Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERHADAP PASIEN DENGAN HALUSINASI


DI WISMA ANTAREJA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun oleh:
IBI YULIA SETYANI
P1337420617032

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Halusinasi


Sub pokok bahasan : a. Pengertian halusinasi
b. Jenis Halusinasi
c. Penyebab Halusinasi
d. Tanda dan gejala halusinasi
e. Tahapan Halusinasi
f. Cara mengontrol halusinasi
g. Penanganan Halusinasi di rumah
Sasaran : Keluarga dan pasien yang mengalami halusinasi di Wisma Antarea
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
Hari/Tanggal : 13 Februari 2020
Waktu : 10:00 WIB , 30 menit
Tempat : Wisma Antareja RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

A. Latar Belakang
Satu dari empat orang di dunia akan terkena gangguan jiwa pada satu tahap dalam
kehidupannya, demikian laporan organisasi kesehatan dunia WHO pada tahun 2012.
Sekitar 450 juta orang kini telah menderita gangguan seperti itu, sehingga menempatkan
penyakit jiwa sebagai penyakit utama dunia. Pengobatan memang dapat dilakukan, tetapi
hampir dua pertiga dari penderita gangguan jiwa tidak pernah mencari bantuan
profesional kesehatan yang dapat menanganinya. Hal ini terjadi karena cap buruk yang
diberikan masyarakat terhadap gangguan jiwa (Suliswati, 2016).
Belum lagi deskriminasi dalam memperlakukan mereka, serta ketidakpedulian
masyarakat dalam pencegahan gangguan jiwa. Gangguan jiwa bukanlah kesalahan
seseorang. Pada kenyataanya, jika ada kesalahan, maka hal ini biasanya lebih mengarah
pada bagaimana cara kita merespon orang yang mengalami gangguan mentalnya
(Suliswati, 2016).
Paradigma baru diperlukan dalam menangani penyandang gangguan jiwa.
Diperlukan pengetahuan yang cukup bagi setiap orang yang memiliki kecenderungan
gangguan jiwa beserta keluarganya untuk mendeteksi secara dini gejala gangguan jiwa,
kekambuhan ataupun perawatannya. Peran keluarga juga merupakan pendukung yang
sangat penting untuk kesembuhan klien dengan gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa
dengan perubahan persepsi sensori : Halusinasi tidaklah sedikit di Indonesia. Banyak
yang datang ke Rumah Sakit Jiwa karena merasa adanya bisikan-bisikan, melihat,
merasakan hal-hal yang sebenarnya orang lain tidak merasakan. Dalam hal ini diperlukan
adanya suatu pendidikan kesehatan baik terhadap klien maupun keluarga untuk
mengurangi adanya gejala dari gangguan jiwa khususnya Halusinasi yang bisa dilakukan
di rumah (Townsend, 2014)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, keluarga dan klien yang berkunjung ke
Wisma Antareja RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang mampu mengenal halusinasi dan
cara mengontrolnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 30 menit diharapkan
keluarga dan klien yang berkunjung ke Wisma Antareja RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang dapat:
a) Menjelaskan pengertian halusinasi dengan kata-katanya sendiri
b) Menyebutkan jenis halusinasi
c) Menjelaskan penyebab halusinasi
d) Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
e) Menyebutkan tahap halusinasi
f) Menyebutkan cara penanganan halusinasi dirumah
g) Menyebutkan cara mengontrol halusinasi

C. Identifikasi Masalah
Klien dengan gangguan jiwa halusinasi.
D. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Klien
1. 3 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
2. 10 menit Pelaksanaan :
 Menggali pengetahuan klien  Memperhatikan
tentang halusinasi
 Menjelaskan pengertian halusinasi  Memperhatikan
 Menjelaskan tahap halusinasi  Memperhatikan
 Menjelaskan jenis-jenis halusinasi  Memperhatikan
 Menjelaskan penyebab halusinasi  Memperhatikan
 Menjelaskan tanda dan gejala
halusinasi  Memperhatikan
 Cara mengontrol halusinasi  Memperhatikan
 Menjelaskan penanganan  Memperhatikan
halusinasi di rumah
3. 15 menit Evaluasi :
 Memberikan kesempatan kepada  Bertanya
klien untuk bertanya
 Menanyakan kepada klien tentang  Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement kepada
klien jika dapat menjawab
pertanyaan
4. 2 menit Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan
peran serta klien.
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

E. Materi
( Terlampir )

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
G. Media
Leaflet

H. Evaluasi
Menanyakan kepada klien dan keluarga klien,
1. Coba jelaskan pengertian halusinasi?
2. Jelaskan secara singkat jenis-jenis halusinasi?
3. Sebutkan tahap halusinasi?
4. Sebutkan penyebab halusinasi?
5. Sebutkan tanda dan gejala halusinasi?
6. Coba sebutkan dan jelaskan cara mengontrol halusinasi?
7. Coba jelaskan cara penanganan halusinasi dirumah?
MATERI
HALUSINASI

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah tanggaan panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar (gangguan
persepsi), halusinasi dapat terjadi pada semua panca indra ( halusinasi dengar,lihat,
penciuman, perabaan dan kecap) (Direja, 2011).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012).

B. Jenis-Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8 jenis
yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat
yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak
jarang penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak
enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman.
Penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit.
6. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi rab
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan waham
kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7. Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau tungkai yang
diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
8. Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak
seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
b. Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya seperti
impian.

C. Tanda Dan Gejala Halusinasi


Menurut Budi Ana Keliat (2006) tanda dan gejala halusinasi yaitu,
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

D. Tahapan Halusinasi
Tahap I : Halusinasi bersifat menyenangkan
Tanda:
 Tersenyum dan tertawa sendiri
 Menggerakkan bibir tanpa suara
 Pergerakkan mata yang cepat
 Bicara lambat
 Diam dan pikiran dipenuhi oleh sesuatu yang menyenangkan

Tahap II : Halusinasi bersifat menjijikkan dan menakutkan


Tanda:
 Cemas
 Konsentrasi menurun
 Tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata
Tahap III : Halusinasi bersifat menakutkan
Tanda:
 Cenderung mengikuti halusinasi
 Kesulitan berhubungan dengan orang lain
 Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
 Kecemasan berat (gemetar dan berkeringat)

E. Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan
dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor. Pada
halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
1) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asyik dengan pengalaman
internalnya.
2) Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang membingungkan
( alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau seseorang ).
3) Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses masalah dan
mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.
Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri dengan
menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk mengurangi
perasaan emasnya klien menyalahkan orang lain dengan tujuan menutupi
kekurangan yang ada pada dirinya.

F. Cara Mengontrol Halusinasi


Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi, keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat
dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
yang muncul.
2. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap - cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika
pasien bercakap - cakap dengan orang lain, terjadi distraksi; fokus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan diri
melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak
akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan
halusinasi.oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam.tahapan intervensi perawat dalam
memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu :
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih.upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur
malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan terhadap prilaku
pasien yang positif.
4. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih
untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien
mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti
semula akan membutuhkan waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan
perawatagar pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien, benar
cara, benar waktu, benar dosis, dan benar kontinuitas).
G. Cara Penanganan Halusinasi di Rumah
1. Jangan biarkan pasien sendiri
2. Anjurkan pasien untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)
3. Bantu pasien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi
4. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
5. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa atau ajak
bicara
6. Kontrol keadaan klien
7. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko mencederai diri
dan orang lain.

HALUSINASI

STIKES
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2017
Phone: 555-555-5555
Fax: 555-555-5555
Email: someone@example.com
DAFTAR PUSTAKA

Ade Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama
Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta : Nuha
Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, B. A., 2006, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info
Medika.
Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai