Anda di halaman 1dari 6

LAPRAN PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN LANJUT USIA

Saat ini jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho,W,2000). Di Indonesia
diperkirakan tahun 2000 jumlah lanjut usia meningkat 9,99% dari seluruh jumlah penduduk
Indonesia dengan umur harapan hidup 65-70 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan akan
meningkat menjadi 11,09 % dengan umur harapan hidup 70-79 tahun (Ananta dan Anwar , 1994.
Dikutip dari Djuhari dan Ananta, 1994). Meningkatnya umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh
: semakin majunya pelayanan kesehatan, perbaikan gizi dan sanitasi serta semakin meningkatnya
pengawasan terhadap penyakit infeksi, juga semakin meningkatnya perhatian pemerintah dan
masyarakat terhadap kesejahteraan lansia.

A. Defenisi dan Batasan Lanjut Usia


Sebelum masuk pada pembahasan keluarga pada tahap lansia akan dikemukakan
defenisi lansia dan batasan-batasan seseorang dapat dikatakan lansia. Di Indonesia batasan
lanjut usia tercantum dalam Undang-undang No. 12/1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut
asalah sebagai berikut : Usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
(Depsos, 1999).
Batasan umur Menurut WHO :
1. Elderly (64-74 tahun)
2. Old (75 – 90 tahun)
3. Very Old (> 90 tahun)

B. Keluarga dalam Masa Lansia


Dilihat dari sistem keluarga, lansia juga merupakan tahap perkembangan dari
keluarga yang merupakan tahap terakhir. Duvall dan Miller pada 1985 menyatakan
”tahap terakhir siklus kehidupan keluarga di mulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal ”.
Persepsi terhadap tahap ini sangat berbeda di kalangan lansia. Beberapa orang
mengatakan menyedihkan namun ada juga yang berpendapat hal ini merupakan tahun-
tahun yang menyenangkan dalam hidup mereka. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan finansial, status kesehatan mereka dan penyesuaian diri lansia terhadap
perubahan-perubahan pada siklus ini.
Lanjut usia memasuki tahap ini dituntut untuk mengadakan penyesuaian diri
baik secara biologis, psikologis, sosial budaya dan spiritual. Penyesuain baik sebagai
individu maupun sebagai keluarga pada tahap lansia Penyesuaian terhadap kehilangan-
kehilangan lazim terjadi pada lansia dan keluarga meliputi :
1. Ekonomi
Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secra substansial, mungkin
kemudian penyesuian terhadap ketergantungan ekonomi pada keluarga atau subsidi
pemerintah.
2. Perumahan
Harus berpindah ketempat yang lebih kecil ataupun pindah ke rumah anak dan panti
werda.
3. Sosial
Kehilangan (kematian) pasangan, saudara teman-teman.
4. Pekerjaan
Keharusan pensiun dan hilangnya peran dan kesempatan serta perasaan produtivitas.
5. Kesehatan
Menurunya fungsi fisik, mental dan koghnitif; memberikan perawatan pada
pasangan yang kurang sehat.
Beberapa kendala yang bisa muncul pada proses penyesuaian ini antara lain :
1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut dapat memicu munculnya
prilaku/sikap tidak berdaya ,tidak berguna, tidak bisa membantu apapun.
2. Keadaan yang sulit berkomunikasi disebabkan berkurangnya daya pendengaran,
kurangnya kemampuan mengingat, kesulitan menangkap isi pembicaraan orang lain
menyebabkan usia lanjut akan memperlihatkan perilaku menjauh dan menjaga jarak
dengan orang sekitarnya.
3. Ketidakmampuan-ketidakmampuan yang menyebabkan lansia sangat tergantung
kepada orang lain.
C. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas keluarga pada tahap ini harus menyesuaikan dengan keadaan-keadaan yang
terjadi dengan harapan agar kesejahteraan tercapai baik secara individu maupun di
pandang dari sisi keluarga secara utuh. Tugas – tugas tersebut anatara lain :
1. Mempertahan kan pengaturan hidup yang memuaskan
Pengaturan hidup seseorang merupakan suatu prediktor kesejahteraan yang ampuh
dikalangan lansia (Lopata, 1973). Perumahan setelah pensiun sering menjadi
masalah, dikarenakan keterbatasan sumber penghasilan lansia biasanya harus
berpindah kerumah yang lebih sederhana ataupun harus ikut dengan anak mereka
yang sudah berkeluarga, bahkan ada yang harus tinggal di panti werda. Lansia yang
tinggal dirumah mereka sendiri, umumnya menyesuaikan diri lebih baik dari pada
yang tinggal dengan anak-anak mereka ataupun yang tinggal di panti werda. Banyak
temuan yang menyatakan bahwa ketika orang-orang lansia pindah, sering
mengakibatkan kemorosotan kesehatan (Lawton, 1985).
2. Penyesuaian tehadap pendapatan yang menurun
Ketika pensiun pendapatan lansia semakin menurun dengan tajam dan seiring
dengan bertambahnya tahun semakin meningkat biaya hidup terutama untuk biaya
pengobatan dan perawatan kesehatan dalam menghadapi masalah-masalah penuaan.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
Riset membuktikan bahwa perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi
moral dan aktivitas yang berlangsung dari kedua pasangan lansia (Lee,1978).
Perkawinan yang dirasakan memuaskan pada tahun-tahun ini menunjukkan
keberhasilan pasangan itu pada perkembangan keluarga sebelumnya. Komunikasi
yang baik dan mempertahankan suasana yang hangat serta saling merawat
merupakan hal-hal yang sangat baik diciptakan pada keluarga dengan lansia.
4. Mempertahankan diri terhadap kehilangan pasangan
Kehilangan pasangan merupakan hal sangat traumatis, hasil dari statistik
menunjukkan lansia wanita lebih banyak mengalami traumatis di bandingkan pria
lansia. Janda-janda yang ditinggal mati pasangannya biasanya akan mengalami
penurunan kesehatan. Sangat dibutuhkan koping diri yang baik dari lansia dan
dukungan dari anggota keluarga yang lain baik anak-anak dan teman-teman. Tidak
menutup diri dan mau berbagi merupakan kunci agar tetap dapat bertahan dengan
kondisi traumatis ini.
5. Memertahankan ikatan keluarga antar generasi
Meskipun ada suatu kecendrungan lansia menarik diri dari hubungan sosial,
keluarga tetap menjadi fokus interaksi-interaksi sosial lansia dan sumber utama
dukungan sosial dan menjadi sesuatu yang sangat penting. Oleh karena itu anggota
keluarga lansia biasanya akan memberikan bantuan satu sama lain semampu
mereka.
6. Meneruskan dan memahami eksistensi lansia
Berbicara tentang kehidupan masa lalu seseorang yang disebut juga penelaahan
kehidupan (Life Review), merupakan suatu aktivitas yang vital dan umum dan
merupakan tugas perkembangan ”tipe koghnitif”. Penalaahan kehidupan ini
menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang sulit dan memberikan pandangan
terhadap kejadian-kejadian masa lalu.

D. Peran Perawat dalam Perkembangan Keluarga


Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumber
finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian, dan banyak kehilangan lainnya
yang dialami oleh lansia menunjukan adanya kerentanan psikofisologi dari lansia
(Kelley et al, 1977). Kompleknya perubahan yang terjadi pada lansia menimbulkan
masalah-masalah yang multiple, sehingga pasangan lansia tersebut banyak
membutuhkan bantuan secara medis.
Perawat perlu melakukan pengkajian respon lansia terhadap sakit dan pengobatan serta
koping dalam menghadapi masalah-masalah lansia. Pendekatan perawatan pada lanjut
usia dilakukan secara holistik meliputi :
1. Pendekatan fisik
2. Pendekatan psikis
3. Pendekatan social
4. Pendekatan spiritual
E. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1. Perawatan pada pendekatan ini bertujuan agar lansia mampu mandiri melakukan
kegiatan sehari-hari dengan cara :
a. peningkatan kesehatan ( Health Promotion)
b. pencegahan penyakit
c. pemeliharaan kesehatan,
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta meningkatkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia (Life Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gannguan tertentu (kronis maupun akut)
5. Merangsang petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, jika mereka menjumpai suatu kelainan
tertentu.
6. Mencari upaya maksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit /gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
Peran perawat secara khusus dalam mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan
keluarga dalam fase ini antar lain:
a. Promosi kesehatan khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pencegahan cedera,
penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif, dan berhenti
merokok. Perawat mengkaji respon klien terhadap sakit dan pengobatan serta
kemampuaan koping.
b. .Melakukan pengkajian dan penggunaan sistem dukungan sosial keluarga atau
individu. Pengkajian ini mengenali dan mengatasi masalah-masalah isolasi
sosial, depresi, gangguan koghnitif dan masalah-masalah psikologis.
c. Perawat bekerjasama dengan pemerintah dan petugas kesehatan keluarga lainya
mengoptimalkan pelayanan bagi lansia di komunitas, misalnya konseling
keluarga, posyandu lansia dan lain-lain.
d. Melakukan riset-riset yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan
lansia dan keluarga dalam menyesuaikan diri pada fase
.

Anda mungkin juga menyukai