Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

“HIDROKEL TESTIS”

Disusun Oleh:
FUZARISMA
1102014111

Pembimbing:
Kolonel (Purn) dr. H. M. Sabaroellah, Sp.B, FINACS.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RS TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


Subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul:
“HIDROKEL TESTIS”
Penulisan referat ini sebagai salah satu syarat kelulusan dalam stase ilmu bedah di
RS TK II Moh. Ridwan Meuraksa. Bahwasanya referat ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. H. M. Sabaroellah, Sp.B, FINACS selaku pembimbing referat yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan
masukan dalam penyusunan referat ini agar menjadi lebih baik dan selesai tepat
waktu.
2. Dr. Firmansyah, Sp.B, MARS selaku Ketua SMF Bedah RS TK II Moh.
Ridwan Meuraksa dan juga sebagai konsulen yang banyak mengajari saya di
stase bedah ini.
3. Dr. Abidin, Sp.OT; dr. Edli, Sp.OT; dr. Ichsan fahmi, Sp.OT; dr. Nur
Febry, Sp.BP; dr. A. Marcelino, Sp.U; dr. Karina S, Sp.U; dr. Guruh, Sp.B
selaku konsulen pembimbing kepaniteraan klinik bedah yang telah banyak
memberikan waktu untuk memberikan ilmu.
4. Dosen-dosen Fakultas Universitas Yarsi yang telah memberikan saya bekal
ilmu untuk meraih gelar dokter.
5. Keluarga tercinta, ayahanda Nana Ibnu H, Ibunda Nunung Nurfalah,
Kakak-kakakku Agung Lasmana dan Siti Nur Hasanah, serta Adikku
Maqdis Muhammad yang telah memberikan bimbingan, menemani,
memberikan do’a, dan dukungan dalam penyelesaian referat ini.

ii
6. Kepada teman-teman kelompok stase bedah yang telah memberikan
semangat.
7. Seluruh perawat dan staf RS TK II Moh. Ridwan Meuraksa.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa referat ini tidak terlepas dari kekurangan serta
membutuhkan penyempurnaan. Segala bentuk kritik dan saran yang membangun
akan diterima dengan senang hati agar referat ini dapat memberikan kontribusi yang
lebih baik lagi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga referat ini dapat
memberikan manfaat dan dipergunakan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak. Akhir
kata dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah meridhoi kita semua,
Amin.

Jakarta, Desember 2019

Penulis
Fuzarisma

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Fuzarisma

NPM : 1102014111

Asal Insitusi : Universitas YARSI

Stase : Ilmu Bedah

Periode : 11 November 2019 – 18 Januari 2020

REFERAT DENGAN JUDUL

“HIDROKEL TESTIS”

Penyusun Pembimbing

Fuzarisma Kolonel (Purn) dr. H. M. Sabaroellah,


(1102014111) Sp.B, FINACS.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3


2.1. Anatomi Testis......................................................................................... 3
2.2. Hidrocele ................................................................................................. 4
2.2.1. Definisi ............................................................................................ 4
2.2.2. Epidemiologi ................................................................................... 5
2.2.3. Etiologi ............................................................................................ 5
2.2.4. Patofisiologi ..................................................................................... 7
2.2.5. Gambaran Klinis .............................................................................. 9
2.2.6. Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 11
2.2.7. Pemeriksaan penunjang ................................................................. 12
2.2.8. Diferential Diagnosis ..................................................................... 13
2.2.9. Terapi ............................................................................................. 15
2.2.10. Prognosis ....................................................................................... 19

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21

v
BAB I
PENDAHULUAN

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis,


yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya
karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan
penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.
Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan
terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.1
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang
sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang
membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi
hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu ,
testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada
kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada
skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau
orchitis (radang testis).1,2
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus
cahaya) pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel,
testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis
sehingga tunika vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan
epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar.
Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.1,3
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau
tumor testis. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan
hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di
dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada
transiluminasi. 2

1
Jarang sekali ditemukan benjolan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan
tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila
demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit
dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau
indirek yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama
salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit
sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong” hernia ini tidak
dapat dimasuki usus atau omentum.2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Testis


Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada
orang dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua
buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis.
Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis
dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk
mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel
Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel
spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma,
sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli
seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis
setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu
setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen.
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.

3
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel.

Gambar 1. Anatomi normal testis

2.2. Hidrocele
2.2.1. Definisi

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di


antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan
normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di
sekitarnya.

4
2.2.2. Epidemiologi

Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran


hidup dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di
sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral.
Insidensi PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada
neonates, 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi
premature dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram dibandingkan
dengan bayi aterm.

2.2.3. Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran
cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu
tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi
aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan
terjadinya yaitu:
A. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum
peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan
membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi

5
karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam
tunika akan diabsorpsi.
B. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat
dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran
keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis.
Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik.
Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya
produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam
jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.

Berdasarkan kejadian:
A. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri.
Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan
sel polimorf.
B. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara
perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat,
jarang menyebabkan nyeri.

Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan


beberapa macam hidrokel, yaitu
A. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak
dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.
B. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial
dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap
sepanjang hari.

6
C. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen

2.2.4. Patofisiologi

Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir)


ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan
tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga
terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan
menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik
disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus vaginalis terobliterasi di atas
testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum, dan processus
vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum. Area seperti
kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak
masuk ke dalam scrotum.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi
dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini,
telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah
penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-
menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan
pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di
dalam rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke
dalam scrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk
seperti kantung, yang dikenal sebagai processus vaginalis. Setelah testis
turun, procesus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa
lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap sebagai tunika yang

7
melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region
inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ
viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat
masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis
tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei
(PPPVP).

Gambar 2. Patogenesis Hidrokel

Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan,
dinamakan sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan
dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya,
dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang kegagalan
penutupan processus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi terdapat pada
jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum normal. Jumlah otot
polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi processus
vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada

8
kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus
berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya
peningkatan tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal dapat menghambat atau
menunda proses penutupan processus vaginalis. Keadaan tersebut antara lain
batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan yang membuat bayi sering
mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di
atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat
sebagai hidrokel maupun hernia.

Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel

2.2.5. Gambaran Klinis

Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.


Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum
dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan
adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang
sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus
dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel
terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1)

9
hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan
dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar 4. Hidrokel komunikans (pada anak)

Gambar 5. Hidrokel non-komunikans (pada dewasa)

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis


sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari.

10
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu
terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya
tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah
yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong
hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

2.2.6. Pemeriksaan Fisik

Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada


posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila
terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan
kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk
meningkatkan tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat
dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi,
dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam)
atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan
memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam
tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya
menyingkirkan hernia.

11
Gambar 6. Tes Transiluminasi

2.2.7. Pemeriksaan penunjang

A. Transiluminasi

Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya


menemukan massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap,
sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur
vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat
ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah
menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel .

B. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati


skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan
(hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya
tumor.

12
2.2.8. Diferential Diagnosis

Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang


hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh
karena itu diagnosis banding hidrokel adalah :
A. Hernia scrotalis:
Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan
pada daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia
bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat
berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel
memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil
tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan
dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi
komplikasi yang dapat terjadi.
B. Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan
aliran darah balik vena spermatika interna.
Anamnesa :
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa
tahun menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis

Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver


valsava)
1. Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di
dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis,
permukaan testis licin, konsistensi elastis.
2. Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada
hidrokel tidak hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu
yang lama.

13
C. Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi
gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya
gangguan aliran darah dari pada testis.
Anamnesa :
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. yeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
Testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus
spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena
lebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang
sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus
Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah
hilangnya reflex kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan
menggores atau mencubit paha bagian medial, menyebabkan
kontraksi musculus cremaster yang akan mengangkat testis. Refleks
kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah atas minimal
0.5 cm.
Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-
3 mm di ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang
dikenal dengan “blue dot sign”.
Prehn’s sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan
pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis,
merupakan operasi CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.
D. Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului
oleh trauma.
Gambaran klinik : benjolan pada testis

14
Pemeriksaan Fisik :
Masa kistik
Transiluminasi
E. Tumor testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.
Anamnesa :
Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
Terasa berat pada kantong skrotum
Pemeriksaan fisik :
Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.

2.2.9. Terapi

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1


tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan
sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar
perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada neonates
akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran.
Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1
tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada
hidrokel pada bayi.

Indikasi operasi perbaikan hidrokel:


1. Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
2. Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
3. Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh
darah
4. Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)

15
Gambar 7. Hidrokel testis

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena


seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat
operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis
dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan
marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lord’s procedure)
digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini
mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong
hidrokel dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan
pengurangan kejadian rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya
hematom. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in
toto.
Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel
Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat. Terapi yang diberikan
antara lain:
1. Analgetik

Bayi – Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; paracetamol 15 mg/kg setiap 6-


8 jam; hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko apneu
Anak yang lebih besar – Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein)
setiap 6-8 jam.

16
2. Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda)
harus dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar
dari scrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan
mengakibatkan cryptorchidism sekunder.
3. Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4
- 6 minggu.
4. Karena kebanyakan operasi hidrokel dilakukan pada dasar pasien rawat
jalan (outpatient), pasien dapat kembali ke sekolah segera setelah tingkat
kenyamanan memungkinkan (biasanya 1 - 3 hari post-operasi).

Teknik Operasi Hidrokel (High Ligation)


a. Memeriksa anak untuk mengkonfirmasi adanya testis.
b. Membuat incisi inguinal kecil
c. Masuk ke canalis inguinalis dan diseksi PV, yang merupakan kantung
hidrokel, harus bebas dari vas deferens dan pembuluh darah.
d. Keluarkan isi kantung hidrokel (cairan) ke dalam abdomen
e. Ligasi kantung pada atau di atas annulus inguinalis interna
f. Inspeksi annulus inguinalis interna untuk memastikan seluruh isi kantung
telah dikeluarkan seluruhnya.
g. Jahit lapisan fascia dan kulit.
h. Incisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 2-4cm, ke arah lateral
dari titik tepat di atas spina pubic.
i. Fascia superfisialis telah diincisi. Musculus obliqus externus terlihat.
j. Musculus obliqus externus telah diincisi, tampak kantung hidrokel dan
cord.
k. Fascia oblique externus dijepit, memperlihatkan musculus cremaster dan
fascia spermaticus interna melapisi kantung dan cord.
l. Kantung yang melalui canalis inguinalis dan annulus inguinalis externa
dipisahkan dari cord di bawahnya. Ujung distal telah dibuka sebagian.
m. Ujung proximal akan dilakukan high ligation pada leher kantung.

17
n. Ujung proximal kantung diangkat. Retroperitoneal fat pad yang selalu
ada dan merupakan indikasi titik untuk high ligation. Jahitan dilakukan
pada leher kantung. Setelah dijahit, jahitan kedua dilakukan pada distal
dari jahitan pertama untuk memastikan ligasi yang permanen.
o. Musculus oblique externus dijahit.
p. Menjahit jaringan subcuticular.

18
Komplikasi operasi
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi.

Penyulit
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma
dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke
testis sehingga menimbulkan atrofi testis.

2.2.10. Prognosis

Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%.

19
BAB III
KESIMPULAN

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara


lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Hidrokel yang terjadi
pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan
prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis
atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.
Gambaran klinis pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang
tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum
dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan
adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat
tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu
dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya
tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Jika dibiarkan,
hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa
menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi
testis.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,
1997
James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p
118-129
Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-
Hill Companies. New York. p 245-259
Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book Medical
Publishers, Inc. USA. p. 580-582
Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States
America : McGraw Hill, 2005.826-42.
http://www.medindia.net/patients/patientinfo/hydrocele-adult-
surgery.htm#ixzz12zjIvvR5
http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview

21

Anda mungkin juga menyukai