Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas
berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia,
khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six)
Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab
dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Keberhasilan program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia terus menurun setiap tahun. Namun, jalan memerangi AKB masih
panjang.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan dari tahun ke tahun AKB mengalami penurunan signifikan.
Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991, hingga 24 kematian
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, adanya penurunan AKI
dan AKB disebabkan beberapa faktor. Hampir seluruh Puskesmas--9.456--
telah melaksanakan kelas ibu hamil, 96,1 persen ibu hamil pernah
mendapatkan pelayanan antenatal sekali selama kehamilan, 86 persen ibu
hamil periksa sekali sewaktu trimester I, dan 74,1 persen ibu hamil periksa

1
sesuai standar, serta persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan telah
mencapai 86 persen.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk kesehatan ibu
dan anak.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pentingnya Kesehatan Ibu dan
Anak
c. Mahasiswa mengerti indicator yang ada dalam KIA
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kontrasepsi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Program KIA KB


Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari
enam program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi,
bayi, dan balita.

B. Program Pokok pada Pelayanan KIA KB


Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
kabupaten/kota yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka
program di puskesmas, khususnya KIA KB harus meliputi sebagai berikut :
1. Pelayanan Antenatal
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama kehamilannya, yang disesuaikan dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Antenatal, yang terdiri dari :
a. Timbang berat badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi (LILA)
d. Ukur tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f. Pemberian imunisasi TT lengkap
g. Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus)
i. Tatalaksana kasus
j. Temu wicara (konseling)

3
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua,
dan 2 kali pada triwulan ketiga.

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Hal ini diutamakan untuk :

a. Mencegah terjadinya infeksi


b. Menerapkan metode persalinan yang sesuai dengan standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Memberikan injeksi vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir

3. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan


Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan
komplikasi kebidanan. Faktor resiko pada ibu hamil adalah :

a. Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun


b. Anak > 4 orang
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun
d. Kurang energi kronis (KEK) dengan LLA < 23,5 cm atau
penambahan berat badan > 9 kg selama masa kehamilan
e. Anemia dengan Hb < 11 g/dl
f. TB < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada kehamilan
sekarang.

4
h. Sedang menderita penyakit kronis antaranya : TBC, kelainan jantung,
ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa, KPD,
kehamilan ektopik, bayi dengan cacat kongenital)
j. Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria, ekstraksi vakum
/ forcep)
k. Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)
l. Kelainan besar janin
m. Kelainan letak janin

4. Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan.

Pelayanan obstetri :

a. Penanganan pendarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas


b. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan
c. Pencegahan dan penanganan infeksi
d. Penanganan partus lama / macet
e. Penanganan abortus
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan

Pelayanan neonatus :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia
b. Pencegahan dan penanganan hipotermi
c. Penanganan BBLR
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus
ringan – sedang
e. Pencegahan dan penangan gangguan minum

5
5. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan Ibu Nifas merupakan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin
oleh tenaga kesehatan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan
ketentuan waktu:

a. Kunjungan nifas pertama (KF1) : 6 jam – 3 hari pasca persalinan


b. Kunjungan nifas kedua (KF2) : 4 – 28 hari pasca persalinan
c. Kunjungan nifas ketiga (KF3) : 29 – 42 hari pasca persalinan

Pelayanan yang diberikan adalah :


a. Pemeriksaan TD, nadi, respirasi dan suhu
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif
e. Pemberian kapsul vit A sebanyak 2 kali (segera setelah melahirkan dan
24 jam setelah pemberian pertama)
f. Pelayanan KB pasca persalinan

6. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 – 28 hari setelah lahir, yaitu:

a. Kunjungan Neonatus ke-1 ( KN 1 ) : 6 - 48 jam setelah lahir


b. Kunjungan Neonatus ke-2 ( KN 2 ) : hari ke 3 – 7 setelah lahir
c. Kunjungan Neonatus ke-3 ( KN 3 ) : hari ke 8 – 28 setelah lahir

6
7. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan
neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan
kesakitan, kecatatan dan kematian oleh tenaga kesehatan.

Tanda- tanda neonatus dengan komplikasi :


a. Tidak mau minum / menyusu atau memuntahkan semua yang masuk
kemulutnya
b. Riwayat kejang
c. Bergerak jika hanya dirangsang
d. Frewensi napas < 30 x / menit atau > 60 x / menit
e. Suhu tubuh < 35,5 0C atau > 37,5 0C
f. Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat
g. Ada pustul di kulit
h. Nanah banyak di mata
i. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
j. BBLR atau ada masalah menyusu
k. Berat menurut umur rendah
l. Adanya kelainan kongenital
m. Prematuritas
n. Asfiksia
o. Infeksi bakteri
p. Kejang
q. Ikterus
r. Diare
s. Hipotermi
t. Tetanus neonatorum
u. Trauma lahir, sindrom gangguan pernapasan, dll.

7
8. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4
kali, selama periode 29 hari sampai 11 bulan setelah lahir.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :


a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1- 4, DPT / Hb,
campak) sebelum usia 1 tahun
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
c. Pemberian vitamin A (6 – 11 bulan)
d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
– tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan
buku KIA.
e. Penanganan dan rujukan kasus jika perlu
f. Penanganan dengan metoda MTBS

9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Masa balita merupaka masa keemasan atau golden periode dimana
terbentuk dasar – dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan
moral.

Pelayanan sesuai standar yang diberikan meliputi :


a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun
b. Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
c. Pemberian vitamin A dosis tinggi, 2 kali setahun.
d. Kepemilikan dan pemamfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menngunakan
pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

8
10. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayananan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat berkonstribusi dalam menurunkan angka
kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah
cukup memiliki anak (2 anak lebih baik), serta meningkatkan fertililitas
bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.

Macam-macam kontrasepsi:

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)


Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Cara
kerja MAL dengan penundaan/penekanan ovulasi.
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara
penuh (full breast feeding) , lebih efektif bila pemberian lebih 8x
sehari, belum haid, umur bayi kurang dari 6 bulan, Efektif sampai 6
bulan dan harus dilanjutkan dengan metode kontrasepsi lainnya.

b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)


Seorang ibu harus mengerti kapan masa suburnya berlangsung,
efektif bila dipakai dengan tertib, tidak ada efek samping, pasangan
secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu, atau
senggama pada masa subur utuk mencapai kehamilan.

Macam KBA:

1) Metode lender serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi


Billings /MOB atau metode 2 hari mukosa servik dan metode simti
termal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif
misalnyasistem kalender atau pantang berkala karena kegagalannya
sudah cukup tinggi lebih dari 20 %. Metode tersebut tidak
diajarkan lagi oleh pengajar KBA.

9
c. Senggama Terputus
Metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan dengan cara
mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Sperma tidak
masuk dalam vagina sehingga pembuahan dapat dicegah.
d. Metode Barier
1) Kondom
Selubung tipis dari karet, vinil atau produk alamiah yang
diberi spermisida untuk perlindungan tambahan. Selubung itu
dipasangkan pada penis pada saat penis ereksi. Kondom berbeda-
beda kualitasnya tergantung bentuk, warna, lubrikasi/ pelumasan,
ketebalan, tekstur dan penambahan spermisidanya (biasanya
nonoxynol-9).

2) Diafragma
Alat kontrasepsi dari lateks (karet) berbentuk kubah yang
dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan
seksual dan berfungsi untuk menutupi servik.

3) Spermisida
Bahan kimia (biasanya nonixynol-9) yang dapat
menonaktifkan atau membunuh sperma.

Jenis-Jenis:

a) Aerosol (busa),
b) Tablet Vaginal,
c) suppositoria atau lapisan tipis yang bisa larut (dissolvable film)
,
d) Krim.

10
e. Kontrasepsi Kombinasi Oral (Hormon Estrogen dan progesteron)

1) Jenis KKO :

a) Monofasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormone aktif estrogen/progestin dalam dosis
yang sama, dengan 7 tabet tampa hormone aktif.
b) Bifasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/progestin dalam dosis yang berbeda,
dengan 7 tabet tampa hormone aktif.
c) Trifasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dalam 3 dosis
yang berbeda, dengan 7 tabet tampa hormone aktif.

2) Suntikan Kombinasi

a) 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol


valerat.
b) 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat.
c) Efektivitas: 0.1–0.4 kehamilan per 100 wanita.

f. Kontrasepsi Progestin

1) Suntikan Progestin

a) Depo-Provera (DMPA): 150 mg depot-medroxyprogesterone


acetate yang diberikan setiap 3 bulan
b) Noristerat (NET-EN): 200 mg norethindrone enanthate yang
diberikan setiap 2 bulan
2) Mini pil
a) Kemasan 35-pil: 300 µg levonorgestrel atau 350 µg
norethindrone
b) Kemasan 28-pil: 75 µg norgestrel

11
3) Implan
a) NORPLANT
- Terdiri dari 6 kapsul
- Mengandung 36 mg levonorgestrel
- Lama kerja: 5 tahun
b) INDOPLAN/JEDE
- Terdiri dari 2 batang kapsul
- Mengandung 75 mg levonorgestrel
- Lama kerja 3 tahun
c) IMPLANON
- Terdiri dari 1 batang kapsul
- Mengandung 68 mg 3-keto-desogestrel
- Lama kerja 3 tahun

g. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Macam-macam akdr:

1) Tanpa obat (inert devices)

Misal : grafenberg ring, Ota ring, Marguiles coil, Lippes loop, Saf-
t-coil, Delta loop

2) Dengan obat (bio-active devices) Mengandung hormon


Misal : Progestasert dan LNG-20

3) Mengandung logam

a) AKDR-Cu generasi pertama

Misal : CuT-200, Cu-7, MLCu-250

12
b) AKDR-Cu generasi kedua

Misal : CuT-380A, CuT-380Ag, CuT-220C, Nova-T,Delta-T,


MLCu-375

c) AKDR masa depan

Misal : Ombrelle-250, Ombrelle-380, Cu-Fix

Gambar jenis akdr

h. Kontrasepsi Mantap

1) Vasektomi
Vasektomi di Amerika Serikat Merupakan metoda
kontraseptif yang paling populer digunakan oleh 13% dari
pasangan kawin dari usia subur. Penggunaan bertambah tiga kali
lebih cepat dibanding penggunaan pil kontraseptif oral

13
2) Tubektomi
Dengan menutup tuba fallopii (mengikat dan memotong,
memasang cincin, menjepit atau melakukan electro-cautery),
sperma akan dicegah agar tidak dapat mencapai ova dan
menyebabkan terjadinya pembuahan

3) Rekanalisasi

Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah


banyak dikembangkan. Teknik ini tidak saja menyambung kembali
tuba fallopi dengan baik, tetapi juga menjamin keembalinya fungsi
tuba. Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro yang secara
akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,
mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi
tuba, menjamin vibrae tuba tetap bebas sehingga fungsi
penangkapan ovum masih tetap baik.

C. Indikator Pemantauan Keberhasilan Program KIA


Tabel 2.1.Indikator pemantauan keberhasilan program KIA

No Program kia Indikator pemantauan

1 Antenatal care K1, k4


2 Pertolongan persalinan Pn
3 Pelayanan kesehatan ibu nifas Kf1, kf3
4 Pelayanan kesehatan neonatus Kn1 , kn3
5 Pelayanan komplikasi kebidanan - Pemeriksaan anc
- Pemeriksaan pada saat
pelayanan kesehatan ibu nifas
6 Pelayanan neonatus dengan komplikasi Pemeriksaan waktu kunjungan
neonates
7 Pelayanan kesehatan bayi - Pemberian imunisasi lengkap

14
- Pemberian vitamin a(6-11
bulan)
- Asi eklusif
8 Pelayanan kesehatan anak balita Pemberian vitamin a (1-5 tahun) 2 x
setahun
9 Pelayanan kb berkualitas Kb aktif
Sumber : Laporan Puskemas Ambacang tahun 2011
Keterangan :
K1 : Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan pada trimester pertama
K4 : Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
standar (paling sedikit 4 kali selama kehamilan)
Pn : Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
KF 1 : Kunjungan nifas 6 jam – 3 hari setelah persalinan
KF 3 : Kunjungan nifas dari hari ke 29 – 42 hari pasca persalinan
KN 1 : Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar setelah 6
– 48 jam pasca persalinan
KN 3 : Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar setelah 8
– 28 hari pasca persalinan

D. Manajemen Kegiatan KIA


Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah
Setempat – KIA (PWS-KIA). Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat
untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi
kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan program
KIA secara teknis maupun non teknis, yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan
kesehatan yang terdiri dari :
a. Indikator Akses

15
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.

2. Indikator Pemantauan Non teknis


Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi
kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para
penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan
sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai
tingkat administrasi, yaitu :
a. Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam
pemantauan secara teknis memodifikasinya menjadi indikator
pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para penguasa
wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan
secara teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator
efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa
wilayah.

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan,


per desa serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas
sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu
tindak lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah perihal :
peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber daya
setempat yang diperlukan.

16
BAB III
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
1. Program KIA KB yang ada di Puskesmas Ambacang sudah sesuai dengan
pelayanan kesehatan dasar dalam standar pelayanan minimal bidang kesehatan
di kabupaten/kota dari kementrian kesehatan, yaitu :
a. Pelayanan KIA ibu
b. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
c. Pelayanan Kesehatan Nifas
d. Penanganan komplikasi obstetric
e. Pelayanan KN 1, KN2, dan KN3
f. Penanganan komplikasi neonatus
g. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari-12 bulan (Kunjungan Bayi)
h. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita
i. Program keluarga berencana
2. Dari semua program, hingga bulan September tahun2012, program yang
capaiannya masih sangat jauh dari target yaitu penanganan komplikasi
obstetric. Program yang sudah melampaui target yaitu program keluarga
berencana. Sedangkan program lainnya rata-rata sudah hampir mencapai
target.
3. Permasalahan utama yang dihadapi program KIA KB adalah mengenai
pendataan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) yang belum optimal.

5.2 Saran
1. Meningkatkan koordinasi petugas KIA KB dengan bidan pembina wilayah
setempat dan kader
2. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dilaksanakan optimal setiap bulan
3. Perekapan data dilakukan dengan lebih cermat
4. Evaluasi pelaksanaan program dilakukan rutin dalam LOKMIN

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Data dan Informasi diunduh tanggal 14 Oktober 2012 dari:


www.depkes.go.id
2. MDGs 2015 diunduh tanggal 14 Oktober 2012 dari : www.depkes.go.id
3. Puskesmas Ambacang. Laporan Puskemas Ambacang tahun 2011. Padang
: Puskesmas Ambacang
4. Puskesmas Ambacang. Laporan Program KIA KB Puskesmas Ambacang
triwulan III tahun 2012. Padang : Puskesmas Ambacang
5. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
di Indonesia diunduh tanggal 14 Oktober 2012 dari :
www.kesehatananak.depkes.go.id

18

Anda mungkin juga menyukai