Anda di halaman 1dari 28

Inspeksi jaringan Tegangan

Menengah dan Gardu Distribusi di


Jl. Bandung - Kampus ITN
Kota Malang

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah MR. kelistrikan


yang dibimbing oleh ibu Rohmanita Duanaputri S.ST, M.T

disusun oleh :

1. Aminnudin Arief (1741150060)


2. Anggie Maulana (1741150097)
3. Ilham M (1741150106)
4. M.Alviando WisangPramudya (1741150041)
5. Ryan Setyo W (1741150081)
6. Denny dwi (1741150009)

I
PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Inspeksi JTM, dan GTT
di Jl.Bandung- kampus ITN kota malang ” sehingga penulisan makalah ini selesai
tepat pada waktunya.

Pada penulisan makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan
didalamnya. Oleh karena itu penulis mohon saran untuk perbaikan karya tulis yang
akan datang dan semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca
terutama kepada Mahasiswa jurusan Teknik Elektro di Politeknik Negeri Malang

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penulisaan karya Tulis Ilmiah ini.terkhusus kepada :

1. Ibu Rohmanita Duanaputri, S.ST., M.T yang selalu memberikan bimbingan untuk
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
2. Rekan - rekan yang telah mendukung hingga selesainya karya tulis Ilmiah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan
pengorbanan mereka kepada kami dan melimpah rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua.

Malang, 07 Oktober 2019

Penulis

III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………...... 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………… 1
1.3 Metode dan waktu inspeksi ………………………………… 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian inspeksi ……………............................................ 2
2.2 Pengertian tiang SUTM ………………………………………… 2
2.3 Pengertian GTT ………………………………………………… 5
2.4 Pengertian LBS ………………………………………………… 7
BAB III. PEMBAHASAN HASIL INSPEKSI
3.0 Data lapangan dan pembahasan ………………………………… 8

BAB IV. PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................... 19
3.2 Saran .............................................................................................. 19

IV
V
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini tingkat kesadaran masyarakat untuk mendapatkan pelayanan atas
hak-nya akan kebutuhan akan tenaga listrik semakin meningkat, maka dapat
dipastikan bahwa tuntutan masyarakat pelanggan listrik untuk mendapatkan
pelayanan listrik yang cepat dan andal, keandalan sistem diperoleh dari
perencanaan yang baik dan pemeliharaan yang berkesinambungan dan
komprehensif. Inspeksi merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung
perencanaan dan pemeliharaan yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap
tingkat mutu pelayanan (TMP) dan kinerja perusahaan.

Dengan dilaksanakannya inspeksi rutin maupun konvensional,diharapkan


dapat mencegah terjadinya gangguan, sehingga angka SAIDI dan SAIFI dapat
menurun serta dapat menjadi rekomendasi dalam perencanaan sistem kedepan agar
lebih handal, shingga susut daya dapat berkurang

Inspeksiyang dilakukan kali ini bertujuan untuk mengamati secara langsung


kelayakan komponen dari sistim Jaringan Distribusi yaitu penyaluran beban di
sistem 20 kV sebagai sarana pembelajaran bagi Mahasiswa Politeknik Negeri Malang
khususnya Program Studi Sistem Kelistrikan.

1.2. Tujuan
Tujuan inspeksi jaringan distribusi ini adalah untuk memberikan keterampilan
kepada mahasiswa agar mampu berperan aktif dalam pelaksanaan inspeksi baik
sebagai pelaksana maupun pengawas serta agar didapatkan data data yang akurat
untuk dijadikan acuan dalam perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem /
jaringan ke depan. Dengan pelaksanaan dinspeksi ini diharapkan mahasiswa memiliki
kecakapan dan siap mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap kinerja perusahaan ketika bekerja di PLN.

1.3. Metode dan Waktu Inspeksi


Metode yang dipakai dalam inspeksijaringan distribusi tegangan menengah ini
mencakup pembekalan materi berupa teori dikelas dan aplikasi praktek di lapangan.
Penjelasan teori telah dilaksanakan guna mengukur efektivitas pelaksanaan diklat
maka dibuat laporan yang berdasarkan hasil praktek lapangan. Inspeksi dilaksanakan

1
mulai tanggal 06 Oktober 2019 di mulai dari jalan bandung sampai depan kampus
ITN, sepanjang rute tersebut terdapaat 33 gawang tarikan utama dan 14 gawang
tarikan ganda Sedangkan evaluasi dan penyelesaian laporan dilaksanakan pada
tanggal 07 Oktober 2019.

2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Inspeksi
Suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada
mahasiswa agar mampu berperan aktif dalam pelaksanaan inspeksi baik sebagai
pelaksana maupun pengawas serta agar didapatkan data data yang akurat untuk
dijadikan acuan dalam perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem / jaringan ke
depan.

2.2. Pengertian Tiang SUTM


Tiang SUTM adalah tiang yang menopang penghantar tegangan menengah 20kV
yang akan disalurka ke gardu-gardu Trafo.
Komponen JTM :

 TIANG
Sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan jarak aman sesuai
dengan ketetentuan..Terbuat dari bahan yang kuat menahan beban tarik maupun tekan
yang berasal dari kawat ataupun tekanan angin.
Menurut bahannya tiang terdiri dari :

 Tiang besi : dari bahan baja ( steel ) terdiri dari 2 atau 3 susun pipa dengan
ukuran berbeda bagian atas lebih kecil dari bagian di bawahnya, setiap pipa
disambung, bagian yang lebih kecil dimasukkan ke dalam bagian yang lebih
besar sepanjang 50 cm dipasang pen dan dilas.
 Tiang beton : dari bahan campuran semen, pasir dan batu split, dicor dengan
kerangka besi baja.
Bentuk tiang beton ada 2 ( dua ) macam, yaitu berbentuk profil H dan berbentuk
bulat. Tiang berbentuk profil H konstruksi kerangka besi yang diregangkan dengan
kekuatan tertentu sesuai dengan kekuatan tiang, dicor dengan bahan campuran beton
menggunakan cetakan. Bahan campuara beton di pres sampai padat pada cetakannya,
dipanasi beberapa saat sampai mengeras .

Kekuatan tiang berada pada 2 ( dua ) sisi yang tidak sama besarnya.

Tiang beton berbentuk bulat lebih banyak digunakan karena mempunyai kekuatan
yang sama di setiap sisinya. Dibuat dengan kerangka baja yang dibentuk bulat dan
diregangkan sesuai kekuatan tiang yang diinginkan, kemudian dicor dengan bahan
campuran beton pada cetakan berbentuk bulat. Untuk pengerasannya dengan cara
diputar dengan kecepatan tinggi selama beberapa waktu, sampai akhirnya membentuk
seperti pipa , dimana bagian tengahnya berupa lobang. Tiang beton dapat digunakan
setelah dipanaskan denga temperatur cukup tinggi selama beberapa menit dan
kemudian didinginkan kembali secara alami

3
 TRAVERS ( Cross – Arm )
Berfungsi untuk tempat pemasangan isolator. Beberapa konstruksi SUTM di Jawa
Tengah travers tidak diperlukan dikarenakan isolator langsung dipasang pada tiang.
Bahannya dari besi baja dilapisi galvanis berbentuk kanal U berukuran 10 x 5 x 5 cm
dengan ketebalan 5 mm atau berbentuk persegi panjang berukuran 7,5 x 7,5 x 7,5 x
7,5 cm dengan , ketebalan 5 mm.

Berdasarkan besarnya sudut tarikan kawat ukuran panjangnya dibedakan menjadi 3


yaitu

 Panjang 1800 mm untuk sudut tarikan dari 00 s/d 180


 Panjang 2662 mm untuk sudut tarikan dari 180 s/d 600
 Panjang 2500 mm untuk sudut tarikan dari 600 s/d 900

Pemasangan travers pada tiang diikat dengan klem dan mur-baut, tetapi pada tiang
beton tidak diperlukan klem, karena baut langsung bisa menembus tiang dan travers.
Untuk menjaga agar travers tidak miring setelah dibebani isolator dan kawat, maka
dipasang konstruksi berupa besi penyangga atau berupa plat simpul.

 ISOLATOR
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang
berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat
temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk menahan
beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah berarti
mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat isolator ke
travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara penghantar satu
dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu dengn lainnya
dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan angin yang meniup
sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling bersentuhan.

Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur dan
gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di Indonesia
isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Warna isolator pada
umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening untuk bahan gelas.

Konstruksi Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan yang


bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan maka ada
bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan.

Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

 Isolator tumpu ( pin insulator )

4
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika penghantar
dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut maksimal 2 °
dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi ( leher ) isolator untuk
tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang tegak-lurus dii atas travers.

 Isolator tarik ( Strain insulator )


Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah dengan
beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi tiang awal /
akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang di bagian
sisi Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat dengan Strain
Clamp dengan pengencangan mur – bautnya. Isolator jenis ini pada sebagian
konstruksi SUTM di Jawa Barat dipakai juga untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang
dipasang menggantung di bawah travers dan sebagai pengikat penghantarnya
digunakan suspension clamp seperti pada konstruksi SUTT

 PENGHANTAR / KONDUKTOR
Berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Penghantar untuk saluran udara
biasanya disebut kawat yaitu peghantar tanpa isolasi ( telanjang ), sedangkan untuk
saluran dalam tanah atau saluran udara berisolasi biasanya disebut dengan kabel.
Penghantar yang baik harus mempunyai sifat :

 Konduktivitas / Daya Hantar Tinggi


 Kekuatan Tarik Tinggi
 Fleksibilitas Tinggi
 Ringan
 Tidak Rapuh
Untuk mendapatkan penghantar dengan persyaratan di atas dan ditijau dari segi
ekonomis masih menguntungkan, maka bahan penghantar yang bnyak digunakan
sebagai saluran tenaga listrik adalah logam aluminium dan tembaga. Untuk
penghantar ukuran kecil penghantar bisa terdiri hanya satu kawat, tetapi untuk ukuran
yang besar terdiri beberapa kawat yang dipilin menjadi satu.Hal itu selain untuk
keperluan kelenturan, maka kuat tarik dan daya hantar akan menjadi lebih besar
dibandingkan dengan penghantar yang hanya terdiri dari satu kawat.
Logam Murni
BCC : Bare Copper Conductor

AAC : All Aluminium Conductor

Logam Campuran
AAAC : All Aluminium Alloy Conductor

Logam Paduan
Copper Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Tembaga

Aluminium Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Aluminium.

5
Kawat Lilit Campuran
 Material Sambungan Penghantar

Joint Sleeve : Berfungsi untuk menyambung kawat


Repair Sleeve : Berfungsi untuk memperkuat kembali kawat yang sebagian uratnya
ada yang putus.
Parallel Groove Clamp : Berfungsi untuk menyambung kawat tetapi tidak ada
beban tarikan,misalnya sambungan pada tiang penegang,
sambungan percabangan.
Taping Clam :Berfungsi untuk penyadapan dari saluran ke peralatan listrik
lainya Joint dan repair sleeve pengencangannya dengan cara dipres
sedangkan parallel groove clamp diikat dengan mur baut.

2.3. Pengertian GTT

Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi
tenaga listrik yang terpasang di jaringan distribusi. Berfungsi sebagai trafo daya
penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya
tegangan tersebut disalurkan ke konsumen.

Kompenen GTT:

Gardu Tiang Trafo(GTT) berlokasi dekat dengan konsumen, trafo dipasang


pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan trafo dan
sistemnya, GTT dilengkapi dengan unit-unit pengaman yang ditempatkan pada
Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) Trafo daya step down berfungsi
untuk menurunkan dari tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 380/200
V(referensi tegangan trafo 400/231 V).
Komponen-komponen utama GTT:
1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan
menengah (20kV) menjadi tegangan rendah (380/200)Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi
gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan
tersebut tidak rusak. CO dipasang pada sisi tegangan menengah (20kV)
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang
disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73)
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang
pada sisi tegangan rendah (20kV), maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : Untuk menyalurkan arus ketanah yang disebabkan
oleh tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Grounding Trafo : Untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang
sehat bila terjadi gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan oleh
beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor
yang mengalir pada LV Panel.

6
8. Isolasi : sebagai penyekat antara bagian bertegangan dengan tidak
bertegangan. Digunakan sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat dengan
tiang.

Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah


(SUTM) 20kV.Karena tegangan masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu
beban secara langsung, kecuali pada beban yang didesain khusus. Ditribusi primer
merupakan saluran yang akan mensuplay ke Gardu Tiang Trafo(GTT), unit peralatan
yang termasuk sisi primer, sbb:
 Saluran sambungan (jamper) dari SUTM ke unit trafo (Saluran masukan
Saluran Sambungan dari SUTM ke Unit Trafo
Besar arus sambungan SUTM menuju ke saluran trafo distribusi sisi primer dihitung
berdasarkan besar kapasitas daya trafo terpasang.

Cut Out
Cut Out berfungsi untuk opersai dan sebagai unit trafo, cara kerjanya sebagai
berikut:Besar kapasitas CO tergantung dari besar Fuse Link, dan besar Fuse Link
harus disesuaikan dengan daya trafo, dan berfungsi sebagai pengaman(seperti pada
fuse atau sekering). Apabila terjadi gangguan pada unit trafo maka fuse link akan
putus, dan bisa diganti. Besar fuse link dari PLN adalah 3, 6, 10 A., karena disuaikan
dengan besar kapasitas Trafo Distribusi milik PLN.

Ligthning Arrester (LA)


Lightning Arrester (LA) digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap gangguan
tegangan lebih surja petir, system pemasangan LA, sbb:
 LA dipasang antara SUTM dan CO
Apabila SUTM terkena gangguan surja petir, maka arus gangguan akan diamankan
LA dan selanjutnya disalurkan ketanah. LA dipasang setelah CO. Apabila SUTM
tersambar surja petir, maka arus gangguan akan diamankan CO lebih dan arus sisa
gangguan akan diamankan lebih lanjut oleh LA.

7
2.4. Pengertian LBS
Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus arus tiga
fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara elektronis.
Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini dioptimalkan melalui control jarak jauh
dan skema otomatisasi. Swich pemutus beban juga merupakan sebuah sistem penginterupsi
hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam sebuah tangki baja anti karat dan disegel.

Sistem kabelnya yang full-insulated dan sistem pemasangan pada tiang pancang yang
sederhana yang membuat proses instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah.Sistem
pengendalian elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak pengendali yang terbuat dari baja
anti karat sehingga dapat digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Panel pengendali
(user-friendly) dan tahan segala kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak
jauh juga dapat ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).

Sistem operasi LBS sendiri terdiri dai 2 metode, yaitu :


1. Manual : Pada sistim manual, lbs dioperasikan secara manual oleh operator dengan cara
menarik tuas switch pada lbs.
2. Motorized : pada sistim motorized, lbs dioperasikan dengan menggunakan motor yang
terinstalasi pada komponen lbs, pada istim ini bisa dioperasikan oleh operator maupun
menggunakan sistem kontrol jarak jauh denganmenggunakan RTU pada lbs motorized.

8
BAB III : HASIL INSPEKSI JARINGAN
3.0. Data lapangan dan pembahasan

Pada lembar ini kami lampirkan data lapangan mengenai konstruksi SUTM dan GTT yang
perlu untuk di maintenance.

GTT 1 :

Gb: GTT1

1. Kontruksi GTT1 adalah konstruksi trafo 2 tiang (portal dengan 3 jurusan


2. Tiang ini adalah tiang beton, terdapat tempelan brosur dan pamphlet sehingga perlu
dibersihkan
3. Pintu panel rusak, perlu dilakukan pergantian
4. Panel penuh stiker sehingga menutupi kode panel

9
5. Bordes menggunakan kayu sehingga sudah lapuk dan perlu diganti dengan bordes besi
6. Cross arm terlihat keropos oleh karat
7. Cakar ayam pada tiang beton sudah rusak dan perlu dilakukan perbaikan
8. Kondisi trafo baik
9. Tidak ada tanda fasa

10
Tiang 2 :

Gb: Tiang 2 (T2)

1. Konstruksi tiang 2 marupakan konstruksi tiang tarik akhir (TM4)


2. Tiang yang digunakan adalah tiang beton dengan ukuran 13m
3. Kondisi tiang banyak terdapat tempelan pamflet sehingga mnutupi nomor tiang
4. Guy wire putus sehingga perlu diganti dengan yang baru

11
GTT5 :

Gb: GTT5

1. Kontruksi GTT5 adalah konstruksi trafo 2 tiang (portal dengan 3 jurusan


2. Tiang ini adalah tiang beton, terdapat tempelan brosur dan pamphlet sehingga perlu
dibersihkan
3. Pintu panel rusak, perlu dilakukan pergantian
4. Panel penuh stiker sehingga menutupi kode panel
5. Bordes menggunakan kayu sehingga sudah lapuk dan perlu diganti dengan bordes besi

12
6. Cross arm terlihat keropos oleh karat
7. Cakar ayam pada tiang beton sudah rusak dan perlu dilakukan perbaikan
8. Kondisi trafo baik
9. Tidak ada tanda fasa

13
Tiang 8 :

Gb: Tiang 8 (T8)

1. Konstruksi tiang 8 ini adalah konstruksi tiang penegang TM5


2. Kondisi tiang berkarat dan sedikit miring
3. Cross arm perlu meintenance karena berkarat dan terlihat keropos
4. Tarikan TR perlu dirapikan agar tidak mengganggu

14
Tiang 6 :

Gb: Tiang 6 (T6)

1. Konstruksi dari tiang 6 ini adalah konstruksi tiang penyangga (TM1)


2. Kondisi tiang cukup baik dengan sedikit karat pada bagian atas tiang
3. Jarak pepohonan perlu diperhatikan karena mengganggu tiang

15
GTT4 :

Gb: GTT4

1. Kontruksi GTT4 adalah konstruksi trafo 2 tiang (portal dengan 3 jurusan


2. Tiang ini adalah tiang beton, terdapat tempelan brosur dan pamphlet sehingga perlu
dibersihkan
3. Panel dalam keadaan tidak layak dikarenakan penuh karat. Perlu dilakukan pergantian
4. Panel tertutup stiker dan karat sehingga menutupi kode panel
5. Bordes menggunakan kayu sehingga sudah lapuk dan perlu diganti dengan bordes besi
6. Cross arm terlihat keropos oleh karat
7. Cakar ayam pada tiang beton sudah rusak dan perlu dilakukan perbaikan
8. Kondisi trafo baik
9. Tidak ada tanda fasa

16
GTT5 :

Gb: GTT5

1. Kontruksi GTT5 adalah konstruksi trafo 2 tiang (portal dengan 3 jurusan


2. Tiang ini adalah tiang beton, terdapat tempelan brosur dan pamphlet sehingga perlu
dibersihkan
3. Panel penuh stiker sehingga menutupi kode panel
4. Cakar ayam pada tiang beton sudah rusak dan perlu dilakukan perbaikan
5. Kondisi trafo baik
6. Tidak ada tanda fasa

17
Tiang 15 :

Gb: Tiang 15 (T15)

1. Kontruksi tiang 15 memiliki 2 tarikan, yaitu 2 konstruksi tiang penegang (TM5) dan
terdapat LBS motorized sebagai konstruksi pendukung jaringan
2. Kondisi cross arm pada jaringan paling atas berkarat
3. Perlu pengecekan pada jumper AL-CU dan line tap
4. Panel terdapat stiker dan perlu dibersihkan

18
GTT6 :

Gb: GTT6

1. Kontruksi GTT1 adalah konstruksi trafo cantol dengan maksimal daya 100 kVA
2. Tiang ini adalah tiang beton, terdapat tempelan brosur dan pamphlet sehingga perlu
dibersihkan
3. Panel penuh stiker sehingga menutupi kode panel
4. Cross arm terlihat keropos oleh karat
5. Tidak ada tanda bahaya
6. Kondisi trafo baik
7. Tidak ada tanda fasa

19
Tiang 18 :

Gb: Tiang 18 (T18)

1. Kontruksi dari tiang 18 terdiri dari 2 tarikan, yaitu 2 konstruksi tiang penyangga (TM1)
2. Kondisi pepohonan disekitar tiang sangat mengganggu
3. Perlu dilakukan pemangkasan pohon supaya tidak mengganggu maintenance

20
GTT7 :

Gb: GTT 7

1. Kontruksi GTT1 adalah konstruksi trafo cantol dengan maksimal daya 100 kVA
2. Tiang ini adalah tiang besi dan dalam keadan miring dikarenakan strut pole terbuat dari
besi dan dalam kondisi berkarat
3. Panel penuh stiker sehingga menutupi kode panel
4. Cross arm terlihat keropos oleh karat
5. Tidak ada tanda bahaya
6. Kondisi trafo baik
7. Tidak ada tanda fasa

21
BAB IV : PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari inspeksi distribusi jaringan tegangan menengah ini dapat disimpulkan bahwa
pemasangan kabel (jumper) dan pelabelankhususnya kabel TR masih sembarangan,
tidak memperhatikan segi keamanan (tegangan sentuh maupun short circuit) dan nilai
estetika/keindahan sehingga terlihat berantakan. Tiang listrik baik tiang besi maupun
beton rata-rata perlu dibersihkan akibat pamphlet dan brosur yang di tempel
sembarangan.Sedangkan khusus tiang besi rata-rata berkarat sehingga perlu di cat
ulang.Travers dan penegang tiang juga beberapa perlu pengecekan rutin karena
dikhawatirkan bisa lepas/ roboh. Untuk komponen-komponen seperti isolator, cut out
switch, LA arrester, bolt & nut, arm tie, fuse link rata-rata sudah terpasang dengan baik
dan sesuai standar

3.2. Saran

 Sebaiknya diadakan pengecekan rutin/inspeksi tiang rutin oleh petugas PLN


 Petugas PLN yang bertugas melakukan maintenance and repair semestinya lebih
memperhatikan aspek keamanan dan keindahan
 Sebaiknya PLN juga mengeluarkan peraturan yang lebih tegas masalah pamphlet dan
brosur yang di tempel sembarangan

22

Anda mungkin juga menyukai