Anda di halaman 1dari 18

UJIAN AKHIR SEMESTER KEPERAWATAN HIV

Tugas Ini Disusun Untuk Mememnuhi Mata Kuliah Keperawatan HIV

Disusun Oleh :

Arif Rahmahabimantara
P17212195001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2019/2020
Kasus
Keluarga yang terdiri atas suami umur 32 tahun pekerjaan kuli bangunan dan istri umur 28 tahun
ibu rumah tangga berserta seorang perempuan anak umur 2 tahun. Suami meninggal setelah dirawat
di rs dengan diagnose medis HIV/AIDS. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan yang
kemungkinan terjadi penularan terhadap istri dan anak, hasil pemeriksaan istri menunjukkan reaktif
HIV/AIDS dan anak non reaktif HIV/AIDS.
Belakangan diketahui menikah siri dan hamil 8 bulan dengan laki-laki yang masih berstatus istri
syah orang lain. Petugas Kesehatan memberi edukasi rencana persalinan dan secara persuasive akan
melakukan pemeriksaan status kesehatan suami nikah siri tetapi ditolak istri dengan alasan takut
pada suami jika diketahui mengidap HIV/AIDS.
Aktivitas mahasiswa :
1. Buatlah kajian data kejadian dan kematian HIV/AIDS di Jawa Timur di masing kab/kota
berdasarkan litertur (catumkan literaturnya) dalam format grafik.
2. Buatlah asuhan keperawatan ( diagnose keperawatan dan rencana keperawatan) berdasarkan
litertur (catumkan literaturnya) terhadap kasus diatas.
3. Buatlah rencana edukasi untuk program VCT pada kasus diatas.
1. Kajian data kejadian & kematian HIV/AIDS
1) Kabupaten Ngawi
300

250

200
HIV
150
AIDS

100 KEMATIAN

50

0
2017

Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2017
di kabupaten Ngawi terdapat 217 kasus HIV yang terdiri dari 90 penderita laki-laki dan
127 penderita perempuan, untuk kasus AIDS 275 kasus, dengan 169 penderita laki-laki
dan 104 penderita AIDS Perempuan. Sedangkan kematiannya sejumlah 210 kematian.
2) Kabupaten Madiun

Perkembangan kasus HIV/AIDS dalam empat tahun terfluktuatif, dimana terjadi


kenaikan kasus HIV, kasus AIDS dan kasus kematian akibat AIDS di tahun 2017 yaitu
sebesar 106 kasus HIV, 10 kasus AIDS dan 17 kasusan akibat AIDS. Jumlah kasus HIV
terjadi peningkatan tahun 201 kasus dan terendah di tahun 2014 sebesar 18 kasus.
Jumlah kasus AIDS tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 48 kasus dan terendah pada
kasus AIDS pada tahun 2017 sebesar 10 Kasus. Sedangkan kematian akibat AIDS
terbesar terjadi di tahun kasus dan terendah di tahun 2016 sebanyak 7 kasus.
3) Kabupaten Ponorogo

Dari grafik diatas, diketahui bahwa jumlah penemuan baru penderita HIV/AIDS di
Kabupaten Ponorogo mengalami peningkatan di Tahun 2017 yaitu 134 kasus jika
dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 100 kasus. Hal ini diperoleh dari inovasi
dalam penemuan program melalui mobile klinik dan konseling testing yang rutin
dilakukan pada populasi kunci. kegiatan deteksi dini kepada populasi beresiko
rendahpun juga dilakukan sebagai upaya preventif. Sedangkan donor darah positif HIV
yang diskrining oleh PMI mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu dari 275
sampel darah positif HIV tahun 2016 menjadi 11 sampel darah positif HIV tahun 2017.
4) Kabupaten Magetan
Pada Tahun 2017 jumlah kasus HIV di Kabupaten Magetan sejumlah 30 penderita
dengan jumlah penderita terbanyak pada kelompok umur 25 s/d 49 tahun sebanyak 22
penderita. Dan pada tahun 2017 ditemukan kasus AIDS sebanyak 82 kasus.

5) Kabupaten Pacitan

Pada tahun 2016 terdapat 38 kasus AIDS, jumlah kematian akibat AIDS sejumlah 11
orang. Sedangkan untuk kasus baru HIV nol (0) dikarenakan pasien ditemukan dan
dilaporkan sudah pada fase AIDS. Ada peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang
ditemukan sebanyak 26 kasus AIDS.
6) Kabupaten Sidoarjo

Di kabupaten Sidoarjo angka kejadian HIV/AIDS selama tahun 2001-2017 ada 2064
kasus dan angka kematian ada 439 kasus.

7) Kabupaten Bondowoso
250

200

150
HIV
AIDS
100
KEMATIAN

50

0
2017

Penyakit HIV-AIDS merupakan penyakit pandemi pada semua kawasan, dalam beberapa
tahun ini penyakit HIV-AIDS menunjukkan adanya peningkatan yang mengkhawatirkan.
Jumlah kasus HIV di Kabupaten Bondowoso pada tahun 2017 sebanyak 192 kasus
(lakilaki: 82 kasus, perempuan: 110 kasus), sedangkan kasus AIDS sebanyak 109 kasus
(laki-laki: 46 kasus, perempuan: 63 kasus). Dari 109 kasus AIDS yang meningggal
sebanyak 80 jiwa (laki-laki : 35 orang, perempuan : 45 orang). Jumlah Syphilis sebanyak
3 kasus (laki-laki : 2 kasus, perempuan : 1 kasus)
8) Kabupaten Sumenep

di Kabupaten Sumenep berdasarkan data Tahun 2017 jumlah penderita HIV sebanyak 93
kasus dan AIDS sebanyak 53 kasus dan jumlah kematian sebanyak 21 kasus.

9) Kabupaten Nganjuk
Pada tahun 2017 ditemukan kasus baru HIV sejumlah 85 penderita dan AIDS sejumlah
87 penderita.Kasus HIV/AIDS yang ditangani 100%. Jumlah kematian akibat HIV/AIDS
pada tahun 2017 sebanyak 5 orang.
10) Kabepaten Banyuwangi

Menurut data Dinas Propinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi ada di peringkat kelima
setelah Kota Surabaya dan Kota Malang. Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi
pertama kali ditemukan pada tahun 1999 sebanyak 1 kasus dan mulai meningkat menjadi 4
kasus pada tahun 2000, tahun 2001 ditemukan 9 kasus, tahun 2002 ditemukan 10 kasus,
tahun 2003 ditemukan 12 kasus, tahun 2004 ditemukan 22 kasus, tahun 2005 ditemukan 19
kasus, tahun Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017, 2006 ditemukan 79
kasus, tahun 2007 ditemukan 105 kasus, tahun 2008 ditemukan 101 kasus, dan pada tahun
2009 ditemukan 186 kasus, tahun 2010 ditemukan 239 kasus, tahun 2011 ditemukan 244
kasus, tahun 2012 ditemukan 312 kasus, tahun 2013 di temukan 333 kasus, Dan Tahun 2014
ditemukan 461 kasus, tahun 2014 ditemukan 464 Kasus,Tahun 2015 ditemukan 417 kasus,
Tahun 2016 ditemukan 353 kasus HIV/ AIDS, Tahun 2017 ditemukan 486 kasus HIV
Sehingga apabila di jumlah maka total kasus HIV/ AIDS sampai dengan Akhir bulan
Desember tahun 2017 adalah 3396 kasus dengan 463 penderita sudah meninggal dan 1720
dalam kondisi AIDS.

11) Kota Surabaya

Pada tahun 2016 ditemukan 627 kasus HIV dengan rincian penderita laki-laki 383
orang, penderita perempuan 244 orang. Sedangkan kasus AIDS di Kota Surabaya
sebanyak 296 orang dengan rincian penderita lakilaki 217 orang dan penderita
perempuan 79 orang. Jumlah kematian akibat AIDS dikota Surabaya ada 42 orang.

12) Kota Malang


350

300

250

200 AIDS

150 HIV
KEMATIAN
100

50

0
2017

Penderita HIV yang terdata di Kota Malang pada tahun 2017 mencapai 467 orang.
Sedangkan penderita AIDS mencapai 292 orang. Kebanyakan penderita adalah kaum
laki-laki yang mencapai 321 orang untuk penderita HIV dan 203 untuk penderita AIDS.
Sedangkan kematian yang diakibatkan penyakit AIDS mencapai 12 kasus.
13) Kabupaten Tuban

Pada tahun 2017 jumlah kasus baru HIV sebanyak 125 dengan proporsi laki-laki 59
(47.20%), perempuan 66 (52.80%). Sedangkan kasus baru AIDS pada tahun 2017
sebanyak 100 kasus dengan proporsi laki-laki 65 ( 65%) dan perempuan 35 ( 35% ) dan
angka kematian karena AIDS 46 kasus
2. Asuhan Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan
a. Konflik pengambilan keputusan pada Ny. T keluarga Tn. T berhubungan dengan
ketidak mampuan Ny. T dalam mengambil keputusan ditandai dengan takut pada
suami tentang penyakitnya
b. Risiko gangguan hubungan ibu-janin pada Ny. T keluarga Tn. T berhubungan dengan
mengenal masalah kesehatan
2) Intervensi Keperawatan Keluarga
DX Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Setelah Tujuan Khusus : 1. Ny. T dapat 1. Jelaskan pada Ny. T akibat terjadinya
dilakukan Setelah melakukan menjelaskan akibat masalah HIV
tindakan, Ny. kunjungan 5 x 60 menit dari terjadinya masalah 2. Motivasi Ny. T agar dapat mengambil
T mampu Ny. T dapat mencapai ansietasnya terhadap keputusan untuk memberitahukan
mengambil TUK 1 HIV suaminya, berikan penguatan apabila
keputusan Ny. T mampu 2. Ny. T mampu keputusan keluarga sudah tepat
mengambil keputusan mengambil keputusan 3. Anjurkan Ny. T dan suami
untuk mengatasi untuk memberitahukan melakukuan konseling.
perubahan ansietas penyakitnya pada
a. Menjelaskan akibat Verbal suaminya dan
bila suami Ny. T berupaya melakukan
tidak mengetahui konseling bersama
penyakitnya (HIV) suaminya
b. Mengambil keputusan Verbal 3. Ny. T paham dan mau
untuk memberitahukan mengikuti konseling
penyakitnya pada bersama suaminya
suami
2 Setelah Tujuan Khusus : 1. Ny. T dapat 1. Diskusikan dengan Ny. T pengertian
dilakukan Setelah melakukan menyebutkan dari HIV, penyebab dari HIV, tanda
tindakan, Ny. kunjungan 5 x 60 menit pengertian dari HIV dan gejala HIV, pencegahan hiv.
T mampu Ny. A dapat mencapai: 2. Ny. T dapat 2. Berikan kesempatan Ny. T untuk
mengenal Tuk 1 menjelaskan penyebab menjelaskan kembali tentang
masalah Ny. T mampu mengenal terjadinya HIV pengertian, penyebab, tanda dan
kesehatan masalah dari HIV dengan 3. Ny. T dapat gejala serta pencegahan dari HIV
(HIV) menyebutkan : menyebutkan tanda 3. Berikan penguatan pada Ny. T
a. Menyebutkan Verbal dan gejala HIV apabila dapat menjelaskan kembali
pengertian dari HIV 4. Ny. T dapat hasil diskusi
b. Menjelaskan penyebab Verbal menjelaskan
terjadinya HIV pencegahan HIV
c. Menyebutkan tanda Verbal
dan gejala HIV
d. Menjelaskan Verbal
pencegahan HIV
3. Rencana Edukasi Program VCT
Voluntary counseling and testing pada dasarnya merupakan gabungan dari konseling dan tes.
Voluntary counseling and testing memiliki 3 tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu tahap
konseling pra testing, tahap tes HIV, tahap konseling pasca testing.

1) Konseling Pra Testing.

Konseling yang dilakukan pada Ny. T dan suaminya yaitu persiapan melakukan tes HIV
yang bertujuan untuk membantu Ny. T dan suami dalam membuat keputusan yang baik
tentang apakah akan menjalani tes HIV atau tidak, dengan diberikan informasi yang baik,
benar, jelas dan tepat tentang tes HIV dan HIV/AIDS.

Pertama, Menerima Ny. T dan suaminya yang dilakukan konselor dengan menyambut
kedatangan Ny. T dan suaminya, membukakan pintu jika pintu dalam keadaan tertutup,
berjabat tangan, menyapa dengan menyebutkan nama jika sudah kenal, jika belum
menanyakan nama. Menerima Ny. T dan suaminya dengan hal tersebut agar Ny. T dan
suami merasa diterima dan diperhatian oleh konselor, sehingga mempermudah proses
konseling selanjutnya.

Kedua, Membangun Rapport atau Menjalin Hubungan. Menjalin hubungan bertujuan agar
konselor dan Ny. T dan suami saling mengenal dan menjalin kedekatan emosional untuk
pemecahan masalah dengan menciptakan suasana yang santai, nyaman, aman, agar Ny. T
dan suami merasa tidak takut, percaya dan bebas mengungkapkan perasaan dan pernyataan
yang ingin disampaikan sehingga Ny. T dan suami percaya dan terbuka kepada konselor.
Untuk mewujudkan hal itu dalam menjalin hubungan dilakukan dengan cara konselor
memperkenalkan diri; konselor memberikan pertanyaan basa-basi agar situasi mencair
seperti menanyakan kabar, kesibukkannya; konselor menanyakan identitas Ny. T dan suami;
serta konselor menjelaskan peraturan dalam proses konseling yang akan dilakukan, seperti
waktu, tujuan, maksud dan kerahasiaan agar Ny. T dan suami mengetahui aturan, maksud
dan tujuan dari proses konseling.

Ketiga, Eksplorasi yaitu penggalian masalah yang bertujuan untuk mencari tahu
permasalahan dan perasaan yang dialami oleh Ny. T dan suaminya. Konselor yang diberikan
saat eksplorasi pada Ny. T dan suaminya antara lain adalah alasan Ny. T dan suami datang
ke layanan VCT, perasaan Ny. T dan suami, situasi Ny. T dan suami, menggali informasi
yang berkaitan dengan faktor perilaku berisiko HIV, seperti perilaku seksual, tato/tindik,
jarum suntik, transfusi darah.
Keempat, Identifikasi, dilakukan konselor untuk membantu Ny. T dan suami untuk
menentukan permasalahan yang dialami dan mengetahui penyebab permasalahan yang
dialaminya. Dalam identifikasi ini konselor membiarkan Ny. T dan suami untuk
menceritakan permasalahan, dan perasaan yang dialaminya. Konselor bertugas
mendengarkan dan mengarahkan Ny. T dan suami.

Kelima, Memberikan Informasi. Informasi sangat diperlukan dalam voluntary counseling


and testing terutama dalam konseling pra testing, karena masih kurangnya informasi tentang
voluntary counseling and testing dan HIV/AIDS. Konselor memberikan informasi dengan
baik, jelas, tepat antara lain informasi tentang VCT dan prosedurnya, tentang HIV/AIDS
serta penularan HIV/AIDS. Dengan informasi yang didapat dalam tahap ini berguna untuk
menentukan keputusan apakah mau menjalani tes HIV atau tidak.

Keenam, Membuat Perencanaan. Setelah informasi didapatkan, selanjutnya yaitu Ny. T dan
suami dibantu oleh konselor untuk membuat perencanaan dengan cara konselor memberikan
alternatif-alternatif perencanaan, serta berdiskusi bersama mengetahui kelebihan dan
kekeurangan dari alternatif perencanaan.

Ketujuh, Membuat Keputusan. Setelah informasi dan berdiskusi perencaanaan, tibalah


saatnya eksekusi yaitu menentukan keputusan apakah mau tes HIV atau tidak. Jika tidak
mau, maka konselor diberi kesempatan untuk menyakinkan dan memberikan penguatan
kembali, lalu ditanyakan kembali. Jika jawaban tetap tidak, maka konselor tidak boleh
memaksa dan proses konseling diakhiri. Jika jawaban mau dites HIV, maka masuk ke tahap
berikutnya.

2) Tes HIV.

Proses pengambilan darah sebanyak 2 CC untuk dites guna mengetahui status suami
Ny. T apakah positif HIV atau negatif HIV. Namun sebelum tes HIV, suami Ny. T
diwajibkan untuk mengisi dan menandatangani surat pernyataan dan persetujuan melakukan
tes HIV yang sering disebut informed consent.

3) Konseling Pasca Testing.

Konseling yang dilakukan setelah klien melakukan tes HIV yang bertujuan untuk
membacakan hasil tes, membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes,
baik itu positif maupun negatif serta memberikan informasi dan penguatan kepada klien.
Pertama, Menerima suami Ny.T . Konselor mempersilakan suami Ny. T kembali masuk ke
ruangan voluntary counseling and testing dengan ramah, baik dan sopan sesuai dengan kode
etik konselor.

Kedua, Mengembangkan Hubungan. Konselor mengembangan hubungan dengan suami Ny.


T untuk mengetahui kesiapan mengetahui hasil tes. Dengan menanyakan kesiapan suami
Ny. T. Jika sudah siap, maka lanjut ke langkah berikutnya. Namun jika belum siap, konselor
bertugas memotivasi suami Ny. T hingga siap.

Ketiga, Perencanaan Kegiatan. bantu suami Ny. T membuat perencanaan tentang hasil
yang akan didapatkan dengan cara melakukan pengandaian jika hasil positif dan negatif.
Konselor menanyakan kepada klien, jika hasil positif apa yang akan dilakukan dan jika hasil
negatif apa yang dilakukan.

Keempat, Membacakan Hasil Tes. Pada langkah ini, konselor waktunya untuk membacakan
hasil tes dan suami Ny. T mengetahui status kesehatannya. Konselor membacakan hasil tes
dengan nada suara yang datar, tidak menunjukkan muka tertentu, tidak tergesa-gesa, dan
tidak memberikan komentar. Setelah membacakan hasil tes, konselor diam sejenak untuk
menunggu reaksi suami Ny. T dan untuk memberi waktu suami Ny. T menerima hasil tes
dirinya. Selanjutnya konselor menjelaskan hasil tes yang diterima suami Ny. T

Kelima, Integritas Hasil Tes. Konselor menanyakan pengetahuan tentang HIV mengenai
hasilnya, setelah itu konselor menambahan jika ada yang kurang dan memperbaiki jika ada
yang kurang tepat. Integrasi emosional yaitu mengetahui pengaruh hasil tes yang diterima
dengan emosional yang terjadi pada suami Ny. T. Dan memberikan penguatan kepada suami
Ny. T sesuai dengan hasilnya.

Keenam, Memberikan Informasi. Informasi yang diberikan pada tahap ini disesuaikan
dengan hasil tes yang didapatkan klien. Jika hasil negatif, konselor memberikan informasi
tentang masa jendela (window period), pola hidup yang baik, dan menyarankan untuk tiga
bulan setelah hari tes kembali lagi untuk tes ulang. Jika hasil positif, konselor memberikan
informasi apa yang harus dilakukan oleh klien, pola hidup yang baik, menghindari hal-hal
yang dapat menularkan HIV/AIDS.

Ketujuh, Memberikan Harapan, Advokasi, Motivasi dan Pemberdayaan. Dalam langkah ini,
konselor memberikan harapan, advokasi dan pemberdayaan dengan memberikan pernyataan
secara konsisten dan realisitis tentang adanya harapan disertai dengan bukti-bukti yang
mendukung, memfokuskan pada masalah kualitas hidup dan mendorong suami Ny. T agar
berpartisipasi aktif untuk meningkatkan status kesehatannya.

Kedelapan, Membantu klien dalam mengindentifikasi kebutuhan dukungan yang


diperlukan oleh suami Ny. T. Rujukan tersebut meliputi kelompok dukungan sebaya, rumah
sakit, puskesmas, terapi individual, intervensi krisis, layanan media, informasi terapi
alternatif, rehabilitasi pengguna narkoba, layanan hukum, sosial, psikologis, dan spiritual,
serta program-program lainnya.

Kesembilan, Konselor Melakukan Layanan Lanjutan. Layanan lanjutan terdiri dari


konseling lanjutan dan pelayanan penanganan manajemen kasus. Langkah konseling
lanjutan ini bisa dilakuan diwaktu lain dengan suami Ny. T.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi 2017,Ngawi 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun 2017, Madiun 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo. Profil Kesehatan Kabupaten Ponorogo 2017,


Ponorogo 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan. Profil Kesehatan Kabupaten Magetan 2017, Magetan 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan. Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan 2016, Pacitan 2016

Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi 2017,Ngawi 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso 2017,


Bondowoso 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep. Profil Kesehatan Kabupaten Sumenep 2017, Sumenep 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk. Profil Kesehatan Kabupaten Nganjuk 2017, Nganjuk 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Surabaya. Profil Kesehatan Kabupaten Surabaya 2016, Surabaya 2016

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 2017,


Banyuwangi 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2017,Malang 2017

Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban. Profil Kesehatan Kabupaten Tuban 2017, Tuban 2017

Anda mungkin juga menyukai