Anda di halaman 1dari 21

1.

Pendahuluan
Atmosfer berasal dari dua kata Yunani yaitu atmos berarti uap dan sphaira berarti bulatan,
jadi atmosfer adalah lapisan gas yang menyelubungi bulatan bumi. Atmosfer bumi mempunyai
ketebalan sekitar 1000 km yang dibagi menjadi lapisan-lapisan berdasarkan profil temperatur,
komposisi atmosfer, sifat radioelektrik, dan lain-lain.

Karena sebaran panas tidak sama di dalam atmosfer, maka terjadi gejala-gejala cuaca yaitu
dari angin lemah sampai sangat kencang di dalam badai atau siklon, dari cuaca cerah, cuaca
berawan sampai hujan deras (shower). Kajian tentang deskripsi dan pemahaman fenomena
atmosfer disebut Sains Atmosfer yang secara tradisi dibagi menjadi Meteorologi dan
Klimatologi.

Atmosfer bumi berperan dalam menjaga keindahan bumi serta memungkinkan bumi layak
dihuni oleh makhluk hidup. Indahnya pemandangan matahari terbit dan terbenam, munculnya
warna – warni pelangi, merdunya nyanyian burung, dan suara gemercik air sungai hanya bisa
terjadi karena keberadaan atmosfer bumi. Selain itu, dengan keberadaan atmosfer, suhu di
bumi tidak turun secara drastis pada saat malam dan tidak memanas dengan cepat pada saat
siang. Atmosfer membuat ketersediaan air di bumi lebih terjaga dan melindungi kita dari
radiasi matahari. Selain itu, atmosfer menyediakan medium untuk menyebarkan gelombang
bunyi dan gelombang gelombang radio ke segala bagian di permukaan bumi. Atmosfer bumi
berisi campuran berbagai macam gas, termasuk uap air hasil penguapan yang utamanya berasal
dari lautan.

2. Lapisan – Lapisan Atmosfer Bumi


Nomenklatur lapisan atmosfer berdasarkan distribusi temperatur vertikal, lapisan atmoster
mulai dari permukaan sampai ke terdiri atas troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan
ekosfer. Setiap lapisan tersebut dibatasi lapisan antara (tropopause, stratopause, mesopause,
dan termopause).
a. Troposfer

Secara harafiah troposfer (tropo : berubah, dan sphaira : bulatan atau lapisan) adalah
lapisan yang berubah-ubah. Peristiwa cuaca seperti awan, hujan, badai guruh, dan sebagainya
terjadi pada lapisan troposfer. Akibat adanya percampuran vertikal yang kuat dan curah hujan
maka waktu tinggal rerata aerosol dalam troposfer agak pendek, berkisar dari beberapa hari
sampai minggu.

Troposfer adalah lapisan atmosfer paling bawah rerata 0 – 12 km di atas permukaan laut,
dengan ketebalan lapisan rerata 10 km. Di atas ekuator puncak troposfer (tropopause) mencapai
sekitar 18 km (paling tinggi) sedangkan di atas kutub hanya mencapai 6 km (paling rendah).
Artinya lapisan troposfer memiliki ketebalan paling tinggi di ekuator dan paling rendah di
kutub. Selama musim panas ketebalan troposfer bertambah dan berkurang selama musim
dingin. Tropopause tidak kontinu, tetapi terputus oleh adanya aerojet (let stream) subtropis (JS)
dan polar (JP) yaitu angin kencang di atas troposfer atau di stratosfer bawah.

Troposfer mempunyai susut temperatur (lapse rate) yang nilainya antara 0,5 dan 1° C per
100 m dengan nilai rerata 0,65° C per 100 m atau 6,5°C per kilometer. "Susut temperatur"
didefinisikan sebagai penurunan temperatur terhadap ketinggian atmosfer atau gradien
temperatur vertikal negatif dan secara matematik dapat ditulis
𝜕𝑇
𝛾=
𝜕𝑍
dengan T adalah temperatur dan z adalah ketinggian atmosfer. Tanda negatif berarti
temperatur turun terhadap ketinggian. Berdasarkan definisi di atas maka troposfer mempunyai
susut temperatur positif. Troposfer sangat sedikit menyerap radiasi matahari, sebaliknya
permukaan bumi banyak memberi panas pada troposfer melalui konduksi, konveksi, dan panas
laten kondensasi atau sublimasi yang dilepaskan ketika uap air berubah wujud menjadi tetes
air atau kristal es.
b. Stratosfer

Stratosfer (strata : lapisan, dan sphaira : bulatan) artinya bulatan (lapisan) yang berlapis,
karena pada lapisan stratosfer terdapat juga lapisan ozon (ozonosfer). Stratosfer terletak di atas
troposfer pada ketinggian antara 10 dan 60 km. Karena tropopause lebih tinggi di ekuator
daripada di kutub, maka stratosfer lebih tipis di ekuator daripada di kutub, lihat Gambar 2.5.
Di ekuator, tropopause mempunyai ketinggian 18 km dengan temperatur sekitar 80 C,
sedangkan di kutub ot ropopause hanya mencapai ketinggian 6 km dengan temperatur 40 C.
Stratosfer ditandai oleh susut temperatur negatif atau kenaikan temperatur terhadap
ketinggian (inversi temperatur), disebabkan oleh ozonosfer yang menyerap radiasi ultra violet
berenergi tinggi dari matahari. Pertukaran antara gas troposfer dan stratosfer sangat kecil karena
stratosfer adalah lapisan yang stabil atau inversi temperatur. Bagian atas stratosfer dibatasi oleh
permukaan diskontinuitas temperatur kedua (yang pertama adalah puncak troposfer), disebut
stratopause yang terletak pada ketinggian sekitar 60 km dengan temperatur berorde 0 C.
Stratosfer mempunyai percampuran vertikal yang sangat lemah. Badai guruh yang mempunyai
arus udara ke atas (updraft) sangat kuat dapat menembus beberapa kilometer ke dalam stratosfer
bawah.
c. Mesosfer

Mesosfer (meso: tengah, dan sphaira: bulatan) artinya lapisan gas bagian tengah yang
menyelubungi bulatan bumi. Mesosfer terletak di atas stratopause dari ketinggian 60 sampai
85 km, yang ditandai dengan susut temperatur positif dengan gradien temperatur berorde 0,4
C per 100 meter. Penurunan temperatur ini disebabkan mesosfer mempunyai keseimbangan
radiatif negatif. Puncak mesosfer dibatasi oleh mesopause yaitu permukaan yang mempunyai
temperatur paling rendah di atmosfer, sekitar -100 C. Lapisan mesosfer tumpang tindih
(overlaps) bersamaan dengan ionosfer bawah.
d. Termosfer dan Eksosfer

Termosfer (termo: panas, dan sphaira: bulatan) artinya lapisan panas yang menyelubungi
bulatan bumi pada ketinggian 85 km sampai 300 km. Termosfer ditandai oleh susut temperatur
negatif atau kenaikan temperatur dari -100 C sampai ratusan bahkan ribuan derajat. Bagian °
atas mesosfer disebut termopause yang meluas dari ketinggian 300 km sampai pada rumbai-
rumbai bumi (fringe of the earth) sekitar 1000 km. Termopause adalah paras transisi ke profil
temperatur yang mendekati isotermal atau temperatur konstan.

Termosfer dan termopause meluas ke atas sampai berbaur dengan atmosfer matahari ribuan
kilometer di atas permukaan bumi dan dalam perluasannya sebagian gas ini terionisasi.
Temperatur termopause adalah konstan terhadap ketinggian tetapi bervariasi terhadap aktivitas
matahari. Temperatur malam berosilasi antara 300 dan 1200 C atau antara 600 dan 1500 K,
sedangkan pada siang hari temperatur berosilasi antara 700 C dan ° 1700 C atau antara 1000
dan 2000 K. Kenaikan temperatur disebabkan ° termosfer menyerap radiasi EUV (extreme
ultraviolet). Karena makin ke atas konsentrasi (densitas) atmosfer makin kecil maka
perpindahan panas menjadi sulit, sehingga temperatur konstan.

Lapisan eksosfer adalah bagian terluar tempat molekul udara mulai kabur meninggalkan
atmosfer bumi. Dengan demikian, sangat sulit mengenali batas antar lapisan ini dengan luar
angkasa.
Nomenklatur lapisan atmosfer berdasarkan bahan penyusun, atmosfer bumi terbagi atas
heterosfer dan homosfer. Heterosfer adalah bagian atmosfer yang bahan penyusunnya
memiliki komposisi berbeda – beda satu sama lain (termosfer dan eksosfer). Lapisan homosfer
terletak antara permukaan laut sampai ketinggian 85-100 km, yaitu sampai mesopause, di mana
oksigen dan nitrogen pada umumnya masih dalam bentuk molekul. Di dalam homosfer
terdapat percampuran turbulen sehingga komposisi udara cukup konstan atau massa molekuler
udara konstan, sama dengan 28,97 gram. Di atas ketinggian 100 km, percampuran vertikal gas-
gas atmosferik dikendalikan oleh difusi molekuler akibat peningkatan nilai lintasan bebas
rerata molekuler (mean free path) terhadap ketinggian atmosfer. Paras (level) antara
percampuran turbulen dan difusi molekuler disebut turbopause.

Lapisan percampuran di bawah turbopause disebut homosfer dan lapisan diatasnya disebut
heterosfer yang terletak dari ketinggian sekitar 100 sampai 1000 km. Heterosfer ditandai oleh
disosiasi molekul oksigen dan molekul nitrogen menjadi atom oksigen dan atom nitrogen.
Disosiasi ini menyebabkan penurunan massa molekuler atmosfer dari 28,97 gram dalam
homosfer menjadi 15,79 gram pada ketinggian 200 km, Homosfer adalah bagian atmosfer yang
komposisinya serupa (troposfer, stratosfer, troposfer). Ionosfer adalah lapisan atmosfer yang
memiliki jumlah ion yang besar, letaknya sekitar 60 km dari permukaan bumi (sebagian
mesosfer, termosfer, dan eksosfer).

Di atas lapisan heterosfer, dijumpai lapisan "eksosfer" yang merupakan batas atas atmosfer
bumi. Lapisan ini ditandai oleh kebocoran atom tertentu ke ruang angkasa terutama atom-atom
yang lebih ringan, karena itu eksosfer dikenal sebagai daerah menghilang. Karena temperatur
eksosfer tinggi dan massa jenis partikel sangat rendah, maka kemungkinan terjadi pelepasan
(pelarian) beberapa atom dan molekul gas dari medan gravitasi bumi. Dan teori kinematik gas,
nilai pendekatan lintasan bebas rerata molekul (l) yang didefinisikan sebagai jarak rerata yang
ditempuh molekul antara dua tumbukan.

Nomenklatur Lapisan Atmosfer Berdasarkan Sifat Radioelektrik yaitu fotoionisasi


(photoionisation) molekul-molekul atmosferik hanya terjadi pada lapisan di atas ketinggian 50
km sampai lebih dari 500 km. Lapisan di bawah ketinggian 60 km disebut netrosfer dan lapisan
ionosfer meluas dari ketinggian 60 km sampai pada paras (level) yang sangat tinggi, tetapi
dalam hal ini ditinjau lapisan ionosfer yang terletak di bawah rumbai-rumbai (fringe) bumi.
Beberapa molekul udara terionosasi oleh radiasi ultraviolet dari matahari yang menghasilkan
gas terionisasi, disebut plasma, dan daerah ini disebut ionosfer. lonisasi adalah sebuah proses
di mana elektron yang berrnuatan negatif terkelupas dari atom atau molekul netral untuk
membentuk ion bermuatan positif dan elektron bebas. Ion-ion ini yang memberi nama lapisan
ionosfer dalam atmosfer.

3. Komposisi Atmosfer Bumi


Atmosfer bumi utamanya disusun oleh lapisan tipis gas - gas dengan urutan dari
konsentrasinya paling besar, yaitu Nitrogen (N2), oksigen (O2), dan sejumlah kecil gas – gas,
seperti uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2).

Komposisi gas – gas di atmosfer mengalami perubahan, baik dalam kurun waktu yang
singkat maupun dalam kurun waktu yang lama. Berbagai peristiwa alam maupun aktivitas
manusia dapat memengaruhi komposisi gas – gas tersebut. Misalnya, pada skala yang relative
singkat, pada saat terjadinya erupsi gunung api, atmosfer mengalami penambahan partikel –
partikel halus yang mengandung unsur – unsur yang berasal dari dalam bumi, uap air, karbon
dioksida maupun sulfur dioksida dalam jumlah yang cukup banyak. Campuran dari material
padat yang halus atau partikel yang bercampur fluida disebut aerosol.

Dari waktu tinggal di atmosfer, maka unsur-unsur udara dapat diklasifikasikan menjadi 3
golongan:

a.Gas permanen dengan waktu tinggal sangat lama, misalnya waktu tinggal He adalah 2 juta
tahun.

b.Gas semi permanen dengan waktu tinggal beberapa bulan sampai tahun, misalnya CO = 0,35
tahun, dan CH = 3 tahun. 2 4

c.Gas variabel dengan waktu tinggal dari beberapa hari sampai minggu. Unsur-unsur ini adalah
gas aktif secara kimia. Siklusnya berkaitan dengan siklus air (cuaca), misalnya waktu tinggal
uap air berorde 10 hari, SO2 berorde 5 hari, dan NH berorde 1 sampai 4 hari.
Atmosfer juga mengandung jenis bahan yang bukan bagian dari komposisi gas. Beberapa
dari jenis bahan ini adalah partikel garam, partikel debu, dan tetes air. Bila uap air yaitu bagian
dari udara natural (alam) berubah menjadi cair atau padat (partikel air atau es) maka partikel-
partikel ini menjadi benda asing dalam atmosfer, dan menyebabkan awan, kabut, hujan, saiju,
embun atau batu es (hailstone). Perubahan wujud (fasa) uap air di udara sangat penting dalam
menentukan kondisi cuaca.

4. Struktur Vertikal Atmosfer Bumi


Atmosfer dapat ditinjau sebagai lapisan gas sangat tebal yang menyelimuti bumi dari
permukaan dan meluas ke atas dengan densitas (massa jenis) terus menerus menjadi kecil.
Atmosfer dipengaruhi oleh gaya tarik bumi yaitu gravitas (gravity), sehingga atmosfer semakin
tipis jika menjauhi permukaan bumi sampai pada akhirnya tidak dapat lagi dibedakan dari gas
planet lain. Karena itu puncak atmosfer atau batas atas atmosfer tidak terdefinisi secara tegas,
tetapi rumbai-rumbai bumi (fringe of the earth) yang mencapai ketinggian sekitar 1000 km
dapat dianggap sebagai puncak atmosfer bumi.

Penurunan massa jenis sangat cepat pada setengah pertama lapisan atmosfer yang terletak
di bawah ketinggian 5,5 km (3,5 mil), dan 75% massa atmosfer terdapat pada lapisan di bawah
20 km atau 99,9% massa atmosfer terletak pada lapisan di bawah 50 km atau pada tekanan
atmosfer di atas 1 mb (1 milibar = 100 pascal). Tebal atmosfer bumi (1000 km) sangat tipis
sekitar 16% jika dibandingkan dengan jejari bumi (6370 m).
5. Kelembaban Udara
Definisi kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di udara (atmosfer).
Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara ditentukan oleh
banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan uap air dalam udara mencapai maksimum . maka
mulailah terjadi pengembunan. Temperature dimana terjadi pengembunan disebut titik embun.
Tingkat kelembaban bervariasi menurut suhu. Semakin hangat suhu udara, semakin banyak
uap air yan dapat ditampung. Semakin rendah suhu udara, semakin sedikit jumlah uap air yang
dapat ditampung. Jadi pada siang hari yang panas dapat menjadi lebih lembab dibandingkan
dengan hari yang dingin. Kemampuan udara untuk menampung uap air dipengaruhi oleh suhu.
Jika udara jenuh uap air dinaikkan suhunya, maka udara tersebut menjadi tidak jenuh uap air.
Sebaliknya, jika udara tidak jenuh uap air suhunya diturunkan dan kerapatan airnya dijaga konstan,
maka udara tersebut akan mendekati kondisi jenuh uap air. Jadi ketika udara hangat naik dan mulai
mendingin, lama kelamaan akan kehilangan kemampuan untuk menahan / menampung uap air.
Pada kondisi tekanan/kerapatan uap air jenuh, maka udara tidak dapat lagi menampung
tambahan uap air. Suhu pada saat udara mencapai kondisi jenuh uap air disebut suhu titik embun
(dew-point temperature). Pada suhu titik embun terjadi saat ea=es atau RH 100%. Bila suhu terus
turun maka uap air akan berubah menjadi air (disebut dengan KONDENSASI). Udara dapat
menampung sejumlah uap air tertentu sebelum terjadi kondensasi.
Di alam, pengembunan terjadi pada pagi hari sekitar saat terjadinya suhu udara minimum.
Proses kondensasi ini juga terjadi di atmosfer yang tingggi (awan), yang kemudian kita alami
sebagai terjadinya hujan (presipitasi).
Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban absolut, kelembaban nisbi
(relatif), maupun defisit tekanan uap air.
a. Kelembaban Mutlak (Absolut)

Kelembaban mutlak adalah massa uap air dalam udara per satuan volume. Kelembaban
absolute bergantung volume paket udara, meski kandungan air sama, kelembaban absolute bisa
berbeda.

Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak = 15
gram. Jika dalam suhu yang sama , 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram uap air, maka
Kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %. Massa uap air per satuan volume udara yang
mengandung uap air tersebut (kelembaban mutlak)

ρv = mv /V
Ρv = kerapatan uap air (kg m-3)
Mv= massa uap air (kg) pada volume udara sebesar V
V = volume udara (m3)

Pada daerah lembab seperti di daerah tropis, ρv akan lebih tinggi daripada daerah temperate
yang relatif kering terutama pada musim dingin (winter). Pada musim dingin kapasitas udara untuk
menampung uap air menjadi kecil.
b. Kelembaban Relatif (Nisbi)
Kelembaban relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang
terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3maksimal
dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada
waktu itu sama dengan
20 x 100 % = 80 %
25
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara
untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual (ea),
maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh (es) .
Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat dituliskan dalam (%) sebagai berikut :
RH = 100 ea/es

ea = kelembaban aktual/tekanan uap air aktual

es = kapasitas udara untuk menampung uap air/tekanan uap jenuh

Bila RH 100% maka tekanan uap aktual akan sama dengan tekanan uap jenuh. Tekanan uap
jenuh tergantung oleh suhu udara. Semakin tinngi suhu udara maka kapasitas untuk menampung
uap air atau es meningkat. Oleh sebab itu pada ea yang tetap, RH akan lebih kecil bila suhu udara
meningkat dan sebaliknya RH makin tinggi bila suhu udara lebih rendah.

c. Defisit Tekanan Uap Air (vpd)

Selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktualnya menyatakan tekanan uap
air (vpd). Defisit ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilainya udara semakin kering. Suhu titik
embun (dew point, Td) pada tekanan uap air (ea) teyap maka pendinginan udara akan meningkatkan
RH sampai 100% pada saat ea = es suhu pada wakti tercapainya ea=es disebut dengan suhu titik
embun (Td) dan bila suhu turun terus maka uap air akan berubah menjadi air (kondensasi). Dialam
pengembunan terjadi pada pagi hari sekitar saat terjadinya suhu minimum. Proses kondensasi ini
juga terjadi diawan dengan suhu titik embun terjadi pada aras kondensasi yang merupakan dasar
awan. Diatas dasar awan suhunya makin rendah sehingga uap air akan berubah menjadi butir-butir
air (kondensasi) yang membentuk awan tersebut.

6. KONSEP KOMPOSISI UDARA


1. Pengertian Udara
Udara dapat didefinisikan campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang memenuhi ruang diatas permukaan bumi. Apabila dipanaskan, udara akan memuai. Udara
yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi tekanan udara turun
karena udaranya berkurang. Udara dingin mengalir ketempat udara yang bertekanan udarah
rendah lalu akan menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah, diatas tanah udara menjadi
panas dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunya udara dingin ini dinamakan
“konveksi”. Manusia serta makhluk hidup lainnya memerlukan udara untuk bernafas, walaupun
memiliki perbedaan cara penggunaan organ penafasannya (paru-paru, insang, kulit, dan trakea).

2. Komposisi Udara
Manusia tidak akan bisa hidup di ruangan yang tidak memliki udara. Manusia juga tidak
akan bisa hidup di dalam ruangan walaupun ruangan tersebut berisi udara jika komposisi penyusun
udaranya tidak tepat atau ada bahan berbahaya yang terlarut di dalam udara. Saat ini kehidupan
manusia ditopang oleh komposisi udara.
Macam-macam kandungan gas penyusun udara, yaitu:

a. Oksigen (O2)
Adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom
8. Merupakan unsur yang mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya. Oksigen
merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa. Gas oksigen
mengisi 20,9% volume atmosfer bumi. Oksigen mengembun pada suhu 90,20 K (-182,95º C, -
297,31º F) dan membeku pada suhu 54,36 K (-218,79º C, -361,82º F), oksigen merupakan zat
yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

Oksigen atau O2 adalah udara yang diperlukan makhluk hidup untuk bernapas. Selain itu,
Oksigen (O2) juga digunakan dalam produksi baja dan untuk pengelasan. Gas oksigen (O2),
merupakan gas yang diperlukan untuk pembakaran makanan dalam tubuh makhluk hidup.
Pembakaran tersebut menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk melakukan segala aktivitas
manusia.

b. Nitrogen (N2)
Adalah unsur kimia dalam sistem periodik unsur yang memiliki lambang N dan nomor atom
7. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa dan merupakan gas
diatomik bukan logam yang stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa lainnya.
Nitrogen mengisi 78,08% atmosfer di bumi dan membentuk banyak senyawa penting seperti asam
amino, amoniak, asam nitrat dan sianida.

Nitrogen mengembun pada suhu 77 K (-196º C) pada tekanan atmosfer dan membeku pada
suhu 63 K (-210º C). Ada dua isotop nitrogen yang stabil yaitu 14N dan 15N. Yang paling banyak
adalah 14N (99,634%) yang dihasilkan dari bintang-bintang dan yang setelahnya adalah 15N.

Nitrogen (N2) dipakai untuk membuat ammonia yang pada gilirannya menjadi bahan baku
pembuatan pewarna, pupuk, bahan peledak, obat – obatan, dan plastik. Gas Nitrogen (N2) sangat
penting untuk tumbuh-tumbuhan. Hal ini disebabkan gas nitrogen merupakan bahan utama
penyubur tanah. Jadi gas nitrogen sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia.
c. Karbondioksida (CO2)
Adalah senyawa kimia yang terdiri dari zat atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan
sebuah atom karbon, berdasarkan volume rata-rata konsentrasi karbondioksida di atmosfer bumi
387 ppm. Jumlah ini dapat bervariasi tergantung dari lokasi dan waktu. Karbondioksida dihasilkan
oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi dan mikroorganisme pada proses respirasi dan
digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis.

Karbondioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tatanan dibawah 5,1 atm namun langsung
terjadi padat pada temperatur dibawah -78º C. Dalam bentuk padat, karbondioksida umumnya
disebut sebagai es kering. CO2 adalah oksida asam, larutan CO2 mengubah warna lakmus biru
menjadi merah muda.

Pada keadaan standar, rapatan karbondioksida sekitar 1,98 kg/m2. Kira-kira 1,5 kali lebih
berat dari udara. Molekul karbondioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang
berbentuk linear. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa
membantu pembakaran garam seperi magnesium.

Selain Oksigen (O2) yang berperan dalam proses pernapasan manusia, karbondioksida (CO2)
juga berperan dalam proses pernapasan manusia. Selain itu, karbondioksida menyebabkan buah
dalam minuman yang menguap atau bersuara mendesis ketika kemasannya dibuka. Karbon
dioksida (CO2) merupakan gas hasil pernapasan. Gas ini sangat diperlukan tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Dalam udara, karbon dioksida berfungsi sebagai penyimpan panas yang dipancarkan
oleh bumi. Jika di atas permukaan bumi tidak ada karbon dioksida, bumi akan menjadi sangat
dingin. Namun jika terlalu banyak karbon dioksida maka permukaan bumi akan menjadi sangat
panas.

d. Argon (Ar)
Argon adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ar dan nomor atom 18.
Gas mulia ke-3, di periode 8, argon membentuk 1% dari atmosfer bumi.

e. Karbon monoksida (CO)


Gas ini sangat berbahaya, tidak berwarna dan tidak berbau, berat jenis sedikit lebih ringan dari
udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai
kestabilan ph gasnya. CO berbahaya karena bereaksi dengan hemoglobin darah membentuk
Carboxy hemoglobin (CO-Hb).

Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke sel- sel tubuh terhalangi, sehingga gejala
keracunan, sesak nafas dan penderita pucat.

f. Gas lain dalam udara


kripton (Kr), neon (Ne), atau xenon (Xe) merupakan gas-gas yang sulit bereaksi dengan unsur-
unsur lain. Neon dan argon banyak digunakan untuk mengisi bohlam (lampu pijar). Gas Helium
(He) dan hidrogen (H2) merupakan gas yang sangat ringan. Oleh karena itu, dalam atmosfer
letaknya di lapisan bagian atas.
Gas-gas tersebut sering digunakan sebagai pengisi balon. Di matahari, terjadi reaksi fusi
(penggabungan) gas-gas hidrogen menjadi helium. Dari reaksi tersebut dihasilkan energi yang
sangat besar. Energi inilah yang merupakan sumber energi bagi kehidupan di bumi.

Ozon (O3,) merupakan salah satu bentuk molekul oksigen. Gas ozon terletak di bagian adalah
cahaya matahari yang mempunyai energi sangat tinggi. Sinar ini sangat berbahaya jika yang
sampai di bumi terlalu banyak. Makhluk hidup memerlukan udara untuk bernapas. Selain
manusia, hewan dan tumbuhan juga memerlukan udara untuk bernapas.

2. Sifat - sifat Udara


Udara ada di sekitar kita. Makhluk hidup memerlukan udara untuk bernapas. Waktu menarik
napas, kita menghirup udara. Menghirup udara dan menghembuskan udara disebut bernapas.
Selain manusia, hewan dan tumbuhan juga memerlukan udara untuk bernapas.
Beberapa sifat udara antara lain:

1. Udara berbentuk gas


2. Udara menempati ruang, Misal: Balon yang ditiup maka udara akan memenuhi ruang balon
tersebut.
3. Udara memiliki massa, misal: balon yang diitiup lebih berat daripada balon yg belum
ditiup.
4. Udara mempunyai tekanan, misal: Ban mobil yang sudah dipompa mampu menahan
penumpangnya.
5. Udara memuai jika dipanaskan, Misal: Sepeda yang berisi udara akan meletus apabila ban
tersebut selalu dipanaskan.
6. Udara menyusut jika didinginkan, Misal : Daerah pegunungan lebih dingin daripada daerah
yg berada didasar
7. Udara berhembus dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.
8. Ada di mana-mana, tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan
9. Konsep Massa Udara

A. Massa Udara
Udara yang menetap untuk waktu yang cukup lama di atas suatu bagian permukaan bumi,
sifatnya cenderung menjadi cirikhas permukaan bumi itu, dimana permukaan bumi itu berada.
Jika sifat permukaan tersebut kurang lebih sama untuk daerah yang luas, seperti bentangan alam
samudera yang luas dan hampir seragam itu menjadi hampir seragam pula dalam bidang
horizontal. Udara yang mempunyai sifat hamper seragam untuk daerah yang luas itu disebut
dengan massa udara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ,massa udara adalah atmosfer yang homogeny
dan luas, kadang-kadang meliputi ratusan kilometer dengan karakteristik suhu dan kelembapan
tertentu.
Massa udara juga dapat didefinisikan sebagai sekelompok besar udara dimana suhu,
kelembaban, dan stabilitas hidrostatikan yang relatif seragam pada arah horizontal. Kawasan
sumber diartikan sebagai permukaan yang homogeny dimana massa udara terbentuk.

Massa udara memiliki tebal mencapai ribuan meter dari permukaan tanah dan meluas
hingga ribuan kilometer2. Suhu dan kelembapannya serba sama dalam arah mendatar.
Karakteristik cuaca dalam massa udara bergantung pada dua sifat dasar, yaitu: sebaran suhu
kearah tegak dan kadar air. Sebaran suhu kearah tegak menyatakan kemantapan massa udara.
Karena kemantapan erat kaitannya dengan gerak vertical didalam massa udara, maka sebaran
uap air kearahatas, bentuk kondensasi dan jumlah curah hujan, semuanya ditentukan oleh
sebaran suhu kearah tegak..
Diseluruh muka bumi kawasan massa udara diklasifikasi menjadi empat lokasi, yaitu :
1. Samudera-samudera tropis dan subtropics hangat.
2. Padang pasir continental subtropis yang panas.
3. Samudera lintang tinggi yang relative dingin.
4. Benua lintang tinggi yang dingin dan kawasan es atau salju.
Dari empat kawasan sumber terbentuk empat kelas massa udara, yaitu :
1. Maritimtropis (mT)
2. Kontinentaltropis (cT)
3. Maritim polar (mP)
4. Kontinental polar danartik (cPdancA)
B. IDENTIFIKASI MASSA UDARA
Dilihat dari pengertian massa udara, massa udara akan terbentuk jika arah arus diam atau
bergerak untuk waktu yang lama dan terdapat di atas daerah yang luas yang memiliki sifat
seragam. Sifat dan tingkat keseragaman tersebut bergantung pada sumber massa udara,
riwayat (modifikasi) massa udara dan waktu hidup massa udara. Pembentukan massa udara
yang seragam dapat diperoleh melalui proses percampuran dan radiatif yang memerlukan
waktu selama 3-7 hari.

Massa udara juga bias mengalami perubahan baik akibat proses termodinamik maupun
proses dinamik. Proses termodinamik seperti misalnya pemanasan atau pendinginan
permukaan dan penambahan atau hilangnya kelembapan. Sedangkan untuk proses dinamik
misalnya, terjadinya percampuran turbulen dan pengangkatan atau penurunan skala besar.

Massa udara memiliki sifat bergerak dinamis, sehingga akan selalu bergerak dari kawasan
sumber (asal terciptanya) kelokasi yang lain. Perpindahan ini akan membawa konsekuensi
terjadinya modifikasi. Modifikasi yang terjadi melalui dua cara, yaitu: (1) akan terjadi
permukaan lembab dan panas, (2) menjadi stabil (turun) atau menjadi tidak stabil (udara
bergerak naik).

Modifikasi yang terjadi tergantung pada wilayah yang dilewati bila wilayah yang dilewati
hangat, maka massa udara akan termodifikasi menjadi hangat dan dituliskan pada huruf
ketiganya huruf w, jika udara melewati lokasi yang dingin maka huruf ketiganya menjadi c.
Setetlah terjadinya percampuran massa udara, makau dara akan mengalami duahal, yakni
menjadi tidak stabil atau stabil sehingga huruf keempatnya menjadi u untuk yang tidak stabil
dan s untuk yang stabil.

C. PENGGOLONGAN MASSA UDARA


Massa udara pun juga bisa golongkankan didasarkan pada daerah sumber dan jenis
permukaannya. Terdapat 4 golongan dasar dari massa udara, yakni continental (c) yang secara
tipikal kelembapannya rendah, maritime (m) yang kandungan uap airnya tinggi, polar (P) yang
sifatnya dingin dan tropikal (T) yang sifatnya hangat. Dari keempat tipe dan sifat permukaan
di atas, terdapat 4 kombinasi yakni continental polar (cP), continental tropic (cT), maritime
polar (mP), dan maritime tropic (mT). Ada lagi tambahan jenis massa udara yakni Arctic (A)
yang sifatnya sangat dingin dan sering tidak bisa dibedaan dengan massa udara polar (kutub)
di dekat permukaan. Massa udara ini berasal lebih banyak dari atas tutupan es kutub daripada
massa daratan lintang tinggi. Oleh karena itu terdapat 2 lagi tambahan massa udara yakni
continental arctic (cA) dan maritime arctic (mA). Beberapa skema klasifikasi menambahkan
indikasi pada udara tersebut yakni warmer (w) dan cooler (k) setelah nama massa udaranya,
seperti misalnya cPk (continental polar cooler) dan mPw (maritime polar warmer). Sifat-sifat
masing-masing massa udara ini sesuai dengan namanya.
Massa udara arctic terasakan sampai ketinggian 650 mb, cP dan mP terasakan sampai
beberapa milibar di atas ketinggian A. Massa udara mT terasakan sampai ketinggian hampir
500 mb sedangkan cT kurang lebih terasakan sampai ketinggian 700 mb. Di antara semua
massa udara tersebut, massa udara A mempunyai kadar kebasahan yang paling rendah dan
mT adalah yang paling tinggi kadar kelembapannya.

Seperti telah disebut di atas, massa udara bisa mengalami perubahan sifat. Ini terjadi ketika ia
meninggalkan sumbernya karena berinteraksi degan permukaan yang dilalui yang mengubah
kestabilan dan berinteraksi dengan massa udara lainnya. Ketika bergerak menuju ekuator,
massa udara A akan mendapatkan pemanasan dari bawah (suplai uap air dari permukaan yang
hangat dan basah) sehingga menjadi tidak stabil sehingga bisa timbul awan besar. Jika ia
bergabung dengan aliran mensiklon maka udara menjadi makin tidak stabil dan perawanan
yang menghasilkan hujan curah (shower) makin bertambah. Namun yang sering terjadi adalah
bahwa massa udara ini bergabung dengan aliran mengantisiklon sehingga pertumbuhan
vertikal awan terbatasi walaupun dia mendapat suplai pemanasan dari bawah.

Sebaliknya massa udara mT yang bergerak menuju kutub di musim dingin cenderung makin
stabil sehingga yang terbentuk hanya awan-awan jenis stratus. Sedangkan di musim panas, di
atas daratan di lintang rendah, massa udara ini menjadi makin tidak stabil sehingga terbentuk
awan-awan kumulus (Cu), hujan curah dan badai guntur.

Cuaca dalam suatu daerah bergantung pada berbagai sifat massa udara yang melaluinya
terutama kestabilan dan kandungan uap airnya. Umumnya massa udara maritim memiliki
perawanan dan hujan curah yang lebih besar, sedangkan massa udara continental cenderung
membawa sifat cerah pada daerah yang dilaluinya.

Meskipun pada sebagian besar waktu, cuaca pada suatu tempat ditentukan oleh sifat massa
udara yang berkuasa atau menyelimuti wilayah tersebut, namun cuaca sangat buruk sering
berhubungan dengan interaksi dari dua massa udara yang bertemu (front) khususnya di batas
pertemuan kedua massa udara tersebut. Indonesia tidak dilalui oleh front ini.

D. PENGERTIAN FRONT
Front didefinisikan sebagai wilayah transisi tempat bertemunya dua massa udara yang berbeda
sifat fisik dan kekuatannya (Effendy dan Turyanti, 2006). Front di dalam meteorologi
merupakan wilayah transisi tempat bertemunya dua massa udara yang berbeda sifat fisik dan
kekuatannya. Ketika sebuah front melewati suatu area, itu menandakan terjadinya perubahan
pada temperatur, embun, laju angin, arah angin, tekanan atmosfir, dan suatu perubahan dalam
pola curah hujan.

Front adalah suatu wilayah pada posisi astronomis tertentu (biasanya sekitar lintang tinggi
66.5o LU/LS), dikenal sebagai wilayah transisi, suatu lokasi pertemuan dua massa udara yang
memiliki karakter yang berbeda baik secara fisik maupun magnitude. Secara sederhana front
dapat diartikan sebagai daerah perbatasan rempat bertemunya dua massa udara. Adanya front
mengakibatkan cuaca sangat mudah berubah dan menyebabkan bayak terjadinya awan dan
hujan. Awal pembentukan dari front ini sering disebut dengan Frontogenesis dan fase akhir
pelenyapannya dikenal sebagai Frontolisis.

Front cuaca adalah nama yang diberikan pada daerah perbatasan tempat bertemunya dua
massa udara. Adanya front mengakibatkan cuaca yang mudah berubah, seringkali
menyebabkan banyak awan dan terjadi hujan. Lokasi kejadian lintang tinggi sekitar 66,5°C
lintang utara atau selatan.

Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu dan tekanan udara di suatu wilayah. Angin
bergerak dari suatu tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat yang memiliki
tekanan udara rendah (Handoko, 1995). Antara zona bertekanan udara rendah dengan zona
bertekanan udara tinggi terdapat zona dimana keduanya bertemu, zona ini dinamakan front.

Ciri – Ciri Front Udara


Front mempunyai ciri-ciri yang khusus, diantaranya adalah sebagai berikut
1. Sepanjang garis front terjadi angin yang bergerak dari arah yang berlawanan
2. Perbedaan suhu yang tajam
3. Cuaca yang buruk seperti hujan badai selama 2 jam pada front dingin, serta hujan gerimis
selama 2 hari pada front panas. Pada awal pembentukan front terjadi kabut.
4. Pada lokasi sekitar front beda suhu udara T dan Td sangat kecil, bahkan hampir sama.
5. Garis isobar mengalami patahan, dan pada patahan tersebut terjadi siklon.
Jenis – Jenis Front Udara
Front dapat dibedakan atas lima jenis yaitu front panas ( warm front ), front dingin ( cold front
), front campuran ( occluded front ), front stasioner ( stationary front ) dan siklon frontal.
Front ini diklasifikasikan berdasarkan pada temperatur udara dan dominasi udara yang terjadi.
Setiap jenis front memiliki masing-masing keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda.
Karakteristik front dingin berbeda dengan front panas. Apabila terjadi front dingin, daerah
tersebut akan mengalami hujan deras dan badai yang biasanya disertai dengan petir dan kilat,
sedangkan pada front panas yang terjadi adalah gerimis yang berkepanjangan. Begitu pula
dengan front campuran, stasioner dan siklon frontal, yang memiliki dampak atau pengaruh
yang berbeda terhadap fenomena cuaca.

Masing-masing front ini mempunyai ciri yang berbeda-beda sesuai dengan jenis awannya
masing-masing serta jenis massa udaranya. Karakteristik front dingin berbeda dengan front
panas. Apabila terjadi front dingin, daerah tersebut akan mengalami hujan deras dan badai
yang biasanya disertai dengan petir dankilat, sedangkan pada front panas yang terjadi adalah
gerimis yang berkepanjangan. Dengan menggunakan simbol-simbol yang ada pada peta
sinoptik, pengamat dapat menganilisis bilamana terjadi front di daerah tersebut. Berdasarkan
jenis awan yang ada, dapat terlihat front yang terbentuk, karena setiap jenis awan yang
tebentuk dapat dijadikan parameter dalam penentuan jenis front sehingga dapat dianalisis dan
informasinya bisa digunakan untuk kepentingan masyarakat. Analisis tersebut dapat
mencakup lama badai atau gerimis berlangsung serta karakteristik dari fenomena tersebut
sehingga antisipasi dapat dilakukan.
a. Front Panas ( Warm front )
Front panas terjadi apabila massa udara panas menggilas massa udara dingin. Proses
terjadinya front ini seperti udara yang naik di pegunungan sehinggaakan terbentuk kabut dan
seringkali menimbulkan hujan gerimis berkepanjangan. Awan-awan yang terbentuk pada saat
front panas ini adalah awan Cirrus,Cirocumulus, Cirrostratus, Altocumulus, dan Altostratus.
Front panas umumnya bergerak sangat lambat sekitar 10-25 mile/ jam. Front panas
mengandung massa udara yang hangat dan memiliki kelembaban yang tinggi. Ketika massa
udara terangkat maka udara akan mengalami pendinginan dan kondensasi pun terjadi. Pada
saat front panas berlangsung, terjadi hujan gerimis dalam waktu yang lama sekitar 2-3 hari.
b. Front Dingin ( Cold Front)
Front dingin adalah massa udara dingin menggilas massa udara panas, dimana massa udara
panas akan naik di atas massa udara yang lebih dingin. Front ini menunjukkan suatu wilayah
dimana udara yang dingin, kering dan stabil mendorong udara yang hangat, lembab, dan tak
stabil (Ahrens 2007). Apabila udara hangat itu relatif tidak stabil dan mengalami
pengangkatan yang cukup besar, di zona frontal (transisi) terbentuk suatu deretan awan
cumulonimbus sehingga berpotensi terjadinya badai yang dikenal sebagai garis badai atau
squall line. Front dingin dapat bergerak dua kali lebih cepat dan perubahan cuaca yang drastis
daripada front panas, udara dingin lebih padat daripada udara hangat dan secara cepat
menggantikan keberadaan udara hangat pada lapisan perbatas.
c. Front Campuran ( Occluded Front )
Front campuran terjadi apabila dua massa udara dingin bertemu dengan massa udara panas
sehingga massa udara dingin akan mengambil alih lokasi massa udara panas. Pada saat front
campuran berlangsung, yang mendominasi adalah front dingin, sehingga karakteristiknya
mirip dengan front dingin. Front campuran pada umumnya terjadi dimana front dingin
bergerak lebih cepat dari front panas. Kadang-kadang dalam sebuah sistem badai front dingin
akan "mengejar" front panas. Terdapat dua jenis front campuran di atmosfer dan temperatur
udara sangat menentukan front campuran jenis mana yang lebih dominan. Front oklusi dingin
terjadi ketika front dingin bergerak cepat dan mengambil alih lokasi front panas dimana udara
pada front panas lebih bergerak lambat atau ketika front dingin menyelusup ke bawah front
panas. Ketika hal ini terjadi maka udara dingin akan mengganti massa udara hangat di
atmosfer. Secara khusus front campuran jenis ini dapat menciptakan sebuah percampuran dari
udara yang ditemukan pada kedua front sehingga kondisi udara relatif stabil.
d. Front Stasioner (Stationary Front)
Ada kalanya suatu front tidak cukup kuat untuk mendorong front lainnya, sehingga udara
menjadi tidak bergerak. Kondisi ini dinamakan front stasioner atau front quasi stationer
(Ahrens, 2007). Front quasi stationer dapat terjadi apabila ada dua massa udara yang bertemu,
baik dingin maupun panas, tetapi masing-masing dari massa udara tersebut tidak cukup kuat
untuk mendesak satu dengan yang lainnya sehingga tidak jelas mana yang mendominasi.

Kondisi cuaca di sepanjang front stasioner ini umumnya cerah atau sedikit berawan, dengan
udara yang jauh lebih dingin disalah satu sisi. Hal ini disebabkan karena kedua massa udara
relatif kering dan tanpa presipitasi. Tetapi front tersebut tak berlangsung lama. Jika udara yang
lebih hangat mulai bergerak dan mendorong udara dingin, front tak lagi dalam kondisi
stasioner. Kondisinya akan berubah menjadi front panas. Begitu pula ketika udara yang lebih
dingin mendapat daya dorong yang lebih kuat, maka kondisi akan berubah menjadi front
dingin dan udara hangat tersebut akan tergeser (Lutgens, 1982).
e. Siklon Frontal
Siklon frontal adalah daerah front dimana terjadi pertemuan dua massa udara yang berbeda
kekuatan dan karakter. Siklon frontal merupakan bentuk front yang terjadi dalam keadaan
khusus. Depresi frontal dalam tahapan paling berkembang dapat berupa badai besar yang
lebarnya mencapai 1600 km (1000 mil) dan dapat bergerak sejauh ribuan kilometer (mil),
membawa cuaca penuh badai yang sangat mudah berubah arah ke berbagai tempat sebelum
akhirnya menghilang. Front bergerak digambarkan di peta cuaca sebagai garis lengkung.

E. Perubahan Massa Udara


Massa udara dapat mengalami perubahan sifat. Ini terjadi saat massa udara meninggalkan
sumbernya yang kemudian berinteraksi dengan permukaan yang dilaluinya sehingga
mengubah kestabilan, atau juga dapat disebabkan oleh interaksi dengan massa udara lainnya.

Ketika bergerak menuju ekuator, massa udara A akan mendapatkan pemanasan dari bawah
(suplai uap air dari permukaan yang hangat dan basah) sehingga menjadi tidak stabil sehingga
bisa timbul awan besar. Jika ia bergabung dengan aliran mensiklon maka udara menjadi makin
tidak stabil dan perawanan yang menghasilkan hujan curah (shower) makin bertambah.
Namun yang sering terjadi adalah bahwa massa udara ini bergabung dengan aliran
mengantisiklon sehingga pertumbuhan vertikal awan terbatasi walaupun dia mendapat suplai
pemanasan dari bawah.

Sebaliknya massa udara mT yang bergerak menuju kutub di musim dingin cenderung makin
stabil sehingga yang terbentuk hanya awan-awan jenis stratus. Sedangkan di musim panas, di
atas daratan di lintang rendah, massa udara ini menjadi makin tidak stabil sehingga terbentuk
awan-awan kumulus (Cu), hujan curah dan badai guntur.
Cuaca dalam suatu daerah bergantung pada berbagai sifat massa udara yang melaluinya
terutama kestabilan dan kandungan uap airnya. Umumnya massa udara maritim memiliki
perawanan dan hujan curah yang lebih besar, sedangkan massa udara continental cenderung
membawa sifat cerah pada daerah yang dilaluinya.
Daftar Pustaka

Tjasyono, B. (2012). Meteorologi Indonesia Volume 1. Jakarta : BMKG.

Suryanto, W. & Alutsyah L. (2019). Pengantar Meteorologi. Yogyakarta : UGM Press.

http://ghofursmart.blogspot.com/2013/11/komponen-sifat-dan-manfaat-udara.html,Ahmad
Abdul Ghofur, Diakses pada Rabu 19 Februari 2020

http://diasdiari.blogspot.com/2014/02/manfaat-udara-bagi-kehidupan-dan-fungsi.html, Dias
Diari, Diakses pada Rabu 19 Februari 2020

http://yaudaah.blogspot.com/2013/04/udara-dan-sifat-sifatnya.html, Gilang Aprianto.


Diakses pada Rabu 19 Februari 2020
http://machohackerwordpress.com/kelembaban-udara/
http://ariskriswantoblogspot.com/2009/09/laporan-tugas-lab.htm
Tim Listafariska. 206. Udara dan Air. Jakarta: Listafariska Putra
http://andhikaelriyand.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-untuk-kitasemua.htmlDiakses
pada Rabu 19 Februari 2020

http://strukturawam.wordpress.com/2011/02/24/cuaca-ekstrim-hujan-badai-1/ Diakses pada


Rabu 19 Februari 2020
http://tarunalangitan.wordpress.com/2011/11/03/deskripsi-front/ Diakses pada Rabu 19
Februari 2020

http://www.free-online-private-pilot-ground-school.com Diakses pada Rabu 19 Februari


2020

http://www.jeffsweather.com Diakses pada Rabu 19 Februari 2020


http://www.physicalgeography.net Diakses pada Rabu 19 Februari 2020
KOMPOSISI DAN LAPISAN-LAPISAN ATMOSFER

Dosen Pengampu : Dr.Derlina, M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV
INTAN MAHARANI (4173121023)
LARAS BR GINTING (4173321028)
MIRNA WANTY SITUMORANG (4173121029)

Fisika Dik B 2017

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

Anda mungkin juga menyukai