Translate Penyembuhan Luka Dan Penanganan Luka
Translate Penyembuhan Luka Dan Penanganan Luka
Jennifer G. Powers, MD,a Catherine Higham, MD,b Karen Broussard, MD,c and
Tania J. Phillips, MDd,e Durham, North Carolina; Nashville, Tennessee; and Boston
and Chestnut Hill, Massachusetts
PENGANTAR
Di Amerika Serikat, luka kronis mengenai lebih dari 6 juta orang, dengan
peningkatan jumlah yang semakin bertambah diakibatkan adanya peningkatan populasi
lansia dan tingginya prevalensi pasien diabetes mellitus. Sebuah analisis yang
dilakukan pada tahun 2004 menemukan bahwa luka kronis adalah penyebab
pengeluaran biaya medis yang terbesar dibandingkan dari penyakit kulit yang lain,
dimana luka kronis menelan biaya hingga 9,7 miliar USD di Amerika Serikat dalam
rentang waktu 1 tahun saja. Luka kronis dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang
seperti halnya pada penyakit gagal ginjal ataupun penyakit jantung. Angka kematian
untuk pasien luka kronis pada saat ini bahkan nyaris bersanding dengan angka kematian
pasien kanker
Penanganan terhadap luka merupakan salah satu praktik medis yang telah
dilakukan sejak jaman dahulu dan termasuk tindakan kedokteran yang paling mendasar
dan penting. Sebagai contoh, dari kisah papyrus di Mesir hingga kisah medan perang
Krimea, selalu ditemukan laporan mengenai perawatan luka mulai dari pencegahan
infeksi hingga membalut perban dengan pembalut buatan sendiri yang ditambahkan
madu, minyak, dan serat tanaman. Saat ini, literatur mengenai permasalahan
manajemen luka seperti ini dan praktik medis yang ada telah jauh lebih maju.
Setelah penyakit yang mendasari luka kronis tersebut telah diatasi (lihat bagian
1 artikel pendidikan medis dan Tabel I), maka manajemen terhadap luka kronis adalah
bagian penting yang tidak boleh terlewat. Luka kronis cenderung selalu mengalami
fase inflamasi yang menghambat penyembuhan lukannya. Untuk mengoptimalkan
penyembuhan luka, maka luka harus bersih, dengan dasar granulasi yang sehat, dan
bebas dari infeksi. Penutupan luka pun harus dipilih untuk menjaga luka tetap lembab
tetapi tidak terlalu basah ataupun terlalu kering. Jika luka gagal sembuh setelah
melakukan hal hal tersebut, maka tindakan yang lebih kompleks mungkin dapat
dipertimbangkan. Kelompok konsensus perawatan luka Jaringan pada tahun 2002
mengemukakan bahwa hal hal penting yang menjadi penghambat penyembuhan luka
adalah jaringan (Tissue), infeksi (Infection), ketidakseimbangan kadar kelembaban
(Moisture Imbalance), dan pelebaran tepi luka (Edge advancement) atau disingkat
sebagai TIME. Kami menganjurkan pedoman TIME berikut ini untuk pengobatan luka
kronis.
JARINGAN
Poin-poin penting
Pengangkatan jaringan yang telah rusak merupakan hal yang sangat
penting agar penyembuhan luka dapat terjadi.
Debridemen, yaitu suatu tindakan untuk mengangkat jaringan yang
rusak, dapat dicapai dengan menggunakan teknik bedah, mekanis,
autolitik, enzimatis, dan biologis.
Debridemen
Debridemen atau pengangkatan jaringan luka yang telah mati dinilai sangat
penting untuk mempersiapkan dasar luka yang baik (Tabel II). Jaringan nekrotik yang
ditemukan pada luka kronis dapat mengganggu proses penyembuhan dan menghambat
migrasi keratinosit menuju kebagian atas luka. Debridemen dapat dilakukan dengan
menggunakan metode bedah, autolitik, enzimatis, biologis, hingga mekanis. Sebuah
penelitian pada tahun 2013 yang meninjau berbagai jenis luka kronis, menemukan
bahwa tindakan debridemen bedah dinilai mampu membantu proses penyembuhan
luka.
INFEKSI
Poin-poin penting
Pada luka kronis, bakteri dapat menginvasi luka dan membentuk kolonisasi tanpa
harus mengganggu proses penyembuhan. Ketika jumlah kolonisasi bakteri meningkat
drastis, maka proses penyembuhan luka dapat mengalami gangguan (infeksi luka
lokal). Infeksi dapat menyebar ke jaringan di sekitarnya, dan mengakibatkan infeksi
yang lebih dalam, serta dapat berkembang menjadi infeksi sistemik (Gbr 1). Tanda
telah terjadi infeksi dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti gangguan
penyembuhan luka, peningkatan eksudat, keluarnya bau busuk, batas luka yang
semakin membesar, jaringan yang mudah hancur, peningkatan ukuran luka,
peningkatan rasa sakit, dan adanya daerah luka baru yang mudah mengelupas (Tabel
III). Untuk manajemen terhadap infeksi luka lokal dapat dengan agen pembersih dan
antimikroba topikal yang mampu meningkatkan penyembuhan luka. Untuk infeksi
yang dalam atau sistemik, maka diperlukan manajemen tatalaksana sistemik.
Pembersihan Luka
Luka dapat dibersihkan dengan larutan salin normal atau air mengalir. Deterjen,
hidrogen peroksida, dan larutan povidone-iodine pekat harus dihindari karena dapat
mengakibatkan timbulnya kerusakan jaringan serta keracunan. Membersihan luka
dengan menggunakan larutan cuka encer 0,5% asam asetat dapat memiliki efek
antimikroba yang signifikan, terutama pada luka kronis yang rentan terhadap infeksi
Pseudomonas aeruginosa (Gambar 2). Salah satu penelitian menemukan bahwa
merendam luka selama 10 menit dengan asam asetat 0,5% memiliki efek bakterisida
terhadap isolate bakteri Gram-positif dan negatif. Untuk melakukan teknik Ini harus
dikerjakan dalam waktu yang singkat sampai luka menjadi bersih.
Gambar 2. Persiapan pembuatan larutan cuka encer (larutan asam asetat 0,5%).
Obat Antimikroba
Gel metronidazole topikal dinilai efektif mengurangi bau menyengat pada ulkus
yang telah mengalami infeksi parah maupun pada daerah luka yang rentan terhadap
pertumbuhan anaerob sebagaimana yang telah dilaporkan dalam 3 uji coba terkontrol
terandomisasi.
Madu manuka medis dari Selandia Baru dan Australia dinilai memiliki aktivitas
antibakteri peroksida dan nonperoksida yang dapat menghambat pertumbuhan lebih
dari 50 spesies bakteri. Madu manuka tersedia baik sebagai sediaan topikal ataupun
perban yang mengandung madu (MediHoney; Derma Sciences, Princeton, NJ).
Berdasarkan tinjauan dari Cochrane mengenai penggunaan perban lapis madu baru-
baru ini yang membahas penyembuhan luka bakar parsial yang mengalami infeksi yang
lebih cepat dibandingkan dengan perawatan luka bakar secara konvensional dan luka
pasca operasi, akan tetapi kualitas bukti dari data tersebut rendah.
Obat obatan antibiotik topikal dapat mengurangi infeksi luka superfisial, akan
tetapi antibiotik sistemik harus digunakan pada pasien yang telah mengalami infeksi
yang dalam maupun infeksi sistemik.
Poin-poin penting
5 tipe dasar MRD adalah film, busa, hidrokoloid, alginat, dan hidrogel (Tabel
IV). Film adalah lembaran tipis poliuretan transparan elastis yang melekat pada kulit
dengan lapisan akrilik dan bersifat permeable terhadap gas. Film adalah perban luka
pilihan untuk lokasi donor cangkok kulit sebagian (split-thickness skin grafts) dan juga
dapat digunakan untuk kondisi luka bedah akut. Busa adalah perban dua lapis yang
terdiri dari lembaran busa poliuretan hidrofobik dengan permukaan hidrofilik untuk
mencegah kebocoran dan kontaminasi bakteri. Hal Ini dapat memberikan lapisan
pelindung di atas tonjolan tulang dan cocok untuk luka ringan sampai sedang. Untuk
mengangkat perban jenis busa harus direndam dengan larutan saline jika luka tidak
terlalu eksudatif.
Hidrokoloid adalah perban lembut yang terdiri dari lapisan perekat yang
mengandung karboksimetilselulosa, pektin, dan gelatin yang melekat pada lapisan film
atau busa poliuretan. Eksudat luka yang berinteraksi dengan hidrokoloid kemudian
membentuk gel kuning, yang selanjutnya menimbulkan proses debridemen autolitik.
Perban jenis ini sangat mudah diterima oleh pasien dan cukup nyaman untuk digunakan
serta membantu penyembuhan luka dengan jumlah eksudat yang ringan. Karena perban
jenis ini tahan air, maka dapat digunakan pada saat mandi ataupun berenang tetapi
harus digunakan secara hati hati karena dapat menimbulkan maserasi disekitar tepi
perbannya. Dalam beberapa meta-analisis, luka yang diobati dengan pembalut
hidrokoloid menunjukkan peningkatan penyembuhan luka yang signifikan secara
statistik dibandingkan dengan penggunaan kasa steril. Perban hidrokoloid harus
diterapkan tepi yang lebar untuk menghindari bergeser dari posisinya, dan juga setelah
ditempatkan dengan aman, dapat dibiarkan selama 2 hingga 4 hari. Untuk menghindari
maserasi, dapat digunakan lapisan petroleum jelly atau pasta seng oksida di sekitar tepi
luka.
Alginat adalah pembalut dengan daya serap tinggi yang terdiri dari polisakarida
mirip selulosa yang berasal dari ganggang atau rumput laut. Mereka dapat mengganti
kalsium dengan natrium untuk menyerap cairan dan juga memiliki sifat hemostatik.
Alginat ini adalah lembaran berbulu yang kering dan mampu menjadi lembab karena
menyerap cairan di sekitar luka. Alginat sangat ideal untuk luka yang sangat eksudatif
dan tidak boleh digunakan untuk luka kering atau luka dengan cairan eksudat yang
minimal.
Hidrogel terdiri jaringan polimer hidrofilik yang mengandung 96% air. Mereka
tersedia dalam bentuk gel cair yang dapat disemprotkan ke luka, serta sebagai lembaran
yang dapat ditempelkan pada permukaan luka. Hidrogel paling cocok untuk luka kering
serta luka nekrotik. Mereka bisa menjadi dingin dan memberikan efek sejuk bagi
pasien, terutama pada luka luka yang menimbulkan rasa nyeri.
Penempatan perban.
Beberapa perban dapat langsung melekat ke area luka, seperti perban jenis
hidrokoloid dan film; sedangkan perban yang lain membutuhkan perban kedua untuk
mempertahankannya. Pada yang jenis kedua ini, untuk mempertahankannya dapat
dilakukan dengan cara membungkus kasa diikuti dengan bungkus kompresi elastis,
seperti perban ACE atau Coban (3M, Minneapolis, MN). Jika diinginkan lebih banyak
kompresi, dapat digunakan kompresi Unna boot ataupun kompresi berlapis (Gbr 3).
Kompresi Unna boot dilapisi dengan seng oksida sehingga menjadi kain kasa yang
dapat diposisikan dengan lutut dilipat dan dibungkus dengan erat, dengan tumpang
tindih setiap lapisan kurang lebih sebesar 50% dengan setiap belokan, untuk membuat
bungkus kompresi yang halus dan kencang yang berakhir tepat di bawah lutut.
Gambar 4. Terapi tekanan negatif pada luka akut. (Atas ijin Mary Gloeckner, RN.)
Penutupan luka dengan bantuan vakum, atau terapi tekanan negatif, telah
banyak digunakan dalam manajemen luka kronis, termasuk ulkus ulkus diabetikum,
ulkus dekubitus, dan pada luka akut, seperti luka trauma, luka bedah, flap serta cangkok
kulit (Gbr 4). Mekanisme kerja dari tindakan ini tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
penciptaan lingkungan yang lembab, pengurangan edema, pengurangan ukuran luka,
stimulasi angiogenesis, dan pembentukan jaringan granulasi semuanya dikaitkan
dengan terapi tekanan negatif. Salah satu percobaan acak prospektif tidak menemukan
perbedaan dalam total jumlah bakteri pada luka yang diobati dan ditutup dengan
bantuan vakum tekanan negatif dibandingkan dengan perawatan dengan kain kasa
lembab secara konvensional; Akan tetapi, luka yang dirawat dengan vakum memiliki
pengurangan yang signifikan pada luas permukaan luka dan peningkatan laju
penyembuhan luka. Sebuah tinjauan dari Cochrane menunjukkan bahwa terapi tekanan
negatif dapat membantu penutupan luka pada pasien dengan ulkus diabetikum paska
operasi dibandingkan dengan perban lembab; luka paska bedah lainnya mungkin juga
mendapat manfaat dari terapi tekanan negatif, akan tetapi tidak ada data yang cukup
untuk mendukung mengenai hal tersebut.
TEPI LUKA
Poin-poin penting
Memperbaiki tepi luka jenis apa pun membutuhkan penanganan dari berbagai
faktor, tidak hanya lokal tetapi juga sistemik. Reepitalisasi memerlukan tempat luka
yang tervaskularisasi dengan baik, oksigen dan nutrisi yang cukup, kontrol penyakit
sistemik, seperti diabetes mellitus, dan pengobatan terhadap penyakit yang
mendasarinya, seperti insufisiensi vena kronis ataupun penyakit arteri. Berbagai alat
mulai dari perban biologis hingga ruang oksigen hiperbarik dan penatalaksanaan
penyakit kronis harus dipertimbangkan pada pasien ini.