 0,032

mg/m3.

1.2.2. Laju Asupan

Laju asupan pada penelitian ini dihitung dengan persamaan

y = 5,3 Ln(x) – 6,9, dengan y = R dalam satuan m3/hari dan x =

Wb atau berat badan. Adapun gambaran laju asupan masyarakat

dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri palembang tahun 2015

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.5
Gambaran Laju Asupan Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Variabel 95% CI SD Terbesar-
Terkecil
Laju Asupan 0,5991-0,6089 0,04 0,43-0,73
46

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan nilai rata-rata laju

asupan pada derajat kepercayaan 95% adalah 0,5991 m3/jam

sampai 0,6089 m3/jam.

1.2.3. Lama Pajanan

Gambaran lama pajanan masyarakat dewasa di sekitar

pemukimanan PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat

pada tabel berikut

Tabel 5.6
Gambaran Lama Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Variabel 95% CI SD Terbesar-
Terkecil
Lama 21 – 24 3,88 8-24
Pajanan
(jam/hari)

Berdasarkan tabel 5.6 nilai rata-rata lama pajanan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 21 jam/hari sampai 24

jam/hari.

1.2.4. Frekuensi Pajanan

Gambaran frekuensi pajanan masyarakat dewasa di sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5.7
Gambaran Frekuensi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Variabel 95% CI SD Terbesar-
Terkecil
Frekuensi
Pajanan 354 – 359 22,97 189-365
(hari/tahun)
47

Berdasarkan tabel 5.7 nilai rata-rata frekuensi pajanan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 354 hari/tahun sampai 359

hari/tahun.

1.2.5. Durasi Pajanan

Gambaran durasi pajanan pada masyarakat dewasa di

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.8
Gambaran Durasi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Variabel 95% CI SD Terbesar-
Terkecil
Durasi
Pajanan 29 – 33 17,523 2-75
(Tahun)

Berdasarkan tabel 5.8 nilai rata-rata durasi pajanan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 29 tahun sampai 33 tahun.

1.2.6. Berat Badan

Gambaran berat badan masyarakat dewasa sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5.9
Gambaran Berat Badan Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Variabel 95% CI SD Terbesar-
Terkecil
Berat 26 –
56,48- 58,99 11,2
Badan (Kg) 100,5
48

Berdasarkan tabel 5.9 nilai rata-rata berat badan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 56,48 kg sampai 58,99 kg.

1.2.7. Asupan Amonia

Gambaran asupan amonia pada masyarakat sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.10
Gambaran Asupan Amonia Masyarakat Dewasa Di Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015
Variabel 95% CI SD Terbesar-
Terkecil
Asupan
0,0001-
Amonia 0,0061- 0,0076 0,0071
0,0480
(mg/kg/Hari)

Berdasarkan tabel 5.10 nilai rata-rata asupan pajanan

amonia pada derajat kepercayaan 95% adalah 0,0061

mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari.

1.2.8. Perbedaan Asupan Berdasarkan Cluster

Hasil uji statistik perbedaan asupan berdasarkan cluster

dapat dilihat pada tabel 5.11.


49

Tabel 5.11
Tabel Perbedaan Rata-Rata Nilai Asupan Masyarakat Sekitar
Pemukiman PT. Pusri Palembang pada Cluster 1, Cluster 2,
Cluster 3 Tahun 2015
Cluster Jumlah Rata-rata SD P-value

Cluster 1 103 0,002 0,0015

Cluster 2 103 0,013 0,0085 0,000

Cluster 3 103 0,004 0,0034

Berdasarkan tabel 5.11 menghasilkan nilai p-value 0,000

yang berarti terdapat berbedaan nilai asupan antara ketiga cluster

tersebut. Nilai rata-rata di setiap cluster menunjukkan disetiap

cluster memiliki perbedaan asupan antara cluster 1 dengan

cluster 2, cluster 1 dengan cluster 3, dan cluster 2 dengan cluster

3.

Nilai asupan amonia didapatkan dari hasil perhitungan

variabel konsentrasi, laju asupan, lama pajanan, frekuensi

pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Berdasarkan dari hasil

statistik semua variabel tersebut menunjukkan yang memiliki

perbedaan nilai rata-rata di setiap cluster adalah variabel

konsentrasi dan berat badan. Maka perbandingan konsentrasi dan

berat badan terhadap nilai asupan amonia dapat dilihat dari grafik

sebagai berikut.
Grafik 5.1 gambaran Nilai Konsentrasi Amonia dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri
Palembang Tahun 2015
0,06

0,05
Asupan Amonia (mg/kg/hari

0,04

0,03

0,02

0,01

0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07
Konsentrasi Amonia (m3/jam)

Berdasarkan grafik 5.1 semakin tinggi nilai konsentrasi amonia maka semakin tinggi nilai asupan amonia. Nilai asupan

amonia tertinggi 0,048 mg/kg/hari terdapat pada nilai konsentrasi 0,057 m3/jam. Sedangkan nilai asupan terendah yaitu

0,00014 mg/kg/hari terdapat pada nilai konsentrasi 0,01 m3/jam. Namun didalam grafik ini hanya memperhitungkan nilai

konsentrasi amonia yang merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi nilai asupan amonia.

50
Grafik 5.2 Gambaran Nilai Berat Badan dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang
Tahun 2015
0,06

0,05
Asupan Amonia (mg/kg/hari)

0,04

0,03

0,02

0,01

0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan (kg)

Berdasarkan grafik 5.2 tidak menunjukkan semakin besar nilai berat badan maka semakin besar nilai asupan amonia.

Nilai asupan amonia tertinggi yaitu 0,048 mg/kg/hari terdapat pada nilai berat badan 27,9 kg sedangkan nilai asupan

terendah yaitu 0,00014 mg/kg/hari terdapat pada nilai berat badan 71,3 kg. Namun didalam grafik ini hanya

memperhitungkan nilai berat badan yang merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi nilai asupan amonia

51
BAB V1

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya adalah:

1. Dalam menentukan angka frekuensi pajanan (hari/tahun) hanya

mengandalkan daya ingat responden sehingga dapat terjadi

ketidaktepatan jumlah frekuensi pajanan.

2. Data pendukung seperti suhu, kelembaban, dan kecepatan angin

tidak bisa ditampilkan karena berkaitan dengan syarat administrasi.

3. Pengukuran konsentrasi amonia tidak dilakukan langsung pada

responden namun hanya dilakukan pengukuran di udara ambien

sehingga menghasilkan data yang tidak bervariasi.

6.2. Konsentrasi Amonia di udara

Lokasi penelitian yang dilakukan merupakan lokasi yang masuk

dalam kawasan cemaran limbah gas dari PT. Pusri Palembang yaitu

dalam radius 800, 1050, dan 1300 meter dari sumber emisi. Dari hasil

pemeriksaan 10 titik yang disetiap titiknya dilakukan pengukuran pada

waktu pagi, sore, dan malam menghasilkan nilai rata-rata konsentrasi

terletak antara 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3. Jika dilihat

konsentrasi di setiap cluster konsentrasi di cluster 2 lebih tinggi

dibandingkan konsentrasi di cluster 3 dan cluster 1.

52
53

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Haryoto, dkk (2014) yang

menghasilkan semakin dekat jarak pengambilan sampel udara ambien

terhadap sumber emisi semakin besar konsentrasi amonianya. Hal ini

disebabkan karena perbedaan kondisi geografis lokasi penelitian

dimana penelitian Haryoto,dkk (2014) masyarakat langsung terpapar

amonia dari tempat pembuangan sampah, sedangkan lokasi pada

penelitian ini di cluster 1 lokasi lebih dekat dengan hutan pelindung

atau green barrier yang dibuat PT. Pusri Palembang untuk mereduksi

limbah gas di udara sehingga masyarakat yang tinggal di cluster 1

masih terlindungi dengan hutan pelindung, dimana hutan merupakan

salah satu media yang dapat digunakan untuk menyerap gas beracun

salah satunya adalah gas amonia (IPCS, 1986).

Konsentrasi amonia di cluster 2 lebih tinggi juga kemungkinan

dipengaruhi oleh kondisi cerobong sumber emisi amonia lebih tinggi

daripada hutan pelindung, maka ketika gas amonia dikeluarkan dari

cerobong di dukung dengan kecepatan angin, suhu, kelembaban udara,

dan sifatnya yang cepat mengendap (Sutton, dkk. 1993),

memungkinkan posisi tingginya konsentrasi amonia ada di cluster 2

dibandingkan cluster 3 karena lokasi di cluster 3 yang sudah terlalu

jauh dari sumber emisi dan cluster 1 yang dekat dengan hutan

pelindung. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhananto (2013) yang

menghasilkan tingkat risiko pajanan PM10 pada wilayah tidak

bervegetasi lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bervegetasi.


54

Untuk konsentrasi amonia di udara ambien pada penelitian ini baik

minimum, maksimum dan nilai rata-rata pada cluster 1, cluster 2, dan

cluster 3 tidak ada yang melebihi baku mutu bila dibandingkan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang

Baku Mutu Amonia Di Udara Ambien dan Peraturan Gubernur Sumsel

No 18 Tahun 2005 dengan baku mutu yang sama yaitu 2,0 ppm (1,3

mg/m3). Bila dibandingkan nilai standar yang dikeluarkan ATSDR

(2004) dan EPA (2004) konsentrasi amonia pada cluster 1, cluster 2,

dan cluster 3 juga masih dibawah standar yang sudah ditetapkan yaitu

masing-masing 0,07 mg/m3 dan 0,1 mg/m3.

Namun, karena PT. Pusri Palembang melakukan kegiatan produksi

setiap hari maka memungkinkan konsentrasi amonia dapat meningkat

jika PT. Pusri Palembang tidak menjaga kondisi penyaring limbah

gasnya, atau mayarakat, pemerintah, maupun PT. Pusri Palembang

tidak menjaga hutan pelindung sebagai media untuk mereduksi gas

beracun seperti amonia. Amonia merupakan gas beracun yang dapat

mengendap dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan dampak

kesehatan bagi manusia terutama masyarakat yang berada pada lokasi

berisiko terpapar amonia dalam jangka waktu yang lama.

6.3. Laju Asupan

Nilai rata-rata (mean) laju asupan masyarakat dewasa di sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,5991

m3/jam sampai 0,6089 m3/jam yang didapatkan dari hasil perhitungan

dengan persamaan y = 5,3 Ln(x) – 6,9, dengan y = R dalam satuan


55

m3/hari dan x = Wb atau berat badan yang didapatkan dengan cara

penimbangan langsung.

Semua laju asupan pada cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 memiliki

nilai dengan interval yang sama. Hal ini sejalan dengan penelitian

Rahman, dkk (2008) yang menghasilkan nilai laju asupan sebesar 0,6

m3/jam. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan nilai default

EPA yaitu 0,83 m3/jam. Perbedaan ini disebabkan default berat badan

yang digunakan EPA adalah 70 kg sekitar 20% lebih berat daripada

berat badan pada sampel masyarakat sekitar pemukiman PT. Pusri

Palembang.

Pada penelitian ini laju asupan sangat bergantung pada berat badan

responden semakin besar berat badan responden maka semakin besar

laju asupan responden. Telihat dari analisa data yang dihasilkan dimulai

dari berat badan 55,7 kg responden memiliki laju asupan di atas 0,60

m3/jam dan sebaliknya responden dengan berat badan dibawah 55,7 kg

memiliki laju asupan di bawah 0,60 m3/jam. Sesuai dengan teori

Syaifudin (1997) yang menyatakan semakin besar berat badan

seseorang maka semakin besar juga kapasitas volume paru seseorang

yang memungkinkan udara lebih banyak masuk ke dalam tubuh.

Sehingga, semakin besar volume paru-paru seseorang yang dimasuki

udara mengandung gas beracun seperti amonia, memungkinkan

semakin besar risiko seseorang tersebut memiliki dampak yang tidak

aman terhadap kesehatannya.


56

Dari hasil analisa yang didapatkan tidak menunjukkan bahwa

semakin tua usia responden semakin tinggi nilai laju asupannya, namun

berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden perempuan lebih

banyak memiliki laju asupan di atas rata-rata hal ini kemungkinan

disebabkan karena responden pada penelitian ini lebih banyak ibu

rumah tangga yang kesehariannya lebih banyak berada pada lokasi

pajanan amonia.

6.4. Lama Pajanan

Nilai rata-rata lama pajanan harian terletak antara 21 jam/ hari

sampai 24 jam/hari yang didapatkan dari hasil wawancara langsung

kepada responden. Lama pajanan di cluster 1 lebih rendah yaitu 22

jam/hari dibandingkan cluster 2 dan cluster 3 dengan lama pajanan

sama yaitu 24 jam/hari hal ini dikarenakan masyarakat yang di cluster

1 lebih banyak keluar setiap harinya dari pemukiman (dalam satuan jam

) dibandingkan masyarakat cluster 2 dan cluster 3. Hal ini dapat dilihat

dari jenis pekerjaan responden di cluster 1 yang sebagian besar

memiliki pekerjaan yang meninggalkan pemukiman seperti buruh,

dagang, dan pekerja swasta Berdasarkan hasil wawancara saat

pengumpulan data selain pekerjaan, hal lain yang menyebabkan

responden meninggalkan pemukiman adalah kegiatan sehari-hari

seperti mengantar anak ke sekolah dan ke pasar.

Lama pajanan selama 24 jam/hari merupakan lama pajanan

masksimal dalam di kehidupan dalam satuan jam/hari, sehingga jika

terpapar dalam waktu maksimal maka akan semakin besar pula peluang
57

responden memiliki besar risiko yang tidak aman, seperti penelitian

Ramadhona (2014) yang menunjukkan semakin lama seseorang

terpapar amonia semakin besar risiko kesehatan yang dapat diterima.

Dari responden yang diteliti responden dengan lama pajanan 24

jam/hari banyak yang berjenis kelamin perempuan dengan pendidikan

terakhir SMP/SMA, dan perempuan dengan pendidikan terakhir

SMP/SMA pada penelitian ini didominasi dengan pekerjaan sebagai ibu

rumah tangga.

Maka ibu rumah tangga berpotensi lebih tinggi memiliki risiko

terkena dampak kesehatan terhadap pajanan amonia karena ibu rumah

tangga dalam kesehariannya lebih banyak melakukan aktivitas di lokasi

berisiko terpajan amonia setiap harinya hal ini sejalan dengan penelitian

Daud, dkk (2012) yang menghasilkan bahwa ibu rumah tangga

memiliki risiko tidak aman terhadap pajanan SO2 di udara ambien.

6.5. Frekuensi Pajanan

Frekuensi pajanan adalah jumlah hari pemajanan amonia yang

diterima responden dalam satu tahun dikurangi lama responden

meninggalkan lokasi penelitian dalam satuan hari. Nilai rata-rata

frekuensi pajanan terletak antara 354 hari/tahun sampai 359 hari/tahun.

Frekuensi pajanan pada cluster 1, cluster 2 dan cluster 3 menunjukkan

interval yang sama .

Hal ini disebabkan karena responden penelitian ini kebanyakan

tidak meninggalkan lokasi penelitian sampai 1 hari penuh dan juga

banyak responden merupakan orang asli lokasi penelitian sehingga


58

pada saat hari raya atau hari libur panjang responden tidak

meninggalkan lokasi penelitian sampai 1 hari penuh karena keluarga

besar mereka juga tinggal di daerah dekat dengan lokasi penelitian.

Terlihat dari data yang didapatkan bahwa responden yang memiliki

frekuensi pajanan di atas rata-rata juga memiliki usia lebih dari 42 tahun

dan tinggal dipemukiman dari mereka kecil hingga saat penelitian ini

dilakukan.

Frekuensi pajanan yang diterima responden pada penelitian ini

cukup tinggi karena 359 hari/tahun mendekati jumlah keseluruhan hari

dalam satu tahun. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan

kesehatan bagi responden disebabkan karena responden terus menerus

terpajan udara yang mengandung amonia, sebagaimana penelitian

Wardani (2012) yang menunjukkan semakin besar frekuensi sesorang

dalam satu tahun terpapar zat berbahaya di udara ambien maka semakin

besar risiko kesehatan yang diterima.

6.6. Durasi Paparan

Pada peneilitian ini setiap cluster menunjukkan nilai rata-rata yang

tidak jauh berbeda hal ini disebabkan responden pada penelitian banyak

masyarakat asli lokasi penelitian, sehingga dari kecil hingga

berkeluarga mereka tinggal di tempat yang masih masuk dalam radius

penelitian ini. Jika dibandingkan durasi dimulainya produksi PT. Pusri

Palembang yaitu selama 52 tahun menunjukkan rata-rata responden

sudah terpapar amonia sejak mereka kecil hingga saat dilakukan

penelitian.
59

Hasil penelitian Haryoto, dkk (2014) yang menyatakan pada durasi

lebih dari 27,5 tahun 63,7% responden pada penelitan tersebut memiliki

risiko tidak aman terhadap pajanan amonia. Jika merujuk pada hasil

penelitian ini maka responden pada penelitian yang dilakukan sudah

melewati batas durasi pajanan aman terhadap pajanan amonia di udara,

namun karena perbedaan jenis sumber paparan, jarak lokasi penelitian

dengan sumber pajanan, dan konsentrasi pajanan dapat menghasilkan

besar risiko yang berbeda.

Secara teori pajanan amonia yang terus menerus dapat menimbulkan

gangguan bahkan kerusakan pada ginjal dan sesak nafas karena

menurunnya daya perfusi polmunal (Arisman, 2010). Sehingga

semakin lama terpapar amonia maka potensi amonia menumpuk

didalam tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan semakin tinggi.

6.7. Berat Badan

Nilai rata-rata berat badan terletak antrara 56,48 kg sampai 58,99 kg

yang didapatkan dari penimbangan langsung setiap responden.

Berdasarkan Nukman, dkk (2005), berat badan pada 1378 responden

pada 9 kota pada transportasi nilai rata-ratanya 55 kg. Angka 55 kg

sebenarnya ini telah dipakai oleh IRIS untuk menetapkan nilai RfC

yang nilai NOAEL atau LOAEL-nya berasal dari studi-studi

epidemiologi di kawasan Asia. Jika dibandingkan rata-rata berat

dewasa normal Asia yaitu 55 kg berat badan responden peneilitan

menunjukkan 3% lebih berat daripada berat badan dewasa normal Asia.


60

Dalam penelitian ini semakin berat seseorang maka akan

meningkatkan tingkat laju asupannya, semakin tinggi tingkat laju

asupan responden berada dalam kawasan udara yang tercemar amonia

maka tingkat amonia yang akan masuk ke dalam tubuh juga akan

semakin tinggi.

Dari hasil analisa data kebanyakan yang memiliki berat badan di atas

rata-rata adalah ibu rumah tangga yang lebih banyak melakukan

aktivitas di dalam kawasan penelitian saja, sehingga memungkinkan

memiliki risiko lebih besar terhadap efek amonia dibandingkan

responden yang memiliki aktivitas di luar kawasan penelitian terutama

di lokasi cluster 2 yang memiliki tingkat amonia lebih tinggi daripada

cluster 1 dan cluster .

6.8. Asupan

Nilai rata-rata asupan pajanan amonia pada responden yang

didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus intake/asupan

terletak antara 0,0061 mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari. Bila

dilihat perbandingan setiap cluster, cluster 2 memiliki nilai asupan

pajanan tertinggi dibandingkan cluster 3 dan cluster 1. Hal tersebut

dapat disebabkan oleh konsentrasi amonia pada cluster 2 yang lebih

tinggi dibandingkan cluster 1 dan cluster 3.

Pada dasarnya semakin besar nilai asupan pajanan amonia maka

semakin besar responden memiliki risiko tidak aman terhadap pajanan

amonia, namun hal tersebut juga sangat bergantung pada nilai referensi

(RfC) polutan seperti pada penelitian ini polutan yang diteliti adalah
61

amonia dan nilai RfC-nya 0,1 mg/m3. Jika nilai asupan pajanan amonia

masih dibawah nilai referensi maka responden masih aman dalam

menghirup udara ambien yang mengandung amonia, begitupun

sebaliknya jika nilai asupan pajanan amonia lebih tinggi atau sama

dengan nilai referensi maka responden tidak aman dalam menghirup

udara ambien yang mengandung amonia.

Seperti pada penelitian Ramadhona (2014) yang menghasilkan nilai

asupan pajanan amonia pada karyawan area produksi amonia sebesar

0,14 mg/kg/hari, angka tersebut melebihi nilai RfC. Maka responden

pada penelitian Ramadhona (2014) memiliki risiko yang tidak aman

terhadap pajanan amonia. Berbeda dengan hasil penelitian ini yang

menghasilkan nilai asupan terbesar 0,013mg/kg/hari yang berarti

responden masih aman terhadap pajanan amonia. Namun karena

amonia dapat menumpuk di dalam tubuh maka tidak menutup

kemungkinan responden yang tetap tinggal di lokasi terpajan amonia

dapat terkena risiko tidak aman terhadap kesehatan karena pajanan

amonia.

6.9. Perbedaan Asupan Berdasarkan Cluster

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis antar cluster terdapat perbedaan

asupan yang bermakna antara ketiga cluster, baik cluster 1 dengan

cluster 2, cluster 1 dengan cluster 3, dan cluster 2 dengan cluster 3. Hal

ini menunjukkan bahwa pajanan yang diterima responden disetiap

cluster berbeda. Nilai asupan dipengaruhi oleh konsentrasi, laju asupan,

lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Dari 6
62

variabel tersebut yang memiliki nilai rata-rata berbeda disetiap cluster

yaitu variabel konsentrasi, dan berat badan.

Nilai konsentrasi dapat mempengaruhi nilai asupan, semakin besar

konsentrasi maka semakin meningkat pula nilai asupannya. Jika

diurutkan dari nilai konsentrasi tertinggi disetiap cluster maka urutannya

adalah cluster 2, cluster 3 lalu cluster 1, sehingga hal ini pun

mempengaruhi nilai asupan disetiap cluster. Sedangkan jika diurutkan

dari nilai asupan tertinggi disetiap cluster maka urutannya adalah cluster

2, cluster 3 lalu cluster 1. Hal ini sejalan dengan penelitian Wardani

(2012) yang mengahasilkan semakin besar nilai konsentrasi di udara

ambien maka semakin besar nilai asupannya terhadap pajanan PM10, SO2

dan NO2.

Pada penelitian ini berat badan mempengaruhi dua variabel yaitu

variabel laju asupan dan asupan. Nilai berat badan dapat mempengaruhi

nilai laju asupan. Semakin berat badan responden maka semakin besar

nilai laju asupan responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Pinzon

(1999) yang menyatakan pada seseorang dengan berat badan lebih

dinding dada yang elastis akan mengembang menjadi lebih besar secara

bebas, sehingga tekanan intra thorakal menjadi lebih negatif dan udara

inspirasi dapat masuk lebih banyak. Ketika udara inspirasi yang terpajan

amonia masuk ke dalam tubuh maka hal ini dapat meningkatkan asupan

amonia ke dalam tubuh.

Jika diurutkan dari nilai berat badan terberat dari disetiap cluster maka

urutannya adalah cluster 2, cluster 3 lalu cluster 1 dan jika diurutkan dari
63

nilai asupan tertinggi disetiap cluster maka urutannya adalah cluster 2,

cluster 3 lalu cluster 1, hal ini menunjukkan berdasarkan nilai rata-rata

setiap cluster semakin besar nilai rata-rata berat badan responden maka

semakin besar juga nilai rata-rata asupannya. Namun jika dilihat dari

grafik perbandingan berat badan dengan nilai asupan setiap responden

tidak menunjukkan bahwa semakin besar nilai berat badan responden

maka semakin besar juga nilai asupan amonia responden. Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian Ramadhona (2014) yang menghasilkan

semakin besar nilai berat badan maka semakin kecil nilai asupannya.

Perbedaan tersebut dikarenakan pada penelitian Ramadhona (2012)

nilai laju asupan semua responden menggunakan nilai default dari US-

EPA yaitu 0,83 m3/jam sedangkan pada penelitian ini nilai laju asupan

dihasilkan dari persamaan yang melibatkan berat badan, sehingga

meskipun nilai berat badan dapat menurunkan nilai asupan namun nilai

berat badan juga dapat meningkatkan nilai laju asupan yang

mengahasilkan peningkatan nilai asupan.

Semakin tinggi nilai asupan menunjukkan bahwa pajanan yang

diterima oleh resonden juga tinggi, meskipun amonia dalam tubuh akan

dikeluarkan lewat urin dalam kadar tertentu, namun jika responden

memiliki nilai asupan di atas 0,1 mg/kg/hari untuk amonia maka

responden berpotensi memiliki risiko yang tidak aman terhadap pajanan

amonia.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara

0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3. Dari semua hasil

pengukuran amonia dalam penelitian ini tidak ada yang

melewati baku mutu jika dibandingkan peraturan pemerintah.

2. Nilai laju asupan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT.

Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,5991 m3/jam

sampai 0,6089 m3/jam.

3. Nilai lama pajanan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman

PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 21 jam/hari

sampai 24 jam/hari.

4. Nilai frekuensi pajanan masyarakat di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 354

hari/tahun sampai 359 hari/tahun.

5. Nilai durasi pajanan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman

PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 29 tahun sampai

33 tahun.

6. Nilai berat badan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman

PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 56,48 kg sampai

58,99 kg.

64
65

7. Nilai asupan msyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT.

Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,0061 mg/kg/hari

sampai 0,0076 mg/kg/hari.

8. Terdapat perbedaan bermakna nilai asupan disetiap jarak tempat

tinggal dari sumber emisi amonia

7.2. Saran

1. Diperlukan pengukuran konsentrasi amonia secara rutin di

pemukiman masyarakat sekitar PT. Pusri Palembang sehingga

kualitas udara pada masyarakat yang terpajan amonia dapat

terpantau

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan pajanan

amonia terhadap dampak kesehatan masyrakat sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang

3. Perlu dilakukan pengukuran juga terkait kecepatan angin, suhu,

dan kelembaban untuk mendapatkan hasil analisa dan

perhitungan yang lebih dalam

4. Perlu dilakukan intervensi seperti penanaman pohon pada lokasi

yang ada di cluster 2 dimana pada posisi tersebut belum terdapat

perlindungan terhadap pajanan amonia


DAFTAR PUSTAKA

Abrianto H. 2004. Analisis Risiko pencemaran Debu Terhirup Terhadap Siswa


Selama Berada Di Sdn 1 Pondok Cina, Kota Depok. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 2004. Ammonia
(NH3) CAS #7664-41-7; UN 2672 ; UN 2073; UN 1005. Atlanta, GA : U.S.
Departement of Public Health and Human Services, Public Health Service.
Diakses dari : www.atsdr.cdc.gov/MHMI/mmg126.pdf [18 januari 2015]

Ali, A.R. 2008. Kebijakan Pencemaran Udara di Indonesia. Kajian Pustaka. Di


akses pada 10 Januari 2015 lewat http://arali2008.wordpress.com

Arisman, 2010, Manfaat Pemberian Zinc Terhadap Ensefalopati Hepatikum Pada


Pasien Sirosis Hati. Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas, Padang
Arwood R.H.J. dan Ward GG. 1995. Ammmonia Inhalation Trauma. Di akses
pada 17 Desember 2014 lewat
htttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?db=pubmed&cmd=retrieve&dopt=
citation&list_uids=3999167
Ballal, SG, dkk. 1998. Bronchial Asthma In Two Chemical Fertilizer Producing
Factories In Eastern Saudi Arabia. Int J Tuberc Lung Dis, 2:330-335
Basri. S, dkk. 2014. Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran
Risiko Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan). Jurnal Kesehatan. Vol. VII
No.2
BLH Kota Palembang. 2014. Pengukuran Konsentrasi Udara Ambien di Sekitar PT
Pusri
Brigden, K. dan Stringer, R. 2000, Ammonia and Urea Production : Incidents Of
Ammonia Release From The Profertil Urea and Ammonia Facility, Bahia
Blanca, Argentina. Greenpeace Research Laboratories, Departement of
Biological Science University of Exeter, UK.
BSN. 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7117.6-2005 Tentang Teknik
Pengambilan Sampel Amonia.
BSN. 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.6-2005 Tentang Penentuan
Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien
CENR. 2000. Atmospheric Ammonia: Sources and Fate. NOAA Aeronomy
Laboratory

Daud, A dkk. 2012. Analisis Resiko Paparan S02 Pada Masyarakat Di Sekitar
Pabrik Semen Tonasa Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep Sulawesi

66
67

Selatan. Kesehatan Lingkungan FKM UNHAS Makassar.[onine],[akses 13


Januari 2015]. Akses dari https://www.academia.edu/4500812/JURNAL

De La Hoz RE, Schlueter DP, Rom WN. Chronic Lung Disease Secondary To
Ammonia Inhalation Injury: A Report On Three Cases. Am J Ind Med. 1996:
29 (2): 209-14
Dinkes Kota Palembang. 2014. Jumlah Penderita ISPA Tahun 2014.
Dwirani, F. (2004). Pencemaran Gas Amonia dan Dampaknya Terhadap Pekerja
Dan Masyarakat Sekitar: Studi Kasus Di PT. Pupuk Kujang Cikampek, Jawa
Barat. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Efffendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Di akses pada 24 Februari 2015 lewat
https://books.google.co.id/books?id=HyjDhfW87B0C&pg=PA154&dq=prose
s+nitrifikasi+dan+denitrifikasi&hl=id&sa=X&ei=C1frVOzwJIGTuASsz4HY
Cg&redir_esc=y#v=snippet&q=NH4&f=false
EPA. 2004. Toxicological Profile For Ammonia. U.S. Departement Of Health and
Human Services.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara . Kanisius. Yogyakarta
Gunten, U.R. 2002. Ozonation of Drinking Water: Part I. Oxidation Kinetics and
Product Formation. Elsevier Science. 37. 1443-1467.

Haryoto, dkk. 2014. Fate Gas Amoniak Terhadap Besarnya Resiko Gangguan
Kesehatan Pada Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Putri Cempo Sukakarta. Jurnal EKOSAINS Volume 6, Nomor 6,
2014.
Hassan, C.R.C, dkk. 2009. A Case Study of Consequences Analysis of Ammonia
Transportation by Rail from Gurun to Port Klang in Malaysia Using Safti
omputer Model. Journal of SH&E Research Vol. 6. No. 1

Hederik, D, dkk. 2000. Longitudinal Changes In Bronchial Responsiveness


Associated With Swine Confinement Dust Exposure. CHEST journal
2000:117:1488-1495
Hidayat, dkk. 2012. Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru. CDK-
189 Volume 39 nomor 1 tahun 2012
Hutabarat, H. 2007. Analisis Dampak Gas NH3 dan Klorin Pada Faal Paru Pekerja
Pabrik Sarung Tangan Karet “X” Medan. Universitas Sumatera Utara. Tesis.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Selatan.
IPCS. 1986. Environmental Health Criteria 54: Ammonia. WHO. Geneva
Irianto, K. 2014. Ekologi Kesehatan. ALFABETA. Bandung.
68

Juniarto. 2011. Evaluasi Pengaruh Konsentrasi Amoniak di Udara Terhadap


Kesehatan Pekerja dan Masyarakat (Studi Kasus: Peternakan Ayam PT.
Indocentral Desa Sukatani-Cimanggis Depok). Skripsi. Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia.
Kemenkes. 2012. Pedoman ARKL Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian
Kesehatan Tahun 2012
Kemenkes. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu
Kebauan
Lerner, E.K.L dan Lerner. B.W. 2008. The Gale Encyclopedia of Science
“Ammonia”. Detroit: Gale. Vol. 1.4. di akses pada tanggal 01 Februari 2015
dari http://e-
resources.pnri.go.id:2130/ps/i.do?id=GALE|CX2830100098&v=2.1&u=idpnr
i&it=r&p=GVRL&sw=w&authCount=1#B.
Lemeshow,S. dkk.1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
GADJAH MADA UNIVESITY PRESS: 53-55
Makarovsky, dkk. 2008 Ammonia-When Something Smells Wrong. IMAJ Volume
10: 537-543
MENLH. 1991. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Nomor : KEP-03/MENKLH/II/1991 Tentang baku mutu limbah.
Novrikasari. 2014. Kerentanan Rumah Tangga Menghadapi Risiko Dispersi
Amonia Pada Pabrik Pupuk X. Prosiding. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Nukman, A dkk. 2008. Analisis dan Manajemen Risiko Kesehatan Pencemaran
Udara: Studi Kasus Di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi. Jurnal Ekologi
Kesehatan. Vol. 4 No.2 : 270-289
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan 2005 Tentang Baku Mutu Udara Ambien
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1999. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Pinzon, Rizaldy. 1999. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kapasitas Vital
Paru-Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Pusri. 2014 . Profil Pusri .Di akses pada 20 Desember 2014 lewat PT.Pusri.co.id
Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur
Di Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi
Kesehatan volume.7 Nomor 1: 665-677
Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur
di Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara, dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol. 7 No. 1: 665-677.
69

Ramadhona, M. 2014. Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Amonia (NH3) Pada


Kawryawan Di Area Produksi Amonia PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Tahun
2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Litbang, MENKES. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Soedomo M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah Mengenai Pencemaran Udara.
Bandung: Penerbit ITB

Sihaloho, WR. 2009. Analisis Kandungan Amonia Dari Limbah Cair Inlet Dan
Outlet Dari Beberapa Industri Kelapa Sawit. Karya ilmiah. Program Studi
Diploma-3 Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
SIKERNAS. 2012, “Amonia”. Badan POM RI
Sugiarti.2009. Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia.
Jurnal Chemica, 10:50-58
Suhananto. Z. 2013. Perbandingan Tingkat Risiko Pajanan PM10 Pada Jalan Raya
Bervegetasi Dan Tidak Bervegetasi Terhadap Gangguan Kesehatan Penduduk
Yang Tinggal Di Dekat Jalan Raya Bogor, Kota Depok. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Lingkungan.
Sumantri, A.2010. Kesehatan lingkungan Dalam Pespektif Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Sutton M.A. dkk.1993. Modelling The Next Exchange of Reduced Nitrogen. In
General Assesment of Biogenic Emission and Deposition of Nitrogen
Compounds, Sulphur Compounds and Oxidants in Europe. Air Pollution
Research Report 47 CEC: Brussels
Syaifudin, 1997, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta: EGC.
Wardhana WA. 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset
WHO. 2005. WHO Air Quality Guidelines For Particulate Matter, Ozone, Nitrogen
Dioxide And Sulfur Dioxide
LAMPIRAN
KUESIONER

GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA

DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG

TAHUN 2015

Assalamualaikum Wr.Wb

Perkenalkan saya adalah mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai “Gambaran Asupan Amonia

(NH3) Pada Masyarakat Dewasa Di Kawasan Sekitar Pemukiman PT. Pusri

Palembang Tahun 2015”. Penelitian ini saya lakukan sebagai syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjanan Kesehatan Masyarakat.

Oleh sebab itu, saya meminta bantuan anda untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Saya sangat mengharapkan kesediaan waktu anda untuk dapat saya
wawancarai serta bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan.

Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pewawancara Responden

.......................... .........................

(Tanda Tangan/Nama Jelas) (Tanda Tangan/Nama Jelas)


KUESIONER

GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT

DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI

PALEMBANG TAHUN 2015

No. Resp Nama Pewawancara Tgl/bln/thn

I. Data Umum
1. Nama Responden :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan terkahir :
a. Tidak/belum sekolah
b. Belum/tidak tamat SD
c. Sekolah Dasar
d. SMP
e. SMA
f. D3/S1 ke atas

II. DATA ANTROPOMENTRI


1. Berat Badan :
2. Lama Tinggal .......................................... Tahun
3. Berada di Pemukiman :
a. ...................... jam/hari
b. ...................... hari/minggu

4. Lama keluar dari mukim :


a. Dalam 1 minggu ..................... Hari
b. Dalam 1 bulan ........................ Hari
c. Waktu lebaran ........................ Hari
d. Total libur dalam 1 tahun: ............... Hari
III. DATA KESEHATAN
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda pernah mengalami Ya
gangguan pernafasan seperti sesak nafas Tidak (langsung ke no
selama 2 mingggu terakhir ? 4)
2 Apakah sesak nafas anda disertai Ya
dengan nyeri dada ? Tidak (langsung ke no
4)
3 Apakah pada malam harinya nafas anda Ya
berbunyi Tidak
4 Apakah anda mengalami batuk 2 Ya
minggu terakhir ? Tidak
5 Apakah batuk anda disertai dahak/reak? Ya
Tidak
6 Apakah selama 2 tahun anda tinggal di Ya
pemukiman ini anda pernah mengalami Tidak
gangguan pernafasan ? (sesak nafas,
nyeri dada, batuk, dll )
7 Apakah sebelum tinggal di pemukiman Ya
ini anda pernah mengalami gangguan Tidak
pernafasan ? (sesak nafas, nyeri dada,
batuk, dll )
Descriptives

Statistic Std. Error

I3. Umur ? Mean 42.39 .779

95% Confidence Interval for Lower Bound 40.86


Mean
Upper Bound 43.93

5% Trimmed Mean 42.14

Median 42.00

Variance 187.642

Std. Deviation 13.698

Minimum 17

Maximum 78

Range 61

Interquartile Range 20

Skewness .229 .139

Kurtosis -.714 .276

II1. Berat Badan ? Mean 57.7362 .63721

95% Confidence Interval for Lower Bound 56.4824


Mean Upper Bound 58.9901

5% Trimmed Mean 57.4885

Median 56.7000

Variance 125.465

Std. Deviation 1.12011E1

Minimum 26.00

Maximum 100.50

Range 74.50

Interquartile Range 13.80

Skewness .431 .139

Kurtosis .653 .276

II2. Lama Tinggal ? Mean 31.32 .997

95% Confidence Interval for Lower Bound 29.36


Mean Upper Bound 33.28

5% Trimmed Mean 31.07


Median 31.00

Variance 307.043

Std. Deviation 17.523

Minimum 2

Maximum 75

Range 73

Interquartile Range 26

Skewness .104 .139

Kurtosis -.769 .276

II3a. Berada Di Pemukiman? Mean 21.28 .221

95% Confidence Interval for Lower Bound 20.84


Mean Upper Bound 21.71

5% Trimmed Mean 21.69

Median 24.00

Variance 15.104

Std. Deviation 3.886

Minimum 8

Maximum 24

Range 16

Interquartile Range 5

Skewness -1.307 .139

Kurtosis .647 .276

Frekuensi_pajanan Mean 356.10 1.307

95% Confidence Interval for Lower Bound 353.53


Mean Upper Bound 358.68

5% Trimmed Mean 359.98

Median 365.00

Variance 527.840

Std. Deviation 22.975

Minimum 189

Maximum 365

Range 176

Interquartile Range 6
Skewness -4.070 .139

Kurtosis 21.059 .276

konsentrasi_amonia Mean .0297777 .00115241

95% Confidence Interval for Lower Bound .0275102


Mean Upper Bound .0320453

5% Trimmed Mean .0293009

Median .0210907

Variance .000

Std. Deviation .02025745

Minimum .01043

Maximum .05771

Range .04728

Interquartile Range .04728

Skewness .565 .139

Kurtosis -1.504 .276

intake Mean .00689815 .000405556

95% Confidence Interval for Lower Bound .00610014


Mean Upper Bound .00769616

5% Trimmed Mean .00613321

Median .00426444

Variance .000

Std. Deviation .00712903


0

Minimum .000140

Maximum .048140

Range .048000

Interquartile Range .007968

Skewness 2.005 .139

Kurtosis 5.704 .276

LAJU_ASUPAN Mean .6040 .00248

95% Confidence Interval for Lower Bound .5991


Mean Upper Bound .6089

5% Trimmed Mean .6048


Median .6042

Variance .002

Std. Deviation .04352

Minimum .43

Maximum .73

Range .30

Interquartile Range .05

Skewness -.351 .139

Kurtosis 1.142 .276

Test Statisticsa,b

intake

Chi-Square 128.612

df 2

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:
cluster

Ranks

cluster N Mean Rank Sum of Ranks

intake cluster 1 103 61.86 6372.00

cluster 2 103 145.14 14949.00

Total 206
Test Statisticsa

intake

Mann-Whitney U 1.016E3

Wilcoxon W 6.372E3

Z -10.025

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: cluster

Ranks

cluster N Mean Rank Sum of Ranks

intake cluster 1 103 78.07 8041.00

cluster 3 103 128.93 13280.00

Total 206

Test Statisticsa

intake

Mann-Whitney U 2.685E3

Wilcoxon W 8.041E3

Z -6.123

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: cluster

Ranks

cluster N Mean Rank Sum of Ranks

intake cluster 2 103 135.52 13959.00

cluster 3 103 71.48 7362.00

Total 206
Test Statisticsa

intake

Mann-Whitney U 2.006E3

Wilcoxon W 7.362E3

Z -7.711

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: cluster

Anda mungkin juga menyukai