0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan singkong sebagai bahan baku utama dalam pembuatan bioetanol melalui proses hidrolisis dan fermentasi yang dapat menghasilkan sumber energi terbarukan dan meningkatkan pendapatan petani singkong."
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Pemanfaatan Singkong Sebagai Bahan Dasar dalam Pembuatan Bioethanol
Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan singkong sebagai bahan baku utama dalam pembuatan bioetanol melalui proses hidrolisis dan fermentasi yang dapat menghasilkan sumber energi terbarukan dan meningkatkan pendapatan petani singkong."
Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan singkong sebagai bahan baku utama dalam pembuatan bioetanol melalui proses hidrolisis dan fermentasi yang dapat menghasilkan sumber energi terbarukan dan meningkatkan pendapatan petani singkong."
Pemanfaatan Singkong Sebagai Bahan Dasar dalam Pembuatan
Bioetanol
Oleh :
Dian Almaratus Sulichah
121180102
JURUSAN S1 TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi selama ini semakin terkuras, karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarukan. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Energi fosil sebagai sumber energi tidak terbarukan merupakan sumber energi utama di dunia. Permasalahan serius yang dihadapi oleh banyak negara berkembangan saat ini adalah jumlah bahan bakar fosil yang sangat terbatas sementara kebutuhan terus meningkat, sehingga terjadi krisis energi. Oleh karena itu, pada saat ini usaha mencari sumber energi alternatif semakin meningkat. Salah satu bentuk dari energi terbarukan adalah energi biomassa. Penggunaan biomassa sebagai sumber energi ini tidak akan menyebabkan terjadinya penumpukan gas CO2 karena menurut gas CO2 yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran dipakai untuk pembentukan biomassa itu sendiri. Bioetanol merupakan alternatif untuk menyelesaikan masalah ketersediaan bahan bakar yang saat ini masih tergantung pada bahan bakar minyak (BBM). Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Hampir 93% produksi bioetanol di dunia diproduksi secara fermentasi. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai kelebihan dibandingkan BBM. Dari masa ke masa penggunaan bioetanol semakin berkembang. Bahan bakar ini juga diharapkan dapat menggantikan peran bahan bakar bensin, dan dapat mengurangi terjadinya kelangkaan BBM, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dapat terpenuhi. Bahan bakar berbasis nabati juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, sehingga lebih ramah lingkungan. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta). Indonesia adalah penghasil singkong keempat di dunia. Dari luas area 1,24 juta hektar pada tahun 2005, produksi singkong di Indonesia sebesar 19,5 juta ton. Pengembangan singkong untuk diolah menjadi bahan baku bioetanol tidak terlalu sulit karena melimpahnya perkebunan singkong di Indonesia. Di Indonesia, singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional setelah beras dan jagung. Karena itu, harga singkong sangat fluktuatif dan tidak memberikan keuntungan yang memadai bagi para petani. Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong. Dengan langkah ini, harga singkong akan menjadi stabil sehingga memberikan keuntungan yang cukup bagi petani. Masalah krisis energi masa dapan yang terbaharukan pun akan terselesaikan dan membawa Indonesia menjadi negara yang mandiri energi. B. Rumusan Makalah 1. Apa itu Bioetanol dan Singkong ? 2. Mengapa digunakan Singkong dalam pembuatan Bioetanol ? 3. Bagaimana cara pembuatan Bioetanol dari singkong ? C. Tujuan 1. Mengetahui pengetahuan tentang Bioetanol dan singkong. 2. Mengetahui alasan pembuatan Bioetanol dari singkong. 3. Mengetahui cara pembuatan Bioetanol dari singkong. BAB II
PEMBAHASAN
A. Bioetanol dan Singkong
1. Bioetanol Bioethanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Ethanol atau etil alkohol (𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻) merupakan cairan yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki bau khas alkohol. Menurut Safitri (7, 2013), “Bioetanol adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat juga diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mangandung pati. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium”. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga grade sebagai berikut: Grade industri dengan kadar alkohol 90-94% Netral dengan kadar alkohol 96-99,5%, umumnya digunakan untuk minuman keras atau bahan baku obat dalam industri farmasi Grade bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5% (Prihardana, R., dkk. 2008). Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium yang nilai oktannya 88, dan pertamax yang nilai oktannya 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan. 2. Singkong Tumbuhan ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau cassava. Ubi kayu berasal dari negara amerika latin, atau tepatnya dari Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, serta China. Ketela pohon/ ubi kayu diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan (crash crop). Sebagai tanaman perdagangan, singkong menghasilkan starch, gaplek, tepung singkong, etanol, gula cair, sorbitol, MSG, tepung aromatik, dan pellet. Sebagai tanaman pangan, singkong merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Singkong merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya. Menurut Ricardo (8, 2016), “Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Memiliki nama latin Manihot utilissima merupakan umbi atauakar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengankeluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidratnamun sangat miskin protein”.
Gambar 1. Singkong
Sistematika tanaman ketela pohon / ubi kayu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot utilissima
B. Singkong Karet Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol
Di Indonesia, singkong memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain. Dengan demikian, singkong adalah jenis umbi- umbian daerah tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong di Indonesia cukup besar maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama untuk pembuatan bioetanol. Menurut Arifwan, Erwin, dan Rudi (10, 2016), “Singkong mempunyai kadar karbohidrat (pati) sebesar 98,47%. Ini merupakan angka yang potensial guna pengolahan amilum menjadi etanol. Amilum atau pati yang berbentuk polisakarida dapat dihidrolisis menjadi glukosa dalam kadar yang tinggi melalui pemanasan. Glukosa inilah yang selanjutnya difermentasi untuk menghasilkan etanol”. C. Cara Pembuatan Bioetanol dengan Bahan Baku Singkong 1. Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan ialah ubi kayu (singkong). Singkong yang telah dikupas dan dibersihkan dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik. 2. Hidrolisis Hidrolisis merupakan tahap konversi pati menjadi glukosa. Dalam tahap ini terdapat pula dua tahap, yaitu : tahap liquefaction dan tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana). a. Likuifikasi Dalam proses likuifikasi, bahan baku ubi kayu dicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati 27-30 persen. Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada bahan baku singkong dikonversi menjadi gula komplex menggunakan Enzym Alfa Amylase melalui proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90 oC (hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex (dextrin). Proses Liquifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses berubah menjadi lebih cair seperti sup. b. Sakarifikasi Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana yang dilakukan pada sebuah tabung pada rangkaian peralatan untuk produksi bioethanol. Sakarifikasi melibatkan proses sebagai berikut: Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja. Pengaturan pH optimum enzim. Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat. Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 s/d 60°C , sampai proses saccharifikasi selesai. 3. Fermentasi Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %. Tahapan selanjutnya adalah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32°C selama kurun waktu 5 hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Dengan kata lain, dari persiapan baku, liquifikasi, sakarifikasi, hingga fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan. Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol/alkohol dan 𝐶𝑂2. Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada kadar ethanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan aktifitasnya. 4. Destilasi Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir (beer) dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi bertingkat. Beer mengandung 8 – 10% alkohol. Maksud dan proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbeda nyata suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 100°C dan etanol mendidih pada sekitar 77°C. Perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan pemisahan campuran etanol air. 5. Dehidrasi Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat larut dalam bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan ethanol berkadar 99,6-99,8 % atau disebut ethanol kering. Untuk pemurnian ethanol 95 % diperlukan proses dehidrasi (distilasi absorbent) menggunakan beberapa cara,antara lain : a. Cara Kimia dengan menggunakan batu gamping b. Cara Fisika ditempuh melalui proses penyerapan menggunakan Zeolit Sintetis. Hasil dehidrasi berupa ethanol berkadar 99,6-99,8 % sehingga dapat dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE), barulah layak digunakan sebagai bahan bakar motor sesuai standar Pertamina. Alat yang digunakan pada proses pemurnian ini disebut Dehidrator. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bioethanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Ethanol atau etil alkohol (𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻) merupakan cairan yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki bau khas alkohol. Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. 2. Potensi singkong di Indonesia cukup besar maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama untuk pembuatan bioetanol, selain itu singkong juga memiliki kadar pati yang cukup tinggi. 3. Pembuatan bioetanol dengan bahan baku singkong melalui 5 tahap proses, yaitu: a. Persiapan Bahan Baku. b. Hidrolisis yang dibagi menjadi 2 tahap, likuifikasi dan sakarifikasi. c. Fermentasi d. Distilasi e. Dehidrasi DAFTAR PUSTAKA