Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fikri Fadli Ramadani

Kelas : A3 Teknik Kimia 2018

Nim : 180140111

Bioetanol

Bioetanol adalah etanol C2H5OH yang terbuat dari biomassa yang


mengandung komponen pati dan selulosa yang biasanya terkandung pada tanaman
pertanian. Berdasarkan bahan bakunya, bioethanol dikelompokkan menjadi generasi
pertama (G1) yang dibuat dari gula, pati dan bioethanol generasi kedua (G2) yang dibuat
dari lignoselulosa, yang disebut dengan etanol selulosa. Kemudian, bioethanol generasi
ketiga (G3) yang dibuat dari alga, serta bioethanol generasi keempat (G4) yang dibuat
dengan modifikasi genetika atau disebut Advanced Biofuel. Adapun disini saya akan
menjelaskan proses pembuatan Generasi ke 3 (G3), bioetanol dari Mikroalga.

Alga merupakan organisme berklorofil yang tubuhnya thalus. Alga


menggunakan fotosintesis untuk hidup dan bereproduksi. Mikroalga merupakan
spesies uniseluler yang hidup secara soliter atau berkoloni
diseluruh perairan tawar dan laut.

Bioetanol Generasi ke 3 (G3), Bioetanol dari mikroalga

I. Proses pembuatan bioethanol generasi ke3, bioetanol dari Mikroalga


Proses Pre-treatment :
a. Tahap pendahuluan persiapan bahan baku atau pemanenan Mikroalga
dengan teknologi membran, pemekatan gula sebelum fermentasi.
- Pemanenan Mikroalga yang memiliki siklus pemanenan 1-10 hari.
Tetapi, siklus ini singkat dibandingkan bahan baku lainnya yang
dipanen satu atau dua kali dalam setahun.
b. Pre-treatment :
- Mikroalga dalam proses pre-treatment tidak terlalu rumit, karena
mikroalga tidak mengandung lignin.
- Penambahan asam inhibitor yang berpengaruh dari pada
rendahnya konsentrasi.

II. Tahap Hidrolisis Mikroalga


a. Mikroalga masuk kedalam proses hidrolisis untuk menghasilkan
gula, tetapi sisa proses pre-treatment masih terbawa.
b. Untuk memisahkannya dapat digunakan membrane destilasi, ultra
filtrasi, atau nano filtrasi. Membrane destilasi sangat memungkinkan
untuk digunakan sebagai unit pemisah inhibitor.
c. Saat masuk ke membrane destilasi akan terjadi pemisahan antara
gula, air dan inhibitor. Gula tidak akan melewati pori MD karena
ukuran molekulnya lebih besah besar yang menyebabkan konsentrasi
gula naik. Jika konsentrasi gula rendah maka akan menghasilkan
bioethanol dengan konsentrasi rendah sehingga biaya operasi
pemurniannya akan tinggi. Proses pemisahan antara gula air, dan
inhibitor pada MD dengan menggunakan membran hidrofobik.

III. Tahap Fermentasi


a. Hidrolisat masuk ke proses fermentasi untuk menghasilkan
bioethanol. Bioetanol yang dihasilkan masih memilki konsentrasi
yang sangat rendah sehingga perlu proses pemurnian.
b. Proses pemurnian konvensional adalah menggunakan distilasi,
namun karena adanya azeotrop biaya proses distilasi tinggi untuk
memperoleh bioethanol 99,6 % (FGE).
c. Pervaporasi merupakan cara alternatif untuk meningkatkan
kemurnian bioethanol dengan bantuan membran hidrofobik.
Prinsipnya, pervaporasi bekerja atas perbedaan tekanan uap dan pada
aliran permeat diberi tekanan vakum karena cara ini paling ekonomis
untuk mengkondensasikan uap permeat. Pada aliran umpan
pervaporasi terdapat campuran bioethanol, kemudian dipisahkan
sehingga air sebagai rentetat dan bioethanol sebagai permeat.
Blok Diagram bioetanol dari mikroalga :

Mikroalga

Pemanenan
Mikroalga

Pretreatment

Pengambilan enzin dan Pemekatan larutan gula

Bahan kimia
menghilangkan
Inhibitor dari hidrolisat
Hidrolisis Pemisahan
gukla, air dan
inhibitor

Ragi Fermentasi

Etanol Pervaporasi
konsentrasi untuk
rendah mengambil
bioetanol

Bioetanol
2. Perkembangan bioethanol generasi ketiga (etanol alga)

Bioethanol yang dikelompokkan sebagai G3 adalah yang dibuat dari alga,


baik mikro maupun makro alga, sehingga disebut etanol alga. Mikroalga memiliki
potensi untuk menjadi sumber energi terbarukan,. Dari data yang diperoleh,
mikroalga dapat dijadikan bahan baku dalam memproduksi bioetanil dan
biodiesel.

Pembuatan bioethanol dari alga dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:

a. Menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga mikroalga tertentu,


misalnya Chlrococcum littorale, Chlamydomonas reinhardtii,
menghasilkan etanol melalui proses intraseluler.
b. Memanfaatkan masa mikroalga itu sendiri sebagai bahan baku untuk
menghasilkan etanol.
Pada pendekatan pertama, alga yang ditumbuhkan dalam fotobioreaktor,
melalui proses fotosintesa, memanfaatkan CO2, nutrient lain, sinar matahari
menghasilkan etanol. Etanol yang dihasilkan ini keluar dari dinding sel, menguap
dan kemudian terkondensasi pada tutup bioreactor. Etanol ini kemudian
dimurnikan melalui proses destilasi dan/ atau dehidrasi.
Pada pendekatan kedua, pembuatan etanol dari biomassa alga adalah
pemanenan alga, pemisahan air, pengeringan, konversi karbohdirat menjadi gula,
dan fermentasi gula menjadi alcohol.

Saat ini, produksi bioethanol diberbagai Negara masih menggunakan


tanaman pangan seperti tebu (Brazil), gandum (Eropa) dan jagung (amerika
Serikat) sehingga menimbulkan peraingan antara pangan dan energi.
Penggunaan alga sebagai bahan baku bioethanol sangat menjanjikan untuk
mensubsitusi bahan bakar bensi dimasa yanga akan datang. Selain itu, teknologi
membran yang digunakan untuk memproduksi bioethanol generasi ke 3 ini masih
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena permasalahan utama dalam
teknologi membrane adalah fouling atau pengendpan partikel didalam membrane.
Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja membrane sehingga produk yang
diinginkan tidak sesuai. Kelebihan yang dimiliki biomassa mikroalga adalah yield
bioethanol yang dihasilkan relative lebih besar dibandingkan dengan biomassa
yang lainnya sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai peluang besar bagi
Indonesia untuk menambah produksi bioethanol dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai