Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat-Nya lah
sehingga kita masih diberikan nikmat kesempatan serta nikmat kesehatan sehingga bisa
menyelesaikan tugas laporan dalam mata kuliah Penjaminan Mutu Pangan
Tak lupa pula ucapan terima kasih kami kepada dosen pengampu mata kuliah Penjaminan
mutu pangan dan teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi atas terselesaikannya laporan
ini sebagai salah satu tugas yang harus diselesaikan di semester ini.
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat
dibutuhkan agar setiap kali ada pembuatan laporan dan sejenisnya kedepaanya kami bisa jauh
lebih memahami bagaimana cara membuat laporan yang baik dan benar dan bisa menjadi bahan
ajaran bagi kami. Dan semoga laporan ini bisa bermanfaat untuk pembaca semua.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................................1
Daftar Isi......................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................3
B. Tujuan Praktikum.................................................................................................................................4
B. Prosedur Kerja.....................................................................................................................................6
A. Hasil.....................................................................................................................................................8
B. Pembahasan........................................................................................................................................9
BAB V PENUTUP.........................................................................................................................................11
1. Kesimpulan........................................................................................................................................11
2. Saran..................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang
mengandung bahan dasar terigu, lemak dan bahan pengembang, dengan atau tanpa penambahan
bahan makanan dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan (BZN, 1992).
Biskuit merupakan salah satu makanan ringan atau snack yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Produk ini merupakan produk kering yang memiliki kadar air rendah. Menurut
Saksono (2012) menyatakan bahwa berdasarkan data asosiasi industry, tahun 2012 konsumsi
biskuit diperkirakan meningkat 55-8% didorong oleh kenaikan konsumsi dosmetik. Biskuit
dikonsumsi oleh seluruh kalangan usia, baik bayi hingga dewasa namun dengan jenis yang
berbeda-beda (Sari, 2013). Selain itu, biskuit dapat dibuat dan dipanggang di dapur rumah
tangga. Sekarang pembuatan biskuit dapat dibuat terutama di pabrik-pabrik dengan produksi
besar. Proses pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari pencampuran (mixing), pencetakan
(cutting) dan pemanggangan (bucking) (Manley, 1998).
Bahan baku pembuatan biskuit yaitu tepung terigu yang berasal dari gandum. Kebutuhan
akan gandum sebagai bahan baku tepung terigu diprediksi semakin meningkat, seiring dengan
pertumbuhan penduduk di Indonesia. Di sisi lain, lahan di Indonesia sangat sulit untuk
3
memproduksi gandum, mengingat tanaman ini hanya dapat tumbuh subur di kawasan subtropis,
sehingga impor gandum dipastikan akan meningkat (Aditya, 2015).
B. Tujuan Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada prinsipnya pengendalian mutu pangan dengan pendekatan produk akhir terdiri dari
2 hal :
Pemeriksaan mutu produk akhir dapat menggunakan metode 7 tools atau mengacu pada
standar mutu yang berlaku secara nasional dan internasional. Pemberian label pada kemasan
produk pangan juga merupakan salah satu cara pengendalian mutu produk akhir. Dibidang boga,
pengendalian mutu produk akhir dapat dilakukan dengan penentuan standar porsi, standar suhu
penyajian, dan penyajian yang tepat.
Uji rangking bisa digunakan untuk mengukur proses baru terhadap mutu produk yaitu
untuk mengetahui apakah produk baru sama atau lebih baik dari produk lama. Dengan
4
menggunakan uji rangking ini maka mutu suatu produk dapat diketahui dan diurutkan sehingga
untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah yang menjadi patokan dalam proses
pembuatan suatu produk (Rahayu, W. P.,2011).
Uji ini tidak akan memperlihatkan suatu produk yang disenangi oleh panelis karena
dalam pengujiannya telah diacak. Oleh karenanya dibutuhkan sutau analisis data untuk
menggabungkan berbagai penilaian yang telah didapat. Pengujian organoleptik dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan pada biskuit yang memiliki perbedaan bentuk baik itu dilihat dari
warna, tekstur, aroma, dan rasa.
Biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan
yang mengandung bahan dasar tepung terigu, lemak dan bahan pengembang dengan atau tanpa
penambahan bahan tambahan lain yang diizinkan. Biskuit merupakan makanan kecil ringan yang
sudah memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan
dengan tersedianaya biskuit di hamper semua took yang menjual makanan kecil di perkotaan
maupun hingga warung-warung di pelosok desa. Gambaran diatas tersebut menandakan bahwa
hampir semua lapisan masyarakat sudah terbiasa menikmati biskuit. Biskuit dibuat dengan bahan
dasar tepung terigu jenis hard dengan kandungan protein 11,13% (Driyani,2007).
Pengujian fisik dapat dilakukan secara obyektif dan subyektif. Pengujian fisik ini secara
subyektif dilakukan melalui uji sensori dengan menggunakan alat indera dari beberapa panelis
terlatih maupun semi terlatih.
5
BAB III
METODOLOGI
1. Peralatan
NO Nama Alat Jumlah
1 Chinesware 3
2. Bahan
B. Prosedur Kerja
2. Pengamatan yang dilakukan yaitu pengujian mutu produk akhir dengan cara :
6
Klasifikasi Numerik Pengamatan Hasil Pengamatan
Warna 1 Sangat tidak berwarna
2 Tidak berwarna
3 Agak berwarna
4 Berwarna
5 Sangat berwarna
Tekstur 1 Sangat tidak renyah
2 Tidak renyah
3 Agak renyah
4 Renyah
5 Sangat renyah
Aroma 1 Sangat tidak beraroma
2 Tidak beraroma
3 Agak beraroma
4 Beraroma
5 Sangat beraroma
4. Hasil
Rasa 1 Sangat tidak berasa yang
2 Tidak berasa
3 Agak berasa
4 Berasa
5 Sangat berasa
diperoleh dianalisa dengan menampilkan uji rangking, yaitu mengurutkan produk yang
bermutu baik hingga bermutu buruk.
7
BAB IV
A. Hasil
a. Warna
Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung oleh panelis.
Penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada warna yang
dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
member kesan penilaian tersendiri oleh panelis
b. Tekstur
Tekstur
merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit,
dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari. Setip bentuk makanan
mempunyai sifat tekstur sendiri tergantung pada keadaan fisik, ukuran dan bentuk
sel yang dikandungnya.
c. Aroma
8
Aroma adalah salah satu parameter dalam penentuan kualitas produk makanan.
Aroma yang khas dapat dirasakan oleh indera penciuman tergantung dari bahan
penyusun dan bahan yang ditambahkan.
d. Rasa
Rasa adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan mutu.
Biasanya rasa sangat diperhatikan oleh konsumen setelah warna. Rasa yang
ditimbulkan oleh produk pangan dapat berasal dari bahan pangan itu sendiri juga
berasal dari zat-zat yang ditambahakn dari luar saat proses berlangsung.
B. Pembahasan
Warna
Dari hasil pengamatan uji organoleptik terlihat bahwa para panelis lebih
menyukai warna dari biskuit Regal. Nilai rata-rata untuk biskuit Regal lebih tinggi yaitu 5
dibanding dengan biskuit Khongguan dengan nilai 3 dan Monde 2
Tekstur
9
Dari hasil pengamatan uji organoleptik terlihat jelas bahwa panelis menyukai
tekstur dri biskuit Regal ,dengan nilai rata-rata biskuit Regal 5 dibanding dengan biskuit
Khongguan dengan nilai rata-rata 4 dan biskuit Monde dengan nilai 3
Aroma
Dari hasil pengamatan uji organoleptik terlihat bahwa panelis menyukai aroma
dari biskuit Monde. Nilai rata-rata biskuit Monde lebih tinggi yaitu 5 dibanding dengan
biskuit Khongguan yaitu dengan nilai rata-rata 4 dan biskuit Regal dengan nilai 2
Rasa
Dari hasil pengamatan uji organoleptik terlihat bahwa para panelis menyukai rasa
dari biskuit Monde. Nilai rata-rata untuk Biskuit Monde lebih tinggi yaitu 5 diabnding
dengan biskuit Khongguan dengan nilai rata-rata 4 dan Biskuit Regal 3
10
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pengujian tiga jenis bsikuit yang telah dilakukan dengan uji organoleptik
diketahui bahwa biskuit Regal lebih disukai panelis dibanding dengan biskuit Khongguan
dan Monde dilihat dari segi atribut sensori warna dan tekstur. Sedangkan dilihat dari segi
sensori aroma dan rasa , panelis lebih menyukai biskuit Monde dibanding dengan biskuit
Khongguan dan Regal
2. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Jakarta: Bhatara Aksara
gaj
12