PEDAHULUAN
Aktivitas didefinisikan sebagai suatu aksi energetic atau keadaan bergerak. Semua manusia
yang normal memerlukan kemampuan utnuk dapat bergerak. Kehilangan kemampuan
bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang
baik pasien maupun perawat.
1. Fleksi yaitu gerakan menkuk suatu tulang pada tulang yang lain misalnya menekankan
tangan ke arah telapak tangan.
2. Ekstensi yaitu gerakan manarik suatu tulang menjauhi tulang yang lain.
3. Abduksi yaitu gerakan menjahui garis tangan tubuh.
4. Aduksi yaitu gerakan mendekati garis tangan tubuh.
5. Rotasi, gerakan memutar suatu tulang pada aksisnya.
6. Sirkumduksi, yaitu gerakan melingkar.
1
Dari banyi sampai dewasa, tulang mengalami pembentukan dan pertumbuhan.
Kerangka tulang bersusun oleh kartilago dan fibrous yang sebagian telah mengalami
pertumbuhan baik panjang mapun diameternya.
PENGKAJIAN
Kemampuan beraktivitas dan mobilitas berbeda pada setiap individu, tergantung pada
kebiasaan hidup serta kenginan yang dilakukan sehari-hari. Empat hal utama yang perlu
diketahui dalam mengkaji aktivitas adalah : faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas
dan aktivitas, gerakan persendian, postur tubuh, dan toleransi terhadap aktivitas.
Ada banyak faktor yang memengaruhi mobilitas dan aktivitas, misalnya anak-anak yang
senang bermain akan mengembangkan keterampilan aktivitas lebih cepat dibanding
dengan anak-anak tidak senang baermain. Contoh lain pada orang yang senang merokok
(perokok berat) cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek.
Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas danaktivitas
misalnya penderita multiple aklerosis atau cidera pada urat saraf tulang belakang.
Demikian juga pasien post operasi atau yang mengalami nyeri cenderung membatasi
gerakan.
Beberapa factor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas. Misalnya
wanita di Jawa berpenampilan halus dan merasa tabu bila mengerjakan kativitas berat,
dan para pria cenderung melakukan aktivitas lebih berat.
2
Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang membatasi
aktivitas tanpa mengetahui penyebabnya. Selain itu, tingkat usia juga berpengaruh
terhadap aktivitas, misalnya pada usia pertengahan cenderung mengalami penurunan
aktivitas yang berlanjut sampai usia tua.
GERAKAN PERSENDIAN
Setiap sendi pada tubuh mempunyai range of motion (rentang gerak). Rentang gerak
dapat mengalami kemunduran misalnya akibat bedret/tirah baring dalam waktu yang
lama. Untuk dapat mengkaji gerakan persendian, masing-masing sendi (rang of motian)
Pengkajian toleransi terhadap aktivitas merupakan hal yang penting dalam membuat
perencanaan latihan,. Terutama pada pasien dengan gangguan system kardiovaskuler
atau pernafasan. Sebelum melakukan latihan, perawat melakukan pengkajian preativitas
yang meliputi (Gordon 1976:73):
Untuk mengetahui toleransi pasien terhadap aktivitas yang dilakukan, ada sepuluh
reson yang perlu dikaji yaitu :
1. Denyut jantung (apical atau radial)
2. Ritme jantung (nadi radial)
3. Kekuatan denyut nadi’
4. Tekanan darah.
5. Pernafasan : kecepatan, kedalaman, ritme
6. Warna kulit.
7. Suhu dan Kelembaban kulit.
8. Postur dan keseimbangan
9. Kecepatan aktivitas.
10. Status emosional.
3
KONSEP IMOBILITAS
Konsep imobilitas merupakan hal yang relatif dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan
total tetapi juga terjadi penurunan aktivitas dari nomalnya. Pada keadaan omobil, pasien
tidak dapat menghindari pembatasan gerakan pada setiap aspek kehidupan.
Secara umum, ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :
1. Imobilitas fisik, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik
yang disebabkan oleh factor lingkungan maupun oelh keadaan orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual, disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat berfungsi
sebagimana mestinya. Ini terjadi misalnya pada kerusakan otak karena proses
penyakit atau kecelakaan serta pada pasien pada trsdisi mental.
3. Imobilitas emosional, yang dapat terjadi akibat pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial, yang dapat menyebabkan perubahan interaksi social yang sering
terjadi akbiat penyakit.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien imobil dapat merupakan diagnosa actual maupun
potensial, antara lain :
1. Perubahan konsep diri sehubungan dengan imobilitas.
2. Gangguan sensori sehubungan dengan tirah baring.
4
3. Penurunan kemampuan memecahkan masalah sehubungan dengan gangguan
sensori.
4. Resiko terjadi atrofi otot, kontraktur, dan osteoporosis sehubungan dengan ketidak
aktifan.
5. Resiko terjadi kerusakan kulit sehubungan dengan ketidakmampuan mengubah
posisi.
6. Resiko statis dan infeksi saluran perkemihan sehubungan dengan posisi supinasi
dalam waktu lama.
7. Resiko gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehubungan dengan akumulasi sekresi.
8. Resiko cidera sehubungan dengan pusing akibat pergantian posisi.
9. Resiko statis vena pada kaki sehubungan dengan ketidak-aktifan.
1. Latihan yang meliputi latihan persedian dan otot serta latihan pernafasan dan batuk.
2. Pengubahan posisi secara teratur untuk mencegah kerusakan kulit, hipotensi
postural, statis urin, dan masalah pernafasan.
3. Perawatan kulit agar kulit tetap bersih, kering dan cukup lembab.
4. Memberikan makanan dan minuman yang cukup.
5. Mempertahankan kebutuhan buang air besar dan kecil.
6. Menjaga kenyamanan
7. Melakukan kegiatan interaksi social.
5
terjadi ketakutan otot-otot.
Adanya beberapa factor antara lain usaha, kondisi fisik umum, dan lamanya istirahat
di tempat tidur, maka pasien mungkin memerlukan latihan persiapan sebelum dilatih
berjalan. Sebelum pasien berjalan, maka perawat dapat memberikan latihan-latihan yang
meliputi :
Latihan-latihan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama karena dapat melelahkan pasien.
Normalnya sewaktu berjalan orang akan menggerakkan tangan dan kaki secara berirama
yaitu sewaktu tangan kiri terayun, kaki kanan melangkah ke depan, demikian pula
sebaliknya. Prinsip dasar ini perlu dipahami sebelum melatih pasien berjalan, perawat
dapat melakukan sendiri (satu orang perawat) atau denan perawat yang lain/dua orang
perawat. Latihan berjalan dilakukan terhadap sesuai perkembangan pasien baik
menggunakan alat Bantu, maupun tidak menggunakan alat Bantu.
6
4. Bila pasien dapat membantu, ajurkan pasien menekuk lutut (fleksi). Kemudian
pasien dan perawat saling memegang bagian belakangl lengan. Siku perawat saling
memegang bagian belakang lengan. Siku parawat menempel pada tempat tidur
ketika mengangkat pasien.
5. Naikkan pasien dalam posisi duduk.
Persiapan :
Cara kerja :
1. Atur posisi anda berdiri menghadap pasien dengan kedua kaki meranggang, kaki
yang dekat dengan tempat tidur di depan.
2. Tekuk (fleksi) kan lutut dan panggul anda.
3. Anjurkan pasien meletakkan kedua tangannya di bahu anda dan letakkan kedua
tangan anda disamping kanan kiri pinggang pasien.
4. Sewaktu pasien melangkah ke lantai, tahankan lutut anda pada lutut pasien.
5. Setelah pasien berdiri tegak, bantu berjalan sampai bagian belakang kakinya
menyentuh kursi.
6. Jaga kaki anda tetap menahan kaki pasien
7. Bantu paisen duduk dengan memfleksikan lutut sementara pasien juga
memfleksikan lutut dan panggulnya.
8. Atur posisi pasien duduk di kursi secara nyaman.
Untuk memindahkan pasien dari tempat tidur ke brancard biasanya diperlukan lebih dari
satu orang, khususnya bila pasien gemuk atau besar. Untuk pasien dewasa memerlukan tiga
orang, pasien anak memerlukan dua orang dan bayi cukup satu orang pengangkat. Sebelum
menganggkat pasien tempat tidur kepala brancard perlu diatur dengan sudut yang tepat,
yaitu bagian kepala brancard di letakkan bagian kaki tempat tidur. Sewaktu pasien di angkat,
roda tempat tidur maupun brancard harus dalam keadaan terkunci. Untuk mengangkat
pasien oleh tiga orang, orang yang paling tinggi sebaiknya memegang mengangkat bahu dan
kepala pasien sambil memberi aba-aba. Orang yang kuat dapat mengangkat bagian tengah
pasien dan orang ketiga mengangkat bagian kaki pasien.
7
Cara kerja :
1. Tiga orang perawat berdiri menghadap pasien. Setiap perawat berdiri dengan kedua
kaki saling berjauhan. Dan kaki yang terdekat dengan branchard diletakkan di depan.
2. Apabila pasien tidak bisa menggerakkan tangan, maka tangannya disilangkan ke ats
dada.
3. Perawat Menekankan lutut kemudian memasukkan tangannya ke bawah tubuh
pasien. Perawat pertama meletakkan tangannya di bawah leher/bahu dan bawah
pinggung, parawat kedua meletakkan tangannya di bawah pinggung dan panggul
pasien. Perawat ketiga meletakkan tangannya di bawah pinggul dan kaki.
4. Pada hitungan pertama pasien diangkat ke sisi tempat tidur mendekat parawat.
5. Pada hitungan kedua perawat memiringkan pasien agak menghadap ke tubuh
perawat, dengan siku perawat masih standar pada tempat tidur.
6. Pada hitungan ketiga setiap perawat mengangkat pasien dan melangkah ke belakang
kemudian berjalan ke branchard atau tempat tidur yang lain.
7. Pada hitungan ke empat parawat menekuk lutut dan menaruh siku pada tempat
tidur/branchard.
8. Pada hitungan ke lima perawat meluruskan lengan bawah sehingga pasien akan
berbaring di tempat tidur.
9. Pada hitungan ke enam perawat menarik lengan dari bawah pasien.
10. Posisi pasien diatur dengan nyaman.
11. Tempat tidur diatur sesuai yang dibutuhkan.
12. Pasien di beri bel.
LATIHAN THERAPEUTIK
Tujuan :
Petunjuk :
8
3. Latihan aktif biasanya dilakukan pada :
a. Pasien dengan paralysis ekstrimitas sebagian
b. Pasien bedrest/tirah baring (tanpa kontra indikasi)
4. Definisi istilah-istilah ranga of motion :
a. Fleksi : Menekuk persendian
b. Ektensi : Meluruskan persendian
c. Abdukasi : Gerakan suatu anggota tubuh ke arah aksis tubuh
d. Aduksi : Gerakan suatu anggota tubuh menjahui aksis tubuh
e. Rotasi : Memutar atau menggerakan suatu bagian melingkar axis
f. Pronasi : Memutar ke atas.
g. Supinasi : Menggerakkan ke atas.
h. Infersi : Menggerakkan ke dalam.
i. Efersi : Menggerakkan ke luar.
5. Rage of motion harus di ulang sekitar 7-10 kali dan dikerjakan sekurang-kurangnya
dua kali sehari, lakukan pela-pelan dan hati-hati dan tidak melelahkan penderita.
6. Dalam merencanakan suatu program latihan, perhatikan umur pasien, diagnosa,
tanda-tanda vital dan lama bedrest (tirah baring).
7. Latihan seringkali diprogramkan dokter dan dikerjakan oleh para terapis fisik.
Misalnya Resistatatif yang dilakukan pasien dengan mempergunakan manual atau
alat mekanis untuk meningkatkan kekuatan otot.
8. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan range of motion adalah : leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, pergelangan kaki.
9. Latihan teerapetik dapat dilakukan, dapat dikerjakan pada semua persendian tubuh
atau hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.
10. Waktu melakukan latihan yang tepat misalnya setelah memandikan.
Melakukan Latiahan
Latihan merupakan tindakan keperawatan yang penting untuk mempertahankan tonus otot
dan gerakan persendian. Latihan dapat dilakukan dengan cara mengikutsertakan pasien
pada kegiatan sehari-hari maupun dengan melakukan program latihan yang terencana.
Perawat perlu mengidentifikasih aktivitas dan latihan yang tepat bagi pasien. Misalnya
untuk meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan latihan terapetik pasif. Pada pasien
yang tidak dapat menggerakkan persendian tertentu misalnya pada pasien yang dipasang
gip pada kaki, sehingga tidak dapat menggerakkan sandi lutut, dapat dilakukan latihan
isometric untuk mempertahankan kekuatan otot. Pada ibu hamil dapat dilakukan senam
hamil dan setelah bayi dapat dilakukan senam post natal.
EVALUASI
Hasil yang diharapkan tergantung pada tujuan serta diagnosa keperawatan yang ada.
Contoh kriteria hasil pada pasien dengan gangguan mobilitas adalah :
9
1. Posisi tubuh tegap sewaktu berjalan
2. Dapat berjalan tanpa bantuan dari tempat tidur ke ruang perawat tiga kali sehari.
3. Melakukan latihan rentang gerakan tanpa bantuan dua kali sehari.
4. Tidak ada rasa nyeri ataupun kaku pada persendian
5. Tidak mengalami kontraktur
6. Tidak terjadi atrofi otot.
7. Dapat melakukan aktifitas latihan sesuai jadwal tanpa mengalami kelelahan.
10