Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“ DAMPAK KOLONIALISME DAN


IMPERIALISME DI BIDANG EKONOMI “

Disusun :
1. Achmad Danu U. (01)
2. Alifah Rahma Yunita (03)
3. Alyziah Galuh A.C.P (04)
4. Auryn Rifa Yasa (07)
5. Fadilla Anjarika K.W (13)
6. Qatrunnada Fairuz M. (21)
7. Rivo Ferdinan (25)
8. Wempy Indira L. (31)

Kelas : XI-IPS 1

SMA NEGERI 2 MEJAYAN


TAHUN PELAJARAN
2019 / 2020

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya serta
kemudahan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
maksimal. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar
Muhammad saw, hamba dan Rasul Allah, juga kepada para kerabat dan para sahabat beliau.

Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan dapat
membantu pelajar dalam memahami pelajaran sejarah yang berjudul “ Dampak Kolonialisme dan
Imperialisme di Bidang Ekonomi ”
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi pelajaran dan resensi
baru untuk kita semua sebagai pelajar. Jika ada kekurangan dalam makalah ini mohon dijadikan
maklum.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
2.1 Pengertian RT / RW..................................................................................... 2
2.2 Tugas RT / RW............................................................................................ 2
2.3 Fungsi Sekretaris.......................................................................................... 2
2.4 Fungsi Bendahara........................................................................................ 2
2.5 Fungsi seksi-seksi dalam RT / RW.............................................................. 3
2.6 Perkembangan dalam RT 38 / RW 4........................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 9
3.2 Saran………………………………………………………………………... 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mengetauhi Dampak perkembangan Kolonialisme di Indonesia pada bidang
perekonomian yang dibagi menjadi 4 bagian :
1. Masa pendudukan VOC
VOC mulai melakukan praktik Eksploitasi di Nusantara pada 1605
2. Masa pemerintahan Daendles
Beberapa kebijakan Daendles turut mempengaruhi perkembangan perekonomian di
Hindia Belanda
3. Masa pemerintahan raffles
Raffles berupaya memberikan peluang ekonomi yang didukung kepastian hukum usaha
sehingga muncul perdagangan bebas
4. Masa pemerintah colonial Belanda
Erat dengan sistem tanam paksa dan sistem ekonomi liberal

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan ekonomi di Indonesia pada masa kependudukan VOC ?
2. Bagaimana keadaan ekonomi di Indonesia pada masa pemerintahan Gubernur Jendral
Daendels ?
3. Bagaimana keadaan ekonomi di Indonesia pada masa pemerintahan Raffles?
4. Bagaimana keadaan ekonomi di Indonesia pada masa kolonial Belanda ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui keadaan ekonomi di Indonesia pada masa kependudukan VOC.
2. Untuk mengetahui keadaan ekonomi di Indonesia pada masa pemerintahan Gubernur
Jendral Daendels.
3. Untuk mengetahui keadaan ekonomi di Indonesia pada masa pemerintahan Raffles.
4. Untuk mengetahui keadaan ekonomi di Indonesia pada masa kolonial Belanda.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MASA PENDUDUKAN VOC


Praktik eksploitasi VOC terjadi di kepulauan nusantara pada 1605. Eksploitasi yang
dijalankan VOC diawali dengan upaya Aneksasi beberapa wilayah di kepulauan nusantara.
Aneksasi adalah memasukkan suatu wilayah tertentu ke unit politik yang sudah ada seperti,
negara,negara bagian,kota. Pada 1605 VOC menduduki Kepulauan Maluku setelah mengalahkan
Portugis. Selanjutnya 1619 VOC membangun pusat kekuasaan di Batavia.

Keberhasilan VOC dalam membangun kekuasaan di kepulauan nusantara diikuti berbagai


tindakan eksploitasi. Tindakan eksploitasi tersebut hanya berorientasi pada meraih keuntungan.
Pada praktiknya praktik eksploitasi yang dilakukan VOC juga disesuaikan dengan kondisi daerah
setempat. Secara umum, praktik eksploitasi yang dijalankan VOC berupa penanaman paksa,
penyerahan wajib,monopoli perdagangan dan penyewaan pajak.

Monopoli perdagangan VOC dipusatkan di Kepulauan Maluku dan Banten. Di Maluku


VOC memonopoli kegiatan perdagangan rempah-rempah. Rakyat Maluku hanya diperbolehkan
menjual rempah-rempah kepada VOC dengan harga yang sudah ditentukan.Bahwa VOC
membatasi produksi rempah-rempah supaya harga tetap tinggi. Sementara di Banten VOC
meminopoli kegiatan perdagangan lada di Lampung.

Monopoli perdagangan juga dilakukan VOC terhardap barang barang impor. Dalam hal
ini,VOC melarang masyarakat lokal membeli komoditas impor dari bangsa lain. Mereka hanya
diperbolehkan membeli barang impor yang dibawa VOC. Dampaknya, tidak ada persaingan harga
dalam masyarakat sehingga masyarakat harus membeli produk produk lokal dengan harga tinggi.

Selain monopoli ,praktik eksploitasi yang dijalankan VOC adalah penyerahan wajib dan
pemberian wajib . Praktik eksploitasi ini berkaitan erat dengan kebijakan VOC yaitu Verplichte
leverantie dan contingenten. Verplichte leventarie adalah penyerahan wajib hasil bumi dengan
harga yang ditentukan VOC. Contingenten adalah penyerahan pajak wajib berupa hasil bumi yang
langsung dibayarkan pada VOC. Kedua kebijakan ini berkaitan dengan penguasa pribumi yang
memperoleh kekuasaan dengan bantuan VOC. VOC menerima penyerahan wajib berupa
komoditas tertentu sebagai imbalan atas bantuannya kepada para penguasa pribumi. Dampaknya,
penguaa pribumi kehilangan ha katas monopoli komoditas perdagangan tertentu misal beras. Para
petani terus tertindas adanya sistem tersebut
2.2 MASA PEMERINTAHAN GUBERNUR JENDRAL
DAENDELS
Pergantian kekuasaan dari VOC menuju pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels turut memengaruhi perkembangan ekonomi. Daendels merupakan tokoh yang
revolusioner. Oleh karena itu, beberapa kebijakannya turut memengaruhi perkembangan ekonomi
masyarakat di Hindia Belanda.

Dampak ekonomi pemerintahan Daendels adalah perubahan sistem perekonomian


tradisional menjadi sistem pemerintahan modern. Dalam sistem modern, tanah milik raja berubah
status menjadi tanah milik raja berubah status menjadi tanah milik pemerintahan colonial. Selain
itu, para petani diwajibkan membayar para pajak penjualan hasil bumi kepada pemerintahan
colonial. Pajak tersebut digunakan untuk membiayai keperluan pemerintah colonial.

Selain perubahan sistem perekonomian, dampak ekonomi Daendels berkaitan dengan


pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan. Jalan raya sepanjang 1.000 km ini dibangun
dengan cara kerja rodi atau kerja paksa. Saat jalan ini dibangun rakyat mengalami kelaparan dan
penyiksaan. Meskipun demikian, Daendels berpendapat pembangunan jalan ini membawa
keuntungan ekonomis bagi daerah yang dilalui. Hal ini karena jalan pos dapat memperpendek
waktu perjalanan sehingga mempermudah akses perdagangan antardaerah.

2.3 MASA PEMERINTAHAN RAFFLES


Masa pemerintahan Raffles di Indonesia hanya berlangsung sekira lima tahun. Dalam
periode yang relatif singkat tersebut, Raffles berupaya memberikan peluang ekonomi yang di
dukung kepastian hukum usaha sehingga muncul perdagangan bebas. Oleh kaarena itu, Raflles
mencoba menerapkan sistem sewa tanah (Iandrent)

Sistem sewa tanah (Iandrent) merupakan sistem yang berhasil diterapkan inggris di india.
Dalam penerapannya di Indonesia, Raffles mengganti sistem kepemilikan tanah dari raja dan
penguasa local menjadi milik pemerintah kolonial. Artinya, pemerintah berhak menyewakan tanah
tersebut. Sistem sewa tanah yang diterapkan Raffles mendorong pemerintah kolonial menerapkan
pajak tanah. Besarnya pajak diperkirakan sama dengan nilai 2/5 dari nilai panen selama satu tahun.
Selanjutnya, hasil pajak tanah tersebut digunakan untuk mengisi kas pemerintahan kolonial.

Perubuhan sistem kepemilikan tanah turut menyebabkan terjadinya perubahan hubungan


antara raja dan rakyatnya, yaitu patron-client menjadi hubungan bersifat komersial. Adanya
perdagangan bebas juga mengubah sistem ekonomi uang di desa desa di hindia belanda (ekonomi
swadaya) menjadi sistem ekonomi komersial. Selain itu, sistem sewa tanah pada masa
pemerintahan Raffles sangat memberatkan rakyat. Untuk membayar pajak atas sewa tanah,
sebagian besar rakyat bergantung pada rentenir tionghoa. Dampaknya, rakyat terlilit utang dan
harus menyerahkan tanahnya kepada para rentenir tionghoa.

2.4 MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA


Dampak ekonomi masa pemerintahan kolonial Belanda berkaitan erta dengan sistem tanam
paksa (1830-1870) dan sistem ekonomi liberal (Open Door Policy). Sistem tanam paksa dicetuskan
oleh gubernur jendral Van Den Bosch guna menutupi kekosongan negara kas negara Belanda.
Sistem ini merupakan pengembangan sistem sewa tanah (Landrent). Adapun politik liberal
dilaksanakan sejak 1870. Dalam sistem liberal, pemerintahan kolonial Belanda membuka
kesempatan bagi pihak swasta menanamkan modalnya di Hindia Belanda.

Pelaksanaan sistem tanam paksa berdampak negatif dan positif bagi perekonomian rakyat.
Dampak negatif pelaksanaan tanam paksa adalah penderitaan rakyat Indonesia. Dampak tersebut
disebabkan adanya berbagai penyimpangan dalam pelaksaan tanam paksa. Adapun dampak positif
tanam paksa adalah pengenalan tanam paksa akan tanaman komersial. Tanaman komersial
merupakan tanaman yang laku dipasar internasional. Tanaman-tanaman tersebut antara lain kopi,
tebu, tembakau, dan indigo. Melalui kebijakan tersebut, tanaman-tanaman tersebut masih menjadi
salah satu komoditas ekspor di Indonesia hingga saat ini.

Pada 1870 sistem tanam paksa diganti dengan sistem ekonomi liberal (Open Door Policy).
Sistem ini berdampak pada peralihan kegiatan ekonomi masyarakat. Para penyewa tanah
(Pengusaha asing). Pada awalnya hanya menyewa lahan-lahan kosong. Dalam perkembangannya,
mereka menyewa tanah pertanian milik petani. Para petani yang dahulu berhak atas tanah
pertaniannya kemudian harus menyewakan tanahnya kepada pengusaha asing. Mata pencaharian
para petanipun beralih menjadi buruh.

Masa pemerintahan colonial Belanda juga menandai perluasan aktivitas ekonomi


masyarakat. Selain meraih keuntungan dari sektor penyewaan tanah kepada pihak swasta,
pemerintah colonial membangun beberapa industry seperti industry makanan, minuman, gula, dan
tembakau. Selanjutnya kegiatan ekonomi meluas ke sektor pertambangan. Kemunculan berbagai
industri dan pertambangan menyebabkan munculnya golongan majikan dan golongan buruh serta
jabatan kuli dan mandor dalam masyarakat.

Perluasan kegiatan ekonomi yang dilakukan pemerintah colonial Belanda memunculkan


sistem perbankan modern di Hindia Belanda sejak 1828. Pada 1828 pemerinta colonial Belanda
mendirikan De Javasche Bank di Batavia. Dalam perkembangannya, berdiri bank-bank lain seperti
Nedeerlands Handels Maatschappij, De Nationale Handels Bank, dan Escompto Bank. Selain itu,
berkembang bank-bank lain yang berasal dari Inggris, Australia, dan Tiongkok. Bahkan muncul
bank milik pribumi seperti bank desa dan lumbung desa.
Perkembangan sistem ekonomi uang juga memperkenalkan masyarakat Indonesia dengan
sistem permodalan. Pada periode liberal muncul praktik usaha di bidang permodalan bagi para
pengusaha. Pada 1869 Naderlandsche Handel Maatchapij (NHM) muncul sebagai “ Bank
Perkebunan” yang mebiayai 17 pabrik gula dengan wilayah perkebunanya. Sejak saat itu, berdiri
ban-bank permodolan seperti Rotterdamsche Bank dan N.I. Handels Bank.

Perluasan kegiatan ekonomi pada masa colonial Belanda juga mendorong pembangunan
jaringan transportasi. Jaringan-jaringan transportasi tersebut berupa jalur-jalur kereta apai di Pulau
Jawa dan diluar Pulau Jawa. Pembangunan jalur kereta api di Pulau Jawa misalnya jalur kereta api
menghubungkan daerah Surabaya-Solo-Yogyakarta-Priangan yang dibangun pada 1840.
Selanjutnya, dilaksankan pembangunan jalur kereta api Semarang-Cirebon pada 1895. Sementara
itu, pembangunan jalur kereta api di luar Pulau Jawa dilakukan oleh perusahaan Zuid Sumatra
Staatsramwegen. Perusahaan tersebut membangu jaringan di Lampung sepanjang 62 km dan
Palembang sepanjang 152 km yang beroperasi pada 1917. Pada 1813 pemerintah colonial juga
mebangun jalur kereta api di Sumateraa Barat dan Aceh

Selain membangun jalur-jalur kereta api, pemerintah colonial Belanda membangun


jaringan transportasi antar pulau. Pengelolaan jaringan antar pulau diserahkan kepada Koninklijke
Paketvaart Maatschapij. Jaringan transportasi antar pulau berkaitan dengan keberadaan pelabuhan.
Dengan adanya pelabuhan, kegiatan perdagangan antar pulau dan antarnegara dapat berjalan
lancar.

Perkembangan ekonomi pada masa kolonial Belanda juga didukung oleh kemajuan dalam
bidang komunikasi. Pada 1746 kantor pos pertama didirikan di Batavia. Keberadaan jarungan
kereta api dan jalan raya pos Daendels mempercepat waktu pengiriman layanan melalui pos.
sementara itu, di daerah Sumatera seperti Palembang, Pantai Timur, Sumatera, dan Aceh
pelayanan pos dilakukan menggunakan mobil. Selanjutnya, pada 1855 mulai berkembang
pelayanan telegraf. Keberadaan pos dan telegraf memudahkan penyampaian informasi dan
jaringan komunikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolonialisme dan Imperialisme barat memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap Bidang politik, Bidang ekonomi,
Bidang sosial, Bidang budaya di Indonesia.Salah satu dampak negatif dari peristiwa
tersebut adalah Adanya pengambilan hak pendudukdi Indonesia secara paksa, dan
Hilangnya harta benda dan jiwa akibat adanya paksaan untuk bekerja dan menyerahkan
harta penduduk pada saat itu.

3.2 Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia dapat menghargai jasa para pahlawan dan kita bisa
menggunakan fasilitas yang telah dibuat pada masa pemerintahan kolonial belanda dengan
sebaik mungkin dan bangsa Indonesia mengenal sistem sewa tanah yang diterapkan sampai
saat ini yaitu pajak tanah.

Anda mungkin juga menyukai