Anda di halaman 1dari 19

ASBABUN NUZUL (SEBAB-SEBAB TURUNNYA AL-QUR’AN)

Dosen Pengampu:

M. Khaerul Muttaqin, SE, Sy, M.E

Disusun oleh Kelompok 6:

Rido Alardo (2018570002)

Leni Kartika Ningsih (2018570023)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul: ”Asbab al-Nuzul”. Salawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-
sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas kekompakan kelompok 6 dan saran dari teman-teman maka disusunlah
Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran dan semoga segala
yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi
para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini
disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang
membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Ulumul Quran, M. Khaerul Muttaqin, SE,Sy,
M.E
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan
saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-
langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Jakarta, 30 September 2019

Penyusun

I
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. I
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I ..................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................ iii
A. Latar Belakang .............................................................................................. iii
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... iii
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... iv
BAB II .................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .................................................................................................... 1
A. Pengertian Asbabun Nuzul ............................................................................. 1
B. Macam-macam Asbabun Nuzul ..................................................................... 3
C. Ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul ............................................................. 6
D. Kegunaan Ilmu Asbabun Nuzul ..................................................................... 8
E. Arti penting Asbabun Nuzul untuk memahami Al-Quran .............................. 9
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum,
karena ia tidak pernah dikormulasikan tetapi diwahyukan secara berangsur-
amgsur kepada Nabi Muhammad Saw sesuai dengan situasi yang
menuntutnya. Al-Qur’an sendiri sangat menyadari kenyataan ini sebagai suatu
yang akan menimbulkan keusilan dikalangan pembantahnya, seperti yang
diyakini sampai sekarang, pewahyuan al-Qur’an secara total dan secara
sekaligus itu tidak mungkin karena al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk
bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan yang ada.Untuk memahami pesan dari al-Qur’an sebagai suatu
kesatuan adalah dengan mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya.
Latar belakang yang paling dekat adalah kegiatan Nabi yang berlangsung
selama dua puluh tiga tahun dibawah bimbingan al-Qur’an, jadi kita harus
benar-benar memahami pesan al-Qur’an sebagai suatu keutuhan serta
memahami bahasanya dan historisnya.

Dari sedikit paparan tentang al-Qur’an diatas, sehingga kita dapat


menyadari betapa penting al-Qur’an bagi umat muslim, jadi al-Qur’an bukan
saja cuma di baca dan di pahami maknanya, tetapi kita juga harus mengetahui
penyebab mengapa ayat-ayat dalm al-Qur’an diturunkan oleh Allah atau
sering disebut Asbabun Nuzul. Untuk dari itu agar kita lebih memahami
tentang Asbabun Nuzul akan diperjelas pada halaman selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asbabun Nuzul ?
2. Apa macam-macam Asbabun Nuzul
3. Bagaimana ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul?
4. Apa kegunaan Ilmu Asbabun Nuzul ?

iii
5. Apa arti penting Asbabun Nuzul untuk memahami Al-Quran ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti dari Asbabun Nuzul.
2. Untuk mengetehaui macam-macam Asbabun Nuzul.
3. Untuk mengetahui ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul.
4. Untuk mengetahui kegunaan Ilmu Asbabun Nuzul.
5. Untuk mengetahui arti penting Asbabun Nuzul.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan
“nuzul”. Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar
belakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatar
belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, namaun dalam
pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti
halnya asbab al-wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab
terjadinya hadist. 1

Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat


diartikan sebagai sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-
Quran kepada Nabi Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang
membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban.

Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’,


diantaranya :

1. Menurut Az-Zarqani :
“Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubunganya dengan turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada
saat peristiwa itu terjadi.”
2. Ash-Shabuni :
“Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunya satu atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau
kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. 2
3. Shubhi Shalih :

1 Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka setia,Bandung:2000, hlm 60.


2 Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka setia,Bandung:2000, hlm 60.

1
ُ‫ض ِمنَةً لَه‬ َ َ‫سبَ ِب ِه ُمت‬ َ ‫ماَنُ ِزلَ ِةاألَيَةُ ا َ ِو ااْلَياَتُ ِب‬
‫ع انهُ أَ او ُم ِب اينَةً ِل ِح َك ِم ِه زَ َمنَ ُو ُك او ِع ِه‬
َ ً‫ا َ او ُم ِج ايبَة‬

Artinya:
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat. Al-qur’an (ayat-ayat)terkadang menyiratkan
peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap
hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”

4. Mana’ al-Qhathan :

‫ال‬
ٍ ‫س َؤ‬ َ ‫آن ِبشَأ ا ِن ِه َو اق‬
ُ ‫ت ُوقُ او ِع ِه َكحا َ ِدثَ ٍة ا َ او‬ ٌ ‫ماَنُ ِز َل قُ ار‬

Artinya :
“Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya
Al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.”

5. Al-Wakidy
Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun
“sebelumnya” itu masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan
surat Al-Fiil. 3

3 Didin saefuddin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an, Granaada Pustaka,


Bogor:2005, hlm. 33.

2
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-
qur’an itu sangat beragam, di antaranya berupa:konflik sosial seperti
ketegangan yang terjadi amtara suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan
besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami sholat dalam
keadaan mabuk: dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah
seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah
lewat, sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul
atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para uulama’.
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki
Asbabun Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatar
belakanginya (Ibtida’), dan adapula ayat Al-Qur’an itu diturunkan dengan
dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan
tetapi, ada yang menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada
masa turunnya Al-Qur’an merupakan latar belakang makro Al-Qur’an;
sementara riwayat-riwayat Asbabun Nuzul merupakan latar belakang
mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Qur’an
memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

B. Macam-macam Asbabun Nuzul


1. Banyaknya nuzul dengan satu sebab
Terkadang banyak ayat turun, sedangkan sebabnya hanya satu.
Dalam hal ini tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu
banyak ayat yang turun didalam berbagai surat berkenaan dengan satu
peristiwa. Contohnya ialah apa yang di riwayatkan oleh Said bin Mansur,
‘Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibn jarir, Ibnul Munzir, Ibn Abi Hatim, tabrani,
dan Hakim yang mengatakan shahih, dari Ummu salamah, ia berkata :
“Rasullullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan
sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah menurunkan : maka tuhan mereka

3
memperkenankan permohonanya (dengan firman) : “sesungguhny aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu,
baik laki-laki ataupun perempuan : (karena) sebagian kamu adalah
turunan dari sebagian yang lain... (Ali ‘Imran [3]:195).
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir,
Tabarani, dan Ibn Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ;
“Aku telah bertanya : Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan dalam
al-qur’an seperti kaum laki-laki ? maka suatu harti aku dikejutkan oleh
suara Rasulullah diatasa mimbar. Ia membacakan : Sesungguhnya laki-laki
dan perempuan Muslim.. sampai akhir ayat 35 Surat al-Ahzab [33].”
Diriwayatkan pula oleh Hakim dari Ummu Salamah yang
mengatakan : “kaum laki-laki berperang sedang kaum perempuan tidak.
Disamping itu kami hhanya memperoleh warisan setengah bagian? Maka
Allah menurunkan ayat : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan terhadap apa yang dikaruniakan sebagian dari kamu lebih
banyak dari sebagian yang usahakan, dan bagi para wanitapun ada bagian
dari apa yang mereka usahan pula.. (an-Nisa’ [4]:32) dan ayat :
sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim..” ketiga ayat tersebut
turun ketika satu sebab.
2. Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab
Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil
Al Qattan mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan
dengan sebab nuzul yang dinamakan “penurunan ayat lebih dahulu
daripada hukum (maksud)nya.” Contoh yang diberikan dalam hal ini
tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun mengenai hukum tertentu,
kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal tersebut
menunjukan bahwa ayat itu diturunkan dengan lafadz mujmal (global),
yang mengandung arti lebih dari satu, kemudian penafsiranya
dihubungkan dengan salah satu arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi
mengacu pada hukum yang datang kemudian. Misalnya firman Allah :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan

4
beriman) [87]:14). Ayat tertsebutdijadikan dalil untuk zakat fitrah.
Diriwayatkan oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa
ayat itu turun berkenaan dengan zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah),
kemudian dengan isnad yang marfu’ Baihaqi meriwayatkan pula
keterangan yang sama. Sebagian dari mereka barkata : aku tidak mengerti
maksud pentakwilan yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang di
Makkah belum ada Idul fitri dan zakat.” 4
Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh
saja mendahului hukumnya, seperti firman Allah : aku benar-benar
bersumpah dengan kota ini, dan kaum (Muhammad) bertempat di kota ini
(al-Balad [90]:1-2). Surah ini Makki, dan bertempatnya di Makkah,
sehingga Rasulullah berkata : “Aku mnenempati pada siang hari).”
3. Beberapa ayat turun mengenai satu orang
Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu
kali, dan al-qur’an pun turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu,
banyak ayat yang turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak
ayat yang turun mengenai nya sesuai dengan banyaknya peristiwa yang
terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti
kepada kedua orang tua. Dari sa’d bin Abi Waqqas yang mengatakan :
“ada empat ayat al-qur’an turun berkenaan denganku. Pertama, ketika
ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan minum sebelum aku
mwninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan : dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamumengikutio keduanya
dan pergauilah keduanya didunia dengan baik (luqman[31]:15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya,
maka aku berkata kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku
pedang ini”. Maka turunlah : mereka bertanya kepadamu tenytang
pembagiuan harta rampasan perang (al-anfal [8]:1).

4 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:2001,
hlm.134

5
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku
kemudian aku bertanya kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan
hartaku, bolehkah aku mewasiatkan separuhnya?” rasulullah diam. maka
wasiat dengan sepertiga harta itu dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr)
bersama kaum Ansor, seorang dari mereka memukul hidungku dengan
tulang rahang unta. Lalu aku datang kepada Rasulullah , maka Allah ‘Azza
Wajalla menurunkan larangan minumkhamr.”

C. Ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul


Peristiwa atau pertanyaan yang disebut sebagai asbabun-nuzul itu
terjadinya pada masa Rasulullah, atau lebih khusus lagi, pada masa turunnya
ayat-ayat Al-quran. Dengan demikian asbabun-nuzul hanya dapat diketahui
melalui penuturan para sahabat Nabi yang secara langsung menyaksikan
terjadinya peristiwa atau munculnya pertanyaan sebab nuzul. Hal ini berarti,
bahwa Asbabun-Nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan oleh para
sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan
yang berbeda antara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan
ungkapan tersebut tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki
implikasi pada status sebab nuzulnya.

Ungkapan-ungkapan yang digunakan para sahabat untuk menunjukkan


sebab turunnya al Qur’an tidak selamanya sama.

Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk yaitu sebagai berikut :

1. Sabab al-Nuzul disebutkan dengan ungkapan yang jelas, seperti :

‫ا‬ َ‫زو ِل ه ِذ ِه اْ ال يَ ِة َكذ‬


ْ ُ‫ب ن‬
ُ َ ‫سب‬
َ
(Sebab turun ayat ini demikian). Dan tidak mengandung kemungkinan
makna lain.

6
2. Sabab al-nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan

mendatangkan lafal ‫ ف‬setelah pemaparan suatu peristiwa atau


kejadian yang menunjukkan peristiwa itu adalah sebab bagi turunnya
ayat tersebut.
3. Sabab al-Nuzul dapat dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya,
seperti sebab turunnya ayat tentang ruh yang diriwayatkan dari Ibn
Mas’ud
4. Sabab al-Nuzul mengandung makna sebab dan makna lainnya, yaitu
tentang hukum kasus atau persoalan yang sedang dihadapi. Menurut
al-Zarqani, satu-satunya jalan untuk menentukan salah satu dari dua
makna yang terkandung dalam ungkapan itu adalah konteks
pembicaraannya. Al-Zarqani menjelaskan bahwa jika ditemukan dua
ungkapan tentang persoalan yang sama, salah satu daripadanya secara
nash menunjukkan sebab turunnya suatu ayat atau sekelompok ayat,
sedang lainnya tidak demikian, maka diambil ungkapan yang pertama
dan yang lainnya dianggap penjelasan bagi hukum yang terkandung
dalam ayat tersebut. Misalnya riwayat al-Bukhari dari Ibn Umar. Ibn
Umar berkata : ”Masalah mendatangi (menggauli) perempuan-
perempuan pada dubur mereka”.
Yang mempunyai otoritas untuk mengungkapkan Asbab Nuzul ayat-
ayat Al-Quran adalah para sahabat Nabi, karena merekalah yang
menyaksikan turunnya ayat-ayat Al-Quran tersebut. Dengan demikian,
pelacakan Asbab Nuzul harus diakukan dengan mencari dan mempelajari
perkataan-perkataan sahabat yang mengungkapkan proses turunnya ayat-
ayat Al-Quran itu, atau riwayat-riwayat yang bermuara minimal para
sahabat. Kalau perkataan sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang
perkataan atau perbuatan Rasulullah yang berhubungan dengan turunnya
ayat-ayat Al-Quran, maka kedudukannya menjadi hadis marfu, dan sangat
berpeluang untuk memperoleh kualitas hadis sahih. Tetapi, kalau
perkataan mereka itu, tidak menyinggung sedikitpun tentang Rasulullah,

7
maka hadisnya menjadi mauquf. Oleh sebab itu, wajar kalau para sarjana
ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan bahwa hadis-hadis tentang
Asbab Nuzul itu, pada umumnya lemah karena tidak sampai pada
Rasulullah.

D. Kegunaan Ilmu Asbabun Nuzul


Pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbabun Nuzul adalah
untuk memahami ayat Al-Qur’an, baik dalam mengistimbath hukum atau
dalam beristidlal, atau sekedar memahami maksud ayat. Tidak mungkin
memahami kandungan makna suatu ayat tanpa mengetahui sebab turunnya
ayat tersebut. 5
Al Wahidi menjelaskan: “tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat
tanpa mengetahui dan penjelasan sebab turunnya.” Ibn Daqiqil ‘Id
berpendapat, “Keternagan sebab nuzul adalah cara yang kuat (tepat) untuk
mengetahui makna Al-Qur’an. Ibn Taimiyah mengatakan: “Mengetahui
sebab nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena mengetahui
sebab menimbulkan pengetahuan mengenai musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya “Sesungguhnya
Safa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa
beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,maka tidak ada dosa baginya
untuk mengerjakan sa’i diantara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan
suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri kebaikan dan Maha Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib,
sebab ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan”

5 Didin saefudin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an, Granada Pustaka,


Bogor:2005, hlm. 34-35.

8
dan bukannya “kewajiban.” Sebagian ulama juga berpendapat demikian,
karena berpegang pada arti tekstual ayat itu. 6
Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-
Nuzul dalam memahami Al-qur’an sebagai berikut :
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian
dalam menangkap pesan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk
memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan
buatan manusia.
7. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada
Rasulullah dalam menjalankan misi risalahnya.
8. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-
Qur’an.
9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus
atau umum dan dalam keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.
10. Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.

E. Arti penting Asbabun Nuzul untuk memahami Al-Quran


Memahami Al-Qur’an tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kesulitan tersebut tidak hanya dirasakan oleh kalangan non-Arab yang secara
kasat mata bahasa ibunya bukan bahasa Arab, tetapi juga melanda masyarakat
Arab sendiri yang keseharian menggunakan bahasa Arab.
Permasalah utama ialah karena Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang
mempunyai nilai suci, sehingga tidak ada seorang pun dapat memahami
dengan kebenaran mutlak tanpa adanya petunjuk dan hidayah. Pada saat yang

6 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:2001,
hlm.113.

9
sama, bahasa yang digunakan Al-Qur’an secara eksplisit adalah bahasa Arab
yang merupakan bahasa ibu dari wilayah Timur Tengah.
Penggunaan bahasa Arab adalah suatu keniscayaan, melihat konteks
turunnya wahyu Al-Qur’an yang berada di wilayah Arab. Sehingga secara
historis Al-Qur’an terkait erat dengan peradaban Arab, tetapi hal ini tidak
menjadi bagian penting secara menyeluruh dalam memahami Al-Qur’an,
meskipun secara redaksional dan historis mempunyai hubungan. Karena,
turunnya Al-Qur’an tidak selalu berhubungan dengan suatu peristiwa maupun
pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan Arab.
Meski demikian, dalam memahami Al-Qur’an seorang harus
mengetahui asbabun nuzul (konteks turunnya ayat). Latar belakang turunnya
tidak hanya merespons masalah yang mengitari kehidupan Nabi dan
masyarakat sekitar, tetapi juga mengandung pelajaran bahwa wahyu Al-
Qur’an turun melalui proses dan melatih kesabaran.

Begitu pentingnya asbabun nuzul dalam memahami ayat Al-Qur’an


ditegaskan oleh Imam al-Wahidi:

‫ال يمكن معرفة تفسير األية دون الوقوف على قصتها وبيان‬
‫نزولها‬
“Seorang tidak akan mengetahui tafsir (maksud) dari suatu ayat tanpa
berpegang pada peristiwa dan konteks turunnya ayat.”
Pandangan al-Wahidi memberikan pengertian bahwa asbabun
nuzul yang melatarbelakangi turunnya ayat adalah salah satu komponen
penting yang harus diperhatikan bagi orang yang ingin memahami maksud
Al-Qur’an, dan peringatan bahwa belajar Al-Qur’an tidak cukup hanya
membaca terjemahan atau belajar sendiri dari teks-teks terjemahan.
Karena tidak semua terjamahan atau kitab tafsir memuat asbabun nuzul
secara keseluruhan, sehingga potensi untuk salah paham akan besar.

10
Imam al Syathibi dalam kitabnya yang berjudul al-Muwâfaqât fi
Ushul asy-Syarî’ah memberikan peringatan keras kepada orang yang
hanya belajar dan memahami al Qur’an hanya dari teksnya. Pendapat al
Wahidi diperkuat oleh imam Ibn Daqiq al-Aid yang berpendapat bahwa
salah satu yang penting dalam memahami ayat Al-Qur’an adalah
mengetahui asbabun nuzul dari ayat itu sendiri, karena hal tersebut adalah
cara untuk memperkuat dalam mengetahui makna Al-Qur’an. Beliau
mengatakan:

‫بيان سبب النزول طريق قوي في فهم معاني القرأن‬


“Keterangan konteks turunnya ayat merupakan cara untuk
memperkuat dalam memahami makna Al-Qur’an”
Kedua argumentasi ulama tersebut mengingatkan kita untuk selalu
berhati-hati dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an, karena Al-Qur’an bukan
kitab biasa yang semua orang dapat memahami, tetapi setiap orang dapat
mempelajari kepada ahlinya. Salah satu pelajaran dari Imam Ibnu
Taimiyah bercerita bahwa pada jaman dahulu terdapat satu jemaah yang
berselisih pandang tentang makna ayat dan bertanya kepada Ulama, lalu
disebutkan satu peristiwa yang berkaitan dengan ayat tersebut sehingga
semua memahaminya.
Para ulama bersepakat ada dua metode untuk mengetahui asbabun
nuzul; pertama, melalui jalur riwayat (transmisi). Kedua, melalui jalur
mendengarkan riwayat langsung dari para sahabat yang menyaksikan
peristiwa turunnya wahyu (Jalalud Din as-Syuyuti, Lubâb an-Nuqûl fî
Asbâbin Nuzûl, Beirut: Darl al Kutub al Ilmiah, 1971, hal. 4). Metode
pertama menunjukkan bahwa setiap orang dapat mengetahui peristiwa
konteks turunnya Al-Qur’an tetapi dengan periwayatan yang panjang, dan
hanya bisa didapatkan dari orang yang tsiqah, dlabith dan ‘adil.
Sedangkan metode kedua, hanya orang tertentu yang bisa
mengetahui, karena berkaitan dengan masa sahabat. Sehingga dapat

11
dipastikan hanya sahabat awal yang mengetahui peristiwa wahyu, seperti
turunnya QS al-Baqarah 120 yang menjelaskan tentang jima’. Sahabat
Jabir meriwayatkan bahwa orang Yahudi mempunyai anggapan bahwa
laki-laki yang mendatangi (bersetubuh dengan) istrinya dari belakang akan
mendapatkan anak cacat (mata juling), sehingga turun ayat tersebut.
Wallahu A’lam bi al Shawab.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan
“nuzul”. Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar
belakangi terjadinya sesuatu. Sedangkan sescara terminology atau istilah
Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai sebab-sebab yang mengiringi
diturunkannya ayat-ayat al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW karena ada
suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang
membutuhkan jawaban.

Asbabun Nuzul ada bermacaam-macam, diantarannya , Banyaknya


nuzul dengan satu sebab, Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab,
Beberapa ayat turun mengenai satu orang.

Ungkapan-ungkapan yang digunakan para sahabat untuk menunjukkan


sebab turunnya al Qur’an tidak selamanya sama. Ungkapan-ungkapan itu ada
beberapa bentuk.

B. Saran
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang
membangun demi kelancaran proses pembelajaran dimasa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Didin saefudin Buchori, 2005, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an,


Granada Pustaka : Bogor.
Manna’ Khalil Al-Qattan, 2001, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera
AntarNusa : Bogor.
Rosihon Anwar, 2000,Ulum Al-Qur’an, Pustaka setia: Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai