Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya glukosa darah
sebagai akibat resistensi tubuh terhadap insulin atau ketidakmampuan pancreas
memproduksi insulin. Prevalensi diabetes cenderung meningkat dari tahun ke tahun
sebagai salah satu konsekuensi meningkatnya kesejahteraan dan perekonomian setiap
negara karena 90% angka kejadian diabetes merupakan diabetes tipe 2 yakni rusaknya
sel beta pancreas yang disebakan karena pola hidup yang tidak sehat seperti obesitas,
stress, dan hiperlipidemia. Berdasarkan data WHO tahun 2014, secara global terdapat
422 juta orang hidup dengan diabetes dibandingkan pada tahun 1980 hanya terdapat
180 juta insiden diabetes. Insiden diabetes sejak tahun 1980 pada usia dewasa pun
cenderung meningkat 4,7% menjadi 8,5%. Prevalensi diabetes dalam beberapa decade
terakhir cenderung meningkat dua kali lipat pada negara low-midle income
dibandingkan dengan negara high income.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki permasalahan yang
sama dalam bidang penyakit menular khususnya diabetes. Menurut Riset Kesehatan
Daerah ( Rikerdas) tahun 2013, Indonesia berada di peringkat ke-7 dari 10 negara
dengan penyandang diabetes terbesar di dunia. Prevalensi ini meningkat dari 5,7%
tahun 2007 menjadi 6,9% tahun 2013. Data International Diabetes federation ( IDF)
tahun 2015 dalam Dinkes (2016) jumlah estimasi penyandang diabetes di Indonesia
diperkirakan mencapai 10 juta orang.
Berdasarkan uraian epidemiologi di atas kewaspadaan diabetes harus dibangun
sejak dini karena diabetes merupakan mother of desease penyakit vascular dengan
angka mortalitas tertinggi. Pada tahun 2012 diperkirakan 3,7 juta angka kematian di
dunia disebabkan oleh diabtes, termasuk 1,5 juta kematian disebabkan karena
tingginya glukosa dararah secara langsung dan 2,2 juta kematian lainnya disebabkan
oleh penyakit kardiovaskular, gagal ginjal kronis, dan penyakit infeksi sebagai akibat
komplikasi jangka panjang tingginya kadar gula darah ( WHO,2016). Sementara itu di
Indonesia diabetes merupakan penyebab kematian nomor 3 terbesar (6,7%) setelah
stroke (21,1%) dan penyakit jantung koroner (21,1%).
Selain sebagai penyebab kematian diabetes juga meningkatkan angka
morbiditas pada usia produktif. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
1
komplikasi pada organ lainnya yang berakibat pada penurunan kualitas hidup dalam
jangka waktu yang panjang. Komplikasi tersebut meliputi mikro sirkulasi dan makro
sirkulasi (Michael & Fowler, 2008). Diabetes retinopati menyebabkan kebutaan
sebesar 2,6% pada penderita diabetes. Sedikitnya 80% gagal ginjal kronis disebabkan
oleh diabtes dan kombinasi diabetes hipertensi. Diabetes meningkatkan 2 hingga 3
lebih besar untuk mengidap menyakit jantung koroner, dan meningkatkan risiko 10
hingga 20 kali mengalami amputasi ekstremitas bawah.
Amputasi ekstremitas bawah merupakan salah satu komplikasi yang secara
langsung menurunkan kulaitas hidup pengidap diabetes karena penderita cenderung
mengalami depresi, meningkatkan ketergantungan dengan anggota keluarga lain dan
tidak dapat mandiri secara finansial. Hal ini diuraikan dalam riset yang dilakukan oleh
Breton (2013) dalam Burden of Diabetes on Ability to Work pegawai dengan diabetes
cenderung mengalami penurunan produktivitas karena absensi, pensiunn dini, atau
tidak mampu bekerja sama sekali sehingga harus dipecat atau mengundurkan diri.
Masalah ekonomi lainnya adalah pada biaya perawatan kesehatan jangka panjang
sangat tidak sedikit. Data World Economic Forum (2015) dalam JKN (2017), potensi
kerugian akibat penyakit tidak menular di Indonesia pada periode 2012-2030
mencapai 4,47 triliun dollar yang terlihat dari klaim BPJS hinggga tahun 2015 dimana
pembiayaan diabetes dan komplikasinya mencapai 33,3% dari pembiayaan
catastrophic JKN.
Komplikasi kaki diabetes adalah salah satu komorbit yang paling banyak
terjadi dengan prevalensi 30% yang berarti 3 dari 10 orang menderita diabetes
berpotensi mengalami komplikasi diabetes. Gejala awal ditandai dengan adanya
neurophati yakni adanya rasa kesemutan/ baal, atau nyeri pada daerah kaki, atau
bahkan hilangnya sensi. Selain itu komplikasi vascular pada kaki sangat rentan pada
penderita diabetes karena adanya angiophati perifer dan peningkatan viskositas darah
baik berupa peningkatan kadar trombosit atau hiperlipidimia. Kontrol glikemik yang
baik dan manajemen komorbid seperti hiperkolesterol dan hipertensi dapat dilakukan
dengan pemberian obat-obatan, pola diet sehat, dan melakukan cek kesehatan secara
teratur. Kementrian Kesehatan RI (2012) telah menggaungkan program “cerdik”
sebagai upaya mengatasi masalah kesehatan untuk menanggulangi komplikasi
diabetes di komunitas. Cerdik yang dimaksud adalah : cek kesehatan secara teratur,
enyakhkan rokok, rajin berolahraga, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stress.
Aplikasi cerdik dimasyarakan dilakukan melalui Pos pembinaan Terpadu Penyakit

2
Tidak Menular ( Posbindu PTM) yang tersebar 13.500 di seluruh provinsi di
Indonesia.
Adapun solusi pelayan kesehatan yang telah dijabarkan belum dapat
mengontrol seluruh faktor risiko komplikasi kaki diabetes yakni peripheral vascular
disease dan neurophati diabetes. Komplikasi kaki diabetes seringkali tanpa gejala
sehingga penderita sering kali terlambat mencari pertolongan kesehatan. Perawat
memiliki peran penting dalam memberikan edukasi dan memberdayakan penderita
diabetes untuk melakukan deteksi dini (Aalala et all, 2012). Edukasi untuk melakukan
perawatan kaki secara berkala baik dilakukan secara mandiri ataupun oleh tenaga
kesehtatan sangat diperlukan. Perawatan kaki yang dapat dilakukan secara mandiri
oleh penderita diabetes antara lain: pemeriksaan visual area kaki, perawatan hygiene
daerah kaki, menjaga kelembapan daerah kaki, dan senam kaki diabetes. Senam kaki
diabetes adalah kumpulan gerakan yang berfokus pada pergerakan otot dan sendi area
kaki mulai dari paha hingga ujung-ujung dari kaki. Gerakan ini diharapkan dapat
meningkatkan aliran darah hingga area vascular daerah paling distal dari bagian tubuh
melalui peningkatan katup vena sehingga memperlancar aliran balik ke jantung dan
peningkatan suplai oksigen tersebut melalui peningkatan cardiac out ditandai dengan
peningkatan nadi ketika melakukan senam kaki diabetes. Sementara itu perawatan
kaki yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat adalah:
pemeriksaan fisik area kaki meliputi kajian anatomis, musculoskeletal, dan neurologis,
pemotongan kuku kaki yang menebal, penanganan kalus, perawatan luka kaki, dan
pengkajian vaskularisasi area kaki dengan perhitungan ankle brachial index . Ankle
brachial index ( ABI) merupakan perbandingan tekanan darah sistolik tertinggi area
ankle dengan area brachial dengan nilai normal 0,9- 1,4. Pemeriksaan ABI
merupakan prosedur non invasive dengan menggunakan dopler dan spyhmanometer
beserta manset atau menggunakan 4 perekam tekanan darah sekaligus ( tidak terdapat
perbedaan hasil pengukuran signifikan). Melalui pengkajian ABI perawat selanjutnya
dapat merekomendasikan latihan atau aktivitas yang sesuai, hal-hal yang perlu segera
diwapadai oleh penderita diabetes, dan pemberian blood thinner profiklaksis jika
diperlukan.
Berdasarkan kajian yang dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan ankle brachial index penderita
diabetes tipe 2”. Menurut Pemayun et all (2015) dalam penelitian “Risk factor for
Lower Extremity Amputation in Patients with Diabetic Ulcer: A hospital Case-Control

3
Study” kadar HBA1C lebih dari 8, Peripheral Arterial Deseas (PAD) ,
hipertrigliserid, dan hipertensi terdeteksi sebagi predictor faktor amputasi pada
ekstremitas bawah. Sedangkan dalam rancangan penelitian ini menekankan analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ankle brachial index dengan melakukan early
diagnosis yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP) antara
lain: pengetahuan pasien terhadap perawatan kaki pada diabetes melitus, self efficacy
manajemen diri terhadap diabetes melitus, indeks massa tubuh, mean artherial
pressure, kadar gula darah puasa, dan usia. Adapun tempat penelitian akan
dilaksanakan di Puskesmas Depok III , Sleman sebagai salah satu FKTP dengan angka
kunjungan rawat jalan kasus diabetes melitus tipe 2 terbanyak di Provinsi Yogyakarta
(Putri, 2012). Melalui penelitian ini diharapkan perawat komunitas dapat berperan
aktif dalam usaha promotif dan preventif untuk menurunkan komplikasi kaki diabetes
tipe 2.

B. Rumusan Masalah
Faktor apakah saja yang berhubungan dengan ankle brachial index penderita
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Depok III, Sleman?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ankle brachial index
penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Depok III, Sleman
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan pasien terhadap perawatan kaki
diabetes, self efficacy manajemen diri terhadap diabetes melitus, indeks massa
tubuh, mean artherial pressure, kadar gula darah puasa, usia dan ankle
brachial index pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Depok III,
Sleman.
b. Mengetahui estimasi ankle brachial index penderita diabetes melitus tipe 2 di
Puskesmas Depok III, Sleman.
c. Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi ankle brachial index
penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Depok III, Sleman.

4
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Bagi ilmu pengetahuan , hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar
studi untuk penelitian lebih luas dalam ilmu keperawatan khususnya bidang
perawatan pasien diabetes.
2. Praktis
Secara praktis meningkatkan peran perawat komunitas dalam berperan aktif
melakukan tindakan preventif dan promotif untuk menurunkan insidensi
komplikasi kaki diabetes.

E. Hipotesis Penelitian
Ho :Tidak ada hubungan pengetahuan pasien terhadap perawatan kaki
diabetes, self efficacy manajemen diri terhadap diabetes melitus, indeks
massa tubuh, mean artherial pressure, kadar gula darah puasa, dan usia
dengan ankle brachial index penderita diabetes tipe 2
Ha :Ada hubungan pengetahuan pasien terhadap perawatan kaki diabetes,
self efficacy manajemen diri terhadap diabetes melitus, indeks massa
tubuh, mean artherial pressure, kadar gula darah puasa, dan usia dengan
ankle brachial index penderita diabetes tipe 2.

5
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variabel, yakni hubungan pengetahuan pasien terhadap
perawatan kaki diabetes, self efficacy manajemen diri terhadap diabetes melitus, indeks
massa tubuh, mean artherial pressure, kadar gula darah puasa, dan usia dengan ankle
brachial index penderita diabetes tipe 2. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (point time approach , tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa semua objek penelitian diamati, diukur dan
dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu waktu (dalam waktu
yang bersamaan) dan tidak ada follow up (Chandra, 2011; Sastroasmoro, 2011).

B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2008). Variabel bebas adalah sebab timbulnya atau berubahnya variabel
terikat (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah :
pengetahuan pasien terhadap perawatan kaki diabetes, self efficacy manajemen diri
terhadap diabetes melitus, indeks massa tubuh, mean artherial pressure, kadar gula
darah puasa, dan usia.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
(Nursalam, 2008). Variabel ini disebut variabel respons, output, kriteria dan
konsekuen. Variabel ini merupakan akibat adanya variabel bebas (dependent variable)

6
(Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini variabel terikat adalah nilai ankle brachial
index
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi atau disebut juga dengan universe atau universum adalah seluruh
subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2012).
Puskesmas Depok III merupakan salah satu puskesmas dengan penemuan kasus
terbanyak, tahun 2012 ditemukan sebanyak 537 kasus, tahun 2013 sebanyak 921 kasus
pada tahun 2014 pasien DM tipe 2 masih mengalami peningkatan menjadi 1.224 kasus
tercatat (Putri, 2014). Dari hasil studi pendahuluan didapatkan data jumlah pasien DM
Tipe 2 rawat jalan yang tercatat melakukan kontrol ke puskesmas di tahun 2015
selama bulan April hingga September berjumlah 841 kunjungan dan sekitar 140
kunjungan setiap bulannya dengan kasus baru 2-4 pada 3 pasien perempuan dan 2-7
pada pasien laki-laki. Sedangkan, jumlah pasien DM yang tercatat di Puskesmas
Depok III Sleman sebanyak 185 pasien.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian.
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada rumus Lemesshow (1997)
dengan rumus berikut:

Keterangan :
 n adalah jumlah sampel
 N adalah jumlah populasi = 185
 Derajat kepercayaan 95%, maka Z=1,96
 P adalah perkiraan proporsi = 0,5, maka 1-P = 0,05 berdasarkan penelitian
sebelumnya
 d adalah sampling eror (5%) = 0,05

7
Berdasarkan angka-angka di atas dan teknik perhitungan menggunakan aplikasi S-
sample (lampiran 1) maka jumlah sampel adalah: 83 orang.
1,962 ×0,05×1,95×185
𝑛 = 0,052 (185−1)+1,962×0,05×1,95

= 83 orang

3. Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi


a. Kriteria Inklusi
1) Pasien rawat jalan terdiagnosis diabetes melitus di Puskesmas Depok III
Sleman
2) Pasien yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

b. Kriteria Ekslusi

1) Pasien dengan luka diabetes


4. Cara Pengambilan Sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 83 orang dari total populasi
penelitian 185 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling dengan menggunakan SPSS berdasarkan sampling list yang ada (Dahlan,
2010; Notoatmodjo, 2010).

D. Metode Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data daftar nama pasien DM di unit rawat jalan Puskesmas
Depok III dilakkan pengambilan data sekunder. Selanjutnya data tersebut
didokumentasikan dalam sampling list. Berdasarkan sampling list akan dilakukan
random sampling untuk mendapat 53 sample yang telah memenuhi kriteria inklusi
eksklusi. Daftar nama sample selanjutnya diberikan informed consent kesediaan menjadi
responden penelitian yang akan diukur ankle brahial index, gula darah puasa, indeks
massa tubuh, usia, mean arterial pressure,skor self efficacy of diabetic, skor pengetahuan
tentang perawatan kaki diabetes. Adapun standar operasional prosedur setiap pengukuran
terlampir dalam lampiran 2-7. Untuk menjamin keabsahan data penelitian ini
menerapkan double blinding pengumpulan data primer dilakukan oleh enumorator dan
analisis uji statistik dilakukan oleh ahli statistika.

8
1. Pengukuran ankle brachial index
Prosedur pengukuran ankle brachial index menurut Stanford Medicine (2012):
a. Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi dengan posisi
jantung.
b. Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe vascular Doppler
ultrasound diatas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat.
c. Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas tekanan
darah sistolik palpasi.
d. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe
hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis.
e. Ulangi pada lengan yang lain.
f. Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan probe vascular
Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibilias dengan sudut
45 derajat.
g. Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas
tekanan darah sistolik palpasi.
h. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe
hasilnya merupakan tekanan darah systolic ankle.
i. Ulangi pada kaki yang lain.
j. Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi (diantara lengan kanan dan kiri)
dan tekanan darah systolic ankle teritnggi (diantara kaki kanan dan kaki kiri)

Interpretasi hasil dan rekomendasi ankle brachial index menurut Stanford Medicine
(2012)

ABI Value Interpretation Recommendation


Greater than 1,4 Calcification/vessel Refer to vascular specialist
hardening
1,0-1,4 Normal None
0,9-1,0 Acceptable
0,8-0,9 Some Arterial Disease Treat risk factor
0,5-0,8 Moderate Arterial Disease Refer to vascular specialist
Less then 0,5 Severe Arterial Disease Refer to vascular specialist

2. Pengukuran gula darah puasa


a. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
b. Mencuci tangan.

9
c. Memakai handscone bila perlu
d. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
e. Dekatkan alat di samping pasien.
f. Pastikan alat bisa digunakan.
g. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
h. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari salah satu ujung jari
telunjuk, jari tengah, jari manis tangan kiri / kanan).
i. Desinfeksi jsri ysng sksn ditusuk dengan kapas alkohol
j. Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan darah mengalir secara
spontan
k. Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan diteteskan) secara otomatis
terserap ke dalam strip
l. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA.
m. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.
n. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang tertera pada monitor.
o. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
p. Matikan alat monitor kadar glukosa darah
q. Membereskan alat.
r. Mencuci tangan.

Interpretasi hasil kadar gula darah puasa menurut American Diabetes Acosiation
(2017):
Kadar gula darah kurang dari 70mg/dl : hipoglikemia
Kadar gula darah 70-126 mg/dl : normal
Kadar gula darah lebih dari 126 mg/dl : hiperglikemia
3. Pengukuran indeks massa tubuh
Cara menghitung berat badan menggunakan timbangan injak:
a. Meletakkan timbangan di lantai
b. Posis jarum dan angka harus pas di angka 0
c. Responden sebaiknya tidak memakai alas kaki, jaket, topi ataupun benda-benda
yang bisa mengakibatkan hasil tidak akurat
d. Responden berdiri di atas timbangan
e. Peneliti membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan daan
mencatatnya

10
Cara mengukur tinggi badan dengan menggunakan pita meteran (mikrotoise):
a. Responden tidak memakai alas kaki
b. Berdiri tegak menghadap ke depan, tumit dan punggung menempel pada
dinding/pengukur
c. Menurunkan batas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
d. Membaca angka pada batas tersebut dan mencatatnya

Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus perhitungan IMT adalah
sebagai berikut: (Riskesdas, 2013)

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


IMT= 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Indeks Massa Tubuh (IMT) dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam hasil


analisis univariat sebagai perolehan gambaran karakteristik responden berdasarkan
klasifikasi indeks massa tubuh: (Depkes RI, 2008)

a. Kategori kurus (underweight) : IMT < 18,5


b. Kategori normal : IMT 18,6 - 24,9
c. Kategori BB lebih (overweight): IMT 25,0 - 26,9
d. Kategori obesitas : IMT ≥ 27
4. Pengukuran mean artherial index
Prosedur pengukuran tekanan darah
a. Mintalah pasien buat membuka bagian lengan atas yg akan diperiksa, maka
tidak ada penekanan pada arteri brachialis.
b. Posisi pasien dapat berbaring, setengah duduk atau duduk yg nyaman dengan
lengan bagian volar di atas.
c. Gunakan manset yg tepat dengan ukuran yang sesuai dengan lengan pasien
d. Pasanglah manset melingkar pada bagian lengan tempat pemeriksaan setinggi
jantung, dengan bagian bawah manset 2 – 3 cm tepat di atas fossa kubiti &
bagian balon karet yang menekan tepat di atas arteri brachialis.
e. Pastikan bahwa pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.

11
f. Hubungkan antara manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak &
level air raksa setinggi jantung
g. Raba denyut arteri Brachialis pada fossa kubiti & arteri Radialis dengan jari
telunjuk & jari tengah ( untuk menentukan tidak ada penekanan)
h. Pastikan posisi mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa (
agar pembacaan hasil pengukuran tepat)
i. Tutup katup pengontrol pada pompa manset
j. Pastikan bahwa stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, lakukan
palpasi pada denyut arteri radialis
k. Pompa manset hingga denyut arteri radialis tidak teraba lagi
l. Selanjutnya pompa lagi hingga 20 – 30 mm hg (janganlah lebih tinggi,
dikarenakan dapat menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit dapat
meningkatkan tensi)
m. Letakkan kepala stetoskop di atas arteri brachialis
n. Lepaskan katup pengontrol dengan cara pelan-pelan sehingga air raksa turun
dengan kecepatan 2 – 3 mili meter hg per detik atau 1 skala perdetik
o. Pastikan tinggi air raksa disaat terdengar detakan pertama arteri brachialis
yaitu tekanan sistolik
p. Pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan nada yg tiba-tiba melemah
Denyutan terakhir dinamakan tekanan diastolik
q. Lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa & manset dari lengan pasien.
r. Bersihkan earpiece & diafragma stestokop dengan disinfektan.
s. Seandainya mau diulang tunggu minimal 30 detik.
Kalkulasi mean artherial pressure (MAP) dari tekanan darah menurut Klabunde
(2016):
𝑆𝑖𝑠𝑡𝑜𝑙𝑖𝑘+2𝑑𝑖𝑎𝑠𝑡𝑜𝑙𝑖𝑘
MAP= 3

Interpretasi MAP menurut Li et all (2016):


MAP kurang dari 59 mmHg : perfusi tidak adekuat
MAP 60-90 mmHg : normal
MAP lebih dari 91 : kemungkinan terjadi shock septic

12
5. Pengukuran self efficacy of diabetic

Pengukuran The Diabetes Management Self-Efficacy Scale (Ismonah, 2008)

No Pernyataan TY KY Y SY
1 Saya merasa bahwa saya mampu memeriksa gula
darah saya sendiri jika perlu
2 Saya merasa bahwa saya mampu mengatasi gula
darah sendiri ketika hasil gula darah saya terlalu
tinggi
3 Saya merasa bahwa saya mampu mengatasi gula
darah sendiri ketika hasil gula darah saya terlalu
rendah
4 Saya merasa bahwa saya mampu memilih makanan
yang benar
5 Saya merasa bahwa saya mampu mempertahankan
berat badan yang sesuai
6 Saya merasa bahwa saya mampu memeriksa
keadaan kaki saya jika ada kelainan kulit atau luka
7 Saya merasa bahwa saya mampu melakukan
penyesuaian makan ketika saya sakit
8 Saya merasa bahwa saya mampu mengikuti aturan
makan yang sehat dari waktu ke waktu
9 Saya merasa bahwa saya mampu berolahraga
ketika dokter menasehati saya untuk berolah raga
10 Saya merasa bahwa saya mampu menyesuaikan
rencana makan saya ketika saya berolah raga
11 Saya merasa bahwa saya mampu mengikuti pola
makan sehat ketika saya berada di luar rumah
12 Saya merasa bahwa saya mampu mengikuti pola
makan sehat ketika saya menghadiri suatu pesta
13 Saya merasa bahwa saya mampu mengikuti
penyesuaian rencana makan ketika saya sedang
stress (tertekan) atau bersemangat
14 Saya merasa bahwa saya mampu mengatur dan
minum obat seperti yang telah ditentukan secara
teratur
15 Saya merasa bahwa saya mampu melakukan
penyesuaian pengobatan ketika saya sedang sakit

13
Interpretasi skor The Diabetes Management Self-Efficacy Scale:
Setiap jawaban tidak yakin akan diberi skor 1, kurang yakin skor 2, yakin skor 3, dan
sangat yakin skor 4.
Skor 15 : tidak yakin
Skor 16-30 : kurang yakin
Skor 31- 45 : yakin
Skor 46 – 60 : sangat yakin
6. Pengukuran pengetahuan perawatan kaki diabetes
Pengukuran pengetahuan perawatan kaki diabetes mengadaptasi penelitian Mol Al
Qaddah (2016) yang terdiri dari 2 bagian pertanyaan:

Pertanyaan bagian tentang pengetahuan Ya Tidak


Menjaga kadar gula darah tetap normal sangat penting untuk mencegah
komplikasi diabetes
Lakukan perawatan kaki spesial
Hindari kebiasaan merokok karena dapat merusak sirkulasi kaki
Menggunakan alas kaki khusus untuk diabetes
Melakukan pemeriksaan kaki dengan teratur
Membersihkan kaki dengan teratur
Memeriksa temperature air sebelum digunakan
Segera berkonsultasi jika terdapat penebalan
Segera berkonsultasi jika terdapat kemerahan pada kaki
Segera berkonsultasi jika kulit kaki tampak kering
Pertanyaan bagian tentang praktik perawatan kaki diabetes
Selalu menggunakan alas kaki meskipun berjalan di dalam ruangan
Selalu menggunakan alas kaki tertutup bila bepergian di luar ruangan
Menggunakan kaos kaki yang nyaman dan tidak ketat
Menggunakan kaos kaki yang berbahan katun
Mengganti kaos kaki setiap hari
Memeriksa bagian dalam sepatu sebelum digunakan
Tidak menambahakan bahan yang dapat mengiritasi ketika melakukan
pembersihan kaki
Keringkan kaki setelah dibersihkan
Keringkan sela-sela jari dengan baik
Menjaga kelembapan kaki agar tetap lembut dan tidak kering
Tidak menggunakan lotion diantara jari-jari
Tidak menggunakan peralatan tajam untuk membersihkan kuku
Lakukan pemotongan kuku dengan tepat tidak melengkung di bagian
sudut
Tidak menggunakan hot patches/ kompres panas pada kaki

14
Interpretasi skor pengetahuan perawatan kaki diabetes adalah:
Setiap jawaban ya diberi nilai 1 dan jawab tidak nilai 0.
Apabila total rata-rata skor dibawah 6,5 maka tingkat pengetahuan buruk
Skor rata-rata diatas 6,6 maka tingkat pengetahauan baik
7. Pengukuran usia
Klasifikasi usia menurut Depkes (2009):

Usia dewasa : 26- 35 tahun.

Usia dewasa akhir : 36- 45 tahun.

Usia lansia awal : 46- 55 tahun.

Usia lansia akhir : 56 - 65 tahun.

Usia lansia manula : 65 - sampai atas

15
E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data
Ukur
Ankle Nilai yang didapat Mengukur Spigmoma Perbandingan Numberik
Brachial dengan membandingkan langsung no-meter, sistolik brakial
Index sistolik tertinggi brakial tekanan dopler dan pedis
dan sistolik tertinggi darah
pedis

Usia Selisish tahun saat ini Wawanca Lembar Nilai dalam tahun Numberik
dan tahun lahir ra ceklist
mean Rata-rata tekanan arteri Mengukur Spigmoma Nilai Numberik
arterial dalam satu siklus langsung no-meter, perbandingan
pressure kardiak diukur tekanan stetoskop, (sistolik+
berdasarkan darah lembar 2diastolik)/3
perbandingan sistolik ceklist
dan diastolik
Gula Kadar gula darah yang Mengukur Glukometer Nilai dalam mg/dl Numberik
darah diukur dari finger langsung
puasa puncture setelah puasa gula darah
8-10 jam

self Kepercayaan diri pasien Self Kuesioner Skor self efficacy Numberik
efficacy of terhadap kemampuannya report of diabetic
diabetic melakukan manajemen
diri terkait pengelolaan
penyakit diabetes
melitus
Indeks Perbandingan antara Rumus Microtoise, Skor indeks Numberik
Massa berat badan (kg) dan perhitung timbangan massa tubuh
Tubuh tinggi badan (m) kuadrat an IMT: BB,
(IMT) BB/TB2 Kalkulator,
lembar
ceklist
Pengetahu Informasi yang Self Kuesioner Skor pengetahuan Numberik
an diketeahui terkait report perawatan kaki
terhadap perawatan kaki diabetes diabetes
perawatan
kaki
diabetes

16
F. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Rekam medis
2. Stetoskop
3. Spigmomanometer
4. Timbangan injak untuk mengukur berat badan
5. Mikrotoise untuk mengukur tinggi badan
6. Lembaran ceklist yang telah disediakan untuk memperoleh data responden
7. Kuesioner self efficacy of diabetic
8. Kuesioner pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes
9. Ultrasound Doppler dengan frekwensi 5- 8 mhz

G. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data, selanjutnya diteliti
ulang dan diperiksa ketepatan dan kesesuaian jawaban serta kelengkapannya dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (Setiadi, 2013)
a. Editing
Data yang didapatkan dari responden dalam bentuk kuesioner dilengkapi bila ada
yang belum lengkap, diperbaiki, diperjelas dan bila ditemukan kejanggalan dari
data yang didapatkan maka segera dikembalikan kepada responden dan bila
memungkinkan responden diminta untuk mengerjakan pada saat itu juga.
b. Coding
Kuisioner tentang pengetahuan dan lembar observasi praktik hygiene yang telah
terkumpul, diperiksa kelengkapannya. Kemudian jawaban responden diberi
kode angka sesuai dengan kode baku yang telah ditentukan peneliti
c. Entry Data
Data yang telah diberikan kode, dimasukkan ke dalam Dummy table yang telah
disiapkan dan dilakukan pengolaham dengan system komputerisasi.

17
2. Analisis Data
Untuk analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Analisis univariabel dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis ini bertujuan untuk memberi gambaran deskriptif setiap variabel yang
diteliti yaitu : ankle brahial index, gula darah puasa, indeks massa tubuh, usia,
mean arterial pressure,skor self efficacy of diabetic, skor pengetahuan tentang
perawatan kaki diabetes.
b. Analisis Multivariat
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling
mempengaruhi ankle brakial index dan estimasi nilai ankle brachial index
melalui persamaan regresi. Analisis regresi linier dilakukan apabilia variabel
dependen berdistribusi normal. Interpretasi faktor yang paling dominan
mempengaruhi ankle brachial index dilakukan dengan menganalisis nilai R
square adjusted dan nilai p pada hasil analisis regresi linier berganda. Adapun
persamaan estimasi didapatkan dengan interpretasi nilai konstanta pada tabel
coefisien hasil analisis regresi linier berganda.

H. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian, karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia. Etika
penelitian yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2010).
1. Ethical Aprroval dari Lembaga Etik Penelitian
Penelitian ini telah mendapat iji n etik penelitian dari Lembaga Etik Universitas
Gadjah Mada pada versi 1 tertanggal 25 Desember 2017.
2. Informed Consent
Peneliti meminta persetujuan dengan memberikan lembar persetujuan pada calon
responden sebelum penelitian dilakukan. Jika subyek bersedia menjadi responden,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek tidak bersedia
menjadi responden maka peneliti harus menghormati keputusannya.
3. Confidentiality/kerahasiaan
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi masalah-masalah
lainnya, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan hasil penelitian.

18
4. Intention to treat
Apabila terjadi respon fisik atau psikologis setelah ada selama proses penelitian
berlangsung telah disediakan emergency contact person yang dapat dihubungi 24 jam.

I. Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti hanya melakukan penelitian sesaat atau satu kali saja dalam satu waktu
(dalam waktu yang bersamaan) tanpa melakukan follow up atau pengamatan jangka
panjang pada subjek penelitian.
2. Penelitian ini merupakan pilot studi dengan lingkup penelitian pada FKTP dengan
kasus rawat jalan diabetes melitus tipe 2 terbanyak di Yogyakarta.

19
Alur Penelitian

Populasi pasien rawat jalan dengan diagnosa DM di


Puskesmas Depok III Sleman

Kriteria Inklusi: Kriteria Eksklusi:

Pasien yang bersedia menjadi responden penelitian Pasien DM dengan komplikasi diabetic foot

Simple Random Sampling Technique:

83 Pasien sebagai sample penelitian

Informed Consent

Pengukuran oleh enamurator

Tabulasi dan analisis data oleh ahli statistik

Pembahasan dan Kesimpulan

Penelitian

20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat
1. Gambaran Ankle Brachial Index (ABI)
Gambaran ABI penderita DM di Puskesmas Depok III dapat dilihat pada tabel berikut:

n % Rerata IK(95%)
( sb)
Ankle brachial index 0,89 0,85-0,95
Moderate artherial disease 43 51,8
Normal/ Acceptable 40 48,2
Total 83 100

2. Gambaran Mean Artherial Pressure (MAP)


Gambaran MAP penderita DM di Puskesmas Depok III dapat dilihat pada berikut:

n % Rerata IK(95%)
( sb)
Mean Artherial Pressure 74,4 73,2-75-5
Normal 83 100
Total 83 100

3. Gambaran Kadar Gula Darah Puasa


Gambaran Kadar Gula Darah Puasa penderita DM di Puskesmas Depok III dapat dilihat
pada tabel berikut:

n % Rerata IK(95%)
( sb)
Kadar Gula Darah Puasa 133,23 128,56-
137,89
High 43 51,2
Normal 40 42,8
Total 83 100

21
4. GambaranUsia
Gambaran usia penderita DM di Puskesmas Depok III dapat dilihat pada tabel
berikut:

n % Rerata IK(95%)
( sb)
Usia 48,00 45,05-
50,94
Dewasa 30 36,1
Dewasa akhir 10 12,0
Lansia Awal 12 14,5
Lansia Akhir 20 24,1
Manula 11 13,3
Total 83 100

5. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT)


Gambaran IMT penderita DM di Puskesmas Depok III dapat dilihat pada tabel berikut:

n % Rerata IK(95%)
( sb)
IMT 25,24 24,77-
25,70
Normal 40 48,2
Overweight 18 21,7
Obese 25 30,1
Total 83 100

6. Gambaran Pengetahuan tentang Perawatan Kaki Diabetes


Gambaran pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes pada penderita DM di Puskesmas
Depok III dapat dilihat pada tabel berikut:

n % Rerata IK(95%)
( sb)
Pengetahuan 6,61 6,56-6,66
Poor 2 2,4
Good 81 97,6
Total 83 100

22
7. Gambaran Self Efficacy terhadap Manajemen Diri
Gambaran self efficacy terhadap manajemen diri pada penderita DM di Puskesmas Depok
III dapat dilihat pada tabel berikut:

n % Rerata IK(95%)
( sb)
Self Efficacy terhadap manajemen diri 20,46 19,46-
21,47
Kurang yakin 64 22,9
Tidak yakin 19 77,1
Total 83 100

B. Analisis Multivariat
Karena data terdistribusi normal selanjutnya dilakukan analisis regresi linear
berganda dengan metode backward, diperoleh persamaan:ankle brachial index= 2,321+
0,38*IMT-0,182*pengetahuan perawatan kaki diabetes-0,025*usia. Nilai signifikan pada
tabel anova menujukkan 0,000 maka model ini dapat digunakan. Nilai koefisien korelasi
R=0,953 menunjukkan kekuatan korelasi positif sangat kuat. Nilai adjusted R square=
90,5% menunjukkan kemampuan variabel IMT, pengetahuan perawatan kaki diabetes,
dan usia menjelaskan ankle brachial index sebesar 90,5%. Resume analisis regresi
disajikan pada tabel berikut.

23
Model Koefisien Std Koefisien Nilai
Tidak Eror Korelasi t p
Standar
1 IMT ,038 ,021 ,348 1,849 ,068
Kadar gula
,001 ,002 ,135 ,719 ,474
darah puasa
Mean
arterial -,005 ,003 -,111 -1,513 ,134
pressure
Pengetahuan
perawatan -,144 ,095 -,145 -1,515 ,134
kaki
Self efficacy
manajemen -,003 ,005 -,053 -,544 ,588
diri
usia -,026 ,003 -1,496 -9,249 ,000
2 IMT ,041 ,019 ,380 2,128 ,037
Kadar gula
,001 ,002 ,079 ,504 ,616
darah puasa
Mean
arterial -,004 ,003 -,100 -1,426 ,158
pressure
Pengetahuan
terhadap
-,157 ,092 -,158 -1,709 ,092
perawatan
kaki
usia -,025 ,002 -1,446 -10,974 ,000
3 IMT ,047 ,015 ,435 3,081 ,003
Mean
arterial -,004 ,003 -,085 -1,346 ,182
presure
Pengetahuan
terhadap
-,154 ,091 -,155 -1,692 ,095
perawatan
kaki
usia -,025 ,002 -1,434 -11,108 ,000
4 IMT ,038 ,014 ,353 2,757 ,007
know -,182 ,089 -,182 -2,031 ,046
usia -,025 ,002 -1,449 -11,210 ,000
2
R =95,3%

24
Nilai p variabel IMT, pengetahuan perawatan kaki diabetes, dan usia secara
berturut-turut adalah 0,07, 0,046, dan 0,0001. Dengan demikian faktor usia merupakan
faktor yang paling dominan mempengaruhi ankle brachial index. Adapun penelitian ini
bertentangan dengan hasil penelitian Azwaldi (2012) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan ankle brachial index di Dalam RSUP. Dr. M Hoesin Palembang
yang menyebutkan tidak ada hubungan antara IMT dan usia terhadap ankle brachial
index. Meski demikian asil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Li et all (2012) bahwa prevalensi abnormal ankle brachial index lebih besar pada
kelompok usia tua (lebih dari 65 tahun) dibandingkan usia tua. Ankle brachial index pada
usia tua dipengaruhi langsung oleh usia, kebiasan merokok, kadar HbA1C, asam urat dan
total kolesterol. Sedangkan ankle brachial index pada usia muda dipengaruhi langsung
oleh HbA1C, albumin dalam urin, dan rasio creatinin. Pada penelitian Polenova et all
(2009) peningkatan indeks massa tubuh hampir terjadi pada semua penderita diabetes,
meski indeks massa tubuh yang lebih rendah menunjukkan penurunan ankle bracial
index “29.8+/-4.4 and 32.1+/-5.2 in patients with ABI < or = 0.9 and >0.9, respectively,
p=0.006”. Adapun hasil penelitian terkait pengetahuan terhadap perawatan kaki tidak
berhubungan secara statistik didukung oleh penelitian Al-Qaddah (2016) pada penelitian
sebelumnya 24.8% memiliki pengetahuan perawatan kaki yang buruk, 56.9% cukup dan
hanya 18.2% memiliki pengethauan perawatan kaki yang baik. Pasien dengan tingkat
pengetahuan yang cukup tidak memiliki kemampuan yang kuat dalam melakukan
perawatan kaki sehingga nilai ankle brachial index terukur abnormal.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor –faktor yang berhubungan dengan ankle brachial index penderita diabetes tipe
2 Puskesmas Depok III, Sleman adalah IMT, pengetahuan perawatan kaki, dan usia.
2. Gambaran ankle brachial index penderita diabetes tipe 2 Puskesmas Depok III,
Sleman sebagian besar mengalami moderate artherial disease (51,8%) sedangkan
48,2% normal. Gambaran mean artherial pressure 100% normal. Sedangkan
gambaran gula darah puasa 51,8% high (melebihi batas normal) dan 48,2% dalam
batas normal. Karakteristik usia meliputi dewasa (36,1%), dewasa akhir (12%), lansia
awal (14,5%), lansia akhir (24,1%) dan manula (13,3%). Gambaran indeks massa
tubuh tampak 48,2% dalam batas normal, 21,7% overweight, dan 30,1% obese.
Gambaran pengetahuan terkait perawatan kaki diabetes secara keseluruhan baik
97,6% hanya 2,4% memiliki pengetahuan yang buruk. Gambaran self efficacy
terhadap manajemen diri 77,1% menyatakan tidak yakin dan 22,9% menyatakan
kurang yaki.
3. Melalui analisis regresi didapat persamaan untuk melakukan estimasi
Ankle brachial index=2,321+ 0,38*IMT-0,182*pengetahuan perawatan kaki diabetes-
0,025*usia
4. Usia merupakan faktor yang paling dominan terhadap ankle brachial index penderita
diabetes melitus tipe 2 didukung oleh penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa
usia tua memiliki masalah metabolik yang mempengaruhi adekuasi vaskular seperti
kebiasan merokok, kadar HbA1C, asam urat dan total kolesterol.

B. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengukuran ankle brachial index
berulang (time series) mengingat pada penelitian ini hanya dilakukan satu kali
sehingga kemungkinan terjadinya bias dapat terjadi.
2. Bagi perawat komunitas sebagai praktisi yang berperan aktif tindakan edukasi sangat
penting dalam upaya meningkatkan pemberdayaan pasien dengan penyakit kronis
khususnya diabetes untuk melakukan early detection terhadap kemungkinan
terjadinya komplikasi kaki antara lain: melalui inspeksi sederhana dapat melaporkan
adanya blister, bula, kemerahan, luka, dan kalus; dapat melakukan perawatan kaki dan
kuku yang tepat, serta dapat memilih alas kaki yang tepat untuk mencegah perburukan
mikrosirkulasi.
3. Bagi pemerintah terkait pembuatan kebijakan pemberdayaan FKTP sebagai lini
pertama unit preventif komplikasi diabetes perlu ditingkatkan dengan memberikan
sarana yang lengkap untuk pemantauan status metabolik (kadar gula darah, kolesterol,
asam urat, IMT, dan HbA1C), dan dopler untuk pemeriksaan ankle brachial index.
Pelatihan stake holder sebagai kader pencegahan komplikasi diabetes perlu digalakan.

26
DAFTAR PUSTAKA
Aalala et all. 2012. Nurses’ role in diabetic foot prevention and care; a review. Journal of
Diabetes & Metabolic Disorder
American Diabetes Acosiation. 2017.fasting Blood Glucose. (online)
https://www.diabetes.co.uk/diabetes_care/fasting-blood-sugar-levels.html
diakses pada 24 Desember 2017
Azwaldi. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Ankle Brachial Pressure Index Di Poli
Penyakit Dalam RSUP. Dr. M Hoesin Palembang Tahun 2012. Thesis.
Universitas Sriwijaya
Breton et all. 2013. Burden of Diabetes on the Ability to Work: a Systematic Review. Diabetes
Care doi: 10.2337/dc12-0354.
Dahlan Sopiyudin, M. 2010. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI. 2008.Profil Kesehatan Indonesia . Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes. 2016. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta
Orang. (online) http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-
prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html diakses
pada 24 Desember 2017
Ismonah. 2008. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi self care management pasien
Diabetes Mellitus. Tesis. Universitas Indonesia. Depok.
Jaminan Kesehatan Nasional. 2017. Gara-gara Diabetes, Indonesia Rugi Rp800 Triliun.
(online) http://jkn.jamsosindonesia.com /detail/1576/gara-gara-diabetes--
indonesia-rugi-rp800-triliun#.WkHSb_mWbIU diakses pada 24 Desember
2017
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Langkah Cerdik Mencegah Penyakit Tidak Menular.
(online)
http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=1975&id=langkah
-cerdik-mencegah-penyakit-tidak-menular-(ptm).html diakses pada 24
Desember 2017
Klabulke, RE. 2016. Interpretation Mean Artherial Pressure.
http://www.cvphysiology.com/Blood%20Pressure/BP006 diakses pada 24
Desember 2017
Lemeshow S, Hosmer D, Klar J, Lwanga S. 1997. Adequacy of sample size in health studies.
John Wiley & Sons
Li et all. 2012. Prevalence of and risk factors for abnormal ankle-brachial index in patients
with type 2 diabetes. J Diabetes. 2012 Jun;4(2):140-6. doi: 10.1111/j.1753-
0407.2011.00171.x.
Michael & Fowler. 2008. Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes.
Clinical Diabetes 26(2): 77-82. https://doi.org/10.2337/diaclin.26.2.77

27
Mol Al Qaddah. 2016. Knowledge and Practice of Foot Care among Diabetics at King
Hussein Medical Center, Jordan. Journal of The Royal Medical Sevices Vol. 23
No. 3
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Dasar- Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Pemayun, et all. 2015 .Risk factor for Lower Extremity Amputation in Patients with Diabetic
Ulcer: A hospital Case-Control Study. Diabetic Foot& Ankle doi 10.3402
Polenova. 2009. Factors associated with low ankle-brachial index in patients with type 2
diabetes and prediabetes. Kardiologiia. 2009;49(9):9-16.
Putri. 2012. Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Depok III Kabupaten Sleman. Skrispsi. Universitas Gadjah Mada
Rikerdas. 2013. Milenium development Goal Nasional dan Provinsi. Badan Penelitian dan
Pengemabngan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Sastroasmoro. 2011.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta:CV.Sagung Seto
Stanford medicine. 2012. Ankle Brachial Index. (online)
https://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/ankle.html diakses pada 24
Desember 2017
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung: Aflabeta.
WHO. 2014. Mediacare Diabetes. (online)
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/ diakses pada 24 Desember
2017

28
Lampiran analisis multivariat

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
abi ,8995 ,23084 83
IMT 25,2410 2,11994 83
bs 133,2289 21,37660 83
map 74,4012 5,20440 83
know 6,6141 ,23186 83
efficacy 20,4699 4,61000 83
usia 48,0000 13,48441 83

Correlations
abi IMT bs map know efficacy usia
Abi 1,000 -,872 -,862 -,763 ,824 ,841 -,943
IMT -,872 1,000 ,969 ,836 -,916 -,863 ,960
bs -,862 ,969 1,000 ,870 -,879 -,791 ,941
Pearson Correlation map -,763 ,836 ,870 1,000 -,720 -,708 ,804
know ,824 -,916 -,879 -,720 1,000 ,865 -,917
efficacy ,841 -,863 -,791 -,708 ,865 1,000 -,901
usia -,943 ,960 ,941 ,804 -,917 -,901 1,000
abi . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
IMT ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
bs ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000
Sig. (1-tailed) map ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000
know ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000
efficacy ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000
usia ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 .
abi 83 83 83 83 83 83 83
IMT 83 83 83 83 83 83 83
bs 83 83 83 83 83 83 83
N map 83 83 83 83 83 83 83
know 83 83 83 83 83 83 83
efficacy 83 83 83 83 83 83 83
usia 83 83 83 83 83 83 83

29
Variables Entered/Removeda
Model Variables Variables Method
Entered Removed
usia, map,
1 efficacy, know, . Enter
bs, IMTb
Backward
(criterion:
2 . efficacy Probability of F-
to-remove >=
,100).
Backward
(criterion:
3 . bs Probability of F-
to-remove >=
,100).
Backward
(criterion:
4 . map Probability of F-
to-remove >=
,100).
a. Dependent Variable: abi
b. All requested variables entered.

Model Summarye
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Change Statistics Durbin-Watson
Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,955a ,912 ,905 ,07133 ,912 130,478 6 76 ,000
2 ,955b ,911 ,905 ,07100 ,000 ,296 1 76 ,588
3 ,954c ,911 ,906 ,07066 ,000 ,254 1 77 ,616
4 ,953d ,909 ,905 ,07102 -,002 1,811 1 78 ,182 1,039
a. Predictors: (Constant), usia, map, efficacy, know, bs, IMT
b. Predictors: (Constant), usia, map, know, bs, IMT
c. Predictors: (Constant), usia, map, know, IMT
d. Predictors: (Constant), usia, know, IMT
e. Dependent Variable: abi

30
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3,983 6 ,664 130,478 ,000b
1 Residual ,387 76 ,005
Total 4,369 82
Regression 3,981 5 ,796 157,958 ,000c
2 Residual ,388 77 ,005
Total 4,369 82
Regression 3,980 4 ,995 199,291 ,000d
3 Residual ,389 78 ,005
Total 4,369 82
Regression 3,971 3 1,324 262,425 ,000e
4 Residual ,398 79 ,005
Total 4,369 82
a. Dependent Variable: abi
b. Predictors: (Constant), usia, map, efficacy, know, bs, IMT
c. Predictors: (Constant), usia, map, know, bs, IMT
d. Predictors: (Constant), usia, map, know, IMT
e. Predictors: (Constant), usia, know, IMT

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Correlations Collinearity Statistics
Coefficients
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF
(Constant) 2,350 ,823 2,855 ,006
IMT ,038 ,021 ,348 1,849 ,068 -,872 ,207 ,063 ,033 30,500
bs ,001 ,002 ,135 ,719 ,474 -,862 ,082 ,025 ,033 30,371
1 map -,005 ,003 -,111 -1,513 ,134 -,763 -,171 -,052 ,218 4,596
know -,144 ,095 -,145 -1,515 ,134 ,824 -,171 -,052 ,127 7,845
efficacy -,003 ,005 -,053 -,544 ,588 ,841 -,062 -,019 ,123 8,154
usia -,026 ,003 -1,496 -9,249 ,000 -,943 -,728 -,316 ,044 22,481
2 (Constant) 2,298 ,814 2,824 ,006

31
IMT ,041 ,019 ,380 2,128 ,037 -,872 ,236 ,072 ,036 27,617
bs ,001 ,002 ,079 ,504 ,616 -,862 ,057 ,017 ,048 21,043
map -,004 ,003 -,100 -1,426 ,158 -,763 -,160 -,048 ,234 4,271
know -,157 ,092 -,158 -1,709 ,092 ,824 -,191 -,058 ,136 7,373
usia -,025 ,002 -1,446 -10,974 ,000 -,943 -,781 -,373 ,066 15,044
(Constant) 2,185 ,778 2,807 ,006
IMT ,047 ,015 ,435 3,081 ,003 -,872 ,329 ,104 ,057 17,415
3 map -,004 ,003 -,085 -1,346 ,182 -,763 -,151 -,045 ,287 3,489
know -,154 ,091 -,155 -1,692 ,095 ,824 -,188 -,057 ,136 7,351
usia -,025 ,002 -1,434 -11,108 ,000 -,943 -,783 -,375 ,069 14,589
(Constant) 2,321 ,776 2,992 ,004

4 IMT ,038 ,014 ,353 2,757 ,007 -,872 ,296 ,094 ,070 14,199
know -,182 ,089 -,182 -2,031 ,046 ,824 -,223 -,069 ,143 6,989
usia -,025 ,002 -1,449 -11,210 ,000 -,943 -,784 -,381 ,069 14,479

Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) IMT bs map know efficacy usia
1 6,861 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,132 7,197 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,02 ,01
3 ,004 41,065 ,00 ,00 ,04 ,01 ,01 ,45 ,04
1 4 ,002 59,446 ,00 ,00 ,11 ,15 ,00 ,13 ,59
5 ,001 95,814 ,00 ,06 ,16 ,72 ,00 ,12 ,34
6 ,000 178,921 ,00 ,56 ,61 ,12 ,20 ,28 ,00
7 5,611E-005 349,665 ,99 ,38 ,07 ,00 ,79 ,00 ,02
1 5,936 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,061 9,897 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,04
3 ,002 51,832 ,00 ,00 ,26 ,05 ,01 ,54
2
4 ,001 82,703 ,00 ,02 ,22 ,91 ,00 ,08
5 ,000 144,553 ,00 ,58 ,43 ,03 ,12 ,31
6 5,624E-005 324,876 ,99 ,39 ,08 ,00 ,87 ,02
1 4,942 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,056 9,405 ,00 ,00 ,00 ,00 ,06
3
3 ,001 62,682 ,01 ,00 ,82 ,02 ,18
4 ,000 105,433 ,00 ,67 ,14 ,05 ,74

32
5 6,055E-005 285,706 ,99 ,33 ,04 ,93 ,01
1 3,944 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,055 8,435 ,00 ,00 ,00 ,06
4
3 ,000 89,515 ,00 ,70 ,07 ,93
4 6,302E-005 250,165 1,00 ,30 ,93 ,01
a. Dependent Variable: abi

Excluded Variablesa
Model Beta In t Sig. Partial Collinearity Statistics
Correlation Tolerance VIF Minimum
Tolerance
2 efficacy -,053b -,544 ,588 -,062 ,123 8,154 ,033
efficacy -,014c -,175 ,861 -,020 ,177 5,650 ,055
3
bs ,079c ,504 ,616 ,057 ,048 21,043 ,036
efficacy -,015d -,185 ,853 -,021 ,177 5,649 ,055
4 bs -,017d -,117 ,907 -,013 ,058 17,190 ,036
map -,085d -1,346 ,182 -,151 ,287 3,489 ,057
a. Dependent Variable: abi
b. Predictors in the Model: (Constant), usia, map, know, bs, IMT
c. Predictors in the Model: (Constant), usia, map, know, IMT
d. Predictors in the Model: (Constant), usia, know, IMT

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value ,5380 1,2922 ,8995 ,22006 83
Residual -,16295 ,17969 ,00000 ,06971 83
Std. Predicted Value -1,643 1,785 ,000 1,000 83
Std. Residual -2,294 2,530 ,000 ,982 83
a. Dependent Variable: abi

33
Lampiran Analisis Univariat

Variabel ABI

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean ,8995 ,02534
95% Confidence Interval for Lower Bound ,8491
Mean Upper Bound ,9499
5% Trimmed Mean ,8932
Median ,8000
Variance ,053
abi Std. Deviation ,23084
Minimum ,61
Maximum 1,30
Range ,69
Interquartile Range ,41
Skewness ,353 ,264
Kurtosis -1,400 ,523

ankle brachial index


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
moderate 43 51,8 51,8 51,8
Valid normal 40 48,2 48,2 100,0
Total 83 100,0 100,0

34
Variabel MAP

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 74,4012 ,57126
95% Confidence Interval for Lower Bound 73,2648
Mean Upper Bound 75,5376
5% Trimmed Mean 74,8695
Median 76,0000
Variance 27,086
map Std. Deviation 5,20440
Minimum 61,00
Maximum 79,40
Range 18,40
Interquartile Range 7,60
Skewness -1,189 ,264
Kurtosis ,725 ,523

mean artherial pressure


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid normal 83 100,0 100,0 100,0

Variabel Kadar Gula Darah Puasa

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 133,2289 2,34639
bs
95% Confidence Interval for Lower Bound 128,5612

35
Mean Upper Bound 137,8966
5% Trimmed Mean 133,6794
Median 140,0000
Variance 456,959
Std. Deviation 21,37660
Minimum 95,00
Maximum 162,00
Range 67,00
Interquartile Range 32,00
Skewness -,294 ,264
Kurtosis -1,266 ,523

blood glucose fasting


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
normal 40 48,2 48,2 48,2
Valid high 43 51,8 51,8 100,0
Total 83 100,0 100,0

Variabel Usia

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 48,0000 1,48011
95% Confidence Interval for Lower Bound 45,0556
Mean Upper Bound 50,9444
usia
5% Trimmed Mean 47,8025
Median 50,0000
Variance 181,829

36
Std. Deviation 13,48441
Minimum 29,00
Maximum 69,00
Range 40,00
Interquartile Range 26,00
Skewness ,157 ,264
Kurtosis -1,617 ,523

usia saat ini


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
dewasa 30 36,1 36,1 36,1
dewasa akhir 10 12,0 12,0 48,2
lansia awal 12 14,5 14,5 62,7
Valid
lansia akhir 20 24,1 24,1 86,7
manula 11 13,3 13,3 100,0
Total 83 100,0 100,0

37
Variabel IMT

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 25,2410 ,23269
95% Confidence Interval for Lower Bound 24,7781
Mean Upper Bound 25,7039
5% Trimmed Mean 25,2677
Median 26,0000
Variance 4,494
IMT Std. Deviation 2,11994
Minimum 22,00
Maximum 28,00
Range 6,00
Interquartile Range 3,90
Skewness -,138 ,264
Kurtosis -1,588 ,523

indeks massa tubuh


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
normal 40 48,2 48,2 48,2
overweight 18 21,7 21,7 69,9
Valid obese 25 30,1 30,1 100,0
Total 83 100,0 100,0

38
Variabel Pengetahuan

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 6,6141 ,02545
95% Confidence Interval for Lower Bound 6,5635
Mean Upper Bound 6,6647
5% Trimmed Mean 6,6062
Median 6,6000
Variance ,054
know Std. Deviation ,23186
Minimum 6,32
Maximum 7,10
Range ,78
Interquartile Range ,40
Skewness ,343 ,264
Kurtosis -1,277 ,523

pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
poor 46 55,4 55,4 55,4
Valid good 37 44,6 44,6 100,0
Total 83 100,0 100,0

39
indeks massa tubuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
normal 40 48,2 48,2 48,2
overweight 18 21,7 21,7 69,9
Valid obese 25 30,1 30,1 100,0
Total 83 100,0 100,0

Variabel Self Efficacy

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 20,4699 ,50601
95% Confidence Interval for Lower Bound 19,4633
Mean Upper Bound 21,4765
5% Trimmed Mean 20,3440
Median 20,0000
Variance 21,252
efficacy Std. Deviation 4,61000
Minimum 15,00
Maximum 29,00
Range 14,00
Interquartile Range 9,00
Skewness ,190 ,264
Kurtosis -1,475 ,523

40
self efficacy
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak yakin 19 22,9 22,9 22,9
Valid kurang yakin 64 77,1 77,1 100,0
Total 83 100,0 100,0

41
42

Anda mungkin juga menyukai