Program KIA-KB
Program KIA-KB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas
berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia,
khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six)
Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab
dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Keberhasilan program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia terus menurun setiap tahun. Namun, jalan memerangi AKB masih
panjang.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan dari tahun ke tahun AKB mengalami penurunan signifikan.
Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991, hingga 24 kematian
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, adanya penurunan AKI
dan AKB disebabkan beberapa faktor. Hampir seluruh Puskesmas--9.456--
telah melaksanakan kelas ibu hamil, 96,1 persen ibu hamil pernah
mendapatkan pelayanan antenatal sekali selama kehamilan, 86 persen ibu
hamil periksa sekali sewaktu trimester I, dan 74,1 persen ibu hamil periksa
1
sesuai standar, serta persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan telah
mencapai 86 persen.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk kesehatan ibu
dan anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pentingnya Kesehatan Ibu dan
Anak
c. Mahasiswa mengerti indicator yang ada dalam KIA
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kontrasepsi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua,
dan 2 kali pada triwulan ketiga.
4
h. Sedang menderita penyakit kronis antaranya : TBC, kelainan jantung,
ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa, KPD,
kehamilan ektopik, bayi dengan cacat kongenital)
j. Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria, ekstraksi vakum
/ forcep)
k. Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)
l. Kelainan besar janin
m. Kelainan letak janin
Pelayanan obstetri :
Pelayanan neonatus :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia
b. Pencegahan dan penanganan hipotermi
c. Penanganan BBLR
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus
ringan – sedang
e. Pencegahan dan penangan gangguan minum
5
5. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan Ibu Nifas merupakan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin
oleh tenaga kesehatan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan
ketentuan waktu:
6
7. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan
neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan
kesakitan, kecatatan dan kematian oleh tenaga kesehatan.
7
8. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4
kali, selama periode 29 hari sampai 11 bulan setelah lahir.
8
10. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayananan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat berkonstribusi dalam menurunkan angka
kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah
cukup memiliki anak (2 anak lebih baik), serta meningkatkan fertililitas
bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Macam-macam kontrasepsi:
Macam KBA:
9
c. Senggama Terputus
Metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan dengan cara
mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Sperma tidak
masuk dalam vagina sehingga pembuahan dapat dicegah.
d. Metode Barier
1) Kondom
Selubung tipis dari karet, vinil atau produk alamiah yang
diberi spermisida untuk perlindungan tambahan. Selubung itu
dipasangkan pada penis pada saat penis ereksi. Kondom berbeda-
beda kualitasnya tergantung bentuk, warna, lubrikasi/ pelumasan,
ketebalan, tekstur dan penambahan spermisidanya (biasanya
nonoxynol-9).
2) Diafragma
Alat kontrasepsi dari lateks (karet) berbentuk kubah yang
dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan
seksual dan berfungsi untuk menutupi servik.
3) Spermisida
Bahan kimia (biasanya nonixynol-9) yang dapat
menonaktifkan atau membunuh sperma.
Jenis-Jenis:
a) Aerosol (busa),
b) Tablet Vaginal,
c) suppositoria atau lapisan tipis yang bisa larut (dissolvable film)
,
d) Krim.
10
e. Kontrasepsi Kombinasi Oral (Hormon Estrogen dan progesteron)
1) Jenis KKO :
2) Suntikan Kombinasi
f. Kontrasepsi Progestin
1) Suntikan Progestin
11
3) Implan
a) NORPLANT
- Terdiri dari 6 kapsul
- Mengandung 36 mg levonorgestrel
- Lama kerja: 5 tahun
b) INDOPLAN/JEDE
- Terdiri dari 2 batang kapsul
- Mengandung 75 mg levonorgestrel
- Lama kerja 3 tahun
c) IMPLANON
- Terdiri dari 1 batang kapsul
- Mengandung 68 mg 3-keto-desogestrel
- Lama kerja 3 tahun
Macam-macam akdr:
Misal : grafenberg ring, Ota ring, Marguiles coil, Lippes loop, Saf-
t-coil, Delta loop
3) Mengandung logam
12
b) AKDR-Cu generasi kedua
h. Kontrasepsi Mantap
1) Vasektomi
Vasektomi di Amerika Serikat Merupakan metoda
kontraseptif yang paling populer digunakan oleh 13% dari
pasangan kawin dari usia subur. Penggunaan bertambah tiga kali
lebih cepat dibanding penggunaan pil kontraseptif oral
13
2) Tubektomi
Dengan menutup tuba fallopii (mengikat dan memotong,
memasang cincin, menjepit atau melakukan electro-cautery),
sperma akan dicegah agar tidak dapat mencapai ova dan
menyebabkan terjadinya pembuahan
3) Rekanalisasi
14
- Pemberian vitamin a(6-11
bulan)
- Asi eklusif
8 Pelayanan kesehatan anak balita Pemberian vitamin a (1-5 tahun) 2 x
setahun
9 Pelayanan kb berkualitas Kb aktif
Sumber : Laporan Puskemas Ambacang tahun 2011
Keterangan :
K1 : Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan pada trimester pertama
K4 : Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
standar (paling sedikit 4 kali selama kehamilan)
Pn : Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
KF 1 : Kunjungan nifas 6 jam – 3 hari setelah persalinan
KF 3 : Kunjungan nifas dari hari ke 29 – 42 hari pasca persalinan
KN 1 : Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar setelah 6
– 48 jam pasca persalinan
KN 3 : Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar setelah 8
– 28 hari pasca persalinan
15
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.
16
BAB III
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
1. Program KIA KB yang ada di Puskesmas Ambacang sudah sesuai dengan
pelayanan kesehatan dasar dalam standar pelayanan minimal bidang kesehatan
di kabupaten/kota dari kementrian kesehatan, yaitu :
a. Pelayanan KIA ibu
b. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
c. Pelayanan Kesehatan Nifas
d. Penanganan komplikasi obstetric
e. Pelayanan KN 1, KN2, dan KN3
f. Penanganan komplikasi neonatus
g. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari-12 bulan (Kunjungan Bayi)
h. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita
i. Program keluarga berencana
2. Dari semua program, hingga bulan September tahun2012, program yang
capaiannya masih sangat jauh dari target yaitu penanganan komplikasi
obstetric. Program yang sudah melampaui target yaitu program keluarga
berencana. Sedangkan program lainnya rata-rata sudah hampir mencapai
target.
3. Permasalahan utama yang dihadapi program KIA KB adalah mengenai
pendataan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) yang belum optimal.
5.2 Saran
1. Meningkatkan koordinasi petugas KIA KB dengan bidan pembina wilayah
setempat dan kader
2. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dilaksanakan optimal setiap bulan
3. Perekapan data dilakukan dengan lebih cermat
4. Evaluasi pelaksanaan program dilakukan rutin dalam LOKMIN
17
DAFTAR PUSTAKA
18