Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

PYELONEFRITIS
Dosen pembimbing Mashuri S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 14
Desy Anggraini 182303101009
Rieke Wahyu Asari 182303101026

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
KONSEP PENYAKIT ............................................................................................ 1
2.1 Definisi .......................................................................................................... 1
2.2 Etiologi .......................................................................................................... 1
2.3 Patofisiologi dan Pathway ............................................................................. 1
2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................................... 3
2.5 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 3
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................. 4
2.7 Komplikasi .................................................................................................... 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PYLONEFRITIS ........................................ 5
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi
Pyelonefritis adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada
pielum dan parenkim ginjal (Prabowo and Pranata, 2014)
Pyelonefritis adalah peradangan pada pielum dengan manifestasi
pembentukan jaringan parut pada ginjal dan dapat menyebabkankerusakan pada
ginjal, gagal ginjal, pembentukan abses (misalnya nefrik, perinefrik), sepsis, syok,
atau kegagalan multisistem (Muttaqin and Sari, 2014)
Pyelonefritis adalah infeksi yang terjadi akibat bakteri yang menginfeksi
kandung kemih telah menyebar hingga ke ginjal (Sentosa, 2019)
2.2 Etiologi
1. Uropatogen
Penyebab tersering adalah agen bakteri meliputi Escherica Coli, Klebsiella,
Proteus, Staphilococcus Aureus, Bassilus, serta Pseudomonas Areoginosa
(Muttaqin and Sari, 2014).
2. Refluks uretrovesika sehingga menyebabkan urine mengalir (refluks) ke dalam
ureter. Obstruksi traktur urinatus, tumor kandung kemih, striktur, hyperplasi
prostate benigna.
3. Resistensi terhadap obat antibiotik
4. Infeksi saluran kemih
Terutama pada kondisi stasis kemih akibat batu saluran kemih, refluks
vesikoureter dan penurunan imunitas pada proses penuaan , serta peningkatan
kadar glukosa dalam urine pada pasien diabetes melitus dimana akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri lebih besar (Muttaqin and Sari, 2014).
2.3 Patofisiologi dan Pathway
1. Patofisiologi
Invasi bakteri pada parenkim ginjal memberikan peradangan dalam bentuk
pielonefritis. Infeksi dipengaruhi oleh faktor invasi bakteri dan faktor imunologis
host. Faktor bakteri seperti E. Coli yang bersifat uropatogenik menempel pada sel
epitel dan mampu bertahan dari pembersihan aliran urine. Invasi bakteri ini

1
melekat pada epitel dan memicu respons peradangan pada tubulointerstitial
(Muttaqin and Sari, 2014).
Obstruksi merupakan faktor yang paling penting untuk memudahkan
penempelan bakteri di urutelium. Kondisi ini meniadakan efek pembilasan aliran
urine; memungkinkan terjadinya stasis urine, menyediakan media bakteri untuk
berkolonisasi, perubahan aliran darah intrarenal, dan memengaruhi pengiriman
neutrofil.
Komplikasi dari obstrukksi dengan infeksi termasuk hidronefrosis,
pionefrosis, urosepsis, dan pielonefritis xanthogranulomatous. E.Coli, Klebsiella,
Pseudomonas, dan Staphylococcus dapat menghasilkan urease sehingga mereka
juga terlibat dalam pembentukan kalkulus staghorn. Respons perubahan patologis
pada saluran kemih bagian atas akan memberikan berbagai masalah keperawatan
pada pasien yang mengalami pielonefritis akut.
2. Pathway
Invasi kuman bakteri ke saluran
kemih

Ketidakmampuan pertahanan
lokal terhadap infeksi

Penempelan bakteri di
urotelium pielum dan parenkim
ginjal

Pielonefritis akut

Reaksi infeksi inflamasi Reaksi infeksi-inflamasi lokal


sistemik
Nyeri pada pinggang,
Anoreksia, mual, demam, menggigil, nyeri perut, nyeri
penurunan berat badan, kelemahan panggul, nyeri tekan
pada sudut
Peningkatan suhu tubuh, intake kostovertebral
nutrisi kurang, kelemahan fisik
Nyeri
Hipertermia dan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2
Gambar 1 Patofisiologi pielonefritis ke masalah keperawatan
2.4 Manifestasi Klinis
1. Pyelonefritis Akut
a. Demam dan menggigil
b. Nyeri pinggul, nyeri tekan pada sudut costovertebrae
c. Leukositosis
d. Disuria dan sering berkemih
e. Ginjal membesar disertai infiltrasi interstitial sel-sel inflamasi
f. Abses dijumpai pada kapsul ginjal, akhirnya atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.
2. Pyelonefritis Kronis
Biasanya tanpa gejala infeksi kecuali bila terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda
utama meliputi :
a. Keletihan
b. Sakit kepala
c. Anoreksia
d. Poliuria (banyak berkemih)
e. Haus yang berlebihan
f. Kehilangan berat badan
g. Demam tinggi, menggigil
h. Sakit pinggang hebat
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pyelonefritis Akut
a. Pemeriksaan kultur urine dan tes sensitivitas
Untuk menentukan organisme (bakteri) penyebab sehingga pemberian
agen antimikrobiial dengan tepat.
b. Pemeriksaan IVP (Intravenouse Pyelograf) dan USG (Ultra Sonograf)
dilakukan untuk mengetahui lokasi obstruksi di saluran perkemihan
2. Pyelonefritis Kronis
a. Pemeriksaan IVP
b. Pemeriksaan BUN, Kretinin dan Klirens kreatinin
c. Pemeriksaan kultur urine

3
2.6 Penatalaksanaan
a. Pyelonefritis Akut
Pemberian terapi parenteral selama 24 - 48 jam. Pemberian antimikrobial
per oral sampai menunjukkan bahwa infeksi sudah tidak terjadi, seluruh
faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan dan fungsi ginjal baik.
b. Pyelonefritis Kronis
Klien Pyelonefritis kronis dilihat dari agens antimikroba pilihan
didasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur urine. Jika bakteri-
bakteri tidak dapat hilang dari urine, pemberian kombinasi
Sulfametoxazole dan Trimetropin dapat digunakan untuk menekan
pertumbuhan bakteri.
2.7 Komplikasi
1. Penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron
aibat inflamasi kronik dan jaringan parut)
2. Hipertensi
3. Pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronis disertai organisme
pengurai ures yang mengakibatkan terbentuknya batu)

4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PYLONEFRITIS

a. Identitas
Nama : Ny S
No Rekam Medik : 17034504
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. A Yani No. 23 Denpasar Utara
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Care Giver : Suami
Tanggal MRS : 10 Agustus 2017
Tanggal Pemeriksaan : 16 Agustus 2017
b. Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri perut pada bagian pinggang

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien dating ke UGD RUSP dengan keluhan utama nyeri perut
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti dililit oleh tali pada bagian seluruh perutnya. Nyeri
perut tersebut dirasakan hilang timbul namun cukup mengganggu aktivitas
sehari pasien hingga mengganggu waktu tidure malam pasien. Keluhan
nyeri perut muncul secara tiba-tiba sejak 2 minggu yang lalu dan
memberat 3 hari terakhir ini. Nyeri dimulai dari perut kemudian menjalar
pinggang.

Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien pernah mengeluh nyeri pinggang 5 tahun yang
lalu dan berobat ke Rs manuaba. Dikatakakn oleh doktetr bahwa pasien
mengalami batu ginjal kanan dan hipertensi. Pasien segera dioperasi

5
dirumah sakit tersebut dan selanjutnya dirawat inap pasca operasi selama 4
hari.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit


batu ginjal dan peradangan pada ginjal, tidak ada riwayat hipertensi.

Riwayat Medis
1. Keluhan utama : Nyeri perut
2. Keluhan penyerta :
- Pusing-pusing : Tidak ada
- Nyeri kepala : Tidak ada
- Kesadaran menurun : Tidak ada
- Selera makan berubah : Ada
- Berat badan : Tidak berubah
- Demam : Ada
- Sulit tidur : Ada
- Mudah marah / tersinggung : Tidak ada
- Sakit tenggorokan : Tidak ada
- Gangguan pendengaran : Tidak ada
- Gangguan penglihatan : Ada
- Batuk / pilek / influenza : Tidak ada
- Batuk-batuk lama : Tidak ada
- Sesak nafas : Tidak ada
- Sakit gigi / lidah / gusi : Tidak ada
- Mual / perut perih / sakit maag : Ada
- Mencret / diare : Tidak ada
- BAB berdarah : Tidak ada
- Mengompol : Ada
- Jatuh : Tidak ada
- Sakit tulang sendi : Ada

3. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri perut, demam, mual, sering BAK

6
4. Riwayat penyakit dahulu
- Gang. pemb. darah otak / stroke : Tidak ada
- Katarak : Ada
- Nyeri jantung (Angina) : Tidak ada
- Serangan jantung IMA (MCI) : Tidak ada
- Paru-paru (TBC/PPOK/Asma) : Tidak ada
- Kolesterol tinggi : Tidak ada
- Trigliserida tinggi : Tidak ada
- Kegemukan (obesitas) : Tidak ada
- Kencing manis / diabetes melitus : Tidak ada
- Tekanan darah tinggi : Tidak ada
- Batu saluran kencing : Ada
- Prostat : Tidak Ada
- Sakit ginjal (ISK/CRF) : Ada
- Tulang keropos / Osteoporosis : Tidak ada
- Rematik / Osteoatritis : Tidak ada
- P. Gout Pirai : Ada
- Kurang darah / anemia : Tidak ada
- Kanker : Tidak ada
- Gangguan lambung : Tidak ada
- Sakit liver : Tidak ada
- Batu empedu : Tidak ada
5. Riwayat pembedahan : Ada
6. Riwayat rawat inap : Ada
7. Riwayat kesehatan lain : Tidak ada
8. Riwayat alergi : Tidak ada
9. Obat obatan saat ini
- Dengan Resep Dokter : Ada
- Tanpa Resep Dokter : Tidak ada
10. Riwayat social-kemasyarakatan-keagamaan
- Rekreasi : Sangat jarang
- Kegiatan keagamaan : Sering

7
- Silahturahmi dengan keluarga : Sering
- Silahturahmi dengan sesama lansia : Sangat jarang
- Olahraga : Sangat jarang
11. Anamnesis Sistem
- Keadaan umum : Lemah
- Sistem kardio vaskular  Nyeri / rasa berat di dada : Tidak Ada
- Sesak nafas pada waktu kerja : Tidak Ada
- Terbangun tengah malam karena sesak : Tidak Ada
- Sesak saat berbaring tanpa bantal : Tidak Ada
- Bengkak pada kaki / tungkai : Tidak Ada
12. Pulmo
- Sesak Napas : Tidak ada
- Demam : Ada
- Batuk berdahak / kering : Tidak ada
13. Saluran cerna
- Nafsu makan menurun/meningkat : Ada
- Berak hitam : Tidak ada
- Sakit perut : Ada
- Mencret : Tidak ada
- Perut terasa kembung : Tidak ada
- BAB berdarah : Tidak ada
14. Saluran Kencing
- Gangguan BAK : Ada
- Nyeri BAK : Ada
- Pancaran air seni kurang : Tidak ada
- Menetes : Tidak ada
- Bangun malam karena BAK : Ada
15. Hematologi
- Mudah timbul lebam kulit : Tidak ada
- Bila luka, perdarahan lambat berhenti : Tidak ada
- Benjolan : Tidak ada
16. Rematologi

8
- Kekakuan sendi : Ada
- Bengkak sendi : Tidak ada
- Nyeri otot : Tidak ada
17. Endokrin
- Benjolan di leher depan samping : Tidak ada
- Gemetaran : Tidak ada
- Lebih suka udara dingin : Tidak ada
- Banyak keringat : Tidak ada
- Lekas lelah / lemas : Tidak ada
- Rasa haus bertambah : Tidak ada
- Mudah mengantuk : Tidak ada
- Lesu, lelah, letih, lemah : Ada
- Tidak tahan dingin : Tidak ada
18. Neurologi
- Pusing/ Sakit kepala : Tidak ada
- Kesulitan mengingat sesuatu : Tidak ada
- Pingsan sesaat : Tidak ada
- Gangguan penglihatan : Ada
- Gangguan pendengaran : Tidak ada
- Rasa baal / kesemutan anggota badan : Tidak ada
- Kesulitan tidur : Ada
- Kelemahan anggota tubuh : Tidak ada
- Lumpuh : Tidak ada
- Kejang-kejang : Tidak ada
19. Jiwa
- Sering lupa : Tidak ada
- Kelakuan aneh : Tidak ada
- Mengembara : Tidak ada
- Murung : Tidak ada
- Sering menangis : Tidak ada
- Mudah tersinggung : Tidak ada
-

9
Pemeriksaan Fisik ( 16 Agustus 2017 )
1. Kesadaran : E4 V5 M6
2. Tekanan darah/nadi : 130/80 mmHg
3. Nadi : 80 x/menit
4. Laju respirasi : 18 x/menit
5. Suhu Axilla : 36,50C
6. Antropometri
- Berat badan : 57 kg
- Tinggi badan : 155 cm
- BMI : 24,05 kg/m2
- Lingkar lengan atas : 27 cm (kanan dan kiri)
- Lingkar kaki (calf) : 33 cm (kanan dan kiri)
- Kesimpulan : Gizi baik
7. Kulit
- Kekeringan : Tidak ada
- Bercak kemerahan : Tidak ada
- Lesi kulit lain : Tidak ada
- Curiga keganasan : Tidak ada
- Dekubitus : Tidak ada
8. Pendengaran
- Dengar suara normal : Normal
- Pakai alat bantu dengar : Tidak ada
9. Penglihatan
- Membaca huruf koran dengan kacamata : Tidak
- Jarak penglihatan : Menurun
- Jarak baca : Menurun
- Katarak : Ada
- Temuan funduskopi : Tidak dievaluasi
- Anemis : Tidak ada
- Ikterus : Tidak ada
- Refleks pupil : +/+ Isokor
- Edema palpebra : Tidak ada

10
10. Mulut
- Hygiene mulut : Baik
- Gigi palsu : Tidak ada
- Gigi palsu terpasang baik : Tidak ada
- Lesi di bawah gigi palsu : Tidak ada
- Kelainan yang lain : Tidak ada
11. Leher
- Derajat gerak : Normal
- Kelenjar tiroid : Normal
- Bekas luka pada tiroid : Tidak ada
- Massa lain : Tidak ada
- Kelenjar limfa membesar : Tidak ada
- JVP : PR + 0 cmH2O
12. Thorax
- Massa teraba : Tidak ada
- Kelainan lain : Tidak ada
13. Paru
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : N/N
- Perkusi : Sonor / Sonor
- Auskultasi suara dasar : Vesikuler
- Auskultasi suara tambahan : Ronki (-) Wheezing (-)
14. Jantung dan pembuluh darah
- Irama : Reguler
- Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba MCL sinistra ICS V
- Perkusi : Batas atas: ICS II batas kiri: MCL S ICS V batas kanan : PSL D
- Bising : Tidak ada
- Gallop : Tidak ada
- Bising A. Karotis : Tidak ada
- Bising A. Femoralis : Tidak ada
- Denyut A. Dorsalis pedis : Teraba

11
- Edema pedis : Tidak ada
- Edema tibia : Tidak ada
- Edema sacrum : Tidak ada
15. Abdomen
- Bising : Normal
- Hati membesar : Tidak ada
- Massa perut : Tidak ada
- Limpa membesar : Tidak ada
- Ginjal membesar : Tidak ada
- Nyeri ketok CVA : Ada
16. Otot dan kerangka
- Deformitas : Tidak Ada
- Gerak terbatas : Ada
- Nyeri : Ada
- Benjol/ radang : Tidak Ada
17. Saraf
- Penghidu : Kesan normal
- Ketajaman penglihatan : Tidak Normal
- Lapangan penglihatan : Kesan berkurang
- Fundus : Tidak dievaluasi
- Pupil : Kesan normal
- Ptosis : Tidak ada
- Nistagmus : Tidak ada
- Gerakan bola mata : Kesan normal
- Sensasi kulit occuli : Kesan normal
- Sensasi kulit mandibularis : Kesan normal
- Sensasi kulit maksilaris : Kesan normal
- Otot mengunyah : Kesan normal
- Refleks kornea : Normal
- Jerk jaw : Tidak ada
- Saraf muka simetris : Normal
- Kekuatan otot wajah : Normal

12
- Pendengaran : Normal
- Uvula : Normal
- Refleks trapesius : Kesan normal
- Otot trapesius : Normal
- Sternokleidomastoideus : Normal
- Lidah : Normal
18. Motorik
Anggota tubuh Kekuatan Tonus Refleks
atas
Bahu (4)/(4) (N)/(N) (+)/(+)
Siku (4)/(4) (N)/(N) (+)/(+)
Pergelangan (4)/(4) (N)/(N) (+)/(+)
tangan
Paha (2)/(2) (N)/(N) (+)/(+)
Lutut (3)/(3) (N)/(N) (+)/(+)
Pergelangan kaki (3)/(3) (N)/(N) (+)/(+)

19. Sensorik
Anggota tubuh atas Anggota tubuh bawah
Tajam (Nyeri) Kanan (+) kiri (+) Kanan (+) kiri (+)
Raba Kanan (+) kiri (+) Kanan (+) kiri (+)
Getar Kanan (+) kiri (+) Kanan (+) kiri (+)
Suhu Kanan (+) kiri (+) Kanan (+) kiri (+)

20. Koordinasi
- Jari ke hidung : Normal
- Tumit ke lutut : Normal
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
PARAMETER HASIL SATUAN REFERENSI KETERANGAN
RBC 4.83 106 µL 4.0 – 5.2

13
Hemoglobin 12.14 g/dl 12.0 – 16.0
Hematokrit 39.40 % 36.00 – 46.00
MCV 81.54 fL 80.00 –
100.00
MCHC 30.82 g/dl 31 – 36 Rendah
MCH 25.13 Pg 26.00 – 34.00 Rendah
RDW 11.26 % 11.60 – 14.80 Rendah
Platelet 351.70 103 µL 140.00 –
440.00

Kimia Klinik
PARAMETER HASIL SATUAN REFERENSI KETERANGAN
AST/SGOT 17.2 U/dL 11.00 – 33.00
ALT/SGPT 11.00 U/dL 11.00 – 50.00
Albumin 4.0 g/dL 3.40 – 4.80
BUN 7.0 Mg/dL 8.00 – 23.00 Rendah
Kreatinin 0.85 Mg/dL 0.50 – 0.90
Asam Urat 8.4 Mg/dL 2.00 – 5.70 Tinggi
Natrium (Na) – 137 Mmol/L 135 – 148
serum
Kalium (K) – 4.2 Mmol/L 3.5 – 5.3
serum
Glukosa darah 103 Mg/dL 70 - 140

Rekomendasi Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologis
- Levofloxacin 500 mg tiap 24 jam IV
- Paracetamol 750 mg tiap 8 jam IO
- Allupurinol 100 mg tiap 24 jam IO
b. Terapi Edukasi
- Memberikan informasi tentang penyakit dan gejala perburukan pasien
pada pasien dan keluarganya secara lengkap.

14
- Memberikan edukasi tentang obat yang diminum kepada pasien dan
keluarga pasien
- Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga higienitas pasien dan
lingkungan rumah.
- Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga asupan nutrisi yang bergizi
baik dan seimbang dan sesuai dengan diet pada penyakit ginjal
c. Terapi aktivitas
- Mobilliasi pasien
d. Terapi psikososial
- KIE keluarga tentang keadaaan pasien
- Dukungan keluarga, lingkungan, dan masyarakat
- Penyediaan ruangan yang aman bagi lansia, memperhatikan nutrisi
penderita dan meningkatkan waktu komunikasi terhadap penderita untuk
mengurangi depresi
- Berikan informasi tentang penyakitnya secara lengkap.
- Berikan edukasi tentang obat yang diminum.
- Menjaga asupan nutrisi yang bergizi baik dan seimbang.
e. Rencana tindakan
- UC/CC/ST
- USG abdomen
f. Planning Monitoring
- Vital sign
- Keluhan

15
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. and Sari, K. (2014) Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, E. and Pranata, A. E. (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sentosa, A. (2019) ‘Jenis Infeksi Saluran Kemih dan Penyebabnya’, Bepress.

16

Anda mungkin juga menyukai