Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS FISIOLOGI


PADABAYI NY. P UMUR 1 HARI DI
UPT. PUSKESMAS ABIANSEMAL I
TANGGAL 11 NOVEMBER 2019

OLEH
NI NYOMAN MANIK SUGIARTI
NIM P07124319 012

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS FISIOLOGI
PADABAYI NY. P UMUR 1 HARI DI
UPT. PUSKESMAS ABIANSEMAL I
TANGGAL 11 NOVEMBER 2019

OLEH
Ni Nyoman Manik Sugiarti
P07124319 012

Telah disahkan,
Denpasar, 28 November 2019
Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Made Widhi Gunapria Darmapatni, S.ST., M.Keb Ni Nyoman Indahwati, Amd. Keb
NIP. 198211282006042002 NIP. 196811211989022001

Mengetahui,
Koordinator Praktik

Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb


NIP. 198101302002122001

ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “PK
FISILOGIS HOLISTIK NEONATUS” dengan baik. Dalam penyusunan
laporan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini, yakni yang
terhormat:

1. Dr. Ni Nyoman Budiani, SST., M.Biomed selaku Ketua Jurusan


Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Made Widhi Gunapria Darmapatni, S.ST., M.Keb selaku dosen
pembimbing dalam praktik ini
3. Ni Nyoman Indahwati, Amd. Keb selaku pembimbing praktik lapangan
4. Semua Pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan akhir ini
Dalam laporan akhir ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki
berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
membangun dari para demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.
Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat hal-
hal yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Denpasar, November 2019

Penulis

iii
DAFTA ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Neonatus .............................................................................. 4
B. Asuhan Neonatus ................................................................................. 14
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan Metode SOAP ............16
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Subjek ................................................................................ 18
B. Pengkajian Objek ................................................................................. 20
C. Assasment ............................................................................................ 22
D. Planing ................................................................................................. 22
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan……………………………….......................................... 25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0–7 hari.Neonatus
lanjut adalah bayi berusia 7–28 hari (Muslihatun, 2010).
Dalam periode 5 tahun sebelum SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal
(AKN) adalah 15 kematian per 1.000 kelahiran hidup, menyiratkan bahwa 1 dari
67 anak meninggal dalam bulan pertama kehidupannya. Berdasarkan hasil SDKI
2002–03 sampai SDKI 2017 untuk estimasi angka kematian neonatal, bayi dan
balita pada periode 5 tahun sebelum survey, berikut rentang kepercayaan 95
persen. AKN menurun dari 20 per 1.000 kelahiran hidup hasil SDKI 2002–03
menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup (penurunan 25 persen) (Kemenkes RI,
2017).
Cakupan kunjungan Neonatal Pertama atau KN 1 merupakan indikator
yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
kematian pada periode neonatal yaitu 6–48 jam. Setelah lahir yang meliputi
antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) (Kemenkes RI, 2017).
Capaian KN 1 di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 92,62% lebih tinggi
dari tahun 2016 yaitu sebesar 91,12%. Capaian ini sudah memenuhi target
Renstra Tahun 2017 yang sebesar 81%. Sejumlah 23 provinsi (67,6%) yang telah
memenuhi target tersebut (Kemenkes RI, 2017).
Neonatus harus beradaptasi dengan keadaannya yang sekarang dan sangat
bergantung kepada sang ibu sampai menjadi mandiri. sehingga ibu harus bisa
menjaga kehangatan dan merawat bayinya setiap hari, melakukan perawatan bayi
yang benar dan tepat agar terciptanya hidup yang sehat. Oleh karena itu cara
pemberian ASI eksklusif dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena ASI
merupakan nutrisi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan
bahkan dapat memberikan kekebalan tubuh pada bayi (Wahyuni, 2011).

1
Selain ASI, Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk
memperoleh kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu seperti: Difteri, pertusis,
tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis. Proses imunisasi ialah memasukkan
vaksin atau serum ke dalam tubuh melalui oral atau suntikan. Tujuannya untuk
mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, bila terjadi penyakit maka tidak
akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menyebabkan kematian
pada neonatus (Maryunani, 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut Peneliti
tertarik untuk mengambil kasus yaitu Asuhan Kebidanan Holistik pada Neonatus
Fisiologi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan Neonatus Normal pada bayi
Ny. P secara komprehensif dengan pendekatan manajemen kebidanan dan
didokumentasikan dengan menggunakan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada bayi Ny. P secara
komprehensif di UPT. Puskesmas Abiansemal I
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, kebutuhan segera
pada bayi Ny. P di UPT. Puskesmas Abiansemal I
c. Mahasiswa mampu menentukan perencanaan asuhan kebidanan pada bayi
Ny. P di UPT. Puskesmas Abiansemal I
d. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidana yang telah
diberikan pada bayi Ny. P di UPT. Puskesmas Abiansemal I
e. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian yang benar pada bayi
Ny. P di UPT. Puskesmas Abiansemal I
C. Manfaat
1. Lahan Praktik
Hasil peneliti dapat digunakan untuk menggambarkan sistem penilaian
pelayanan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang berjalan saat ini dilahan
praktik
2. Bagi Institusi

2
Sebagai masukan dan referensi bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar khususnya prodi studi Pendidikan Profesi Bidan.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan atau kemampuan berpikir
mengenai penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima
ke dalam penelittian yang sebenarnya.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Neonatus


1. Pengertian Neonatus
Neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0–7 hari.Neonatus
lanjut adalah bayi berusia 7–28 hari (Muslihatun, 2010). Neonatus adalah
individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan di dalam rahim maupun di luar rahim (Dewi, 2010).
2. Ciri–ciri Bayi Neonatus
Berat badan 2.500–4000 gram, panjang badan 48–52 cm, lingkar dada
30– 38 cm, lingkar kepala 33–35 cm, lingkar lengan 11–12 cm, frekuensi jantung
120–160 kali/menit, pernafasan 40–60 kali/menit, kulit kemerah– merahan dan
licin karena jaringan subkutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala
biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia: pada
perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, pada laki–laki testis
sudah turun skrotum sudah ada, reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan
baik, reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik, reflek graps
atau menggenggam sudah baik, eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecokelatan (Dewi, 2010).
3. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi pada neonatus perlu diketahui dengan lebih baik oleh
tenaga kesehatan.Saat lahir, bayi harus beradaptasi dengan keadaan yang sangat
bergantung sampai menjadi mandiri.Banyak perubahan yang dialami oleh bayi
yang semula berada dalam lingkungan rahim ke lingkungan luar
rahim.Kemampuan adaptasi fisiologi bayi baru lahir disebut juga homeostasis.
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan
status gizi.Kemampuan homeostasis pada neonatus kurang bulan bergantung pada
masa gestasi.Matriks otak neonatus kurang bulan belum sempurna sehingga
mudah terjadi perdarahan intrakranial (Tando, 2016).

4
Adaptasi di luar uterus yang terjadi secara cepat yaitu :
a. Adaptasi sistem pernapasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertentang ketika terjadi
perubahan dari lingkungan di dalam uteri maupun di luar uteri.
b. Adaptasi sistem sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya reaksi dalam
paru sebagai respons terhadap tarikan napas pertama.
c. Adaptasi suhu
Neonatus memiliki kecenderungan cepat stress karena perubahan lingkungan
dan bayi harus beradaptasi dengan suhu lingkungan yang cenderung dingin di
luar (Tando, 2016).
4. Kebutuhan Neonatus
a. Kebutuhan Nutrisi
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan minum/ makan ASI
eksklusif.ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.ASI diketahui
mengandung zat gizi yang paling banyak sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menyusui secara dini antara lain :
1) Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1 jam
pertama) dan dilanjutkan selama 6 bulan pertama kehidupan
2) Colostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang karena untuk menambah
kekebalan tubuh bayi
3) Bayi harus disusui kapan saja ia mau (on demand), siang atau malam yang
akan merangsang payudara memproduksi ASI secara adekuat (Wahyuni,
2011).
b. Kebutuhan Eliminasi
Bayi BAK sebanyak minimal 6 kali sehari.Semakin banyak cairan yang
masuk maka semakin sering bayi miksi.Defekasi pertama berwarna hijau
kehitaman.Pada hari ke 3–5 kotoran berubah warna menjadi kuning kecokelatan.
4–6 hari kotoran bayi yang biasanya minum susu biasanya cair. Bayi yang
mendapat ASI kotorannya kuning dan agak cair dan berbiji. Bayi yang minum
susu botol, kotorannya cokelat muda, lebih padat dan berbau (Wahyuni, 2011).

5
c. Kebutuhan Tidur
Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.Bayi
baru lahir mempergunakan sebagian besar dari waktunya untuk tidur. Neonatus
sampai usia 3 bulan rata–rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umunya, bayi
mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang
hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah total tidur
bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi. Pola tidur bayi
diantarannya :
1) 1 minggu 16,5 jam
2) 1 tahun 14 jam

3) 2 tahun 13 jam

4) 5 tahun 11 jam

5) 9 tahun 10 jam
(Wahyuni, 2011).
5. Tanda Bahaya Neonatus
Beberapa tanda bahaya pada neonatus yang harus diwaspadai dan segera
dilakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa, yaitu seperti :
a. Neonatus tidak mau menyusu
b. Bergerak hanya jika dirangsang
c. Frekuensi napas < 30 kali permenit/ > 60 kali permenit
d. Suhu tubuh < 35,30C dan > 37,50C
e. Riwayat kejang
f. Merintih
g. Keluar nanah pada bagian mata
h. Tali pusat kemerahan, berbau busuk dan bengkak
i. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
j. Kulit kuning atau tinja berwarna pucat
k. Berat badan menurut umur rendah
(Maryunani, 2014).

6
6. Pemeriksaan Fisik Pada Neonatus
Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan untuk menilai status kesehatan.
Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir (Uliyah, 2015).
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut :
a. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga
bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada daerah
yang diperiksa.
b. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala sampai kekaki atau lakukan
prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, sperti paru–paru,
jantung dan abdomen.
c. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada
tahap akhir.
d. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.

Hal–hal yang harus diperiksa :


a. Keadaan umum
Yang dinilai secara umum seperti kepala, badan, ekstermitas, tonus otot,
tingkat aktivitas, tangisan bayi, warna kulit dan bibir.
b. Pemeriksaan fisik khusus
1) Hitung frekuensi napas
Periksa frekuensi napas dilakukan dengan menghitung pernapasan
dalam satu menit penuh, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih
saat ekspirasi.Laju napas normalnya 40–60 kali per menit.
2) Hitung frekuensi jantung
Periksa frekuensi jantung dengan menggunakan stetoskop dan
dihitung selama satu menit penuh, laju jantung normalnya 120–160
denyut per menit.
3) Suhu tubuh
Suhu tubuh BBL normalnya 36,5–37,50C diukur di daerah ketiak
dengan menggunakan thermometer.
4) Kepala

7
Periksa ubun–ubun besar dan ubun–ubun kecil dengan palpasi untuk
mengetahui apakah ada sutura, molase, kaput suksedaneum,
sefalhematoma dan hidrosefalus
5) Mata
Periksa mata bayi dengan cara inspeksi untuk mengetahui ukuran,
bentuk dan kesimetrisan mata
a) Pemeriksaan sklera bertujuan untuk menilai warna sklera, yang dalam
keadaan normal berwarna putih
b) Pemeriksaan pupil secara normal pupil berbentuk bulat dan simetris,
apabila diberikan sinar pupil akan mengecil
6) Telinga
Jumlah, posisi dan kesimetrisan telinga dihubungkan dengan mata
dan kepala serta ada tidaknya gangguan pendengaran. Periksa daun
telinga untuk menentukan bentuk, besar dan posisinya
7) Hidung dan mulut
Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan lancar
tanpa hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan inspeksi mulut untuk
mengetahui bentuk dan kesimetrisan mulut lalu masukkan satu jari ke
dalam mulut untuk merasakan hisapan bayi dan perhatikan apakah ada
kelainan congenital seperti labiopalatokisis
8) Leher
Periksa bentuk dan kesimetrisan leher, adanya pembengkakan/
benjolan. Pastikan untuk melihat apakah kelenjar tyroid bengkak
9) Dada
Periksa bentuk dada, puting apakah normal dan simetris, bunyi napas
dan bunyi jantung
10) Bahu lengan dan tangan
Yang dilakukan adalah menghitung jumlah jari apakah ada kelainan
dan pergerakannya aktif atau tidak
11) Abdomen
Yang dilihat dari perut bayi bentuk dari perut, penonjolan disekitar
tali pusat pada saat bayi menangis, perdarahan tali pusat

8
12) Jenis kelamin
Pada bayi laki–laki yang harus diperiksa adalah panjang penis, testis
sudah turun dan berada dalam skrotum dan ujung penis berlubang. Pada
bayi perempuan yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora dan
labia minora, pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang
dan terdapat klitoris.
13) Kulit
Periksa apakah kulit bayi terdapat lanugo, edema, bercak, tanda lahir
dan memar.
14) Punggung dan anus
Periksa punggung bayi apakah ada kelainan atau benjolan, apakah
anus berlubang atau tidak.
15) Tungkai dan kaki
Periksa apakah kedua kaki bayi sejajar dan normal, periksa jumlah
jari dan gerakan kaki (Tando, 2016).
7. Penanganan dan Perilaku Neonatus
a. Penanganan neonatus adalah penanganan terhadap refleks
1) Reflek Moro diperiksa dengan cara bertepuk tangan. Jika bayi terkejut bayi
membuka telapak tangannya seperti mengambil sesuatu
2) Reflek rooting mengusap pipi atau area disekitar mulut bayi dan kepala bayi
ke arah sumber sentuhan dan mencari puting dengan mulutnya, bayi
menggunakan refleks ini untuk mencari makanan.
3) Refleks sucking setelah puting susu masuk kedalam mulut bayi kemudian
bayi menghisap ASI
4) Refleks swallowing bayi akan menelan
5) Reflek tonic neck baringkan bayi terlentang kepala bayi akan menoleh ke
samping pada saat berbaring. Lengan yang sejajar arah kepala menoleh akan
direntangkan lurus
6) Refleks graps jari–jari tangan bayi akan menggenggan jika disentuh
7) Refleks glabelar kelopak mata akan membuka dan menutup dengan cepat
atau berkedip apabila menyentuh mata

9
8) Refleks babinsky jari–jari kaki akan melengkung atau mengkerut jika
disentuh
9) Refleks melangkah memegang bayi dalam posisi berdiri dan kaki agak
menekan ke lantai dan bayi akan mengangkat kaki secara bergantian atau
jari–jari kaki melengkung
10) Refleks withdrawal nyeri udara dingin bayi berusaha untuk menarik lengan
dan tungkainya mendekati tubuh
11) Refleks parasut menerjunkan bayi kearah lantai dan bayi akan merentangkan
tangannya sebagai upaya melindungi diri
(Kelly, 2010).
8. Perawatan neonatus sehari–hari
a. Memandikan
Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran agar tidak terjadi
hipotermi.
Tujuan : untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, kering, menjaga kebersihan
tali pusat dan memberikan rasa nyaman pada bayi
(Maryunani, 2014).
b. Mengganti popok
Popok bayi harus diganti setiap kali basah atau kotor.Rata–rata bayi baru lahir
memerlukan sepuluh sampai dua belas kali mengganti popok setiap hari.
Meskipun jika mengganti popok bayi ternyata tidak kotor setidaknya dengan
sering mengganti popok tidak akan menambah masalah yang berpotensi
menimbulkan ruam popok (Kelly, 2010).
c. Menggendong
Menyentuh dan berbicara kepada bayi memberi bayi rasa aman secara fisik
dan emosional. Menggendong bayi sering menjadi bagian dari proses
pelekatan yang akan membuat ibu dan bayinya merasa nyaman satu sama lain,
sehingga tidak perlu khawatir akan memanjakannya untuk beberapa bulan
awal (Kelly, 2010).
d. Menggunting kuku
Menjaga agar kuku bayi tetap pendek untuk perlindungan bayi itu
sendiri.Selama bayi bermain dengan jarinya dengan mudah dapat mencakar

10
wajahnya sendiri jika kuku jarinya tidak pendek dan dipotong rata.Seiring
dengan makin besarnya bayi, kuku jari yang pendek adalah untuk
perlindungan ibu (Kelly, 2010).
e. Menidurkan
Memposisikan bayi dengan tidur terlentang, usahakan suhu ruangan bayi
dapat dipertahankan 210C, gunakan kasur atau matras yang agak keras
letakkan perlak di atas matras dan dihamparkan sesuai dengan lebar kain
pelapis di atasnya, bantal tidak perlu digunakan karena hanya akan
menyebabkan bayi tercekik (Kelly, 2010).
f. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih.Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.Bersihkan
dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian
bungkus dengan longgar/ tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/ steril.Popok
atau celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk
menghindari kontak dengan feses atau urin.Hindari pengguna kancing, koin
atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat (Prawirohardjo, 2010).
9. Imunisasi Pada Neonatus
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh
manusia terhadap penyakit tertentu seperti: Difteri, pertusis, tetanus,
poliomyelitis, campak dan hepatitis. Proses imunisasi ialah memasukkan vaksin
atau serum ke dalam tubuh melalui oral atau suntikan.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak–anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka belum sebaik orang dewasa sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali,
tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap agar tidak rentan terhadap
berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan kehidupan anak
(Tando, 2016).
a. Manfaat imunisasi
1) Untuk anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
kemungkinan cacat dan kematian

11
2) Untuk keluarga : Menghilangkan kecemasan dan faktor psikologis
pengobatan jika anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila
orang tua yakin bahwa anak akan menjalani masa kanak– kanak yang
nyaman
b. Tujuan imunisasi
1) Mencegah penyakit tertentu pada seseorang
2) Menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
3) Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misal cacar)
c. Jenis imunisasi
1) Imunisasi Pasif
Merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit
2) Imunisasi Aktif
Merupakan kekebalan yang didapat dari pemberian bibit penyakit lemah
yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk
antibodi terhadap penyakit yang sama, baik yang lemah maupun yang
kuat
d. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar diberikan untuk mendapatkan kekebalan secara
aktif.Imunisasi yang diwajibkan sesuai program pengembangan imunisasi (PPI)
adalah imunisasi BCG, polio, hepatitis B (HB), DPT dan campak (Tando, 2016).
e. Vaksin Bacillus Calmette–Guerin (BCG)
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup sehingga tidak diberikan kepada pasien
dengan gangguan imun jangka panjang (leukemia, pengobatan steroid jangka
panjang, HIV).Tujuan imunisasi BCG bukan untuk mencegah TBC, melainkan
untuk mengurangi risiko TBC berat, seperti TBC meningitis dan TBC milier.
Imunisasi ini diberikan pada bayi yang berusia dua bulan atau kurang.Dosis
pemberian vaksin BCG adalah 0, 05 ml sebanyak 1 kali (Tando, 2016).
Efek Samping imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
seperti demam. Satu sampai dua minggu kemudian akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule dan kemudian
pecah menjadi luka. Luka tidak.memerlukan pengobatan, akan sembuh secara
spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang–kadang terjadi pembesaran

12
kelenjar regional di ketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan menimbulkan
demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang
dengan sendirinya (Tando, 2016).
f. Vaksin Polio/Oral Polio Vaccine (OPV)
Vaksin virus polio hidup oral berisi polio tipe 1, 2, 3 yang masih hidup, tetapi
sudah dilemahkan.Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir sebagai
dosis awal dengan dosis 2 tetes (0, 1 ml).Vaksin virus polio hidup oral adalah
vaksin polio trivalent yang terdiri atas suspense virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan
3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera
dan distabilkan dengan sukrosa. ASI tidak berpengaruh terhadap respons
antibodi.Apabila vaksin yang diberikan dimuntahkan dalam 10 menit, harus
diberikan dosis pemberian ulang (Tando, 2016).
Efek Samping pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (<0,7 :
1.000.000). jika anak diare, ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik
karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat (Tando,
2016).
g. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B PID adalah vaksin rekombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non–infeksi, berasal dari HBsAg yang dihasilakan dalam sel ragi.
Pemberian vaksin hepatitis B yang tepat sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan akan memberikan respons protektif. Vaksin diberikan melalui
IM dalam.Pada neonatus dan bayi, penyuntikan vaksin ini dilakukan di
anterolateral paha. Dosis pemberian hepatitis B diberikan pada usia 0–7 hari
(Tando, 2016).
Efek Samping berupa reaksi lokal, seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan.Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah dua hari (Tando, 2016).
10. Pencegahan Infeksi Pada Neonatus
Neonatus sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan
atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan atau beberapa saat
setelah lahir.

13
Pastikan penolong persalinan melakukan upaya pencegahan infeksi sebagai
berikut :
a. Sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan sabun
kemudian dikeringkan
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di
DTT atau disterilkan
d. Pastikan pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi dalam
keadaan bersih dan hangat (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur,
thermometer, stetoskop dll) (Tando, 2016).
B. Asuhan Neonatus
1. Perawatan 1 Jam Pertama
Mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hipotermia:
a. Mengeringkan tubuh bayi segera setalah lahir.
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara
melalui jendela/ pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan
yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh.
b. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera
dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan
telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c. Menunda memandikan bayi sampai tubuh bayi stabil
Pada bayi cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan
menangis kuat bisa dimandikan +24 jam setelah kelahiran dengan tetap
menggunakan air hangat. Pada bayi berisiko yang berat badannya kurang dari
2.500 gram/ keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai
suhu tubuhnya stabil dan mampu mengisap ASI dengan baik.
d. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu melalui radiasi,
evaporasi, konduksi dan konveksi (Dewi, 2010).
2. Kunjungan Neonatal
Kunjungan Neonatus dilaksanakan minimal 3 kali yaitu :

14
a. Kunjungan pertama 6–48 jam setelah lahir yaitu : mempertahankan suhu
tubuh bayi, memandikan bayi setelah 6 jam, melakukan pemeriksaan fisik
pada bayi, memberikan vitamin K dan imunisasi HB–0
b. Kunjungan dua 3–7 hari setelah lahir yaitu : perawatan tali pusat,
pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi, bakteri, ikterus, diare dan berat
badan rendah, konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
di rumah dengan menggunakan buku KIA, penanganan dan rujukan kasus
bila diperlukan.
c. Kunjungan tiga 8–28 hari setelah lahir yaitu : menjaga kebersihan bayi,
konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan buku KIA, memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir
(Walyani, 2015).
3. Edukasi yang diperoleh untuk Neonatal
a. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah sistem perawatan ketika bayi dan ibu dirawat dalam
satu unit, cara perawatan ketika ibu dan bayi baru lahir tidak dipisah, melainkan
ditempatkan dalam satu ruangan, kamar atau tempat bersama–sama selama 24
jam penuh. Hal ini bertujuan untuk memudahkan ibu dalam memberikan ASI dan
merawat bayi (Tando, 2016).
b. Menjaga kehangatan
1) Segera mengeringkan badan bayi dengan menggunakan handuk
atau kain
2) Menempatkan bayi pada tempat yang hangat dan jangan
menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa bayi
3) Menyelimuti bayi
4) Jangan segera memandikan bayi baru lahir
5) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi nya (Tando, 2016)
c. Mekanisme kehilangan panas
Bayi kehilangan panas melalui :

15
1) Evaporasi : kehilangan panas karena menguapkan cairan ketuban pada
permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan
2) Konduksi : kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin
3) Konveksi : kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan
udara sekitar yang lebih dingin
4) Radiasi : kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi di tempatkan dekat
benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperature
tubuh bayi (Maryunani, 2014).
d. Bonding Attachment
Bonding Attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan
bayi setelah proses persalinan. Adapun elemen–elemen adalah sebagai berikut :
1) Sentuhan
2) Kontak mata
3) Suara
4) Aroma
5) Entrainment
6) Bioritme 7) Kontak dini
(Tando, 2016).
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan Metode SOAP
1. Data Subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada pasien/klien
2. Data Objektif
Hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, pemeriksaan pendukung
lain dan catatan medis lain
3. Assesment
Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dan dibuat
kesimpulan, seperti diagnosis, antisipasi diagnosis/ masalah potensial,
perlunya tindakan segera
4. Panning

16
Penyusunan rencana asuhan yang bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin (Tando, 2016).

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS FISIOLOGI PADA
BAYI NY. P UMUR 1 HARI DI UPT. PUSKESMAS ABIANSEMAL I

Tanggal Pengkajian : 11 November 2019


Jam : 16.00 WITA
Tempat Pengkajian : UPT. Puskesmas Abiansemal I

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny. P

Tanggal lahir : 10 November 2019, pk. 15.30 wita

Umur : 1 hari
: Perempuan
Jenis kelamin

b. Identitas Orang tua

Ibu Ayah

Nama : Ny. P Tn. M

Umur : 21 tahun 24 tahun


Agama : Hindu Hindu

Suku/ bangsa : Indonesia Indonesia

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Swasta Swasta

Alamat : Br. Pemijian Carangsari – Badung

No. telp : 085267185xxx

18
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Maternal
1) Penyakit Jantung : Tidak ada

2) Penyakit Ginjal : Tidak ada

3) Diabetes Millitus : Tidak ada

4) Hipertensi : Tidak ada


: Tidak ada
5) Penyakit Kelamin

b. Riwayat Kesehatan Prenatal


1) HPHT : 9-2-2019 TP : 16-11-2019
1) ANC
a) TM 1 : 1 kali
b) TM II : 2 kali
c) TM III : 3 kali

3) Imunisasi TT : Lengkap

4) BB ibu : 59 kg

5) Keluhan TM I, II, III : mual, muntah


6) Perdarahan : Tidak ada

7) Pre Eklamsi : Tidak ada

8) Eklamsia : Tidak ada

9) Gestational Diabetes : Tidak ada


10) Polyhidramnion/
: Tidak ada
Oligohydramnion
11) Infeksi : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Intranatal
1) Tanggal lahir/ jam : 10 November 2019/ 15.30
wita
2) Tempat : UPT. Puskesmas Abiansemal

19
I
3) Penolong
: Bidan
4) Jenis persalinan
: Normal
5) Ketuban pecah
: Spontan
6) Penyulit
: Tidak ada
7) Pengguna obat selama : Tidak ada
persalinan
d. Riwayat Postnatal

1) Usaha napas dengan/ tanpa bantuan : tanpa bantuan

2) Kebutuhan resusitasi : Tidak ada

3) Trauma lahir : Tidak ada

4) Pemberian Vit K : 1 jam setelah bayi lahir


e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari–hari
Nutrisi : ASI eksklusif + 12x/ hari kemampuan menghisap
kuat
Eliminasi : BAB 2x/ hari, berwarna kehitaman, BAK 4x/hari,
berwarna kekuningan
Personal hygiene : Mandi 2x/ hari, ganti popok setiap habis BAB dan
BAK
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik


b. Kesadaran
: Composmentis
c. Warna kulit
: Merah pucat
d. Tangisan
: Kuat
e. Pernapasan
: Normal
f. Tonus otot
: Baik

20
g. Kelainan : Tidak ada
2. Tanda–tanda vital
a. Suhu : 370C

b. Respirasi : 36x/menit
c. Denyut Jantung Bayi : 126x/menit
2. Antropometri
a. BB : 3.900 gr
b. PB : 50 cm
c. LK : 34 cm
d. LD : 33 cm
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Ubun–ubun baik, sutura/molase normal,
tidak ada cekungan, tidak ada penonjolan
b. Telingan : Tidak ada pengeluaran cairan, letaknya
simetris
c. Mata : Tidak ada tanda–tanda infeksi, refleks
pupil baik
d. Hidung dan mulut : Simetris, langit–langit normal tidak ada
kelainan bibir sumbing, refleks sucking
(hisap) baik, refleks rooting baik
e. Leher : Tidak ada pembengkakan, pergerakan aktif
f. Dada : Bentuk normal tidak ada kelainan, puting
normal, bunyi nafas normal, tidak ada retraksi
dinding dada, bunyi jantung normal lup dup
g. Bahu lengan dan tangan : Gerakan normal, jumlah jari lengkap tidak
ada kelainan
h. Abdomen : Bentuk normal, penonjolan sekitar tali pusat ada,
tidak ada perdarahan pada tali pusat, lembek pada
saat menangis, tidak ada tonjolan
i. Kelamin perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora

j. Panggul : Normal, tidak ada kelainan dan tidak

21
mengalami dislokasi

k. Tungkai dan kaki : Gerakan normal, jumlah jari lengkap dan

tidak ada kelainan pada jari kaki

l. Punggung dan anus : Tidak ada pembengkakan, tidak ada ceku-

ngan, anus berlubang

m. Kulit : Bersih tidak terdapat verniks, warna kulit

kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak

ada bercak–bercak hitam, tidak ada tanda

lahir

n. Sistem syaraf : Reflek moro normal

o. Reflek fisiologi : 1) reflek moro : ada kuat

2) reflek rooting : ada kuat

3) reflek sucking : ada kuat

4) reflek grapsing : ada kuat

5) reflek tonik neck : ada kuat


6) reflek babinsky : ada kuat

C. Assasment
Bayi Ny. P umur 1 hari lahir normal dan cukup bulan sesuai usia kehamilan

D. Planning
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya saat ini dalam keadaan
normal, ibu mengerti dengan kondisi bayinya
1. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya dengan
menggunakan sarung tangan, memakaikan topi lalu dibedong dengan kain
bersih dan diletakkan di ruangan yang hangat, ibu sudah mengerti dan
akan menjaga kehangatan bayinya

22
2. Menganjurkan ibu untuk tidur satu ruangan dengan bayinya agar
memudahkan ibu untuk menyusui dan menambah ikatan antara ibu dan
bayi, ibu bersedia tidur satu ruangan dengan bayinya
3. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa
makanan pendamping dikarenakan dapat membantu menjaga kesehatan
dan kekebalan tubuh bayi terhadap berbagai macam jenis penyakit yang
mungkin dapat menyerang saat usia bayi masih rawan terkena penyakit,
selain untuk kekebalan tubuh, ASI eksklusif juga bisa membuat perasaan
bayi menjadi nyaman, aman dan meningkatkan tingkat emosional antara
ibu dan bayi , ibu mengerti tentang penjelasan bidan
4. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat bayi agar tetap kering yaitu
selesai mandi dikeringkan dengan kain bersih atau kasa steril, tidak
diberikan bedak atau minyak dan pastikan saat memakaikan popok tali
pusat tidak tertutup agar tidak terkena pipis atau pup bayi agar tali pusat
cepat kering, ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukannya
5. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi setiap pagi dari pukul 07.00–
08.00 wita selama 15 menit dan bayi tidak menggunakan pakaian hanya
menggunakan popok. Posisikan bayi terlentang, telungkup kemudian
miring sehingga seluruh kulit bayi terkena sinar matahari, ibu mengerti
dengan penjelasan bidan dan akan melakukannya
6. Memberitahu ibu tanda bahaya neonatus yaitu seperti tidak mau
menyusu, demam tinggi, sulit bernafas, mata bengkak atau mengeluarkan
cairan, bayi merintih atau menangis terus menerus, tali pusat kemerahan
dan berbau, kulit dan mata bayi kuning dan feses bayi saat BAB berwarna
pucat, ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya neonatus
7. Memberitahu ibu untuk melakukan imunisasi selanjutnya di puskesmas
pada saat bayi berusia 1 bulan yaitu imunisasi BCG dan polio 1, ibu
mengerti dan akan melakukannya
8. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang yaitu 6–7 hari (KN
2) pada tanggal 17-20 November 2019, ibu mengerti dan akan melakukan
kunjungan ulang
9. Melakukan pendokumentasian, sudah dilakukan pendokumentasian

23
24
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pengkajian yang dilakukan untuk menyimpulkan data dasar tentang


keadaan pasien bayi Ny. P Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Fisiologi terhadap
Bayi Ny. P segera setelah lahir di UPT. Puskesmas Abiansemal I tahun 2019,
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pengkajian (Subjektif)
Data yang didapat dari anamnesis (Tando, 2016). Yaitu dengan cara
menanyakan tentang identitas, riwayat kesehatan maternal, prenatal,
intranatal, postnatal dan pola pemenuhan kebutuhan sehari–hari.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada By. Ny. P yaitu
mengidentifikasi identitas melalui anamnesa seperti riwayat kesehatan
maternal, prenatal, intranatal, postnatal dan pola kebutuhan sehari–hari sudah
dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik.
2. Pemeriksaan (Objektif)
Objekif didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
pemeriksaan pendukung dan catatan medis lain (Tando, 2016). Data objektif
dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan objektif
pada Bayi Ny. P didapatkan hasil bahwa keadaan umum baik, warna kulit
kemerahan, tangisan kuat, tonus otot baik, pernafasan normal. Tanda–tanda
vital seperti laju jantung 130x/menit, laju nafas 40x/menit, suhu 37oC
kemudian Antropometri Berat badan 3.900 gr, Panjang badan 50 cm, Lingkar
kepala 34 cm, Lingkar dada 33 cm dan hasil pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara head to toe penulis tidak menemukan adanya masalah pada
bayi.
3. Assesment
Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dan dibuat
kesimpulan, seperti diagnosis, antisipasi diagnosis/ masalah potensial,
perlunya tindakan segera (Tando, 2016).Assesment dibuat berdasarkan dari
hasil pemeriksaan subjektif dan objektif.

25
Dari semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan penulis menegakkan
assessment, yaitu :
Bayi Ny. P umur 1 hari neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan
Kebutuhan : KIE tentang perawatan Neonatus
4. Planning
Penyusunan rencana asuhan yang bertujuan untuk mengusahakan tercapainya
kondisi pasien seoptimal mungkin (Tando, 2016). Setelah melakukan
pengkajian pada data objektif peneliti menemukan kesenjangan antara teori
dan praktik yaitu kurang nya menjaga kehangatan pada bayi Ny. P saat
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tidak menutupi tubuh bayi atau
membiarkan pakaian bayi terbuka sehingga bayi merasa kedinginan. Menurut
teori menjaga kehangatan neonatus yaitu dengan menyelimutidan
menempatkan di tempat yang hangat, mengeringkan badan dengan
menggunakan handuk atau kain. Karena suhu tubuh normal pada neonatus
adalah 36,50C–37,50C melalui pengukuran aksila. Jika suhunya turun di
bawah 36,50C bayi akan mengalami hipotermia.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah
dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak dilakukan secara tepat. Panas
yang dihasilkan dari aktivitas lipid dalam lemak coklat dapat menghangatkan
bayi dengan meningkatkan produksi panas hingga 100% (Tando, 2016).

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis mampu memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. P secara
komprehensif di UPT. Puskesmas Abiansemal I, maka penulis dapat
menyimpulkan:
1. Dari pengkajian data yang dilakukan, penulis sudah mampu memperoleh
data subjektif (anamnesis) secara fisiologis.
1. Mampu menentukan diagnosa neonatus fisiologi pada bayi Ny. P umur 1
hari yang di tegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun
objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.
2. Rencana tindakan asuhan yang diberikan sudah efektif berdasarkan
kebutuhan dan pelaksanaan asuhan yang diberikan secara efisien dan
aman pada bayi Ny. P umur 1 hari sesuai dengan rencana asuhan.
3. Penulis dapat melakukan evaluasi dari hasil pemeriksaan pada neonatus
fisiologi secara komprehensif.
4. Penulis mampu melaksanakan penatalaksanaan dan perencanaan pada
neonatus fisiologi secara komprehensif dan sudah dapat di
pendokumentasikan.
B. Saran
1. Lahan Praktik (PMB)
Sebagai masukan dalam melaksanakan dan meningkatkan asuhan kebidanan
pada neonatus fisiologi dengan memperhatikan standar
operasional prosedur.
1. Bagi Institusi
Agar selalu menambahkan bahan pustaka dalam pelaksanaan tentang asuhan
kebidanan pada neonatus fisiologi, sesuai dengan perkembangan teori–teori yang
ada.
2. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menguasai dari materi asuhan kebidanan yang akan diterapkan
pada masyarakat dan menjadi tenaga kesehatan yang profesional dengan

27
menggunakan prosedur yang sudah ditetapkan tanpa meninggalkan poin– poin
yang penting.

28
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.Jakarta
: Salemba Medika
Kelly, Paula. (2010). Buku Saku Asuhan, Neonatus & Bayi.Jakarta : EGC
Kemenkes RI. (2017). HEALTH STATISTIC.Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2017). Survey Demokrasi dan Kesehatan Indonesia.Jakarta :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Maryunani, Anik. (2014). ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA dan ANAK
PRA–SEKOLAH.
Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.Yogyakarta :
Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). ILMU KEBIDANAN.Jakarta : PT. Bina Pustaka
Tando, Naomy Marie. (2016). ASUHAN KEBIDANAN Neonatus, Bayi dan Anak
Balita.Jakarta : EGC
Uliyah, Musrifatul. (2015). Keterampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta : Salemba
Medika
Wahyuni, Sari. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi & Balita.Jakarta : EGC
Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
& Neonatal.Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS
Wildan, Dkk. (2011). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai