Anda di halaman 1dari 3

Efektivitas Penggunaan Buku Paket untuk Kalangan Pelajar

Beberapa orang merasa belajar melalui buku itu penting. Namun sebenarnya
yang penting adalah memahami isinya, tidak melulu harus melalui buku paket.
Bahkan banyak sekali pelajar yang merasa terbebani dengan membawa banyak
buku pelajaran setiap harinya. Semua kita menyadari bahwa usia pelajar masih
berada dalam masa pertumbuhan. Dengan beban buku pelajaran yang sangat tebal
dan begitu banyak yang harus mereka pikul setiap hari dikhawatirkan dapat
menghambat pertumbuhan para pelajar itu sendiri.

Selain itu, buku paket juga menghamburkan produksi kertas. Lihat saja rata-
rata buku paket membutuhkan sekitar 150 lembar kertas dalam memproduksi 1
buah buku. Apabila di jenjang pendidikan SMA ada sekitar 12 – 15 pelajaran, dalam
1 tingkat berarti dibutuhkan sekitar 1800 – 2300 lembar kertas untuk setiap siswa.
Dapat dibayangkan berapa lembar kertas yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan buku mata pelajaran di setiap sekolah di seluruh Dunia. Seperti yang kita
ketahui, kertas terbuat dan diproduksi dari pohon. Artinya pasti akan banyak pohon
yang harus kita tebang demi memproduksi buku paket untuk kalangan pelajar.

Tidak bisa dipungkiri dalam sistem pembelajaran selalu ada pergantian


kurikulum dan materi pelajaran yang mengakibatkan pencetakan buku baru yang
hanya mengganti beberapa urutan materi saja dari buku yang lama. Hal itu
menyebabkan produksi buku terjadi berulang dan menghabiskan banyak biaya
pencetakan belum lagi ditambah penggunaan buku paket yang tidak akan efektif
dikarenakan sistem pembelajaran dalam industri 4.0 lebih banyak membuka
internet ketimbang membahas pelajaran melalui buku paket.

Kita pasti mengharapkan fasilitas utama yang terbaik untuk mencerdaskan


dan menambah wawasan serta ilmu pada pelajar. Buku paket yang notabene sebagai
fasilitas utama tersebut tidak dapat memenuhi kriteria yang diperlukan. Jika
memang berfungsi seperti itu seharusnya buku paket praktis dan mudah dibawa
untuk dibaca dimanapun dan kapanpun. Selain itu harus ramah lingkungan seperti
apa yang diajarkan di sekolah pada siswa-siswinya. Tetapi bagaimana bisa jika
pembuatannya sendiri memerlukan penebangan pohon dalam skala besar. Terlebih
saat buku lama yang telah direvisi sudah tidak dapat lagi kita manfaatkan dan hanya
akan menjadi limbah. Melihat hal seperti ini, buku paket tidak dapat diharapkan
menjadi fasilitas utama yang efektif untuk kalangan pelajar. Produksi buku paket
untuk kalangan pelajar sebaiknya dihentikan dan diganti dengan sesuatu yang
mendukung dan mumpuni di zaman industri 4.0 seperti pemberlakuan program e-
sabak yang menggunakan perangkat tablet sebagai pengganti buku paket. Kalau ini
teralisasikan, bisa saja semua orang akan selalu membawanya, membacanya di
angkot, toilet, dan bahkan saat mengisi waktu luang saat bepergian. Pergantian
kurikulum maupun materi pembelajaran tidak akan memakan biaya yang besar
karena dapat disebar secara langsung ke tablet siswa. Selain itu tablet pun bisa
mengakses internet untuk mencari segalanya dan pengetahuan yang tidak terbatas
sehingga benar-benar menjadi “jendela dunia” bagi setiap orang terutama untuk
kalangan pelajar.

Anda mungkin juga menyukai