AKADEMI DESAIN GRAFIS, GALERI DAN RETAIL OUTLET SARANA EDUKASI, HIBURAN DAN
BISNIS KREATIF DI SURAKARTA
I. DESKRIPSI TUGAS SPA 4
Dalam tugas perancangan kali ini akan merancang sebuah bangunan umum yang memiliki dua atau
lebih fungsi berbeda di dalamnya (mixed use building) dengan kriteria tambahan lainnya adalah
bangunan tersebut memiliki enam sampai sepuluh lantai.
Dalam perancangan kali ini, fungsi utama bangunan disebut dengan F1 (Fungsi 1). Bangunan
pendukung disebut dengan F2 (Fungsi 2), kedudukan F2 dalam bangunan mixed use ini bukan
sebagai bangunan pelengkap saja, kedudukannya sama kuatnya dengan F1. Dengan keadaan tersebut
maka muncullah sebuah fungsi ketiga yang disebut dengan Fi (Fungsi Interaksi), yaitu fungsi yang
dapat menghubungkan F1 dengan F2.
A. F1
F1 merupakan sebuah fungsi utama dari tugas perancangan, F1 sudah ditentukan oleh Dosen mata
kuliah SPA 4. F1 dalam perancangan kali ini adalah bangunan publik yang bergerak di bidang
Pendidikan Tingkat Tinggi/ Perguruan Tinggi.
1. Deskripsi Umum Perguruan Tinggi
a. Definisi
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1 :
“yang dimaksud perguruan tinggi adalah merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi ”.
b. Tugas
Secara khusus tugas perguruan tinggi dapat kita lihat dalam PP No. 30 tahun
1990 tentang Perguruan Tinggi. Dalam ketentuan umum, Pasal 1 ayat 2 :
“Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi”.
Selanjutnya dalam mukadimah Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor
603/O/2001 dinyatakan tugas perguruan tinggi adalah :
“…… berperan aktif dalam perbaikan dan pengembangan kualitas kehidupan dan
kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pengembangan pengertian
dan kerjasama internasional untuk mencapai kedamaian dunia dan
kesejahteraan lahir batin umat manusia berkelanjutan…”.
Di situ dijelaskan bahwa selain diberi tugas untuk menyelenggarakan pendidikan
tinggi, perguruan tinggi juga mengemban tugas pengembangan dan peningkatan
sumber daya manusia, pengembangan kerjasama internasional, kedamaian dunia
dan kesejahteraan lahir batin umat manusia.
c. Fungsi
Menurut Conny R. Semiawan (1998:33) pendidikan tinggi antara lain berfungsi untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan
Menurut penjelasan mengenai jenis pendidikan tingkat tinggi di atas, akademi dinilai paling
cocok untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di akademi, mahasiswa akan memperoleh
suatu keahlian khusus dan akan sering di praktekkan melalui kerja langsung (kerja lapangan).
Hal tersebut dinilai lebih efektif, mahasiswa akan terbisa dengan dunia kerja serta dapat
bersaing di lapangan.
KOTA SOLO, akhir-akhir ini nama Kota Solo semakin ramai dibicarakan, hal tersebut
berkaitan dengan diusulkannya Kota Solo ke UNESCO sebagai Kota Kreatif. Solo di
usulkan menjadi kota kreatif yang berbasis desain. Dari adanya wacana tersebut,
pemerintah Kota Surakarta semakin giat untuk mewujudkan hal tersebut. Kota kreatif
akan benar terwujud jika kota Surakarta memiliki industri kreatif yang maju serta banyak
terdapatnya individu- individu yang kreatif juga.
Dengan keadaan tersebut maka jenis perguruan tinggi yang dipilih adalah akademi.
Pemilihan tersebut dilatar belakangi oleh penjelasan diatas bahwa sebuah akademi
hanya melayani pendidikan dengan jenjang ahli madya/ D3, dengan hal tersebut maka
akademi tersebut akan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian tertentu.
Selain itu keahlian, kekreatifitasan yang dihasilkan oleh individu tersebut harus dapat
mendorong cita- cita kota Surakarta untuk menjadi kota kreatif. Akademi Desain
Grafis, dirasa cocok untuk menjawab keinginan tersebut. Desain grafis diharapkan
mampu memperkaya jenis kreatifitas, karena desain grafis meliputi desain dengan model
2D atau 3D, atau dapat berupa kata-kata, gambar, angka, grafik, foto dan ilustrasi.
Selain hal tersebut, pemilihan Akademi Desain Grafis juga dilatar belakangi oleh jumlah
pendidikan tingkat tinggi di kota Surakarta. Jumlah pendidikan tinggi yang berbentuk
akademi berjumlah 28, namun jumlah akademi yang berbasis desian hanya terdapat
satu. Maka dari itu perancangan kali ini memilih Akademi Desain Grafis, agar
memperkaya jenis perguruan tinggi berbentuk akademi desain di Kota Surakarta.
b. Definisi Akademi Desain Grafis
Desain Grafis berasal dari 2 buah kata yaitu Desain dan Grafis, kata desain berarti proses
atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang.
Sedangkan grafis adalah titik atau garis yang berhubungan dengan cetak mencetak. Jadi
dengan demikian desain grafis adalah kombinasi kompleks antara kata-kata, gambar,
angka, grafik, foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang
individu yang bisa menggabungkan elemen-elemen ini, sehingga mereka dapat
menghasilkan sesuatu yang khusus atau sangat berguna dalam bidang gambar. Ilmu
desain grafis mencakup seni visual, tipografi, tata letak dan desain interaksi.
Akademi Desain Grafis adalah sebuah institusi pendidikan tingkat tinggi yang
memfokuskan jurusannya hanya pada jurusan desain grafis. Dibawah jurusan tersebut
terdapat beberapa program studi yang masing- masing memiliki kategori tertentu, yaitu:
1. Printing yang memuat desain buku, majalah, poster, booklet, leaflet, flyer,
pamflet, periklanan, desain grafis automotive dan publikasi lain yang sejenis.
2. Web Desain: desain untuk halaman web.
3. Film termasuk CD, DVD, CD multimedia untuk promosi.
c. Pelaku
1. Direktur Akademi
2. Sekertaris Direktur
3. Pembantu Direktur
4. Staff Pengajar/ Dosen
5. Mahasiswa
6. Staff Administrasi
7. Staff Akademis
8. Petugas Keamanan& Parkir
9. Staff Kemahasiswaan
10. Petugas Kebersihan
11. Pengelola Perpustakaan
12. Petugas Kantin
13. Petugas Laboraturium
14. Staff Percetakan
d. Aktivitas
Pada dasarnya aktivitas pelaku yang terdapat di dalam bangunan ini sama, yaitu datang-
parkir- melakukan pekerjannya- ibadah (sholat)- metabolisme- pulang.
Karena fungsi utama bangunan ini adalah sebagai kampus, maka yang menjadi perhatian
khusus adalah aktivitas peserta didiknya atau mahasiswa.
B. F2
F2 merupakan fungsi kedua dalam proyek mixed use building ini. Bangunan F2 adalah sebagai
bangunan penunjang kegiatan di F1. Keberadaannya tidak boleh menganggu atau melebihi fungsi
utama bangunan yaitu Akademi Desain Grafis. Dalam perancangan kali ini F2 direncanakan
sebagai bangunan Galeri. Galeri akan mendukung kegiatan belajar mengajar di Akademi Desain
Grafis.
Gambar 9. Gambar lorong panjang pada galeri Palacio Nacional Guatemala (kiri)
Penataan massa pada jenis modern art gallery, Galeri Nasional Indonesia (kanan)
Sumber: tripwow.tripadvisor.com, indonesiaartnews.or.id
Galeri Berdasarkan Sifat Kepemilikan
Privat art gallery merupakan
galeri yang merupakan milik
perseorangan atau sekelompok
orang, namun masyarakat dapat
mengaksesnya dengan mudah.
Pada galeri ini barang yang
dipamerkan biasanya hasil karya
pemiliknya. Galeri ini biasanya di
miliki oleh seorang seniman yang
terkenal. Contohnya adalah
Museum Affandi, Yogyakarta.
Gambar 10. Interior Museum Afandi, Yogayakarta// Sumber: www.raptim-indonesia.co.id
Galeri ini akan bebas dikunjungi oleh masyarakat dan dikelola sendiri oleh yayasan Akademi
Desain Grafis. Bentuknya akan banyak lorong di dalamnya untuk memamerkan karya seni.
Materi yang di pamerkan berupa hasil produk mahasiswa di Akademi Desain Grafis, sehingga
akan bersifat kekinian/ modern sesuai dengan perkembangan zaman. Akan banyak produk
yang bersifat kritik.
3. Deskripsi Khusus
Terdapat jenis galeri yang ada, mulai dari galeri yang menampilkan sejarah, kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya. Dalam perancangan kali ini galeri yang dipilih adalah
Galeri Desain Grafis.
a. Latar Belakang Pemilihan Galeri Desain Grafis
Pemilihan Galeri Desain Grafis dilatar belakangi oleh fungsi utama bangunan yaitu
Akademi Desain Grafis, diharapkan akan muncul timbal balik yang terjadi antara aktivitas
di kedua bangunan tersebut. Dengan keadaan tersebut diharapkan siswa lebih aktif dan
giat membuat kreatifitas untuk ditampilkan di galeri.
Selain hal tersebut, keadaan Kota Solo saat ini sudah menjadi tujuan pariwisata sehingga
perlu dibuat sebuah bangunan public yang bersifat sebagai bangunan entertain sehingga
dapat dijadikan tempat wisata untuk para pelancong. Di Kota Solo ini sudah ada
beberapa tempat wisata yang berbentuk galeri atau museum. Diantaranya adalah
Museum Radya Pustaka, Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah, Galeri Pusaka dan
Seni ''Putri Bengawan'' Semanggi dan museum yang ada di Kraton Surakarta. Jenis galeri
yang ada merupakan galeri yang konsen dalam hal budaya dan sejarah. Dengan hal
tersebut maka muncullah ide untuk membuat Galeri Desain Grafis, model galeri yang
menampilkan materi berbeda dengan galeri yang sudah ada. Hal tersebut dapat menjadi
nilai tambah tersendiri yaitu dengan memperkaya jenis materi yang ditampilkan dalam
galeri yang ada di Kota Solo. Jenis galeri ini juga masih sangat jarang ada di Indonesia.
Secara garis besar latar belakang pemilihan galeri ini adalah: pertimbangan hubungan
timbal balik dengan F1, Solo menjadi kota pariwisata membutuhkan tempat hiburan,
dan belum terdapatnya galeri desain grafis di Kota Solo.
b. Definisi Galeri Desain Grafis
Galeri Desain Grafis adalah sebuah tempat untuk memamerkan hasil kreatifitas dalam
bentuk kombinasi kompleks antara kata-kata, gambar, angka, grafik, foto dan ilustrasi
yang peuh dengan kebebasan serta terdapat pesan dalam karya tersebut. Pesan tersebut
dapat bersifat kritik atau promosi.
c. Fungsi Galeri Desain Grafis
Galeri ini berfungsi sebagai tempat untuk memamerkan hasil karya mahasiswa dan
sebagai wadah kerja lapangan, karena setiap karya mereka akan langsung dinikmati oleh
public. Sehingga mahasiswa akan tahu dengan jelas keadaan lapangan dan pasar yang
Gambar 17. Exhibition showing the work of James Joyce at Kemistry Gallery, London
Sumber: faqonespionage.wordpress.com
C. Fi
Fi merupakan bangunan yang berfungsi sebagai bangunan interaksi yang menghubungkan F1
dengan F2. Fi dapat berupa bangunan sendiri atau berupa ruangan yang terdapat pada F1 atau
F2. Dalam perancangan kali ini Fi akan direncanakan sebagai sebuah retail outlet.
1. Deskripsi Umum Retail Outlet
a. Definisi
Sebuah toko yang menjual produk barang atau jasa tertentu kepada masyarakat umum
dan dengan jumlah skala yang kecil. Bisnis dengan cara menggunakan retail outlet ini
akan memasok barang atau jasanya langsung dari produsennya, sehingg harga yang
ditawarkan akan lebih murah disbanding harga pasar pada umumnya.
b. Fungsi
Fungsi retail outlet pada proyek kaliini adalah sebagai tempat untuk memasarkan hasil
karya mahasiswa atau jasa mahasiswa untuk membuatkan sebuah pesanan yang
diinginkan oleh konsumen. Dengan adanya retail outlet ini, mahasiswa akan merasakan
kerja lapangan karena akan bertemu langsung dengan konsumen. Retail outlet juga dapat
dijadikan sebuah workshop bagi para mahasiswa.
c. Jenis
Retail store dapat dibagi jenisnya menjadi:
Food Retailer
Food retailer terbagi lagi menjadi:
Full-Line Discount Store, adalah retailer yang menyediakan berbagai jenis barang
dengan harga murah namun terbatas jumlahnya. Barang yang dijual tidak terlalu
mengikuti fashion, tidak seperti di department store.
Specialty Store, adalah toko yang fokus pada barang yang memiliki kategori
terbatas, toko ini juga menyediakan pelayanan yang sangat baik. Contoh dari
specialty store adalah Victoria‟s Secret, The Gap, Tiffany & Co. dan Mango.
Drugstores, adalah toko yang hanya berkonsentrasi pada penjualan obat dan
alat kesehatan untuk pribadi. Barang di toko obat dapat di beli dengan bebas
namun ada yang memerlukan resep dokter untuk membelinya. Contoh dari toko
ini adalah apotik, century.
Category Specialist, adalah toko yang menjual barang dengan kategori tertentu
namun sangat banyak jenisnya. Contohnya adalah Toy „R‟ Us dimana hanya
menjual mainan namun jenisnya sangat banyak sekali.
Extreme Value Retailer, adalah toko kecil yang menjual jenis barang yang
terbatas namun dengan harga murah. Contoh yang pernah ada yaitu Valu$ yang
pernah menetapkan harga di tokonya untuk semua barang hanya Rp.5000.
Off-Price Retailer, adalah toko yang menawarkan barang dengan harga murah
namun harga barang tersebut dapat berubah-ubah. Contoh dari jenis toko ini
adalah factory outlet yang sekarang menjamur di Bandung dan Jakarta.
Nonstore Retailer
Nonstore retailer adalah retailer yang tidak memiliki toko, terbagi menjadi:
Electronic Retailer, dapat disebut juga online retailer, yaitu format retail dimana
retailer berkomunikasi dengan konsumen dan menawarkan produk sampai pada
Catalog and Direct-Mail Retailer, yaitu format retail yang tidak memiliki toko,
dimana penjual berkomunikasi ke konsumen melalui catalog, surat, atau brosur.
Television Home Selling, yaitu penjualan yang dilakukan oleh retailer melalui
media televisi. Contoh yang tepat untuk retailer tipe ini adalah DRTV yang
mempromosikan produknya melalui media televisi yang dapat dipesan langsung
melalui telepon.
Tipe retail ini adalah toko yang menyediakan jasa kepada konsumen, contohnya
adalah dokter, cukur rambut, tempat les, sekolah, dan tempat fitness. Namun
bukan berarti jenis tipe retail seperti ini hanya khusus jasa saja, mereka juga
menawarkan barang juga walaupun dengan jumlah sedikit. Kita ambil contoh
seperti perusahaan penerbangan, mereka menjual jasa dalam pelayanannya agar
konsumen sampai ditujuan dengan selamat dan puas. Namun mereka juga
menjual merchandise dalam perjalanan, seperti miniatur pesawat, permainan
anak, bahkan kaos.
2. Pemilihan Jenis Retail Outlet
Jenis retail outlet yang dipilih dalam perancangan kali ini adalah Service Retailing. Dalam
service retailing ini akan ditawakan berbagai macam jasa pembuatan poster, cover buku, web
design, model furniture, atau pendesainnan cat mobil, dan lain sebagainya sesuai dengan
pemesanan konsumen yang berkaitan dengan desain grafis.
Model service retailing yang digunakan akan berbentuk stand stand sesuai dengan focus
jurusannya masing-masing. Sehingga pemesanan serta workshop setiap detail produk akan
berbeda satu dengan lainnya, namun tetap berada di satu area.
3. Deskripsi Khusus Service Retailing
Service retailing ini merupakan industri yang bergerak dibidang binis kreatif, karena industri
ini berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan
mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
F1 Fi F2
Model interaksi yang berbentuk irisan ini merupakan model interaksi yang cocok untuk F1
dan F2 yang memiliki kesamaan aktivitas dan produk, sehingga antar keduanya masih dapat
disatukan dengan Fi yang mengakomodasi kesamaan tersebut. Ineteraksi yang muncul di Fi
merupakan interaksi langsung antara F1 dengan F2.
Interaksi antara F1, F2, dan Fi tersebut karena adannya kesamaan kegiatan dan produk yang
berhubungan dengan ruangan tersebut.
b. Deskripsi Model Interaksi
Interaksi antara akademi desain garfis dengan galeri adalah terdapat kesamaan produk yang
dihasilkan di F1 dengan produk yang di display di F2, yaitu produk desain grafis. Para
mahasiswa akan membuat sebuah desain untuk tugasnya, desain itu juga yang nantinya akan
di display di galeri sehingga produk pameran di galeri akan sering berganti modelnya. Hal
tersebut akan membuat para wisatawan tidak akan merasa bosan saat memasuki galeri
karena sitiap kali mereka masuk (dalam kurun waktu yang berbeda atara 2-4 minggu) koleksi
yang mereka liat tidak akan sama dengan koleksi saat mereka pertama kali masuk galeri.
Sedangkan Fi memiliki kesamaan aktivitas dengan F1 dan F2. Kesamaan aktivitas dengan F1
yaitu aktivitas mahasiswa yang melakukan kerja praktek/ langsung. Dengan adanya Fi sebagai
service retailing outlet maka mahasiswa dapat melakukan workshop di area tersebut.
Sedangkan kesamaan produk dengan F2 adalah Fi akan menjual barang yang di display di
galeri. Sebenarnya dalam sebuah galeri konvensional ruang transaksi tersebut ada, namun
keberadaannya tidak mudah dijangkau untuk masyarakat. Ruang transaksi tersebut hanya
dapat diakses oleh orang yang berkepentigan khusus seperti kolektor barang atau seniman.
Dengan adanya service retailing outlet ini maka transaksi barang dan jasa dibuat transparan,
sehingga siapa saja dapat mengakses dan menikmati kegunaannya.
c. Konsekwensi dari interaksi langsung F1 dengan F2
Konsekweksi ini dapat bernilai posistif jika saling menguntungkan, dan negative jika diantara
keduanya dapat menimbulkan sebuah kekacauan atau kurang sinergis.
(+)
Dengan adanya model interaksi tersebut maka hubungan F1, F2 dan Fi akan dapat
memaksimalkannya dengan menghasilkan sebuah interaksi dengan tema Edukasi,
Hiburan, dan Bisnis Kreatif, yang kegiatan di dalamnya akan saling mendukung satu
Zona kampus F1 yang digunakan sebagai tempat belajar akan sedikit terganggu oleh
kegiatan di F2 atau Fi yang merupakan area hiburan umun dan area bisnis, sehingga
memerlukan sebuah penanganan membuat F1 lebih nyaman.
Salah satu cara/ stategi desain yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah
dengan membedakan pintu masuk F1, F2 dan Fi. Dengan catatan pengguna F1 tetap
mudah mengakses F2 maupun Fi, tapi dari F2 dan Fi tidak dapat masuk area F1 dengan
mudah. Serta F2 dan Fi dapat saling berhubungan dengan mudah.
Massa merupakan volume fisik atau limpahan sebuah tubuh yang padat (Ching, 2007).
Massa terbentuk sebuah kombinasi panjang, lebar dan tinggi. Bentuk arsitektural terjadi
pada titik pertemuan antara massa dan ruang. Dalam membuat dan membaca gambar
desain, harus diperhatikan baik bentuk massa yang menampung volume ruang maupun
bentuk dari volume spasial itu sendiri. Perancangan massa dapat mempengaruhi “rasa” pada
ruang. Pengolahan massa yang berbeda akan menghasilkan pengalaman visual yang berbeda
pula.
b. Latar Belakang Pemilihan Massa Sebagai Fokus
Suatu produk arsitektur yang pertama akan di lihat adalah bagaimana bentuk bangunannya,
atau dengan kata lain kulit/ eksteriornya. Dilatar belakangi oleh hal tersebutlah, maka suatu
perancangan dapat dimulai dari bentuk massa bangunannya. Di dalam gubahan massa
terdapat makna yang terkandung di dalam bangunan, selain itu melalui gubahan massa pula
sebuah pencitraan terhadap bangunan dan penghuninya akan muncul. Lalu langkah
selanjutnya adalah bagaimana usaha perancang untuk dapat menciptakan bentuk/massa
bangunan yang sesuai dengan fungsi dan pemakainya.
Perancangan yang dimulai dengan membentuk gubahan massa diharapkan akan dapat
menciptakan suatu bentuk bangunan yang tidak monoton dan spektakuler. Seperti hal yang
banyak dilakukan oleh arsitek zaman dulu yang selalu menciptakan bangunan dimulai dari
bentuk bangunan, bangunan yang dihasilkan akan terlihat sangat spektakuler. Rasanya akhir-
akhir ini sudah terlalu banyak bangunan dengan wujud yang hampir seragam sehingga tidak
muncul sebuah karakter yang dibawa oleh perancangnya. Hal tersebutlah yang melatar
belakangi perancangan di mulai dari gubahan massanya.
c. Deskripsi Massa Sebagai Fokus
Dalam pengolahan massa pada bangunan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah
bentuk site atau tapaknya. Apakah site tersebut berkontur atau tidak, jika iya maka langkah
yang harus diambil adalah penataan massa bangunan pada tapak dengan tidak banyak
menggunakan sistem cut and fill. Selain itu, perancangan dari massa juga harus
Contoh arsitek yang banyak merancang dari menentukan gubahan massanya adalah Peter
Eisenmen. Seperti salah satu karnyanya yaitu Gurdiola House yang dirancang dengan cara-
cara unik dan sederhana, sehingga dapat merubah bentuk kubus menjadi berbeda dan lebih
menarik. Selain Guardiola House, Eisenman juga merancang X- House dimulai dari gubahan
massanya. Hal tersebut berhasil membuat sebuah rumah tinggal dengan bentuk yang tidak
biasa dan menarik.
Sedangkan massa F2 dan Fi akan di buat melebar (dikembangkan secara horizontal), hal ini di
sesuaikan dengan kegiatan dalam bangunan tersebut yaitu sebagai pusat hiburan dan bisnis sehingga
di buat satu atau dua lantai saja sehingga memudahkan pengunjung yang datang.