Kajian Pustaka
A. Produktivitas Primer
Semua kehidupan secara langsung maupun tidak bergantung terhadap produktivitas
primer. Produktivitas primer adalah hasil produksi bahan-bahan organik dengan
memanfaatkan karbondioksida dari atmosfer maupun laut melalui proses fotosintesis
(sebagian kecil) melalui kemosintesis. Organisme yang bertanggung jawab atas
keberlangsungan fotosintesis yaitu autotorof, bagian terpenting dari rantai makanan
(Sukresno dan Suniada, 2008).
Produksi oksigen dapat menjadi dasar untuk pengukuran produktivitas, karena
terdapat suatu kesepadanan yang pasti antara oksigen dan pangan yang dihasilkan. Walaupun
demikian, dalam keadaan kebanyakan hewan-hewan dan bakteri, juga tumbuhan-tumbuhan
itu sendiri cepat sekali menghabiskan oksigen, dan seringkali terdapat pertukaran gas dengan
lingkungan lainnya.
Produktivitas primer atau dasar dari suatu ekosistem atau komunitas didefinisikan
sebagai laju pada masa energi pancaran disimpan oleh kegiatan fotosintesis atau
khemosintesis organisme-organisme produsen ( terutama tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam
bentuk senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan-bahan pangan.
Ada 4 macam peristiwa pembentukan:
1. Produktivitas primer kotor, yaitu laju dari fotosintesis, termasuk bahan organik yang
habis digunakan dalam respirasi selama waktu pengukuran. Hal ini disebut juga
“fotosintesis total” atau “asimilasi total”.
2. Produktivitas primer bersih adalah laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan
tumbuh-tumbuhan kelebihannya dari penggunaan respirasi oleh tumbuhan selama
jaringan tumbuh-tumbuhan kelebihannya dari penggunaan respirasi oleh tumbuhan
selama jangka waktu pengukuran. Hal ini disebut juga sebagai “apparent fotosintesis”
atau “asimilasi bersih”
3. Produktivitas komunitas bersih adalah laju penyimpanan bahan organik yang tidak
digunakan oleh heterotof (yakni produksi primer bersih dikurangi penggunaan
heterotrof) selama jangka waktu yang berangkutan, biasanya musim pertumbuhan
atau setahun.
4. Produktivitas sekuder yaitu laju penyimpanan energi pada konsumen. Karena
konsumsi menggunakan bahan-bahan pangan yang sudah dibuat, dengan kehilangan-
kehilangan di dalam respirasi yang secukupnya itu, dan mengubahnya ke dalam
jaringan-jaringan yang berlainan oleh suatu proses keseluruhan, profuktivitas
sekunder tidaklah dibagi atau dibedakan lagi menjadi jumlah “kotor” atau “bersih”.
Di dalam menilai produktivitas ekosistem adalah sangat penting untuk
memperhatikan sifat dan juga besarnya bukan hanya mengenai pengaturan energi yang
berasal dari iklim, panen, pencemaran, dan tekanan-tekanan lainnya yang mengalihkan
pengaturanvenergi menjauhi ekosistem, melainkan juga bantuan-bantuan energi yang
meningkatkan produktivitas dengan mengurangi kehilangan panas respirasi (yakni
“pemompaan keluar kekacauan”)yang digunakan untuk memelihara struktur biologi.
Dalam konsep produktivitas, dikenal istilah produktivitas primer kotor dan
produktivitas primer bersih. Produktivitas primer kotor adalah laju produksi primer zat
organik dalam jaringan tumbuhan, termasuk yang digunakan dalam respirasi sedangkan
produktivitas primer bersih adalah laju produktivitas primer zat organik setelah digunakan u
tuk respirasi (Nybakken, 1988).
Pengukuran secara langsung terdapat produktivitas primer di laut telah dimulai tahun
1952 dengan metode 14C. Metode tersebut kurang efisien mengingatkan luas wilayah perairan
dunia tidak terhingga. Adanya perhitungan produktivitas primer secara global lebih efisien
menggunakan perhitungan matematika yang secara kuantitatif menghubungkan klorofil
permukaan dan produkifitas primer (Behfereld dan Fawkolsky, 1997). Pengukuran metode
oksigen dilakukan dengan cara mengukur perubahan kandungan oksigen dalam botol terang
dan gelap yang berisi sampel air setelah disinari dalam waktu tertentu. Dalam botol terang
terjadi proses fotosinteis dan respirasi, sedangkan dalam botol gelap hanya terjadi respirasi.
Dengan asumsi bahwa respirasi dalam kedua botol tersebut sama, maka perbedaan
kandungan oksigen pada botol gelap dan terang akhir percobaan menunjukkan produktivitas
primer kotor. Perbedaan antara kandungan oksigen pada botol terang dan botol awal yang
tidak diinkubasi menunjukkan produktivitas bersih dalam suatu oksigen per satuan waktu.
Produktivitas dalam satuan karbon kemudian dapat dijabarkan dengan menggunakan faktor
konversi (Boyd, 1982).
Metode pengukuran produktivitas primer menggunakan tabung winkler gelap dan
botol winkler terang. Menurut Odum (1994) yang dimaksud dengan produktivitas primer di
dalam suatu ekosistem, komunitas, atau bagian yang manapun daripadanya adalah laju
penyimpanan energi sinar matahari oleh aktivitas fotosintetik dan kemosintetik yang
dilakukan oleh makhluk produsen (terutama makhluk tumbuhan hijau) ke bentuk bahan
organik yang dapat dipergunakan sebagai bahan pangan lebih tinggi karena adanya proses
difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi
bahan-bahan organik anorganik.
Produktivitas primer suatu ekosiste sangat penting untuk diketahui karena adanya itu,
kita dapat mengetahui oksigen terlarut suatu ekosistem, mempelajari dan mengetahui rantai
makanan (food chain), aliran karbon harian dan musiman dalam ekosistem yang merupakan
bentukan dasar piramida makanan dan dapat digunakan juga untuk memperkirakan produksi
maksimal pada tingkat trofik yang lebih tinggi.
Laju produktivitas yang tinggi pada ekosistem alami ataupun ekosistem budidaya
terjadi apabila faktor-faktor yang menunjang sesuai khususnya subsidi energi dari luar sistem
dapat memgurangi pengunaan energi untuk pemeliharaan. Subsidi energi dapat berupa hasil
kerja angin dan hujan, energi pasang surut di daerah esturi, atau bahan bakar fosil. Binatang
atau energi kerja manusia yang digunakan dalam budidaya tanaman.
Penentuan nilai DO (oksigen terlarut) botol gelap dan terang dapat digunakan untuk
menentukan nilai produktivitas primer, di dalam penentuan DO terjadi beberapa reaksi kimia,
yaitu:
MnSO4 + KOH-KI MnO2 + KSO4 + KI + H2O
Setelah terbentuk endapan MnO2 maka dengan ditambahkan H2SO4 maka ikatan
antara K dan I terlepas. Dengan K atau I sama dengan O yang terlarut pada saat I
ditambahkan dengan amilum maka akan terlihat warna biru, tetapi ketika di tambahkan
Na2S2O3 larutan tersebut menjadi bening sehingga volume Na2S2O3 yang digunakan dan
mempunyai nilai yang sama dengan oksigen terlarut. Dari hasil ini dapat dihitung: