Anda di halaman 1dari 8

Kerajaan Mataram Islam : Sejarah,

Raja, Dan Peninggalan, Beserta


Kehidupan Politiknya Secara Lengkap
Oleh bitarDiposting pada 25/11/2019
Lihat Daftar Inti Pelajaran :
Kerajaan Mataram Islam : Sejarah, Raja, Dan
Peninggalan, Beserta Kehidupan Politiknya
Secara Lengkap
Tahukah anda tentang Kerajaan Mataram Islam ??? Jika anda belum
mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com.
Karena pada kesempatan kali ini akan membahas tentang sejarah
Kerajaan Mataram Islam, raja-raja Kerajaan Mataram Islam,
peninggalan Kerajaan Mataram Islam, dan kehidupan politik Kerajaan
Mataram Islam secara lengkap. Oleh karena itu marilah simak ulasan
yang ada dibawah berikut ini.

<picture
class="aligncenter wp-image-8695 size-full" title="kerajaan mataram
islam">< source type="image/webp"
srcset="https://www.gurupendidikan.co.id/wp-
content/uploads/2017/01/kerajaan-mataram-islam.jpg.webp 527w"
sizes="(max-width: 527px) 100vw, 527px"/>< img
src="https://www.gurupendidikan.co.id/wp-
content/uploads/2017/01/kerajaan-mataram-islam.jpg" alt="kerajaan mataram
islam" width="527" height="377"
srcset="https://www.gurupendidikan.co.id/wp-
content/uploads/2017/01/kerajaan-mataram-islam.jpg 527w,
https://www.gurupendidikan.co.id/wp-content/uploads/2017/01/kerajaan-
mataram-islam-200x143.jpg 200w" sizes="(max-width: 527px) 100vw,
527px"/>< /picture>

Sejarah Kerajaan Mataram Islam


Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng
Pemanahan dilantik menjadi bupati di Mataram sebagai imbalan atas
keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya,
putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan
Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575,
Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram.
Sutawijaya ternyata tidak puas menjadi bupati dan ingin menjadi raja
yang menguasai seluruh Jawa. Oleh karena itu, Sutawijaya mulai
memperkuat sistem pertahanan Mataram. Hal itu ternyata diketahui
oleh Hadiwijaya sehingga ia mengirim pasukan untuk menyerang
Mataram. Peperangan sengit terjadi pada tahun 1582. Prajurit Pajang
menderita kekalahan. Keadaan Sultan Hadiwijaya sendiri pada saat itu
sedang sakit.
Beberapa waktu kemudian Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu,
terjadilah perebutan kekuasaan di antara para bangsawan Pajang.
Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat Bupati Demak)
datang menyerbu Pajang untuk merebut takhta. Hal itu tentu saja
ditentang keras oleh para bangsawan Pajang yang bekerja sama dengan
Sutawijaya, Bupati Mataram. Akhirnya, Pangeran Pangiri beserta
pengikutnya dapat dikalahkan dan diusir dari Pajang.
Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya)
menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian
memindahkan pusat pemerintahannya ke Mataram pada tahun 1586.
Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.

Raja Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram Islam sempat dimpin oleh 6 orang raja, yaitu
sebagai berikut :
1. Ki Ageng Pamanahan
Ki Ageng Pamanahan merupakan pendiri dari desa Mataram pada
tahun 1556. Desa inilah yang nantinya akan menjadi Kerajaan Mataram
yang dipimpin oleh anaknya, Sutawijaya.Tanah ini awalnya hutan lebat
yang lalu dibuka oleh masyarakat sekitar dan diberi nama Alas
Mentaok. Lalu Ki Ageng Pamanahan menjadikan bekas hutan ini
sebagai sebuah desa yang diberinama Mataram. Ki Ageng Pamanahan
wafat pada tahun 1584 dan dimakankan di Kota Gede (Jogjakarta
sekarang)
2. Panembahan Senapati
Setelah ki Ageng wafat pada tahun 1584, kekuasaan jatuh ke tangan
anaknya yaitu Sutawijaya. Ia adalah menantu dan anak angkat dari
Sultan Pajang.Sutawijaya tadinya merupakan senapati dari kerajaan
Pajang. Karena itu ia diberi gelar “Panembahan Senapati” karena masih
dianggap sebagai senapati utama Pajang dibawah Sultan Pajang.
Kerajaan Mataram Islam mulai bangkit dibawah kepemimpinan
Panembahan Senapati. Kerajaan ini lalu memperluas wilayah
kekuasaannya dari Pajang, Demak, Tuban, Madiun, Pasuruan dan
sebagian besar wilayah Surabaya. Panempahan Senapati wafat pada
tahun 1523, lalu posisinya digantikan oleh anaknya yang bernama
Raden Mas Jolang.
3. Raden Mas Jolang
Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati merupakan putra
dari Panembahan Senapati dan putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati.
Raden Mas Jolang Merupakan pewaris kedua dari kerajaan Mataram
Islam. Beliau memerintah dari tahun 1606 – 1613 atau selama 12 tahun.
Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi peperangan. Peperangan
karena penaklukan wilayah ataupun karena mempertahankan
wilayah.Raden Mas Jolang wafat pada tahun 1613 di desa Krapyak.
dimakamkan di makam Pasar gede di bawah makan ayahnya.
4. Raden Mas Rangsang
Raden Mas Rangsang adalah raja ke 3 Kerajaan Mataram Islam dan
merupakan putra dari Raden Mas Jolang. Ia memerintah pada tahun
1613 – 1645. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram
mencapai puncak kejayaannya. Raden Mas Rangsang bergelar Sultan
Agung Senapati Ingalaga Ngabdurrachman. Pada masa ini, Kerajaan
Mataram berhasil menguasai hampir seluruh Tanah Jawa seperti Jawa
Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat.
Selain melakukan penaklukan wilayah dengan berperang melawan raja
Jawa. Sultan Agung juga memerangi VOC yang ingin merebut Jawa dan
Batavia. Pada masa Sultan Ageng, Kerajaan Mataram berkembang
menjadi Kerajaan Agraris. Sultan Ageng wafat pada tahun 1645 dan di
makanmkan di Imogiri.
5. Amangkurat I
Sultan Amangkurat merupakan anak dari Sultan Ageng. Ketika
berkuasa, ia memindahkan pusat kerajinan dari kota Gedhe ke kraton
Plered pada tahun 1647. Sultan Amangkurat berkuasa dari tahun 1638
sampai tahun 1647. Pada masa inilah Kerajaan Mataram Islam
terpecah. Ini dikarenakan sultan Amangkurat I menjadi teman dari
VOC. Sultan Amangkurat I meninggal pada tanggal 10 Juli 1677 dan
dimakankan di Telagawangi, Tegal. Sebelum meninggal, ia sempat
menangkat Sunan Mataram atua Amangkurat II sebagai penerusnya.
6. Amangkurat II
Amangkurat II atau Raden Mas Rahmat merupakan pendiri dan raja
pertama dari Kasunanan Kartasura. Kasunanan Kartasura merupakan
lanjutan dari Kerajaan Mataram Islam. Raden Mas Rahmat
memerintah dari tahun 1677 sampai tahun 1703. Beliau merupakan raja
Jawa pertama yang menggunakan pakaian eropa sebagai pakaian
dinas. Karena itu rakyat menjulukinya Sunan Amral (Admiral).

Peninggalan Kerajaan Mataram Islam


Peninggalan kerajaan ini meninggalkan berbagai macam yaitu sebagai
berikut :

 Sastra Ghending karya dari Sultan Agung,


 Tahun Saka,
 Kerajinan Perak,
 Kalang Obong, yang merupakan tradisi kematian orang kalang,
yakni dengan membakar peninggalan orang yang meninggal.
 Kue kipo yang merupakan makanan khas masyarakat kotagede,
makanan ini telah ada sejak jaman kerajaan.
 Pertapaan Kembang Lampir yang merupakan tempat Ki Ageng
Pemanahan pernah bertapa untuk mendapatkan wahyu kerajaan
Mataram
 Segara Wana serta Syuh Brata yang merupakan meriam- meriam
yang diberikan oleh Belanda atas perjanjiannya dengan kerjaan
Mataram saat kepemimpinan Sultan Agung.
 Puing – puing candi Hindu dan Budha di aliran Sungai Opak serta
aliran sungai Progo
 Batu Datar yang berada di Lipura letaknya tidak jauh di barat daya
kota Yogyakarta
 Pakaian Kiai Gundil atau yang lebih dikenal dengan Kiai
Antakusuma
 Masjid Agung Negara yang dibangun pada tahun 1763 oleh PB III.
 Masjid Jami Pakuncen yang didirikan oleh sunan Amangkurat I
 Gapura Makam Kota Gede, yag merupakan perpaduan dari corak
hindu dan islam.
 Masjid yang berada di Makam Kota Gede.
 Bangsal Duda
 Rumah Kalang
 Makam dari Raja- Raja Mataram yang berlokasi di Imogiri
Kehidupan Politik Kerajaan Mataram Islam
Setelah berhasil dlm memindahkan pusat dr kerajaan Pajang menuju
Mataram, Sutawijaya kemudian dinobatkan untuk menjadi Raja
Mataram. Ia kemudian memiliki gelar sebagai Panembahan Senapati
Ing Alaga Sayidin Panatagama atau yg dikenal sebagai Panembahan
Senapati. Dia kemudian memerintah di Kerajaan Mataram yg dimulai
pd tahun 1586. Di bawah kepemimpinannya, ternyata banyak terjadi
sebuah pemberontakan yg ada di pesisir pantai utara jawa.
Terdapat beberapa daerah yg menentang upaya Senapati didlm
memperluas wilayah kekuasaannya. Hal tesebut disebabkan
Panembahan Senapati melaksanakan perluasan kekuasaannya sampai
ke Surabaya, Madiun, Pasuruan, Ponorogo, Blambangan, Panarukan,
Galuh dan Cirebon. Meskipun dgn susah payahnya, Panembahan terus
melakukan usaha dlm menundukkan bupati-bupati yg selalu berniat
untuk menentangnya. Kemudian pd tahun 1595, Daerah Galuh dan
Cirebon yg ada di Jawa Barat mampu dikalahkan oleh Kerajaan
Mataram Islam. Sehingga pd akhir dr masa kepemimpinan
Panembahan Senapati, Mataram berhasil dlm meletakkan landasan
kekuasaanya yg dimulai dr Pasuruan yg ada di Jawa Timur sampai ke
Galuh yg ada di Jawa Barat.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram Islam


Letak kerajaan mataram Islam berada dlm pedlman Jawa, pd
kehidupan perekonomian dr kerajaan Mataram Islam itu banyak
bertumpu dr adanya sektor pertanian. Adapun basis pertanian tersebut
berada di Jawa bagian tengah dgn memiliki komoditas utama yaitu
beras. Di abad ke-17, Mataram ialah pengekspor beras yg terbesar yg
ada dinusantara. Selain untuk mengandalkan sektor pertanian,
Kerajaan Mataram juga berhasil dlm menguasai bidang perdagangan
dgn memiliki komoditas yg utama palawija dan beras.
Adapun ciri kehidupan dr kerajaan Mataram islam ialah menganut
sistem feodal yg berdasar atas sistem agraris. Para bangsawan dan
pejabat diberikan imbalan berupa tanah lungguh yg dijadikan sebagai
sumber ekonomi. Untuk selanjutnya, tanah lungguh tersebut kemudian
digarap oleh para penduduk yg berniat menyerahkan sebagian dr hasil
pertaniannya untuk penguasa sebagai sebuah imbalan. Adapun ikatan
antara rakyat dan bangsawan disebut sebagai sistem patron-klien.

Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Mataram


Islam
Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama
begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu,
khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara
keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa
yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan
ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan
anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
Kehidupan Kebudayaan
Berbeda halnya dgn kerajaan Islam yg memiliki corak maritim,
Kerajaan Mataram Islam lebih pd corak agraris denga mempunyai ciri
feodal. Raja ialah pemiliki seluruh tanah yg ada di kerajaan beserta
segala isinya. Sultan juga memiliki peran dlm panatagama atau
pengatur dlm kehidupan agama Islam untuk masyarakatnya. Pd
kehidupan budaya di masa Kerajaan Mataram kemudian berkembang
sangat pesat baik dlm bidang seni sastra maupun ukir, Lukis, dan
bangunan.
Pd masa kepemimpinan Sultan Agung telah terjadi perhitungan Jawa
Hindu atau Saka menjadi penanggalan Islam atau Hijriah. Pd
perhitungan tahun Islam tersebut berdasar dr adanya peredaran bulan
dan telah dimulai sejak tahun 1633. Selain itu, Sultan Agung juga telah
menyusun karya sastra yg sangat terkenal disebut sebagai kitab sastra
Gending dan menyusun adanya kitab undang-undang baru yg telah
menjadi panduan yg berasal dr hukum Islam dgn Hukum Adat Jawa yg
dikenal sebagai Hukum Surya Alam.

Kejayaan Kerajaan Mataram Islam


Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan
Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya
mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura,
dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia
dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie )
Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang
sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua
kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh
Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik
keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa
ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung
merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah
kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena
sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang. Rasa permusuhan
Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa
Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur,
pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di
daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang
dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok

Anda mungkin juga menyukai