Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI SYARIAH

REVIEW JOURNAL

Judul Sebuah kajian mengapa akuntansi syariah masih sulit tumbuh subur di
Indonesia

Jurnal Jurnal Akuntansi & Invenstasi

Download http://journal.umy.ac.id/index.php/ai/article/view/486

Volume & Vol. 13 No. 2, halaman: 161-179


Halaman

Tahun 2012

Penulis Virginia Nur Rahmanti

Reviewer Wajianto

Tanggal 25 Februari 2020

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari analisis dari pihak akademis dan
penyusunan standart atas stereotipe masyarakat yang menganggap bahwa akuntansi
syariah tidak berbeda secara substansial dengan akuntansi konvensional.

Rumusan Masalah
Apakah yang mendasari stereotipe masyarakat masih menganggap bahwa perbankan syariah
tidak berbada dengan perbankan konvensional

1
Landasan Teori
Lahirnya sistem syariah dilatarbelakangi oleh semakin berkembangnya masyarakat muslim di
Indonesia yang diiringi dengan kesadaran mereka terhadap ketidakadilan skema
perbankan konvensional. Alasan lain diungkapkan oleh Setiawan (2006) bahwa
pergeseran sistem konvensional ini disebabkan pula oleh keinginan perubahan terhadap
sistem sosiol politik dan ekonomi yang berlandaskan prinsip-prinsip Islam dan
kepribadian Islam yang lebih kuat. Keinginan umat Islam akan lahirnya bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam (bank syariah) sesungguhnya
sudah sejak lama digagas oleh para tokoh dan cendikiawan muslim Indonesia. Seiring
dengan semakin lamanya kontroversi mengenai hukum bunga bank di kalangan ulama,
gagasan-gagasan mendirikan Bank Syariah semakin sering disuarakan umat Islam di
Indonesia. Sampai pada tahun 2012 peningkatan kuantitas Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) baik yang berlevel makro maupun mikro (LKMS) tidak bisa diremehkan lagi.
Kabar baik ini diiringi oleh semangat dewan penyusun standar syariah yang mulai
menggeliat kontribusi pemikirannya, terlebih ketika kabar bahwa perbankan syariah
mampu bediri tegak di tengah pusaran badai krisis global yang terjadi pada tahun 2008
silam. Namun demikian, ternyata upaya melahirkan sebuah system baru tidak semudah
membalik telapak tangan, ternyata eksistensi LKS tidak lepas dari kritikan masyarakat.
Sebagian besar dari mereka masih menyimpulkan bahwa mekanisme perbankan syariah
tidak berbeda dengan konvensional (Zaidi, 2012; Primasari, 2010). Lebih jauh mereka
mengungkapkan bahwa ternyata LKS hanyalah institusi konvensional yang menggunakan
bahasa Arab untuk indetifikasi produk dan transaksinya.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif dengan pendekatan fenomenologi. Menurut
Mulawarman (2010) memaparkan bahwa sama halnya dengan paradigma fungsionalis,
paradigma interpretif menganut sosiologi keteraturan, tetapi menggunakan pendekatan
subjektifisme dalam analisis sosialnya, sehingga hubungan mereka dengan sosiologi
keteraturan bersifat implisit/tersirat. Lebih lanjut tentang pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini, Burrel and Morgan (1974) membagi pandangan dalam paradigma
interpretif menjadi fenomenologi transedental dan eksistensial. Fenomenologi
transendental/murni ini menghubungkan antara kesadaran dengan fenomena dunia.

Sumber & Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan secara empiris dengan memilih informan yang meliputi praktisi
(pengelola lembaga keuangan),dewan penyusun standar (DSAS) dan akademisi (dosen
dan mahasiswa). Pihak praktisi yang dipilih oleh peneliti adalah perwakilan dari beberapa
bank umum syariah yang berlevel makro dan beberapa LKMS seperti BPRS dan BMT
yang berlokasi di Malang dan Tulungagun.
Menurut (Amiruddin & Asikin : 2004) penelitian empiris adalah penelitian yang berfokus
meneliti suatu fenomena atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan
menghimpun kenyataan yang terjadi serta menggembangkan konsep yang ada. Metode
pengumpulan data dengan menggunakan analisis literatur, wawancara dan observasi.

1
Hasil & Pembahasan
Dari pihak pengelolah lembaga keuangan menyampaikan adanya Ketidaksinkronan pada
model laporan keuangan versi PSAK syariah yang telah diterbitkan oleh IAI pada tahun
2011. Ketidaksesuaian antara standar PSAK syariah dan implementasinya pada
perbankan, menjadi salah satu sasaran kritik bagi para pemikir/pengamat syariah,
khususnya PSAK nomor 100 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan serta nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Sebagai sebuah
produk dari hasil pemikiran manusia yang menginginkan kondisi yang “sempurna”,
peluang terjadinya deviasi antara standar dan praktik atas PSAK syariah tidak dapat
dihindari.
Dari pihak penyusun standar yang menilai bahwa kegagalan impelementasi PSAK syariah
karena ada 3 faktor yaitu: regulasi, pelaksana (SDM) dan msyarakat. Yang mana
ketiganya saling berkaitan terhadap berhasil atau tidaknya implementasi PSAK syariah
tersebut. Pengelola LKMS pada salah satu BMT di Malang, peneliti mencoba untuk
mengeksplorasi praktik syariah dalam lembaga tersebut. Dari paparan sang manajer,
menurut penilaian beliau praktik syariah yang selama ini dijalankan telah sesuai dengan
prinsip syariah. Demikian pula dari penilaian peneliti bahwa tidak ada permasalahan
dengan praktik syariah di dalam BMT tersebut, namun ada hal lain yang diungkapkan
beliau terkait kesulitannya dalam hal penyusunan laporan keuangan. Minimnya keahlian
(skill) yang dimiiki personil pengelola BMT tentang penyusunan laporan keuangan telah
membuat model laporan keuangan yang disusunnya tidak informatif. Dan ada juga yang
berpendapat PSAK menjadi standar yang tidak implementatif karena tidak sesuai dengan
kebutuhan LKMS yang cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan bank umum
syariah.
Dari bidang akademisi menyampaikan pula suatu hasil pengamatan berkunjung ke bank
syariah ada seorang nasabah yang ingin mengajukan pinjaman. Ternyata pihak bank
meminta si nasabah untuk menyiapkan laporan proyeksi selama 10 tahun ke depan.
Fenomena ini ditunjang dengan pengkajian sebuah artikel karangan Weil (1990) yang
mengupas habis penggunaan Time Value of Money (TVM) pada beberapa aktivitas,
seperti dana pensiun. Weil (1990) menjelaskan sebenarnya akuntansi selalu menggunakan
time value of money berkenaan penentuan waktu (timing) terhadap transaksi nilai
investasi serta kepastian penilaian yang dipengaruhi nilai uang. Dari kejadian diatas beliau
menyampaikan pula bahwa akuntansi syariah sama halnya dengan akuntansi
konvensional. Satu pernyataan beliau yang sangat menarik disampaikan, “dalam
merumuskan akuntansi syariah, seharusnya syariah yang masuk ke akuntansi, bukan
sebaliknya akuntansi yang masuk syariah”. Ketidaksyariahan akuntansi syariahkini terjadi
adalah karena akuntansi yang memasuki syariah, jadi konsep syariah “dipaksa” untuk
mengikuti akuntansi konvensional yang selama ini telah tertancap di dalam pemikiran
masyarakat luas.

1
Kesimpulan
Ternyata penilaian praktik perbankan syariah di Indonesia masih jauh dari
syariat Islam adalah benar. Benar karena telah melalui pembuktian empiris dengan observasi
ke LKS dan dari pengakuan si pelaku (pengelola perbankan syariah).
Stereotipe masyarakat yang menganggap bahwa akuntansi syariah tidak berbeda substansial
dengan akuntansi konvensional dalah benar. Terbukti dari hasil penelitian tentang kritik
terhadap PSAK syariah yang dilakukan oleh pihak akademisi baik dosen maupun
mahasiwa. Dari hasil penelitian empiris diatas, ternyata permasalahan mendasar yang
menyebabkan penyimpangan praktik syariah dari syariat Islam adalah karena faktor SDM.
Kekurangpahaman dan keengganan mereka untuk memahami syariah secara holistic
menjadikan praktik syariah dinilai sebagai hasil duplikasi dari akuntansi konvensional.
Pada akhirnya, jika kondisi seperti ini diacuhkan, maka kejayaan umat seperti yang
diharapkan dalam Islam sulit tercapai.

Kelebihan Penelitian
Secara konten keseluruhan jurnal ini sudah terlihat sangat baik dalam hal mendeskripsikan
apa yang ingin disampaikan oleh peneliti dan mudah dipahami maksud dan tujuannya
oleh pembaca.

Kelemahan Penelitian
Penulis perlu menambah literatur-literatur untuk dijadikan bahan pembanding dalam
melakukan penelitian karena dilihat dari daftar pustaka yang dicantumkan penulis terdapat
jurnal-jurnal penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding tetapi tidak dimasukan
kedalam jurnal. Dalam sebuah penelitian sumber pustaka tidak hanya bersumber dari
buku, tetapi juga bersumber dari jurnal-jurnal, internet, sumber hukum, makalah/paper,
surat kabar, majalah, dll..

Anda mungkin juga menyukai