Dosen Pengampu:
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
I
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. I
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I ..................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................ iii
A. Latar Belakang .............................................................................................. iii
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... iii
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... iv
BAB II .................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .................................................................................................... 1
A. Pengertian Asbabun Nuzul ............................................................................. 1
B. Macam-macam Asbabun Nuzul ..................................................................... 3
C. Ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul ............................................................. 6
D. Kegunaan Ilmu Asbabun Nuzul ..................................................................... 8
E. Arti penting Asbabun Nuzul untuk memahami Al-Quran .............................. 9
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum,
karena ia tidak pernah dikormulasikan tetapi diwahyukan secara berangsur-
amgsur kepada Nabi Muhammad Saw sesuai dengan situasi yang
menuntutnya. Al-Qur’an sendiri sangat menyadari kenyataan ini sebagai suatu
yang akan menimbulkan keusilan dikalangan pembantahnya, seperti yang
diyakini sampai sekarang, pewahyuan al-Qur’an secara total dan secara
sekaligus itu tidak mungkin karena al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk
bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan yang ada.Untuk memahami pesan dari al-Qur’an sebagai suatu
kesatuan adalah dengan mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya.
Latar belakang yang paling dekat adalah kegiatan Nabi yang berlangsung
selama dua puluh tiga tahun dibawah bimbingan al-Qur’an, jadi kita harus
benar-benar memahami pesan al-Qur’an sebagai suatu keutuhan serta
memahami bahasanya dan historisnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asbabun Nuzul ?
2. Apa macam-macam Asbabun Nuzul
3. Bagaimana ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul?
4. Apa kegunaan Ilmu Asbabun Nuzul ?
iii
5. Apa arti penting Asbabun Nuzul untuk memahami Al-Quran ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti dari Asbabun Nuzul.
2. Untuk mengetehaui macam-macam Asbabun Nuzul.
3. Untuk mengetahui ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul.
4. Untuk mengetahui kegunaan Ilmu Asbabun Nuzul.
5. Untuk mengetahui arti penting Asbabun Nuzul.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menurut Az-Zarqani :
“Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubunganya dengan turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada
saat peristiwa itu terjadi.”
2. Ash-Shabuni :
“Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunya satu atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau
kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. 2
3. Shubhi Shalih :
1
ُض ِمنَةً لَه َ َسبَ ِب ِه ُمت َ ماَنُ ِزلَ ِةاألَيَةُ ا َ ِو ااْلَياَتُ ِب
ع انهُ أَ او ُم ِب اينَةً ِل ِح َك ِم ِه زَ َمنَ ُو ُك او ِع ِه
َ ًا َ او ُم ِج ايبَة
Artinya:
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat. Al-qur’an (ayat-ayat)terkadang menyiratkan
peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap
hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”
4. Mana’ al-Qhathan :
ال
ٍ س َؤ َ آن ِبشَأ ا ِن ِه َو اق
ُ ت ُوقُ او ِع ِه َكحا َ ِدثَ ٍة ا َ او ٌ ماَنُ ِز َل قُ ار
Artinya :
“Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya
Al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.”
5. Al-Wakidy
Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun
“sebelumnya” itu masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan
surat Al-Fiil. 3
2
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-
qur’an itu sangat beragam, di antaranya berupa:konflik sosial seperti
ketegangan yang terjadi amtara suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan
besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami sholat dalam
keadaan mabuk: dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah
seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah
lewat, sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul
atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para uulama’.
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki
Asbabun Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatar
belakanginya (Ibtida’), dan adapula ayat Al-Qur’an itu diturunkan dengan
dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan
tetapi, ada yang menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada
masa turunnya Al-Qur’an merupakan latar belakang makro Al-Qur’an;
sementara riwayat-riwayat Asbabun Nuzul merupakan latar belakang
mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Qur’an
memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.
3
memperkenankan permohonanya (dengan firman) : “sesungguhny aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu,
baik laki-laki ataupun perempuan : (karena) sebagian kamu adalah
turunan dari sebagian yang lain... (Ali ‘Imran [3]:195).
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir,
Tabarani, dan Ibn Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ;
“Aku telah bertanya : Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan dalam
al-qur’an seperti kaum laki-laki ? maka suatu harti aku dikejutkan oleh
suara Rasulullah diatasa mimbar. Ia membacakan : Sesungguhnya laki-laki
dan perempuan Muslim.. sampai akhir ayat 35 Surat al-Ahzab [33].”
Diriwayatkan pula oleh Hakim dari Ummu Salamah yang
mengatakan : “kaum laki-laki berperang sedang kaum perempuan tidak.
Disamping itu kami hhanya memperoleh warisan setengah bagian? Maka
Allah menurunkan ayat : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan terhadap apa yang dikaruniakan sebagian dari kamu lebih
banyak dari sebagian yang usahakan, dan bagi para wanitapun ada bagian
dari apa yang mereka usahan pula.. (an-Nisa’ [4]:32) dan ayat :
sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim..” ketiga ayat tersebut
turun ketika satu sebab.
2. Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab
Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil
Al Qattan mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan
dengan sebab nuzul yang dinamakan “penurunan ayat lebih dahulu
daripada hukum (maksud)nya.” Contoh yang diberikan dalam hal ini
tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun mengenai hukum tertentu,
kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal tersebut
menunjukan bahwa ayat itu diturunkan dengan lafadz mujmal (global),
yang mengandung arti lebih dari satu, kemudian penafsiranya
dihubungkan dengan salah satu arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi
mengacu pada hukum yang datang kemudian. Misalnya firman Allah :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
4
beriman) [87]:14). Ayat tertsebutdijadikan dalil untuk zakat fitrah.
Diriwayatkan oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa
ayat itu turun berkenaan dengan zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah),
kemudian dengan isnad yang marfu’ Baihaqi meriwayatkan pula
keterangan yang sama. Sebagian dari mereka barkata : aku tidak mengerti
maksud pentakwilan yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang di
Makkah belum ada Idul fitri dan zakat.” 4
Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh
saja mendahului hukumnya, seperti firman Allah : aku benar-benar
bersumpah dengan kota ini, dan kaum (Muhammad) bertempat di kota ini
(al-Balad [90]:1-2). Surah ini Makki, dan bertempatnya di Makkah,
sehingga Rasulullah berkata : “Aku mnenempati pada siang hari).”
3. Beberapa ayat turun mengenai satu orang
Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu
kali, dan al-qur’an pun turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu,
banyak ayat yang turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak
ayat yang turun mengenai nya sesuai dengan banyaknya peristiwa yang
terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti
kepada kedua orang tua. Dari sa’d bin Abi Waqqas yang mengatakan :
“ada empat ayat al-qur’an turun berkenaan denganku. Pertama, ketika
ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan minum sebelum aku
mwninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan : dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamumengikutio keduanya
dan pergauilah keduanya didunia dengan baik (luqman[31]:15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya,
maka aku berkata kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku
pedang ini”. Maka turunlah : mereka bertanya kepadamu tenytang
pembagiuan harta rampasan perang (al-anfal [8]:1).
4 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:2001,
hlm.134
5
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku
kemudian aku bertanya kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan
hartaku, bolehkah aku mewasiatkan separuhnya?” rasulullah diam. maka
wasiat dengan sepertiga harta itu dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr)
bersama kaum Ansor, seorang dari mereka memukul hidungku dengan
tulang rahang unta. Lalu aku datang kepada Rasulullah , maka Allah ‘Azza
Wajalla menurunkan larangan minumkhamr.”
6
2. Sabab al-nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan
7
maka hadisnya menjadi mauquf. Oleh sebab itu, wajar kalau para sarjana
ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan bahwa hadis-hadis tentang
Asbab Nuzul itu, pada umumnya lemah karena tidak sampai pada
Rasulullah.
8
dan bukannya “kewajiban.” Sebagian ulama juga berpendapat demikian,
karena berpegang pada arti tekstual ayat itu. 6
Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-
Nuzul dalam memahami Al-qur’an sebagai berikut :
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian
dalam menangkap pesan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk
memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan
buatan manusia.
7. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada
Rasulullah dalam menjalankan misi risalahnya.
8. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-
Qur’an.
9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus
atau umum dan dalam keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.
10. Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.
6 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:2001,
hlm.113.
9
sama, bahasa yang digunakan Al-Qur’an secara eksplisit adalah bahasa Arab
yang merupakan bahasa ibu dari wilayah Timur Tengah.
Penggunaan bahasa Arab adalah suatu keniscayaan, melihat konteks
turunnya wahyu Al-Qur’an yang berada di wilayah Arab. Sehingga secara
historis Al-Qur’an terkait erat dengan peradaban Arab, tetapi hal ini tidak
menjadi bagian penting secara menyeluruh dalam memahami Al-Qur’an,
meskipun secara redaksional dan historis mempunyai hubungan. Karena,
turunnya Al-Qur’an tidak selalu berhubungan dengan suatu peristiwa maupun
pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan Arab.
Meski demikian, dalam memahami Al-Qur’an seorang harus
mengetahui asbabun nuzul (konteks turunnya ayat). Latar belakang turunnya
tidak hanya merespons masalah yang mengitari kehidupan Nabi dan
masyarakat sekitar, tetapi juga mengandung pelajaran bahwa wahyu Al-
Qur’an turun melalui proses dan melatih kesabaran.
ال يمكن معرفة تفسير األية دون الوقوف على قصتها وبيان
نزولها
“Seorang tidak akan mengetahui tafsir (maksud) dari suatu ayat tanpa
berpegang pada peristiwa dan konteks turunnya ayat.”
Pandangan al-Wahidi memberikan pengertian bahwa asbabun
nuzul yang melatarbelakangi turunnya ayat adalah salah satu komponen
penting yang harus diperhatikan bagi orang yang ingin memahami maksud
Al-Qur’an, dan peringatan bahwa belajar Al-Qur’an tidak cukup hanya
membaca terjemahan atau belajar sendiri dari teks-teks terjemahan.
Karena tidak semua terjamahan atau kitab tafsir memuat asbabun nuzul
secara keseluruhan, sehingga potensi untuk salah paham akan besar.
10
Imam al Syathibi dalam kitabnya yang berjudul al-Muwâfaqât fi
Ushul asy-Syarî’ah memberikan peringatan keras kepada orang yang
hanya belajar dan memahami al Qur’an hanya dari teksnya. Pendapat al
Wahidi diperkuat oleh imam Ibn Daqiq al-Aid yang berpendapat bahwa
salah satu yang penting dalam memahami ayat Al-Qur’an adalah
mengetahui asbabun nuzul dari ayat itu sendiri, karena hal tersebut adalah
cara untuk memperkuat dalam mengetahui makna Al-Qur’an. Beliau
mengatakan:
11
dipastikan hanya sahabat awal yang mengetahui peristiwa wahyu, seperti
turunnya QS al-Baqarah 120 yang menjelaskan tentang jima’. Sahabat
Jabir meriwayatkan bahwa orang Yahudi mempunyai anggapan bahwa
laki-laki yang mendatangi (bersetubuh dengan) istrinya dari belakang akan
mendapatkan anak cacat (mata juling), sehingga turun ayat tersebut.
Wallahu A’lam bi al Shawab.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan
“nuzul”. Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar
belakangi terjadinya sesuatu. Sedangkan sescara terminology atau istilah
Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai sebab-sebab yang mengiringi
diturunkannya ayat-ayat al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW karena ada
suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang
membutuhkan jawaban.
B. Saran
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang
membangun demi kelancaran proses pembelajaran dimasa yang akan datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
14