Bab 1
1. Pasal 1 dan pasal 2 berisi tentang penjelasan yang berkaitan dengan keuangan negara.
2. Pasal 3 berisi cara pengelolaan keuangan negara,pertanggung jawaban APBN dan APBD, dan
cara penggunaan surplus penerimaan negara.
3. Pasal 4 berisi tentang masa berlakunya tahun anggaran.
4. Pasal 5 berisi tentang penggunaan rupiah sebagai satuan hitung di dala APBN dan APBD dan
jika menggunakan mata uang lain harus sesuai dengan ketentuan UU dari Menteri
Keuangan.
Bab 2
Bab 3
1. Pasal 11 berisi tentang perwujudan pengelolaan negara yang diwujudkan dengan APBN,
instrumen pendiri APBN dan belanja negara.
2. Pasal 12 berisi tentang penyusunan APBN dan RAPBN, sumber-sumber biaya untuk
menutupi defisit, penggunaan anggaran surplus harus meminta ijin kepada DPR.
3. Pasal 13 berisi tentang pokok-pokok kebijakan fiskal, pembahasan kerangkan ekonomi
makro bersama DPR, pembahsan ekonomi umum besama DPR yang bersumber dari pokok-
pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro.
4. Pasal 14 berisi tentang penyusunan RAPBN berdasarkan prestasi kerja yang disertai dengan
prakiraan belanja yang disampaikan kepada DPR yang kemudian disamapaikan kepada
menteri keuangan.
5. Pasal 15 berisi tentang pengajuan RUU APBN yang dilengkapi dengan nota keuangan dan
dokumen yang diserahkan kepada DPR, DPR dapat merubah penerimaan maupun
pengeluaran dalam RUU APBN dan jika RUU APBN tidak disetujui oleh DPR maka
menggunakan APBN tahun sebelumnya.
Bab 4
Bab 5
pasal 21 sampai pasal 23 tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah, pemerintah swasta serta pemerintah /lembaga asing.
1. Pasal 21 berisi kordinasi antara pemerintah pusat dan bank setral dalam penetapan dan
pelasanaan kebijakan fiskal dan moneter.
2. Pasal 22 berisi tentang pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah yang
sesuai dengan UU perimbangan keuangan pusat dan daerah, pemerintah berhak untuk
meberika pinjaman/hibah kepada pemerintah daerah atau sebaliknya yang telah di setujuia
oleh DPR maupun DPRD.
3. Pasal 23 berisi tentang hak pemerintah pusat untuk memeberikan atau menerima
pijaman/hibah dari pemerintah/lembaga asing, pinjaman tersebut dapat diberika kepada
pemerintah daerah.
Bab 6
pasal 24 sampai pasal 25 tentang hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan swasta serta badan pengelola dana masyarakat.
Bab 7
1. Pasal 26 berisi tentang keputusan presiden yang menjadi landasan pelaksanaan APBN dan
keputusan gubernur/bupati/walikota yang menjadi landasan pelaksanaan APBD. Pasal 27
berisi tentang penyusunan laporan realisasi semester pertama APBN dan prognosis untuk 6
bulan selajutnya kemudian disampikan kepada DPR, perkembangan/perubahan keadaan
yang tidak sesuai dengan APBN maka pemerintah dan DPR melakukan penyesuaian APBN
2. Pasal 28 berisi tentang berisi tentang penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD
dan prognosis untuk 6 bulan selajutnya kemudian disampikan kepada DPRD,
perkembangan/perubahan keadaan yang tidak sesuai dengan APBD maka pemerintah
daerah dan DPRD melakukan penyesuaian APBD dan pemerintah daerah berhak untuk
melakukan pengeluaran yang tidak ada dalam anggaran jika terjadi keadaan yang darurat
dan mengajukan perubahan APBD untuk mendapatkan persetujuan dari DPRD. Pasal 29
berisi tentang ketentuan pengelolaan keuangan negara dalam pelasanaan APBN dan APBD
yang ditetapkan oleh perbendaharaan negara.
Bab 8
Bab 9
pasal 34 sampai pasal 35 tentang ketentuan pidana, sanksi administratif dan ganti rugi.
Bab 10
pasal 36 tentang ketentuan peralihan yang berisi tentang pengakuan dan pengukuran pendapan
belaja berbasis akrual dan batas pelaksanaan penyampaian laporan keuangan.
Bab 11
pasal 37 sampai pasal 39 tentang ketentuan penutup.
1. Pasal 37 berisi tentang UU sebelum UU no 17 tahun 2003 yang tidak berlaku ketika UU no 17
tahun 2003 ini berlaku.
2. Pasal 38 berisi tentang ketentuan tindak lanjut UU yang sudah tidak berlaku.
3. Pasal 39 yang berisi tentang berlakunya UU setelah UU ini diundangkan.
UU NOMOR 1 TAHUN 2004 PERBENDAHARAAN NEGARA
BAB I
KETENTUAN UMUM
1. Pasal 1 berisi tentang Perbendaharaan, Kas Negara, Rekening Kas Umum, Kas daerah,
Rekening Kas Umum Daerah, Piutang Negara, Piutang Daerah, Utang Negara, Utang Daerah,
Barang Milik Negara, Pengguna Anggaran, Pengguna Barang, Bendahara, Bendahara Umum,
Pejabat Kerugian Negara.
2. Pasal 2
Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 1, meliputi:
e. pengelolaan kas;
l. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
3. Pasal 3
(1) Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan
(2) Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
(3) Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.
(4) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban
APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia.
(5) Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan
(6) Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan
(7) Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga
disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah.
(1) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian