Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam pembangunan kesehatan, Indonesia memiliki masalah kesehatan yang cukup
kompleks, dibuktikan dengan meningkatnya kasus penyakit menular, banyaknya jumlah
kematian yang terjadi, serta meningkatnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
didukung dengan perolehan Indonesia dengan peringkat 4 sedunia untuk kasus tuberculosis,
selain itu Indonesia juga memperoleh peringkat 1 untuk penularan HIV tercepat. Hal ini
merupakan masalah kesehatan yang sangat membutuhkan perhatian dan pembenahan. Namun
dalam pembenahaan pembangunan kesehatan tidaklah mudah karena dipersulit dengan adanya
keterbatasan sumber daya manusia baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas. Dengan
adanya Puskesmas sebagai upaya keperawatan kesehatan masyarakat yang terdiri dari upaya
wajib dan upaya pengembangan, diharapkan pemberian pelayanan kesehatannya dapat
mencegah dan memberantas penyakit menular melalui upaya wajibnya yaitu P2M. Pengertian
Penyakit Menular, Kejadian Luar Biasa (KLB), dan Wabah Penyakit Menular.

Di berbagai negara masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang berdampak
terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah bersama
masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan
dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam penularan dan penyebaran penyakit menular,
baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat pencemaran
lingkungan. Sehingga insidens dan prevalensi penyakit menular yang berbasis lingkungan di
Indonesia relatif masih sangat tinggi.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan


nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat berperan penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.

Halaman | 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pemberantasan penyakit menular (P2M) ?
2. Ada berapa macam penyakit-penyakit menular itu ?
3. Bagaimana cara penularan penyakit menular ?
4. Bagaimana penanggulangan KLB penyakit menular dan pencegahannya ?
5. Apa saja program pemberantasan penyakit menular (P2M) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemberantasan penyakit menular (P2M)
2. Untuk mengetahui macam penyakit-penyakit menular
3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit menular
4. Untuk mengetahui penanggulangan KLB penyakit menular dan pencegahannya
5. Unuk mengetahui program pemberantasan penyakit menular (P2M)

Halaman | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya,
yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada
pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang
disebabkan oleh adanya agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan
penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan
(potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau
lingkungan hidup.

Kejadian Luar Biasa (KLB) ialah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik
perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ ketakutan di kalangan masyarakat,
atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti
(bermakna) dari kejadian kesakitan/ kematian tersebut kepada kelompok penduduk dalam
kurun tertentu. Selain itu, KLB adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/
sekelompok masyarakat tertentu atau terjadinya peningkatan frekuensi penderita penyakit,
pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama. Termasuk dalam KLB
ialah kejadian kesakitan/ kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit baik yang
menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam yang disertai wabah penyakit.

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang
wabah penyakit yang menular).Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu
(disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan
lingkup global (pandemi).Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu
kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

Halaman | 3
B. Macam Penyakit-Penyakit Menular
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Penyakit menular potensial mewabah
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit menular berikut:
a. Diare
b. Demam berdarah dengue
c. Malaria (di daerah endemik tinggi)
d. Filaria (di daerah endemik tinggi)
2. Penyakit menular endemik tinggi
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:
a. Tuberkulosis paru
b. Lepra (Morbus Hansen)
c. Patek (Framboesia)
d. Anjing gila (Rabies)
e. Antraks
3. Penyakit menular penting lain:
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:
a. Penyakit menular seksual
1) Sifilis (Raja Singa)
2) Gonorhoe (kencing nanah)
3) HIV/ AIDS
b. Penyakit menular lain
1) Hepatitis-B
2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
C. Cara Penularan Penyakit Menular
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:
1. Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak langsung (benda-
benda bekas dipakai pasien).
2. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar.
3. Penularan melalui vector.
4. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, dan tato.

Halaman | 4
D. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Program Pencegahannya
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya:
1. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan
di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk
rujukan.
2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB,
DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.
3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan/ pemantauan
(surveinlans ketat) dan logistik.
Sedangkan untuk program pencegahan ialah mencegah agar penyakit menular tidak
menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan
kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.

E. Program Pemberantasan Penyakit Menular


1. Tujuan
Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan
akibat penyakit menular dan tidak menular.
Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam
berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia,
dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk penyakit
karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia
internasional (public health risk of international concern).
2. Sasaran
a. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98%.
b. Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar 70% dan angka keberhasilan
pengobatan TB di atas 85%.
c. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥ 2/100.000 anak usia kurang dari
15 tahun.
d. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar 80%.
e. Penderita malaria yang diobati sebesar 100%.
f. CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2%.
g. ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat pengobatan ART sebanyak 100%.

Halaman | 5
h. Tersedianya dan tersosialisasikannyakebijakan dan pedoman, serta hukum kesehatan
penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.
i. Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah secara berjenjang hingga ke desa.
3. Kebijakan Pelaksanaan:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat
rentan dan miskin hingga ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan
kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,
serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan dan
memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah
setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit
antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan sentra
rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra regional untuk
kesiapsiagaan penanggulangan KLB/ wabah dan bencana maupun kesehatan matra,
serta kemampuan untuk melakukan rapid assessement dan rapid respons.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring lintas
program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta untuk
percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui
pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan
sumberdaya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui
penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan pemberantasan

Halaman | 6
penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat
secara berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk menyiapkan, mengadakan,
dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk mendukung penyelenggaraan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit hingga ke desa.
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan cakupan,
jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus penyakit secara
berkualitas hingga ke desa.
F. PENYAKIT MENULAR POTENSI MEWABAH
1. DIARE
a) Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
(melembek sampai mencair) dan bertambahnya frekuensi lebih dari biasanya (lazimnya
tiga kali atau lebih dalam sehari).
b) Agen Penyebab
Terdapat 6 kelompok penyebab penyakit diare, yaitu sebagai berikut :
1) Akibat peradangan usus yang disebabkan oleh :
 Bakteri (Vibrio cholera, Shigella, Salmonella, E.coli, Bacilus cereus,
Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, dan Camphylobacter jejuni).
 Virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk like agent).
 Parasit :
 Protozoa :Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Balantidium coli
 Cacing perut : Ascaris, Trichuris, Strongyloides
 Jamur : Candida
2) Akibat keracunan makanan atau minuman, baik oleh bakteri maupun bahan kimia
3) Akibat kekurangan gizi, yaitu kekurangan energi protein
4) Akibat tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya intoleransi terhadap
makanan (susu).
5) Akibat imunodefisiensi
6) Oleh sebab – sebab lain
Di antara agen penyebab tersebut di atas, yang potensial mewabah ialah Kolera

Halaman | 7
c) Penyebaran
Diare banyak terdapat di negara – negara Asia, Afrika dan Amerika Latin
d) Sumber penularan (Reservoir)
Sumber penularan ialah pasien diare dan carrier diare.
e) Cara penularan
Cara penularan diare ialah melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan
tinja atau cairan muntahan pasien. Vektor (lalat) dapat pula menularkan penyakit diare.
Kuman yang terdapat pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipakai untuk memegang
makanan. Diare pada bayi dapat disebabkan puting susu ibu yang kotor.
f) Masa Inkubasi
Masa inkubasi ialah waktu antara masuknya agen ke dalam badan host sampai
timbulnya gejala awal penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit Kolera ditetapkan
menurut U.U.Karantina: 5 hari. Masa tunas penyakit diare dapat singkat (beberapa jam)
sampai beberapa hari, tergantung pada etiologinya.
g) Masa penularan
Masa penularan diare tergantung pada etiologinya. Masa penularan Kolera akan
terus berlangsung selama dalam tinja dan cairan muntahan pasien terdapat agen
penyebabnya. Masa penularan pada carrier Kolera dapat berlangsung selama 2 minggu.
h) Kekebalan dan Kerentanan
Faktor determinan untuk kekebalan dan kerentanan seseorang adalah faktor
ekonomi, keadaan gizi, umur (balita lebih rentan), budaya (perilaku), kepadatan
penduduk, ketersediaannya air jamban, dan sarana air bersih. Pasien yang baru sembuh
dari penyakit diare mempunyai kekebalan yang hanya berlangsung singkat saja,
sehingga reinfeksi mudah terjadi.
i) Tatalaksana pencegahan peristiwa diare
Pencegahan peristiwa diare dapat dilakukan dengan cara :
1) Penyuluhan kesehatan
2) Meningkatkan penggunaan air susu ibu (ASI)
3) Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI
4) Penggunaan air bersih

Halaman | 8
5) Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan
6) Penggunaan jamban yang benar
7) Pembuangan tinja bayi dan anak – anak yang benar
8) Imunisasi campak
j) Tatalaksana penderita, kontak, dan lingkungan pada peristiwa diare
Tatalaksana penderita diare di rumah :
1) Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti kuah sayur, air tajin, dan
larutan gula garam,bila ada berikan oralit.
2) Meneruskan pemberian makanan lunak yang tidak merangsang selama diare serta
makanan ekstra sesudah diare.
3) Membawa pasien diare ke sarana kesehatan, bila tidak membaik dalam 3 hari atau
ada salah satu tanda sebagai berikut :
 Buang air besar encer semakin sering dalam jumlah banyak.
 Ada muntah yang berulang.
 Rasa haus yang nyata.
 Tidak makan / minum.
 Demam yang tinggi.
 Ada darah dalam tinjanya.
Tatalaksana penderita diare di sarana kesehatan :
1) Rehidrasi oral dengan oralit
2) Memberikan cairan intravena dengan Ringer laktat untuk pasien dengan dehidrasi
berat atau tidak bisa minum
3) Penggunaan obat secara rasional
4) Nasihat tentang meneruskan pemberian makanan, rujukan dan pencegahan
Pada orang – orang yang kontak (close contact) saat waktu terjadi KLB yang
disebabkan Kolera, dapat diberikan prophilaksis dengan dosis sama dengan dosis
terapi. Pada masyarakat di lingkungan pasien perlu diberikan penyuluhan tentang diare,
terutama yang menyangkut cara – cara penularan penyakit dan cara – cara
pencegahannya.

Halaman | 9
k) Tatalaksana peristiwa KLB diare
Masa pra–KLB :
1) Meningkatkan kewaspadaan dengan surat edaran atau instruksi di setiap tingkatan
2) Intensifikasi surveilens
3) Membentuk Tim Gerak Cepat
4) Mengintensifkan penyuluhan kesehatan masyarakat
5) Meningkatkan kegiatan laboratorium
6) Perbaikan dan evaluasi sanitasi
7) Menyiapkan logistic
8) Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektoral

Masa KLB :

1) Pembentukan Pusat Rehidrasi misalnya dibalai desa, sekolahan dan sebagainya asal
bangunan tersebut tidak menjadi satu dengan bangunan keluarga. Pusat Rehidrasi
ini memberikan tatalaksana kepada pasien yang perlu dirawat serta memberikan
penyuluhan kepada keluarga pasien, mengatur logistic, mencatat kunjungan pasien
dan jumlah yang dirawat di Pusat ini.
2) Meningkatkan peran Tim Gerak Cepat, setiap saat siap bergerak ke tempat – tempat
yang terjangkit sesuai dengan data pasien dari Puskesmas atau Pusat Rehidrasi dan
data penyelidikan epidemiologi.

Masa Pasca KLB :

Setelah KLB mereda, pengamat intensif masih dilakukan selama 2 minggu berturut–
turut untuk menjaga kemungkinan timbulnya KLB susulan.
G. PENYAKIT MENULAR ENDEMIK TINGGI
1. TUBERKULOSIS PARU
a) Definisi
TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Kuman TB terutama menyerang paru-paru, tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit dll).

Halaman | 10
TB dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif/masih aktif bekerja (15 –
50 tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati, 50
% pasien TB akan menular setelah 5 tahun.
b) Tanda dan Gejala

Gejala utama TB yaitu batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Disamping gejala utama terdapat gejala lainnya seperti demam/meriang
berkepanjangan, batuk bercampur dahak, sesak nafas dan nyeri dada, berkeringat di
malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan, berat badan turun, nafsu makan
kurang dan rasa kurang enak badan.

c) Cara Penularan

TB menular melalui udara, sewaktu pasien batuk, bersih, meludah atau berbicara
kuman keluar melalui percikan dahaknya. Kuman tersebut terhirup oleh orang sekitarnya.
TB tidak menular lewat transfusi darah, air susu ibu dan alat makan dan minum yang telah
dicuci.

d) Cara Mencegah Penularan

Beberapa cara dibawah ini agar tidak menularkan TB.


1. Tutup mulut dan hidung pada saat batuk/bersin dengan sapu tangan atau tisu.
2. Tidak meludah sembarangan (ditampung dan dibuang ke lubang WC lalu disiram
sampai bersih).
3. Sementara hindarilah kontak langsung dengan anak-anak balita.
4. Segera mencuci alat makan setelah digunakan.
5. Mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir/cairan pencuci tangan berbasis
alkohol setelah menutup mulut pada saat batu/bersin.
6. Memakai masker jika bersama dengan orang lain.
e) Pencegahan
Beberapa langkah berikut agar untuk mencegah agar kita terhindar dari sakit TB :
a. Membuka jendela setiap pagi, usahakan sinar mataharimasuk ke dalam rumah.
b. Menutup mulut dan hidung jika ada orang batuk/bersin
c. Jemur dengan teratur alat-alat tidur (bantal, kasur, tikar, selimut dll)

Halaman | 11
d. Makan makanan bergizi dan seimbang.
e. Tidak merokok
f. Bila mengalami gejala TB segera periksakan dri ke Puskesmas terdekat
g. Olahraga dengan teratur.
f) Pengobatan
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak
menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan
pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.
1. Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun
uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-
) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
2. Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

 Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.


Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin
dan Kanamisin.

H. PENYAKIT MENULAR PENTING LAIN


1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a) Definisi

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran


pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah beserta adenaksanya
(Depkes RI, 1993).

Halaman | 12
ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang berlangsung
sampai 14 hari lamanya. Saluran pernafasan adalah organ yang bermula dari hidung
hingga alveoli beserta segenap adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisma ke dalam tubuh dan berkembang biak sehingga menimbulkan
penyakit (Depkes, 2000).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan
akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis
serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan
pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk
menentukan batas akut dari penyakit tersebut.
b) Masa Inkubasi dan Penularan ISPA
o Masa inkubasi
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari,
dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan
yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
berlangsungnya proses akut.
o Penularan
Pada umumnya ISPA termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan
melalui udara. Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke
udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara
terpenting masuknya kuman penyebab ISPA kedalam saluran pernapasan yaitu
bersama udara yang dihirup, disamping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu
melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan
berbicara kepada orang di sekitar penderita, trasmisi langsung dapat juga melalui
ciuman, memegang/menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan
penderita (Azwar, 1985).

Halaman | 13
c) Gejala dan Tanda ISPA
Penyakit ISPA meliputi hidung, telinga, tenggorokan (pharinx), trachea, bronchioli
dan paru. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak bermacam-macam seperti batuk,
kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga (Depkes RI, 1993).
Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
dan pilek tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak akan
menderita radang paru (pneumonia) bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik
akan menyebabkan kematian (Depkes RI, 1993).
o Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan umur 2 bulan sampai
5 tahun dan golongan umur kurang dari 2 bulan (Depkes RI, 1993)
1) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
a) Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu ada tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).
b) Pneumonia, bila disertai napas cepat, batas napas cepat adalah untuk umur 2
bulan sampai < 12 bulan sama dengan 50 kali permenit atau lebih, untuk umur
1-5 tahun sama dengan 40 kali permenit atau lebih.
c) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
2) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur kurang dari 2 bulan
a) Pneumonia berat, bila disertai tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
napas cepat. Atas napas cepat untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu 60
kali permenit atau lebih.
b) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagia bawah atau napas cepat.
o Tanda dan gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan (WHO, 2002):
1) Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk

Halaman | 14
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
waktu berbicara atau menangis).
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37⁰C.
2) Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok
umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12
bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
b) Suhu lebih dari 39⁰C (diukur dengan termometer).
c) Tenggorokan berwarna merah.
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
3) Gejala dari ISPA Berat
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a) Bibir atau kulit membiru.
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
c) Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
d) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas.
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
f) Tenggorokan berwarna merah.
e) Pengobatan ISPA
ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada
diagnostik dan pengobatannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus.
Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional dengan
mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk itu, kuman
penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat,

Halaman | 15
kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik, baru setelah itu diberikan antimikroba yang
sesuai (Halim, 2000).
Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional karena kesulitan memperoleh
material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru diketahui dalam waktu
yang lama, kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan kuman
penyebab. Maka sebaiknya pendekatan yang digunakan adalah pengobatan secara empirik
lebih dahulu, setelah diketahui kuman penyebab beserta anti mikroba yang sesuai, terapi
selanjutnya disesuaikan.
Di dalam referensi yang lain berikut ini disebutkan macm-macam pengobatan untuk
para penderita Pneumonia.
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan
sebagainya.
2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin
diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita
menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung
zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran
kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap
bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya.

Halaman | 16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang
berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host)
yang rentan. Pencegahan penyakit menular adalah upaya yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit menular yang tidak atau
menyebabkan kecacatan dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yg telah dibuktikan
efektif.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang bagaimana
pemberantasan penyakit menular dari sumber-sunber media lainnya.

Halaman | 17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/253677164/P2M-Puskesmas (diakses pada tanggal 08 Mei 2019)


https://www.academia.edu/11173871/LAPORAN_PROGRAM_P2M (diakses pada tanggal 08
Mei 2019)

Halaman | 18

Anda mungkin juga menyukai