Referat Hidrokel
Referat Hidrokel
“HIDROKEL TESTIS”
Disusun Oleh:
FUZARISMA
1102014111
Pembimbing:
Kolonel (Purn) dr. H. M. Sabaroellah, Sp.B, FINACS.
ii
6. Kepada teman-teman kelompok stase bedah yang telah memberikan
semangat.
7. Seluruh perawat dan staf RS TK II Moh. Ridwan Meuraksa.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa referat ini tidak terlepas dari kekurangan serta
membutuhkan penyempurnaan. Segala bentuk kritik dan saran yang membangun
akan diterima dengan senang hati agar referat ini dapat memberikan kontribusi yang
lebih baik lagi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga referat ini dapat
memberikan manfaat dan dipergunakan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak. Akhir
kata dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah meridhoi kita semua,
Amin.
Penulis
Fuzarisma
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Fuzarisma
NPM : 1102014111
“HIDROKEL TESTIS”
Penyusun Pembimbing
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Jarang sekali ditemukan benjolan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan
tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila
demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit
dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau
indirek yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama
salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit
sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong” hernia ini tidak
dapat dimasuki usus atau omentum.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel.
2.2. Hidrocele
2.2.1. Definisi
4
2.2.2. Epidemiologi
2.2.3. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran
cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu
tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi
aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan
terjadinya yaitu:
A. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum
peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan
membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi
5
karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam
tunika akan diabsorpsi.
B. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat
dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran
keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis.
Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik.
Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya
produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam
jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
A. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri.
Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan
sel polimorf.
B. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara
perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat,
jarang menyebabkan nyeri.
6
C. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen
2.2.4. Patofisiologi
7
melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region
inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ
viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat
masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis
tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei
(PPPVP).
Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan,
dinamakan sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan
dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya,
dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang kegagalan
penutupan processus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi terdapat pada
jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum normal. Jumlah otot
polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi processus
vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada
8
kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus
berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya
peningkatan tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal dapat menghambat atau
menunda proses penutupan processus vaginalis. Keadaan tersebut antara lain
batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan yang membuat bayi sering
mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di
atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat
sebagai hidrokel maupun hernia.
9
hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan
dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.
10
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu
terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya
tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah
yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong
hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
11
Gambar 6. Tes Transiluminasi
A. Transiluminasi
B. Ultrasonografi
12
2.2.8. Diferential Diagnosis
13
C. Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi
gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya
gangguan aliran darah dari pada testis.
Anamnesa :
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. yeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
Testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus
spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena
lebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang
sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus
Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah
hilangnya reflex kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan
menggores atau mencubit paha bagian medial, menyebabkan
kontraksi musculus cremaster yang akan mengangkat testis. Refleks
kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah atas minimal
0.5 cm.
Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-
3 mm di ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang
dikenal dengan “blue dot sign”.
Prehn’s sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan
pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis,
merupakan operasi CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.
D. Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului
oleh trauma.
Gambaran klinik : benjolan pada testis
14
Pemeriksaan Fisik :
Masa kistik
Transiluminasi
E. Tumor testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.
Anamnesa :
Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
Terasa berat pada kantong skrotum
Pemeriksaan fisik :
Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.
2.2.9. Terapi
15
Gambar 7. Hidrokel testis
16
2. Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda)
harus dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar
dari scrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan
mengakibatkan cryptorchidism sekunder.
3. Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4
- 6 minggu.
4. Karena kebanyakan operasi hidrokel dilakukan pada dasar pasien rawat
jalan (outpatient), pasien dapat kembali ke sekolah segera setelah tingkat
kenyamanan memungkinkan (biasanya 1 - 3 hari post-operasi).
17
n. Ujung proximal kantung diangkat. Retroperitoneal fat pad yang selalu
ada dan merupakan indikasi titik untuk high ligation. Jahitan dilakukan
pada leher kantung. Setelah dijahit, jahitan kedua dilakukan pada distal
dari jahitan pertama untuk memastikan ligasi yang permanen.
o. Musculus oblique externus dijahit.
p. Menjahit jaringan subcuticular.
18
Komplikasi operasi
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi.
Penyulit
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma
dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke
testis sehingga menimbulkan atrofi testis.
2.2.10. Prognosis
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,
1997
James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p
118-129
Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-
Hill Companies. New York. p 245-259
Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book Medical
Publishers, Inc. USA. p. 580-582
Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States
America : McGraw Hill, 2005.826-42.
http://www.medindia.net/patients/patientinfo/hydrocele-adult-
surgery.htm#ixzz12zjIvvR5
http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview
21