Anda di halaman 1dari 7

 EPIDEMI

Senin, 16 Apr 2018 20:00 WIB

Australia Waspadai Epidemi Bisul Pemakan


Daging

Jakarta - Gus Charles (12) asal Australia mengalami luka parah di lututnya hingga
membutuhkan operasi bedah plastik setelah mengunjungi semenanjung Mornington di Victoria,
Australia.

"Aku tak bisa lari dengan teman-teman, tak bisa berenang, tak bisa berolahraga sekitar 3 bulan,"
katanya, seperti dikutip dari ABC News.

Ia mengalami apa yang disebut dengan bisul Buruli atau bisul pemakan daging, yang
dikhawatirkan oleh beberapa pakar akan menjadi epidemi baru di tahun ini.

Prof Daniel O' Brien, ahli penyakit infeksi dari Victoria, menyebutkan bahwa penyakit ini dapat
menyerang segala umur. Awalnya infeksi muncul di lengan atau kaki sebagai luka yang tak
kunjung sembuh yang secara perlahan makin membesar.

"(Infeksi tersebut) bisa jadi sangat parah dan memakan kulit serta jaringan lunaknya. Yang
seringnya akan menjadi cacat jangka panjang, bahkan gangguan mobilitas dan kadang-kadang
bisa sebabkan kematian," terang Prof. O' Brien.

Sejumlah dokter yang Gus temui sempat salah mendiagnosis bisul yang ada di lututnya, sebelum
ia melakukan operasi dan mendapatkan diagnosis yang tepat. Ia membutuhkan 6 bulan untuk
pemulihannya setelah jalani operasi.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kasus bisul pemakan daging ini meningkat hampir 400
persen di Victoria sendiri. Tahun 2016 dilaporkan ada 182 kasus, sementara 11 bulan awal di
tahun 2017 ada 236 kasus.

Diduga nyamuk menjadi oknum penyebaran bakteri mycobacterium ulcerans (MU), yang
menjadi penyebab infeksi ini setelah ada kontak dengan posum (hewan sejenis tupai) yang
terinfeksi.

Bakteri ini umumnya ditemukan di Afrika bagian barat atau tengah, yang juga lazim ditemukan
pada kedua semenanjung Victoria, yaitu Bellarine dan Mornington.

Prof O'Brien juga menjadi salah satu dari kelompok peneliti yang membutuhkan pendanaan
mendesak untuk memahami mengapa bakteri tersebut bisa menyebar.

"Kita tengah berada dalam epidemi yang serius. Sangat sulit untuk mencegahnya dan
mengatasinya dengan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif jika kita tidak mengetahui
informasi ilmiah yang benar-benar mendasar," tandas Prof O'Brien.

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3974525/australia-waspadai-epidemi-bisul-
pemakan-daging?_ga=2.81401044.233990988.1568563172-621650503.1568563172

Ebola Kembali Mewabah di Kongo


Reuters, CNN Indonesia | Jumat, 11/05/2018 09:40 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Wabah ebola kembali merebak di Republik Demokratik Kongo.
Kementerian Kesehatan Kongo memastikan satu korban pertama, dan 11 orang terjangkit,
termasuk tiga staf medis, Kamis (10/5).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Sedikitnya 17 orang tewas sejak penduduk di sebuah desa
wilayah barat laut negeri itu menunjukkan tanda-tanda mirip ebola, Desember lalu.

Wabah tersebut adalah yang kesembilan kalinya tercatat di Republik Demokratik Kongo sejak
pertama kali muncul, dekat Sungai Ebola, sebelah utara negara di Afrika Tengah itu di era 1970-
an.

"Negara kita menghadapi epidemi ebola lagi, yang merupakan kondisi darurat kesehatan
internasional," kata Kementerian Kesehatan Kongo dalam sebuah pernyataan.

Menteri Kesehatan Kongo Oly Ilunga memastikan tiga petugas medis turut terjangkit virus.
"Tiga petugas kesehatan terjangkit. Situasi ini membuat kami khawatir dan memerlukan respons
segera," kata Ilunga.

Sebagian besar kasus terjadi di sekitar Desa Ikoko Impenge, dekat Kota Bikoro di wilayah barat
laut Kongo.

"Setelah kontak (dengan pasien), para perawat mulai menunjukkan tanda-tanda. Kami telah
mengisolasi mereka," kata Serge Ngaleto, Direktur Rumah Sakit Bikoro, seperti dilaporkan
Reuters.

Pengalaman panjang Kongo menangani ebola, dan kondisi geografis yang terpencil membuat
wabah kerap kali terlokalisir dan relatif mudah diisolasi.

Namun kali ini, Ikoko Impenge dan Bikoro terletak tidak jauh dari tepi Sungai Kongo, jalur
arteri utama perdagangan dan transportasi hulu dari Ibu Kota Kinshasa. Negeri tetangganya,
Republik Kongo terletak di sisi lain sungai.

Juru bicara Direktur Epidemiologi di Republik Kongo menyatkaan para pakar pemerintah akan
bertemu untuk membahas langkah-langkah pencegahan menularnya ebola melintasi perbatasan,
Kamis (11/5).
Imigrasi Nigeria menyatakan akan memperketat tes di bandara serta titik-titik masuk lainnya
sebagai langkah penegahan. Tindakan serupa membantu Nigeria membendung virus ebola
selama epidemi Afrika Barat pada 2013.

Pejabat di Guinea dan Gambia juga telah meningkatkan tindakan pemeriksaan di sepanjang
perbatasan untuk mencegah penyebaran virus ebola.

Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo telah mengirim 12 pakar ke wilayah barat
lalu untuk melacak kontak-kontak baru, mengidentifiksi episentrum dan semua desa yang
terkena dampak, serta menyediakan sumber daya.

Ebola adalah penyakit yang paling ditakuti, selain fatal, penularan yang cepat dan menyebabkan
pendarahan internal maupun eksternal yang menyebabkan penderitanya mengalami kerusakan
pembuluh dara yang parah. Saat mewabah di Afrika Barat pada 2014 tercatat lebih dari 6.800
orang tewas dan 19 ribu tertular virus ebola.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180511090705-127-297311/ebola-kembali-
mewabah-di-kongo
 ENDEMIK

Demam Berdarah

Demam berdarah adalah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan
disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Center for Disease Control and
Prevention memperkirakan bahwa setidaknya 400 juta kasus demam berdarah terjadi di
seluruh dunia setiap tahun. Daerah tropis menjadi daerah endemik penyakit ini, termasuk
pula Indonesia.

Di Indonesia penyakit ini selalu meningkat pada setiap awal musim hujan dan menimbulkan
kejadian luar biasa di beberapa wilayah. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ke-
2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilayah endemis. Gejala klasik demam
dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba; sakit kepala (biasanya di belakang
mata); ruam; nyeri otot dan nyeri sendi.

Gejala DBD akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpapar virus dengue.
Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari.Oleh karena itu jika seseorang baru
kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia menderita demam
atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari wilayah tersebut,
kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.

https://www.liputan6.com/tag/penyakit-endemik-di-indonesia
Kaki Gajah

KOMPAS.com - Penyakit kaki gajah atau filariasis merupakan penyakit menular menahun. Penyakit
ini disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Berbeda dengan demam
berdarah dan malaria yang ditularkan oleh satu jenis nyamuk, penyakit kaki gajah dapat ditularkan
semua jenis nyamuk. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
Kementerian Kesehatan ( Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, penyakit ini disebabkan
oleh parasit atau cacing yang dapat berasal dari kera atau kucing, kemudian ditularkan melalui
gigitan semua jenis nyamuk ke manusia. Selain dari kera atau kucing, seseorang yang tertular
cacing filaria dapat menularkan ke orang lain melalui gigitan nyamuk ini.

"Seseorang dapat terkena penyakit kaki gajah jika digigit oleh nyamuk (Aedhes, Anopeles, Culex,
atau nyamuk biasa) yang membawa larva cacing filarial," kata Nadia kepada Kompas.com, Rabu
(20/3/2019).

Gejala Suatu penyakit dapat diobati lebih dini apabila mengenali gejalanya. Gejala awal penyakit
kaki gajah adalah demam berulang kurang lebih satu hingga dua kali tiap bulan, yaitu kondisi
demam dapat sembuh tanpa diobati. "Ini penyakitnya kronis ya. Gejala bahwa kita kemasukan
cacing filaria itu hanya demam, kemudian pembesaran kelenjar getah bening. Kalau kita kasih
antibiotik, itu (demam) turun sendiri. Itu awalnya seperti itu, tapi ini terus-terus berulang. Mungkin
pembengkakan kelenjar getah beningnya juga berulang, tapi kemudian kempis sendiri," kata Nadia.
Nadia menjelaskan, di tubuh manusia, larva cacing filarial menjadi infektif dan tumbuh menjadi
cacing dewasa. "(Cacing dewasa) dapat menghasilkan jutaan anak cacing atau mikrofilaria. Cacing
dewasa itu akan hidup di saluran dan kelenjar getah bening sehingga dapat menyebabkan
penyumbatan hingga akhirnya menjadi cacat menetap," ujar dia.
https://sains.kompas.com/read/2019/03/20/175355523/236-daerah-di-indonesia-endemis-
penyakit-kaki-gajah-kenali-gejalanya?page=all
 PANDEMI

WHO Sebut Campak di Dunia Meningkat Tiga


Kali Lipat Tahun 2019
Jakarta - Badan PBB untuk kesehatan WHO menyebut kalau kasus global campak di tahun
2019 meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Dikutip
dari CNN, hanya dalam tiga bulan kasus campak global tahun 2019 dilaporkan mencapai 110
ribu kasus.

Hampir semua bagian dunia mengalami wabah mengalami wabah dengan paling parah di
Afrika yang kasusnya meningkat hingga 700 persen. Amerika Serikat (AS), Ukraina, Perancis,
dan Filipina jadi negara yang baru-baru ini dilaporkan kewalahan dengan wabah campak.

Anda mungkin juga menyukai