Hvac PDF
Hvac PDF
Disusun Oleh :
Rismarnawati A. Sinaga ( 28508 )
Ronald P. Siahaan ( 28386 )
Ebenezer Lumban Toruan ( 29162 )
Ferdinand M. Sinaga ( 28538 )
Yohanes R. Siagian ( 28598 )
Roni Sianturi ( 28697 )
Matilda M. Gati ( 28715 )
Thomas Ari Negara ( 28385 )
Angel Berta Desi ( 28364 )
A.E. Anggatara ( 28634 )
Iman B. Satrio ( 28043 )
1. Latar Belakang
Perpustakaan adalah tempat yang sangat penting dalam suatu institusi
pendidikan karena merupakan sumber informasi pengetahuan yang signifikan.
Perpustakaan juga dapat dikatakan sebagai jantung pendidikan karena di
perpustakaan terdapat banyak pengunjung, baik oleh anggota komunitas lembaga
pendidikan tersebut maupun pihak yang berkepentingan. Karena perpustakaan
berhubungan dengan masyarakat luas maka sebuah perpustakaan harus didesain dan
dirancang dengan matang agar memciptakan suatu lokasi yang nyaman dan aman
bagi setiap pengunjung.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kenyamanan suatu lokasi yaitu
bentuk dan ukuran ruangan, warna dominan ruangan, penempatan obyek-obyek
dalam ruangan, dan yang tak kalah pentingnya adalah sirkulasi udara dalam ruangan
tersebut. Dari beberapa faktor kenyamanan yang disebutkan di atas, faktor terakhir
akan dianalisis secara detail pada pembahasan selanjutnya.
Kenyamanan suatu lokasi sangat penting untuk ditinjau karena dengan kondisi
lingkungan yang sejuk dan nyaman mampu memberikan inspirasi-inspirasi baru bagi
pengunjungnya. Faktor kenyamanan suatu lokasi yang akan dianalisis mencakup
analisis thermal, suhu dan laju kenaikan kapasitas kalor, serta laju pendinginan.
Alasan pemilihan lokasi Perpustakaan Unit II Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta karena menurut peneliti kondisi perpustakaan ini masih jauh dari kondisi
standar kenyamanan thermal. Argumen ini diperkuat oleh pendapat beberapa
pengunjung dan pengurus perpustakaan yang mengatakan bahwa keadaan
perpustakaan “sumpek” dan sedikit pengab sehingga cukup mengganggu pengunjung
di dalamnya.
1
2. Tujuan
a) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam
ruangan Perpustakaan Unit II Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
b) Menghitung beban pendinginan rata-rata dan beban pendinginan puncak pada
ruangan Perpustakaan Unit II Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
c) Memberikan rekomendasi perbaikan sistem pendinginan yang tepat dan efektif
bagi ruangan Perpustakaan Unit II Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2
mushola, dan toilet. Sedangkan lantai kedua digunakan sebagai perpustakaan.
Sedangkan lantai tiga digunakan sebagai ruang baca, dan di atas lantai tiga terdapat
sebuah stasiun radio, yaitu Swaragama.
Bangunan ini berada di daerah perkotaan dimana begitu banyak pengotor (debu,
asap buang kendaraan bermotor) yang dapat masuk (infiltrasi) ke gedung UPT II
sehingga akan mempengaruhi kenyamanan orang yang berada di dalam ruangan.
Pengotor/debu dalam ruangan perpustakaan UNIT II berasal dari buku-buku tua,
pengunjung, bau badan, bakteri/virus, infiltrasi dari luar, dan lain-lain. Karena
pengotor tersebut akan sangat mempengaruhi faktor kenyamanan orang dalam
ruangan, maka pembuangan pengotor ini harus benar-benar dilakukan dengan baik.
Faktor kebisingan (suara kendaraan bemotor) yang cukup besar juga
mempengaruhi kenyaman orang yang berada di dalam ruangan tersebut, tetapi dalam
penelitian kami ini dikhususkan untuk menganalisis sistem termal bangunan UPT II.
Berikut denah ruangan perpustakaan UPT II:
3
4. Sumber perolehan panas
Dari hasil survey di UPT II bahwa beban panas yang paling mempengaruhi
pengkondisian ruangan tersebut adalah:
a) Radiasi surya
Melalui kaca (bidang tembus cahaya)
Asumsi: - UPT II berada di 0o LU
- Pengukuran pada bulan Maret
- Arah kaca menghadap utara, selatan, barat, timur
- Jenis kaca = kaca tunggal (ketebalan 3 mm)
- Perolehan panas dari sebelah barat diabaikan karena banyak pohon dan
gedung (faktor shading besar)
Data-data yang diperlukan :
• Luasan jendela yang menghadap utara
Jendela besar = 9 x 4 x 0.39 m x 0.42 m
= 5.8968 m2
Jendela kecil = 9 x 0.45 m x 0.42 m
= 1.701 m2
Total utara = 5.8968 + 1.701
= 7.5978 m2
4
• Luasan jendela yang menghadap selatan
Jendela besar = 9 x 4 x 0.39 m x 0.42 m
= 5.8968 m2
Jendela kecil = 9 x 0.45 m x 0.42 m
= 1.701 m2
Total selatan = 5.8968 + 1.701
= 7.5978 m2
• Luasan jendela yang menghadap timur
Jendela besar = 20 x 4 x 0.39 m x 0.42 m
= 13.104 m2
Jendela kecil = 20 x 0.45 m x 0.42 m
= 3.78 m2
Total timur = 16.884 m2
5
Tabel-01. Radiasi matahari di 0o LU pada 22 Maret atau 22 September
6
Tabel-03. Koefisien peneduhan (shading coefficients) jendela
Dengan menggunakan persamaan perolehan kalor melalui kaca tersebut pada tiap
jam, maka diperoleh tabel berikut:
7
Gambar-03a, Radiasi matahari yang Gambar-03b, Radiasi matahari
melalui sebuah kaca yang melalui sebuah kaca
8
• Luasan dinding yang menghadap selatan
= Luas total dinding – (luas total jendela + galat)
= (4.8 m x 14.4 m) – (7.5978 m2 + 2 m2)
= 59.5222 m2
• Luasan dinding yang menghadap timur
= Luas total dinding – (luas total jendela + galat)
= (4.8 m x 34 m) – (16.884 m2 + 4 m2)
= 142.316 m2
Perolehan kalor melalui dinding:
[
qW = UA(CLTD )]
TIMUR
[
+ UA(CLTD )]
SELATAN
+ [UA(CLTD )]UTARA
9
Dengan menggunakan persamaan perolehan kalor melalui dinding tersebut pada
tiap jam, maka diperoleh tabel berikut:
b) Manusia
Pembahasan ini akan dibatasi oleh waktu pengamatan dari pukul 08.00-
16.00 WIB dan dipusatkan pada lantai 2. Beban pendinginan akan dihitung per
dua jam. Perpustakaan ini beroperasi dari jam 8 pagi sampai 9 malam waktu
setempat.
10
kegiatan Perolehan kalor (W) Perolehan kalor sensibel (%)
Tidur 70 75
Duduk, tenang 100 60
Berdiri 150 50
Berjalan (3 km/jam) 300 35
Pekerjaan kantor 150 25
Mengajar 175 50
Warung 185 50
Industri 300-600 35
Tabel-07. Perolehan kalor dari penghuni
11
Persamaan umum yang digunakan :
beban pendinginan sensibel penghuni (watt) = perolehan per orang (tabel 4.7) x
jumlah orang x CLF (tabel 4.9)
12
= (0.45 x150 x 20 x1) + (0.45 x150 x30 x1) + (0.45 x150 x 20 x1)
= 4725W
• kalor total
= 2928.75 + 4725
= 7654.75 W
= 27557 kJ/jam
13
Beban kalor pada pukul 16.00
Asumsi : telah ada 20 orang yang keluar pada pukul 14.00 dan tambahan 20 orang
yang masuk sehingga,
• kalor sensibel
= kalor sensibel 20 orang yang keluar jam 10.00
+ kalor sensibel 20 orang yang keluar pada jam 12.00
+ kalor sensibel 20 orang yang keluar pada jam 14.00
+ kalor sensibel 20 orang yang masuk pada jam 12.00
+ kalor sensibel 20 orang yang masuk pada jam 14.00
+ kalor sensibel 10 orang yang bekerja dari jam 08.00
= (0.55 x150 x 20 x0.06 ) + (0.55 x150 x 20 x0.14 ) + (0.55 x150 x 20 x0.21)
+ (0.55 x150 x 20 x0.71) + (0.55 x150 x 20 x0.58) + (0.55 x150 x10 x0.84 )
= 3403.95W
• kalor latent
= kalor latent 20 orang yang keluar jam 10.00
+ kalor latent 20 orang yang keluar pada jam 12.00
+ kalor latent 20 orang yang keluar pada jam 14.00
+ kalor latent 20 orang yang masuk jam 10.00
+ kalor latent 20 orang yang masuk pada jam 12.00
+ kalor latent 20 orang yang masuk pada jam 14.00
+ kalor latent 10 orang yang bekerja dari jam 08.00
= (0.45 x150 x 20 x1) + (0.45 x150 x 20 x1) + (0.45 x150 x 20 x1)
+ (0.45 x150 x 20 x1) + (0.45 x150 x 20 x1) + (0.45 x150 x10 x1)
= 6142.5W
• Kalor total
= 3405.95 + 6142.5
= 9548.45 W
= 34374 kJ/jam
14
c) Lampu
Asumsi: Jumlah lampu = 112 buah
Daya terpasang = 40 watt
Jenis lampu : fluorescent yang terpasang menempel yaitu jenis X†
FU = 0,9
Fb = 1
q = (daya lampu,W )(FU )(Fb )(CLF )
= 40 ⋅ 0.9 ⋅ 1 ⋅ 0.82
= 29.52 W
Panas total yang diberikan lampu pada bebean perolehan panas:
q Lampu = 29.52 ⋅ 112 = 3306.24 W = 11902.464 kJ/jam
15
d) Peralatan listrik (komputer, kipas angin, kulkas)
Asumsi: - Daya input komputer = 350 W, diasumsikan 5% loss dalam bentuk
panas ke lingkungan
- Jumlah komputer = 20 buah
- Daya input kulkas = 100 W, diasumsikan 75% loss dalam bentuk
panas ke lingkungan
- Jumlah kulkas = 1 buah
- Panas yang ditransfer dari kipas ke udara ruangan diabaikan
Perolehan panas dari peralatan listrik:
q Perala tan = q Kulkas + q Komputer
q Perala tan = (100 )(75% )(1) + (350 )(5% )(20)
q Perala tan = 425W
= 1530 kJ/jam
e) Aliran udara yang mengalir melalui pintu, ventilasi, infiltrasi
Asumsi : diabaikan , karena aliran udara (infiltrasi/eksfiltrasi) akan terjadi apabila
ada perbedaan suhu yang cukup ekstrim antara dalam ruangan dan luar
ruangan.
Berikut diberikan perolehan kalor dari tiap sumber pada jam 8, 10, 12, 14, 16:
Jam Jendela Dinding Manusia Lampu Peralatan Total (kJ/jam)
listrik
8 31676 16129.8 0 11902.5 1530 61238.3464
10 34390.9 38294.2 20763 11902.5 1530 106880.5585
12 16511.7 50506.6 27557 11902.5 1530 108007.7057
14 15460.8 53024.2 33158 11902.5 1530 115075.4499
16 11263.8 52252.6 34374 11902.5 1530 111322.8617
Rata2/hari 100504.9844
16
Asumsi : COP AC/unit = 3
daya kompresor AC/unit = 1PK = 0.746 kW
Kemampuan tiap AC dalam mengambil beban kalor dalam ruangan untuk dibuang ke
lingkungan sekitar
Q& = W& ⋅ (COP ) = 2.238 kW = 8056.8 kJ/jam
Dari tabel-10, diperoleh nilai rata-rata total beban kalor tiap hari pada perpustakaan
sebesar 100504.9844 kJ/jam
Jadi sebenarnya diperlukan jumlah AC sebanyak
100504.9844
n= = 13 unit AC
8056.8
5. Kesimpulan
1. Beban perolehan kalor dalam suatu ruangan berubah-ubah bersamaan berubahnya
waktu.
2. Kenaikan beban pendinginan saat ini dipengaruhi oleh beban pendinginan pada
saat sebelumnya.
3. Faktor utama yang mempengaruhi beban pendinginan adalah radiasi matahari
yang diterima dan aktifitas manusia.
4. Beban pendinginan puncak terjadi pada pukul 14.00 waktu setempat (berdasarkan
analisis pengamatan dari pukul 08.00-16.00).
5. Pada saat ini jumlah AC yang terpasang (5 buah AC) tidak mencukupi
pengambilan beban kalor yang dihasilkan tiap jam.
17
Selain itu, kondisi udara pada lantai 2 dirasakan kurang higienis (pengap dan
lembab) menurut pengurus dan beberapa pengujung. Hal ini diakibatkan karena
sirkulasi udara dalam ruangan terhalang oleh tumpukan buku. Disamping itu, ada
sebagian jendela yang terbuka sehingga aliran udara polusi dari jalan raya di depan
perpustakaan berdifusi masuk ke dalam ruangan. Pada lantai II juga terdapat dua buah
kipas angin. Satu pada sayap utara (kondisi mati) dan satu pada sayap selatan (kondisi
hidup).
Dalam survey di lapangan dapat dilihat bahwa tetesan air dari kondensor kurang
diperhatikan, karena tetesan air ditampung dalam ember atau dalam dibuang dekat
dinding sehingga dapat menyebabkan tumbuhnya lumut pada dinding atau disekitar
dinding yang dapat mengurangi nilai estetika dari gedung tersebut. Disamping itu
pengaturan letak kondensor pada bagian timur yang kurang baik. Berikut adalah
beberapa kesalahan pemasangan kondensor dan pembuangan air pada bangunan UPT
II:
18
Gambar-04c. Pembuangan air kondensor Gambar-04d. Pembuangan air
di lantai 2 sebelah luar kondensor di lantai 2
Berikut beberapa contoh kaca penerang ruangan yang memang telah didesain
untuk meminimalkan radiasi inframerah matahari tetapi dapat meneruskan radiasi
cahaya tampak matahari yang masuk ke dalam ruangan. Dan pemasangan tirai pada
tiap jendela untuk mengurangi radiasi langsung sinar matahari yang masuk ruangan.
Selain itu tirai ini juga dapat berfungsi sebagai penyerap debu,dan dapat mengurangi
efek gema suara di dalam ruangan.
19
Gambar-05a. Kaca penerang ruangan Gambar-05b. Kaca penerang ruangan
pada lantai 2 pada lantai 3
Tirai jendela
6. Rekomendasi
a) Analisis pada lantai 2 termasuk analisis ruang skala kecil. Rekomendasi untuk
ruang skala kecil adalah dengan memasang beberapa AC sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan untuk mengambil beban panas dalam ruangan. Sesuai
perhitungan di atas, dibutuhkan 13 buah AC (dengan daya @ 1 PK). Jumlah AC
ini dapat dibagi ke dalam 3 ruang. Dalam rencana, 4 AC untuk sayap utara, 5
buah AC untuk ruang tengah dan 4 AC lainnya untuk sayap selatan. Sebaiknya
AC yang dipasang tidak deka dengan lubang ventilasi sebab kemungkinan
eksfiltrasi akan besar dan direkomendasikan memakai AC dengan plasmacluster.
Alasannya, karena sistem AC plasmacluster dapat menyemprotkan udara dingin
sekaligus menyedot debu-debu serta partikel-partikel yang cukup mengganggu
pernapasan. Sehingga udara yang dihasilkan adalah udara yang sejuk, nyaman,
dan higienis.
20
b) Pemasangan Sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning)
21
Gambar-08. Komponen-komponen pada HVAC
22
Selain itu dapat juga menggunakan kaca berwarna. Karena kemampuan
meneruskan cahaya pada kaca berwarna, jauh lebih rendah dari kaca bening
(τ<<90%) maka cahaya matahari yang menyilaukan akan dapat dikurangi.
Keunggulan lain dari penggunaan kaca berwarna adalah memberikan penampilan
yang menawan pada gedung perpustakaan. Yang perlu diingat makin tebal kaca
warna, maka warna akan semakin gelap dan tingkat penyerapan panasnya akan
semakin tinggi. Dalam hal penghantaran panas kaca warna mempunyai sifat yang
lebih lunak dalam menghantarkan panas matahari. Kaca warna dark blue dengan
ketebalan 3 mm misalnya, akan meneruskan panas sebesar 63%, memantulkan
6%, sementara sisanya sebesar 31% diserap. Pada ketebalan 6 mm, 43% energi
sinar diteruskan, 5% dipantulkan, dan 52% sisanya diserap.
23