Diabetes Mellitus
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Home Group ini dengan
baik. Makalah Home Group ini dibuat untuk memenuhi salah satu kriteria penilaian
dalam Mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan (IDK). Makalah berjudul “Diabetes
Mellitus” ini kami susun berdasarkan Lembar Tugas Mandiri masing-masing anggota
Home Group kami. Selama penulisan Lembar Tugas Mandiri dan penyusunan
makalah, anggota Home Group kami mendapatkan banyak wawasan dan pengetahuan
yang baru. Adapun isi dari makalah ini meliputi definisi DM, manifestasi klinis DM,
patofisiologis DM, pencegahan DM serta farmakologi DM.
Penyelesaian makalah ini tidaklah luput dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kelompok kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa, ibu Riri Maria S.Kp., MANP., selaku fasilitator kami, dan semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini. Tidak lupa kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna memperbaiki makalah ini.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN………………………………...………………………………. i
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………............................. 1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………...…. 2
1.4 Metode Penulisan……………………………………………………………...… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diabetes Mellitus………………………………………………...…….. 3
2.2 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus………………………………………...…. 4
2.3 Patofisiologi……………………………………………..…………………….... 6
2.3.1 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM–Insulin Dependent
Diabetes Mellitus)…………………………………………………….............. 7
2.3.2 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II (NIDDM–Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus)………………………………………............… 7
2.4 Pencegahan Diabetes Mellitus…………………………………………….......… 8
2.4.1 Pencegahan Primer……………………………..………………………...... 8
2.4.2 pencegahan Sekunder……………………………………………...…….… 8
2.4.3 Pencegahan Tersier…………………………………………………...…... 10
2.5 Terapi Farmakologi……………………………………………………….….… 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………... 16
3.2 Saran………………………………………………………………………..…... 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..…... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik deng
an karakteristik kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) yang terjadi karena k
elainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-keduanya. Diabetes mellitus merupak
an penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup dan dapat memicu terjadinya ko
mplikasi serius dan berujung pada kematian. Diabetes Melitus juga merupakan penya
kit yang tidak dapat disembuhkan. Klasifikasi utama DM yaitu Insulin Dependent Dia
betes Mellitus (IDDM/DM tipe 1) dan Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NI
DDM/DM tipe 2).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka ins
iden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai belahan dunia. Diabetes mellitus tipe 2 mel
iputi 90% kasus DM di negara-negara berkembang dan merupakan kasus terbesar pad
a beberapa negara berkembang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang D
M dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 di Indones
ia. Hasil penelitian terakhir menunjukkan adanya peningkatan prevalensi di Indonesia
. Penelitian di Jakarta melaporkan bahwa prevalensi DM 1,7% oada tahun 1982 menj
adi 5,7% pada tahun 1993 dan menjadi 12,8% pada tahun 2001 di daerah sub-urban J
akarta. Diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 194 juta penduduk yang berusia di at
as 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%)
maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang DM di daerah urban dan 8,1 juta di d
aerah rural. Menurut survey yang dilakukan oleh WHO, Indonesia menempati urutan
ke-4 terbesar dalam jumlah penyandang DM, sedangkan urutan diatasnya yaitu India,
China, dan Amerika Serikat. Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit
DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas mengenai DM berikut pencegahan dan pengobatannya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi, tipe, dan penyebab DM
1.3.2 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari DM
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi DM
1.3.4 Untuk mengetahui, memahami dan menjalankan program pencegahan DM yang
efektif
1.3.5 Untuk mengetahui, memahami dan menjalankan pengobatan DM secara tepat
2.3. Patofisiologi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu gejala yang timbul pada individu
disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat jumlah insulin
yang abnormal (Arjatmo, 2002). Insulin diproduksi oleh kelenjar ludah perut
pancreas pada bagian yang disebut pulau-pulau Langerhans. Terdapat beberapa jenis
sel utama dari pulau-pulau Langerhans, meliputi: (a) sel A [Alpha], berperan untuk
memproduksi glikogen yang menjadi factor hiperglikemik; (b) sel B [Beta], berperan
untuk memproduksi insulin; dan (c) sel D [Delta], berperan untuk membuat
somatostatin.
Pada pulau-pulau Langerhans tersebut terdapat islet cells yang berfungsi
dalam pembuatan insulin. Pengaturan dalam sekresi insulin ini dipengaruhi oleh efek
umpan balik kadar glukosa darah pada pancreas. Apabila kadar glukosa darah
meningkat diatas 100 mg/ 100mL darah maka sekresi insulin dapat meningkat cepat.
Sedangkan, apabila kadar glukosa normal atau dalam kondisi rendah maka produksi
insulin akan menurun. Maka, disimpulkan bahwa hubungan antara jumlah glukosa
darah dengan jumlah produksi insulin berbanding sejajar.
2.3.1. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe I ( IDDM – Insulin Dependent
Diabetes Mellitus)
Islet cells pada penderita DM I menghasilkan insulin dengan jumlah yang
tidak mencukupi atau bahkan sama sekali tidak memproduksi insulin pada saat
glukosa diserap ke dalam aliran darah. Insulin yang berperan untuk mengubah
glukosa menjadi glikogen (gula simpanan), apabila terdapat dalam jumlah yang
sedikit akan menyebabkan gula darah menumpuk dalam aliran darah karena tidak
bekerjanya proses metabolisme. Hal ini menyebabkan kadar gula darah meningkat
dan tidak sebanding lagi dengan jumlah hidrat arang yang dikonsumsi (dari makanan).
Maka dari itu, untuk mengimbangi kekurangan produksi insulin tersebut,
penderita harus mendapatkan terapi insulin secara subkutan sebelum makan (± 1 jam).
Pemberian insulin ini dilakukan satu jam sebelum makan agar proses kerja insulin
dapat berkoordinasi dalam melakukan pengikatan dengan glukosa yang diasup dari
makanan. Sehingga fungsi insulin sebagai pengubah glukosa menjadi glikogen dapat
bekerja sesuai dengan perannya.
2.3.2. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II (NIDDM – Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus)
Pada penderita DM Tipe II, insulin bekerja untuk memengaruhi sel-sel sasaran
(sel-sel otot dan lemak) dimana hal ini tidak berfungsi dengan baik. Sel-sel tersebut
menolak mengambil glukosa dari dalam darah dengan bantuan insulin. Sehingga gula
akan tetap berada dalam darah dan terjadi penumpukan sehingga jumlah gula tersebut
akan terus meningkat. Kadar gula yang tinggi ini akan merangsang islet cells untuk
memproduksi lebih banyak insulin. Diingatkan lagi pada hubungan antara jumlah
glukosa darah dengan jumlah produksi insulin yang berbanding sejajar. Insulin
Mempengaruhi sel-sel sasaran (sel-sel otot & lemak) Menolak bantuan insulin
Penumpukan gula darah dalam aliran darah Kadar gula darah meningkat Merangsang
islet cells Produksi insulin berlebih ‘Keletihan awal’ islet cells Produksi insulin
berkurang Pemberian obat-obatan Membantu dalam peningkatan insulin
2.4. Pencegahan diabetes mellitus
2.4.1. Pencegahan Primer
Tujuan untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus. Untuk itu, faktor-faktor
yang dapat menyebabkan diabetes mellitus perlu diperhatikan, baik secara genetic
maupun lingkungan. Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan primer:
- Pola makan seimbang dan tidak berlebihan
- Genetik konseling
- Identifikasi kelompok resiko tinggi
- Edukasi
- Olahraga secara teratur dan tidak banyak berdiam diri
- Usahakan berat badan dalam batas normal
- Hindari obat-obatan yang dapat menimbulkan diabetes mellitus
(diabetogenik),misalnya dueretika, kortikosteroid, glucagon, adrenalin,
ekstraktiroid, dan obat kontrasepsi hormonal.
2.4.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mencegah agar penyakit diabetes
Mellitus yang sudah timbul tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain,
menghilangkan gejalan, dan keluhan penyakit diabetes Mellitus. Pencegahan
sekunder meliputi seteksi dini penderita diabetes mellitus, terutama bagi kelompok
yang berisiko tinggi terkena diabetes mellitus. Bagi yang dicurigai terkena diabetes
mellitus, perlu diteliti lebih lanjut untuk memperkuat dugaan adanya diabetes mellitus.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan sekunder:
- Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat
Diet dilakukan pada penderita diabetes mellitus bertujuan untuk
menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh menggunakannya.
Dengan kata lain, tubuh tidak diperkenankan untuk menumpuk makanan
yang tidak digunakan dan penderita dapat mencapai keadaan fisiologis
yang normal untuk melakukan pekerjaar sehari-hari. Dalam
merencanakan diet bagi penderita diabetes, terdapat beberapa syarat yaitu:
Jumlah kalori ditentukan menurut umur,jenis kelamin, berat badan,
aktivitas, sushu tubuh, dan kelainan metabolik
Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh
menggunakan (gula murni tidak diperbolehkan)
Makanan cukup protein, mineral, dan vitamin
Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang
diberikan. Makan selingan puku l 10.00 dan pukul 21.00 diambil
dari porsi makanan pagi dan sore
Pedoman perencanaan diet yang dapat dipakai oleh penderita diabetes
mellitus
Insulin
Efek terhadap glukosa darah (dalam
Tipe Keterangan jam sesudah pemberian)
Awalan Puncak Akhir
Masa kerja singkat
1. Lispro Jernih Segera 30-90 3-5
2. Regular Jernih 30 menit menit 6-8
2-4
Masa kerja sedang Keruh, suspensi
NPH* insulin seng Kristal, 2-3 4-8 13,8
50% jenuh dengan
protamin
Masa kerja panjang
3. Ultralente Keruh, suspense 6 16-18 24
insulin Kristal, kadar
4. Glargine seng tinggi tanpa - Tidak ada 22,8
protamin
Nilai isoelektrik 7,
penurunan solubilitas
pada pH fisiologis,
membentuk
mikropresipital dalam
jaringan subkutan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah keluaran (banyak dan sering) air seni yang
manis (mengandung glukosa). DM disebabkan karena terdapatnya penumpukan gula
darah (glukosa) sehingga terjadi peningkatan kadar gula hingga melebihi batas nilai
normal, yaitu diatas 100 mg% dalam keadaan puasa dan 140 mg% saat dua jam
sesudah makan. Pengelompokkan pada penderita DM ini berdasarkan pada kebutuhan
akan adanya insulin, maka dari itu terbagi dalam dua jenis, yaitu DM Tipe I dan DM
Tipe II.
Manifestasi klinis dari penderita DM terbagi dalam dua kelompok, gejala awal
dan gejala lanjut. Gejala awal berupa adanya peningkatan poliuria, polidipsia,
poliphagia, serta rasa lelah dan kelemahan otot. Untuk itu, agar penderita DM dapat
mengurangi penderitaan yang dialami, maka dapat melakukan terapi farmakologi DM,
terdiri dari obat-obatan hipoglikemik oral dan terapi insulin.
3.2. Saran
Diabetes Mellitus diklasifikasikan dalam dua tipe, yaitu DM Tipe I dan DM
Tipe II. Apabila penderita DM Tipe II tidak mendapatkan perawatan yang baik, maka
berisiko berlanjut menjadi DM Tipe I. Oleh karena itu, penderita DM Tipe II ini
sebaiknya lebih banyak melakukan kegiatan aktivitas fisik serta menjaga pola hidup
sehari-hari (pola makan, pola tidur, dsb). Hal ini agar glukosa yang diubah menjadi
energi dapat dimanfaatkan dengan tepat-guna. Sehingga, menghindari dari
kemungkinan terjadinya penumpukan glukosa dalam aliran darah. Dianjurkan juga
untuk pemilihan makanan yang akan dikonsumsi memiliki kadar index glukosa yang
rendah (Low GI) sehingga dalam proses pemecahan makanan tersebut berjalan lebih
lambat. Kegiatan lainnya juga dapat berupa penerapan pola diet makanan rendah
karbohidrat dan kalori, serta kaya protein. Hal ini semua dikembalikan pada diri
individu kembali dalam menjaga kesehatan dirinya agar terhindar, mengurangi,
maupun menjalankan perawatan yang sesuai-efektif.
DAFTAR PUSTAKA
BB Tripathy et all. (2012). RSSDI Textbook of Diabetes Mellitus. New Delhi: Jaype
Brothers Medical Publisher
Brashers, V. (2007). Aplikasi Klinis Patofisiologis: Pemeriksaan & Manajemen.
Jakarta: EGC.
Brooker, Chris.(2008).Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta: EGC.
Engram, B. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Hartono, A. (1995). Diet Penyakit Gula. Jakarta: Arcan.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,
Menangulangi, dan Mencegah Komplikasi Ed 1. Jakarta: Pustakan Populer Obor
Nadesul, H.(2009). Resep Mudah Tetap Sehat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Price & Wilson (2006).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta:
EGC.
Price S. A., Wilson L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. 6th Ed. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin.(2008).Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Schwarz, Peter & Reddy, Prasuna. (2013). Prevention of Diabetes. UK: Wiley
Blackwell
Sutedjo, A.Y.. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang.
Jakarta: Kanisius
Wijayakusuma, Hembing. (2004). Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. Jakarta:
Puspa Swara
iii