Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

REGENERASI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii HASIL


TRANSFORMASI GEN Sitrat Sintase MENGGUNAKAN
Agrobacterium tumefaciens SECARA IN VITRO

Melni T. Lestari Tampubolon


05061281722020

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan bioteknologi dalam dasawarsa terakhir sangat pesat, suatu
kondisi yang diprediksikan John Naisbitt (futurolog terkemuka dunia) tentang abad
21 sebagai abad bioteknologi dan informasi. Wacana bioteknologi telah meluas,
tidak terbatas pada komunitas ilmiah saja, tetapi telah memasuki ranah kepedulian
publik. Keterlibatan publik dalam masalah ini wajar mengingat produk
bioteknologi konvergen dengan kepentingan esensial manusia baik sebagai
makhluk biologis maupun makhluk sosial. Terlepas dari perdebatan aspek etis dan
dampak sosialnya, bioteknologi memberikan harapan baru pada umat manusia
dalam menghadapi permasalahan global seperti kesenjangan antara ketersediaan
pangan dengan pertambahan populasi penduduk dunia, dan penurunan kualitas
lingkungan yang berimplikasi luas terhadap kualitas hidup manusia secara
keseluruhan.
Hodges dalam Saru (2004), bioteknologi adalah ilmu biologi molekuler
berikut teknik dan aplikasinya yang digunakan untuk memodifikasi, memanipulasi
atau merubah proses kehidupan normal dari organisme-organisme dan jaringan-
jaringan guna meningkatkan kinerjanya bagi keperluan manusia. Bioteknologi
memiliki kekhasan dalam hal kemungkinan transfer ciri-ciri organisme melalui
proses rekayasa biologi yang tidak mungkin terjadi secara alamiah. Aplikasi
bioteknologi untuk makanan yang lebih modern adalah Genetic Modification (GM)
yang diketahui sebagai teknik rekayasa genetik, manipulasi genetik dan teknologi
gen atau teknologi rekombinan DNA.
Pada saat ini penggunaan GMO’s atau Genetically Modified Organism telah
meluas dikarenakan adanya beberapa kelebihan yang didapatkan pada produk ini.
GMO’s yang merupakan hasil rekayasa genetika, tidak dapat disangkal mempunyai
beberapa kelebihan. Beberapa produk pertanian yang merupakan GMO’s bisa tahan
terhadap hama, tahan terhadap berbagai penyakit, penggunaan pestisida yang lebih
sedikit, mempunyai penampilan yang menarik, mempunyai nutrisi yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan produk yang asli, dan lain sebagainya. Beberapa
kelebihan dari GMO’s tersebut diklaim dapat mengatasi masalah populasi dan
pangan yang dihadapi oleh dunia.
Rekayasa genetik digambarkan sebagai ilmu dimana karakteristik suatu
organisme yang sengaja dimodifikasi dengan manipulasi materi genetik, terutama
DNA dan transformasi gen tertentu untuk menciptakan variasi yang baru. Dengan
memanipulasi DNA dan memindahkannya dari satu organisme ke organisme lain
(disebut teknik rekombinan DNA), memungkinkan untuk memasukkan sifat dari
hampir semua organisme pada tanaman, bakteri, virus atau hewan. Organisme
transgenik saat ini diproduksi secara massal, seperti enzim, antibodi monoklonal,
nutrien, hormon dan produk farmasi yaitu obat dan vaksin.
Perubahan mutu lingkungan yang ekstrim dapat menyebabkan pertumbuhan
rumput laut terganggu dan memicu serangan penyakit iceice sehingga dapat
menurunkan produksi. Penyakit ice-ice seringkali disebabkan oleh perubahan mutu
lingkungan antara lain pergantian musim, serta masuknya limbah pemukiman,
pertanian, limbah pabrik, kegiatan perikanan ke perairan sehingga mempengaruhi
kondisi ekologis perairan (Collen, 1995). Penyakit tersebut lebih mengindikasikan
stres daripada serangan patogen. Hal ini didukung dengan ditemukan fakta bahwa
penyakit iceice lebih menonjol pada lingkungan yang kualitas airnya rendah,
pergantian air sedikit, salinitas rendah dan tinggi rendahnya suhu air serta
kandungan logam berat yang tinggi di perairan (Mtolera et al., 1995). Cemaran
logam yang sering dijumpai pada sedimen dan perairan pantai antara lain Bp, Cd,
Cu, Zn, Mn, dan Al (Jickells, 1955; De Baar & La Roche, 2003, dan Rochyatun &
Rozak, 2007).
Dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan produksi rumput laut
nasional perlu dilakukan upaya-upaya dalam mengatasi permasalahan dalam
budidaya, seperti menurunnya mutu genetik rumput laut akibat permasalahan
penyakit dan lingkungan (Largo et al., 1997; Vairappan, 2006) melalui beberapa
pendekatan teknologi, antara lain rekayasa genetik melalui transformasi gen
potensial yang dapat meningkatkan ketahanan serta memperbaiki gen dari rumput
laut.
Rumput laut K. alvarezii dan Eucheuma spinosum merupakan alga yang
mampu mengabsorpsi logam (Diantariani et al., 2008), namun pada konsentrasi
tertentu jaringan rumput laut tidak mampu lagi untuk bertahan sehingga cekaman
logam berat berupa Aluminium (Al) menyebabkan perubahan struktur sel yang
meliputi reduksi jumlah butir pati dalam nukleoplas, inti sel tersegmentasi, dan
adanya kondensasi kromosom pada inti (Nagy et al., 2004), serta kerusakan pada
membran plasma. Cekaman AL menyebabkan membran plasma kehilangan
integritasnya (Yamamoto et al., 2001), yang selanjutnya dapat memicu gangguan
penyerapan hara dan air sehingga menyebabkan defisiensi unsur hara. Untuk
mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan ketahanan
rumput laut terhadap cekaman logam berat melalui peningkatan produksi asam
sitrat pada rumput laut K. alvarezii.

1.2.Tujuan
Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pengaplikasian
atau penerapan rekayasa genetik di bidang perikanan yaitu rekayasa genetik pada
rumput laut dan mengetahui cara regenerasi dan perbanyakan rumput laut hasil
transformasi gen PaCS menggunakan bakteri A. tumefaciens secara in vitro.

media ko-kultivasi padat B = media recovery; C = media seleksi mengandung


higromisin 10 mg/L; D = media regenerasi (PES cair) tanpa higromisin
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Rekayasa Genetika Secara Umum


Bioteknologi adalah bidang penerapan biosains dan teknologi yang
menyangkut penerapan praktis organisme hidup atau komponen sub-sellulernya
pada industri jasa dan manufaktur serta pengelolaan lingkungan. Atau dapat pula di
definisikan sebagai teknologi yang menggunakan sistem hayati (proses - proses
biologi) untuk mendapatkan barang dan jasa yang berguna bagi kesejahteraan
manusia. Bioteknologi memanfaatkan: bakteri, ragi, kapang, alga, sel tumbuhan
atau sel hewan yang dibiakkan sebagai konstituen berbagai proses industri (Sutarno,
2016).
Pada umumnya bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi tradisional dan
modern. Bioteknologi tradisional adalah bioteknologi yang memanfaatkan
mikrobia (organisme) untuk memodifikasi bahan dan dan lingkungan untuk
memperoleh produk optimal. Misalnya pembuatan tempe, tape, roti, pengomposan
sampah. Sedangkan bioteknologi modern dilakukan melalui pemanfaatan
ketrampilan manusia dalam melakukan manipulasi makhluk hidup agar dapat
digunakan untuk menghasilkan produk sesuai yang diinginkan manusia. Misalnya
melalui teknik rekayasa genetik. Rekayasa genetik merupakan teknik untuk
menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru yang diinginkan atau kombinasi
gen-gen baru atau dapat dikatakan sebagai manipulasi organisme (Sutarno, 2016).
Bioteknologi modern berkembang pesat setelah genetika molekuler
berkembang dengan baik. Dimulai dengan pemahaman tentang struktur DNA pada
tahun 1960an dan hingga berkembangnya berbagai teknik molekuler telah
menjadikan pemahaman tentang gen menjadi semakin baik. Gen atau yang sering
dikenal dengan istilah DNA, merupakan materi genetik yang bertanggung jawab
terhadap semua sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup. Genetika merupakan ilmu
yang mempelajari bagaimana sifat-sifat suatu makhluk hidup ini diturunkan dari
induk kepada keturunannya. Sebagian besar dari sifat yang dimiliki oleh suatu
makhluk hidup dikendalikan oleh gen-gen yang berada di dalam inti sel (nukleus),
dan pola penurunannya dipelajari dalam Genetika Mendel (Mendelian Genetics).
Prinsip dasar dari pola penurunan Mendel ini adalah bahwa suatu sifat yang
diturunkan kepada keturunannya separoh (50%) berasal dari induk jantan dan
separoh (50%) berasal dari induk betina. Namun demikian, adapula sifatsifat
makhluk hidup yang dikendalikan oleh DNA yang berada di luar Inti (mitokondria,
kloroplast), yang pola penurunannya tidak mengikuti pola Mendel, sehingga sering
disebut sebagai Genetika non-Mendel (Non-Mendelian Genetics). Pada genetika
non-Mendel, sifat yang dimiliki keturunan secara keseluruhan (100%) berasal dari
induk betina, sehingga pola penurunannya sering disebut dengan maternally
inherited. Dengan berkembangnya teknologi molekuler, maka berkembang pula
teknik-teknik untuk memanipulasi gen sehingga muncul teknik rekayaya genetic
(genetic engineering) (Sutarno, 2016).
Rekayasa genetik atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknik-teknik
eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi,
dan melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk
murninya. Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya
meliputi manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi
genetik, dan genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi, replikasi,
modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ. Sebagian
besar teknik yang dilakukan adalah memanipulasi langsung DNA dengan orientasi
pada ekspresi gen tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik
melibatkan penanda atau marker yang sering disebut sebagai Marker-Assisted
Selection (MAS) yang bertujuan meningkatkan efisiensi suatu organisme
berdasarkan informasi fenotipnya. Keunggulan rekayasa genetik adalah mampu
memindahkan materi genetik dari sumber yang sangat beragam dengan ketepatan
tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Melalui proses rekayasa
genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai organisme maupun produk yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Teknologi khusus yang digunakan dalam
rekayasa genetik meliputi teknologi DNA Rekombinan yaitu pembentukan
kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke
dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami
perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang
(Sutarno, 2016).
2.2. Prinsip Dasar Rekayasa Genetik
Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika
meliputi pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan
seleksi, screening, serta analisis rekombinan. Adapun langkah-langkah dari
rekombinasi genetik meliputi :
1. Identifikasi gen yang diharapkan;
2. Pengenalan kode DNA terhadap gen yang diharapkan;
3. Pengaturan ekpresi gen yang sudah direkayasa; dan
4. Pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya.
Memodifikasi materi genetik hewan telah banyak dilakukan dengan tujuan
memiliki berbagai macam manfaat yang bisa diambil, antara lain:
1. Bidang Sains dan Kedokteran
Hewan yang secara genetika sudah dimodifikasi atau dikenal dengan istilah
Genetically Modified Animal (GMA) seperti pada hewan uji yakni mencit
dapat digunakan untuk penelitian bagaimana fungsi yang ada pada hewan.
Disamping itu juga digunakan untuk memahami dan mengembangkan
perlakuan pada penyakit baik pada manusia mapun hewan.
2. Pengobatan Penyakit
Beberapa penelitian telah menggunakan protein pada manusia untuk
mengobati penyakit tertentu dengan cara mentransfer gen manusia ke dalam
gen hewan, misalnya domba atau sapi. Selanjutnya hewan tersebut akan
menghasilkan susu yang memiliki protein dari gen manusia yang akan
digunakan untuk penyembuhan pada manusia.
3. Modifikasi Hasil Produksi Hewan
Beberapa negara melakukan rekayasa genetik pada hewan ternak yang
diharapkan akan menghasilkan hewan ternak yang cepat pertumbuhanya, tahan
terhadap penyakit, bahkan menghasilkan protein atau susu yang sangat
bermanfaat bagi manusia.Berikut ini ada beberapa penerapan Rekayasa
Genetika pada beberapa jenis hewan.
Unsur-unsur yang esensial diperlukan dalam kloning DNA adalah:
1. Enzim retraksi (enzim pemotong DNA)
2. Kloning vektor (pembawa)
3. Enzim ligase yang berfungsi menyambung rantai DNA
Adapun proses-proses dasar dalam kloning DNA meliputi :
1. Pemotongan DNA (DNA organisme yang diteliti dan DNA vektor)
2. Penyambungan potongan-potongan (fragmen) DNA organisme dengan DNA
vektor menggunakan enzim ligase
3. Transformasi rekombinan DNA (vektor + DNA sisipan) ke dalam sel bakteri
Eschericia coli.
4. Seleksi (screening) untuk mendapatkan klon DNA yang diinginkan.

2.3. Tranformasi Genetik


Transformasi genetik adalah proses introduksi gen dari satu organisme ke
organisme lain yang memungkinkan untuk memunculkan sifat harapan tanpa
mengubah sifat lain. Metode tranformasi genetik merupakan metode alternatif
untuk menghasilkan tanaman pangan hasil rekayasa genetik yang memiliki sifat-
sifat unggul, diantaranya ketahanan terhadap herbisitas, perubahan kandungan
nutrisi, dan meningkatkan daya simpan. Transformasi genetik adalah suatu
perpindahan gen asing yang diisolasi dari tanaman, virus, bakteri, atau hewan
kedalam suatu genom baru. Pada tanaman, keberhasilan tranformasi genetik
ditunjukan oleh keberhasilan pertumbuhan tanaman baru yang normal, fertil, dan
dapat mengekspresikan gen baru hasil insersi.
Penggunaan Agrobacterium tumefaciens sebagai vektor transformasi
memiliki keunggulan karena tidak membutuhkan peralatan khusus serta efisiensi
transformasi dan salinan tunggal dari gen yang ditransformasi relatif tinggi.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Penerapan Rekayasa Genetik Pada Rumput Laut


Keanekaragaman alga laut yang tumbuh di perairan Indonesia serta alga laut
yang sudah lama dikenal sebagai komoditi ekspor merupakan pertimbangan utama
untuk melakukan penelitian dan pengembangan biota ini serta produk-produk yang
dikandungnya. Manfaat alga laut sebagian besar bukan sebagai bahan pangan
manusia, melainkan bahan baku dan bahan tambahan dalam industri makanan,
obat-obatan dan kosmetika (Soegiarto, 1984). Alga laut juga sumber golongan
senyawa eikosanoid, terpenoid dan polisakarida, dan lektin (Hori dkk., 1986).
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa alga laut merupakan salah satu
sumber lektin yang terdistribusi secara luas di alam dan diketahui sebagai protein
atau glikoprotein yang dapat mengikat sakarida secara khusus. Lektin termasuk
protein imun alami yang secara khusus berinteraksi dengan molekul gula tanpa
memodifikasi gulanya (D’adamo, 2007). Substansi ini dapat digunakan untuk
menentukan struktur gula pada permukaan sel (Menghi et al, 1986), mendeteksi
perubahan permukaan sel dalam terapi tumor (Itoh et al, 1985), serta pertahanan
terhadap mikroorganisme (Sharon and Lis, 1987 dalam Sharma and Sahni, 1993).
Beberapa pengaplikasian rekayasa genetik pada rumput laut :
3.1.1. Pemisahan Lektin dari Alga Laut (Eucheuma sp) Menggunakan Metode
SDS – PAGE.
Pemurnian lektin dengan kromatografi filtrasi gel, menghasilkan 7 puncak,
dimana dua diantaranya (puncak 2 dan 3) memiliki aktivitas aglutinasi. Lektin dari
alga laut jenis Eucheuma sp terdeteksi keberadaannya dengan Metode SDS-PAGE
memperlihatkan berat molekul (BM) ≈ 28 kDa. Berat molekul suatu senyawa dapat
menjadi patokan dalam melakukan analisis terhadap senyawa tersebut. Analisa
komposisi dan urutan asam amino dapat dilakukan sampai pada tingkat selluler
sehingga bila diperlukan maka produksi senyawa lektin ini memungkinkan untuk
dilakukan dengan metode rekayasa genetika.
3.1.2. Perbaikan kualitas genetik bibit rumput laut Kappaphycus alvarezii
melalui teknologi Fusi Protoplas
Fusi protoplasma adalah penggabungan dua sel dari jaringan yang sama atau
dua sel dari organisme yang berbeda dalam suatu medan listrik atau secara kimia.
Hal ini akan mengakibatkan kedua sel saling tarik satu sama lain dan mengalami
fusi. Penelitian protoplas pada rumput laut masih relatif baru dan telah jauh
tertinggal dibandingkan tanaman darat dan alga uniseluler (Berliner 1983 dalam
Muslim 2019). Saat ini, telah ada 15 spesies (9 genus) alga laut multiseluler yang
telah berhasil diisolasi protoplasnya (Fujita dan Migita 1985, dalam Muslim 2019).
Dari hasil kerekayasaan ini telah diketahui metode isolasi, pemurnian dan fusi
protoplas rumput laut K.alvarezii yang bersumber dari jaringan thalus. Dari tahapan
yang dilaksanakan isolasi protoplas rumput laut dihasilkan pada komposisi hormon
2% sellulase, 1% maserozim dan 10 UmL agarase dalam 0,8M mannitol. tipe hasil
fusi protoplas biasanya menghasilkan beberapa macam tipe karena sel fusan yang
dihasilkan tidak bersifat spesifik (random) sehingga tanaman yang dihasilkan
melalui fusi protoplas mengandung variabilitas genetik yang tinggi. Variasi genetik
yang tinggi dapat berasal dari regeneran protoplas hasil fusi yang hetero, homo fusi,
dan multi fusi. Gamborg et al. (1981) melaporkan bahwa PEG efektif menginduksi
terjadinya fusi dengan frekuwensi mencapai 50% lebih. Hasil fusi protoplas yang
dihasilkan juga bersifat non-spesifik dan keragaman genetik yang dihasilkan sangat
tinggi (Muslim, 2019).
3.1.3. Regenerasi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii hasil transformasi gen
sitrat sintase menggunakan agrobacteriun tumefaciens secara in vitro
Tujuan penelitian ini adalah melakukan regenerasi dan perbanyakan rumput
laut hasil transformasi gen PaCS menggunakan bakteri A. tumefaciens secara in
vitro. Hasil transformasi gen PaCS ke dalam genom K. alvarezii melalui perantara
A. tumefaciens memperlihatkan pertumbuhan yang baik pada media seleksi, media
ko-kultivasi dan media recovery pada tahapan transformasi gen pada rumput laut.
Dari thalus yang menghasilkan tunas transgenik putative pada media regenerasi,
diambil beberapa tunas untuk diisolasi DNAnya. Hasil isolasi DNA genom dari
tunas K. alvarezii transgenik putatif pada media regenerasi menunjukkan bahwa
DNA tersebut memiliki kualitas yang baik Regenerasi rumput laut hasil
transformasi gen PaCs paling baik dipelihara pada media cair yang diperkaya
dengan pupuk PES, dengan derajat keasaman pH = 6; dan photopheriod 12:12. Gen
PaCs telah berhasil diintroduksikan dan terintegrasi di dalam genom rumput laut K.
alvarezii di bawah kendali promoter 35S CaMV pada 1.300 bp dan 1.630 bp
menggunakan primer F 35s dan R PaCs.
3.1.4. Kajian Induksi Kalus Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Untuk
Produksi Embrio Somatik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat induksi didukung
oleh konsentrasi agar yang sesuai. Pada konsentrasi 0,8% dan 1,0% merupakan
konsentrasi agar media induksi yang sesuai untuk induksi kalus K. alvarezii. Hal ini
diduga disebabkan karena pada konsentrasi agar media induksi terlalu tinggi (1,5%)
menyebabkan tingkat kerapatan dan kepadatan massa media juga tinggi
mempengaruhi tingkat penyerapan nutrien sehingga secara tidak langsung
berpengaruh pada proses induksi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada
kultur lebih lanjut di media agar semi solid, ZPT tidak memberikan pengaruh antar
perlakuan terhadap penambahan massa sel embrio somatik (P>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh bukan faktor pembatas untuk
perkembangan lebih lanjut dari massa sel embrio somatik rumput laut K. alvarezii.
Hasil pengamatan di bawah mikroskop pada media cair, sel embrio somatik
terbentuk sebagai tunas baru dari permukaan sel dan memanjang ke daerah apikal
dari filamen, berasal dari sel dengan ukuran 3-5 mm selanjutnya berkembang
menjadi filamen baru sebagai bakal rumput laut muda. Tahap induksi kalus, rasio
zat pengatur tumbuh (ZPT) IAA:kinetin = 1,0:1,0 mg/L pada konsentrasi agar 0,8%
dan 1,0% menghasilkan persentase induksi kalus tertinggi (90%). Tahap regenerasi
massa sel embrio somatik pada kultur lebih lanjut di media agar semi solid, ZPT
tidak berpengaruh terhadap perkembangan massa sel embrio somatik.
Perkembangan sel-sel embrio somatik K. alvarezii, sel tunggal dengan ukuran 3-4
mm dan perkembangan filamen-filamen pada kultur cair dengan pemanjangan sel
baru ratarata 0,5 mm dalam masa kultur 1 bulan.

BAB 4
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bioteknologi adalah bidang penerapan biosains dan teknologi yang
menyangkut penerapan praktis organisme hidup atau komponen sub-
sellulernya pada industri jasa dan manufaktur serta pengelolaan lingkungan.
2. Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya
meliputi manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi
genetik, dan genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi,
replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun
organ.
3. Keunggulan rekayasa genetik adalah mampu memindahkan materi genetik dari
sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam
waktu yang lebih singkat.
4. Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika
meliputi pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan
seleksi, screening, serta analisis rekombinan.
5. Jenis rumput laut yang banyak digunakan sebagai bahan rekayasa genetik yaitu
Kappaphycus alvarezii.

4.2.Saran
Sebaiknya semakin banyak penelitian mengenai rekayasa genetik pada
rumput laut dengan menggunakan jenis rumput laut lainnya, tidk hanya
menggunakan Kappaphycus alvarezii.

DAFTAR PUSTAKA

Sutarno. 2016. Rekayasa Genetik Dan Perkembangan Bioteknologi Di Bidang


Peternakan. Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-
5742), Vol 13(1) 2016: 23-27.
Muslim, A. Bohari, Wiwien Muktin A., Sugeng H. dan Ahmad H. 2019. Perbaikan
Kualitas Genetik Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Melalui
Teknologi Fusi Protoplas. Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan
Laut Balai Perikanan Air Payau Situbondo No. 14 Tahun 2019.
Rajamuddin, M. A. L., Andi Asdar Jaya, Ridwan, dan Emma Suryati. 2010. Kajian
Induksi Kalus Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Untuk Produksi
Embrio Somatik. J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 211-219.
Parenrengi, A., Emma Suryati, Ristanti Frinra Daud, Utut Widyastuti, dan Andi
Tendriulo. 2014. Regenerasi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil
Transformasi Gen Sitrat Sintase Menggunakan Agrobacteriun
Tumefaciens Secara In Vitro. J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 2 Tahun 2014:
169-178.

Anda mungkin juga menyukai