Anda di halaman 1dari 26

Tugas 1

Geofisika Pertambangan

Disusun Oleh:
AHMAD ADHIM S ( 03411640000006 )

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
1. Tipe Endapan Mineral
Klasifikasi dan Tipe Endapan Bahan Galian
Para ahli geologi membuat klasifikasi cebakan mineral dengan berbagai cara yang antara
lain berdasarkan pada :
 Komoditas yang sedang ditambang
 Tatanan tektonik dimana terdapatnya cebakan mineral
 Tatanan geologi cebakan mineral
 Model genetik mulajadi cebakan bijih
Dari beberapa kriteria tersebut yang paling umum digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan genesa cebakan mineral. Tipe cebakan mineral sangat berkaitan erat dengan
genesa atau mulajadi. Genesa mineral ini juga akan mempengaruhi bentuk pengendapan
cebakan bijih tersebut. Bentuk lapisan biasanya disebabkan oleh proses sedimentasi, bentuk
vein (urat), bertalian dengan proses magmatisme, dan lain sebagainya.
Secara garis besar, genesa cebakan mineral sangat berkaitan dengan 3 proses
pembentukan batuan yakni magmatisme, sedimentasi dan metamorfisme. Ketiga proses
tersebut mempengaruhi terbentuknya berbagai macam tipe cebakan serta kelompok asosiasi
mineral bijih tertentu. Sedangkan pemberntukan endapan mineral secara umum terbagi atas
dua yakni endogenik dan eksogenik. Endapan endogenik ialah endapan yang terbentuk jauh di
dalam kerak bumi, bersamaan dengan terbentuknya batuan beku atau yang disebut cebakan
primer. Endapan endogenik terdiri dari endapan magmatik, endapan hidrothermal dan endapan
metasomatik. Endapan eksogenik : endapan yang terbentuk di permukaan bumi. Endapan
eksogenik antara lain ialah endapan sedimentasi, endapan laterit dan endapan transportasi
permukaan (endapan sekunder/aluvial).
a.1. Endapan Hipotermal
Kedalaman 3000- 15000 m
Temperatur 300-600
Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada
batuan prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan
pada sesar naik
Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak
beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated
pada batuan samping
Logam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As
Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit,
bornit, kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.
Mineral penyerta Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,
(gangue) kloorit-fe, karbonat

Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual,
Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.

a.2 Endapan Mesotermal


Kedalaman 1200-4500 m
Temperatur 200-300
Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin
berasosiasi dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar
normal maupun sesar naik
Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling.
Batas tubuh bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding-
surface. Strike dan dip Fissure agak teratur.
Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral penyerta Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
(gangue) albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.

Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.


Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat
halus, lensa yang besar bisanya massif.
Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman

a.3 Endapan Epitermal


Kedalaman Permukaan hingga 1500 m
Temperatur 50-200
Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang
berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau
ekstrusiv, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar dsb.
Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat pada
pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian)
Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides,
tellurides
Mineral penyerta kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
(gangue) karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit
Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,
dolomitisasi, kloritisasi
Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine banding,
cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal) sangat
bervariasi
Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya
sangat kecil.
a. Secara Genetik endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan oleh proses
magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses- proses
dipermukaan.
b.1 Proses Magmatik
Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase awal
diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen, Ca-
Plagioklas. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai endapan
magmatik. Beberapa proses pada fase magmatisme diantaranya meliputi:
1) Proses kristalisasi (diseminasi), intan(C) pada kimberlit
2) Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit (Fe),
platinum (Pt)
3) Liquid immiscibility: Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
4) Pegmatik: Fe, Sn
Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik,
sampai sekarang belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi
bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi
maupun fisik, membentuk endapan residusal atau placer.
b.2 Proses Hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (500C
sampai >5000C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervarisasi, di bawah permukaan bumi. Sistem ini mengandung dua komponen utama,
yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan
himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan cenderung
menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang
sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal.
Endapan bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi
(leaching), menstranport, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon
terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992). Interaksi antara
fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding), akan
menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (alteration
minerals).
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini
disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi
beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,
Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar
b. Tidak berhubungan dengan batuan beku
1. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn
Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau
lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit yang
dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok 1987
dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan penghasil utama logam timah dan
tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan tersebut umumnya
di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai oleh
pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak beraturan
atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar 10-100 m, yang
bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan mikroklinisasi) ke arah granit
segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan
hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah,
berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian besar
endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan epitermal
berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah dan
epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri- ciri
endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya. Seringkali
kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya merupakan
gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai
semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut. Endapan yang
berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik, yang
terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak sebagai by-
product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide volcanogenic menjadi
tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.
b.3 Endapan Metaformisme
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada bagian
kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang berasal dari
aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan metasomatosa kontak sangat
terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam
proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut
terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara
tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Walaupun
sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk pada
jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au

Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material
gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida terutama
yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn
mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn
adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo- skarn adalah
skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya sebagian besar
bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
b.4 Proses-Proses Permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif
di permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah
dikenal secara luas, bahwa endapan (sedimen) permukaan dibagi menjadi endapan
alohton (allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton
merupakan endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan
pengendapan), sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara
insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa
dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi.
Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak terbentuk di
dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di
permukaan.
1) Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu
endapan placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan
endapan placer aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara
tradisional juga sering digunakan istilah endapan placer residual, untuk endapan
yang terbentuk dan berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya
terbentuk pada daerah yang mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan
istilah endapan placer colluvial tidak begitu populer, beberapa penulis menyebut
endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering diartikan sama
dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya terbentuk pada daerah
yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral- mineral berat akan
terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi penting yang
terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt) dan Timah (Sn).
2) Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari
material yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun
kimiawi. Seringkali material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses
tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut
dikenal sebagai endapan residual. Untuk dapat terjadi endapan residual,
pelapukan kimia yang intensif terutama untuk daerah tropis dengan curah hujan
yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut sebagian besar batuan akan
menghasilkan soil yang kehilangan material- material yang mudah larut. Soil
seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe) dan aluminium (Al)
hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut, dan laterit
umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut
sebagai bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa
endapan bauxite mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk
bauxite sedimen (sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan
serpentinit (0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat
mengalami presipitasi kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona
laterit atau zona limonit (1- 2% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-
3%, zona lapuk di bawah zona laterit)
3) Pengkayaan supergen (supergen enrichment)
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos
di dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian
(leaching), maupun oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut
menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya
sebagai senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah atau bahkan
sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi tidak berlangsung. Daerah dimana
terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian larutan yang
mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah muka air
tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk sulfida
sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona
pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak
terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona
hipogen. Logam yang paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga
(Cu).

2. TEKNIK EKSPLOERASI
Eksplorasi (exploration) adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu (searching)
atau perjalanan untuk mengungkap (discovery) keadaan suatu daerah,
ruang ataupun suatu wilayah yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, baikfisik
maupun non fisik (misalnya: pengetahuan). Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada
cebakan mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi pula meliputi gejala atau
fenomena yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi mineral secara singkat dibatasi sebagai proses yang dilakukan oleh suatu
badan usaha, kemitraan atau korporasi dengan tujuan untuk menemukan
bijih (konsentrasi mineral yang bernilai ekonomis) untuk ditambang. Metode
eksplorasi dalam eksplorasi mineral adalah metode eksplorasi yang secara fisik
menentukan langsung ataupun tidak langsung keberadaan suatu gejala geologi yang dapat
berupa tubuh suatu endapan mineral ataupun satu atau lebih petunjuk geologi.
Eksplorasi adalah Tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur
dari bahan galian yang akan di tambang, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan
lingkungan hidup’.
Eksplorasi sumber daya geologi dimaksudkan sebagai usaha untuk
mengetahui keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi mineral dan sumber
daya energi, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan eksplorasi untuk dapat
menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak untuk diolah (eksploitasi).
 TUJUAN EKSPLORASI

Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral
secara rinci, yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan menentukan gambaran
geologi dam pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitaas dan kualitas suatu
endapan mineral unruk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara ekonomis.

 TAHAPAN EKSPLORASI
Tahap Eksplorasi dilaksanakan melalui empat tahap,yakni :
 Survei tinjau

yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan
udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk mengedintifikasi
daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk diselifdiki lebih lanjut.
Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah
mineralisasi/cebakan skala regional terutama hasil stud geologi regional dan analisis
pengindraan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.Lebih jelasnya,
pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :Pemetaan Geologi dan Topografi
skala 1 : 25.000 samapai skala 1 : 10.000. Penyelidikan geologi yang berkaitan dengan
aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada
penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan pengamatan
dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Adapun
pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur
pada singkapan, sedangkan pengambilan contoh berupa batuan terpilih. Pembuatan
Sumur Uji Survey geofisika : aerimagnet Hasilnya sumber daya emas hipotetik sampai
tereka.

 Prospeksi Umum

dilakukan untuk mempersempit dearah yang mengandung cebakan mineral yang


potensial. Kegiatan Penyelidikan dilakukan dengan cara pemetaan geologi dan
pengambilan contoh awal, misalnya puritan dan pemboran yang terbatas, study
geokimia dan geofisika, yang tujuanya adalah untuk mengidentifikasi suatu Sumber
Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources) yagn perkiraan dan kualitasnya
dihitung berdasarkan hasil analisis kegiatan diatas. Tahap ini merupakan kelanjutan
dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah yang diselidikii lebih keci dengan skala peta
antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 : 25.000. Data yang didapat meliputi morfologi
(topografi) dan kondisi geologi (jenis batuan/startigrafi dan struktur geollogi yang
berkembang). Pengambilan contoh pada derah prospek secara alterasi dan mineralisasi
dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium, sehinga dapat
diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan dieksplorasi.

 Exsplorasi awal,
yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi.

 Exsplorasi rinci
yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi terhadap
endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan singkapan,puritan, lubang
bor, shafts, dan terowongan.

Pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan pada tahapan Exsplorasi adalah :

 Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5000 sampai 1 : 1000


 Pengambilan contoh dan analisis contoh
 Penyelidikan geofisika, yaitu penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk
dapat mengetahui struktur bawah permukaan sefrta geometri cebakan mineral. Pada
survey ini dilakukan pengukuran topografi, IP, Geomangit, Geolistrik.
 Pemboran Inti

PROGRAM EKSPLORASI

Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi
sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:
 Target eksplorasi
 Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
 Pencarian model-model geologi yang sesuai
 Pemodelan eksplorasi
 Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi
 Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan mendeskripsikan
petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
 Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk geologi yang diperlukan.
 Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah
dasar dan perancangan (desain) yaitu :
 Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan geologi
endapan yang dicari.
 Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya serendah-
rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.
 Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)
Pembagian bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi
dengan batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk
(1990) adalah sebagai berikut:
 Kelompok I: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Batuan sedimen.
Kelompok ini dibagi menjadi:
 Sub Kelompok A: Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batu gamping
 Sub Kelompok B: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan
sedimen lainnya.
 Kelompok II: Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batuan gunung api.
 Kelompok III: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan
asam dan ultra basa.
 Kelompok IV: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan endapan residu dan
endapan letakan.
 Kelompok V: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan proses ubahan
hidrotermal.
 Kelompok VI: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan metamorf.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka teknik eksplorasi awal yang ditetapkan adalah
pemetaan geologi permukaan utamanya mendasarkan atas singkapan batuan dipermukaan.

1. Pemboran inti
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan galian secara
vertikal yang berada dibawah permukaan tanah, disarnping itu mengetahui ketebalannya.
Teknik melerakkan titik rokasi pemboran inti ini agar didapatkan kedalaman yang maksimal
dilakukan dengan bantuan peta geologi dan peta topografi. oleh sebab itu apabila didaerah
tersebut belum/tidak didapatkan pera topografi dengan skala yang meiradai, maka
perlu dibuat pera topografinya terlebih dahulu.
Sesuai dengan tingkat kedaraman pemboran yang diinginkan dan waktu yang tersedia,
pemboran inti dapat dilaksanakan dengan:

a. Alat bor auger, yang dioperasikan secara manual oleh tenaga manusia.
AIat ini sesuai diterapkan apabila sasaran pemboran merupakan batuan yang lunak,
sedang kemampuan kedalaman pemboran sangat dangkal. oleh sebab itu apabila batuan yang
akan dibor cukup tebal/cukup dalam maka perpindahan lokasi pemboran secara
sistematis perlu dilakukan. Suatu keuntungan dari metode ini adalah bahwa alat bor auger
mudah dilepas dari rangkaiannya sehingga dapat diangkut dengan mudah.

b. Alat bor inti yang dioperasikan dengan mesin.


Alat ini sesuai diterapkan pada batuan yang lunak ataupun pada bagian yang
keras. Kemampuan membor alat ini cukup dalam, sehingga pemindahan lokasi
pemboran dapat dilakukan seminimal mungkin apabila dikehendaki pencapaian
keseluruhan pemboran yang sangat dalam. Didalam operasinya, mengerjakan pemboran
dengan alat ini memerlukan keahlian khusus, terutama didalam
memakai peralatan pemboran inti yang dapat dilepas.

Dari kedua alat pemboran inti tersebut apabila dikehendaki perolehan inti pemboran dapat
mencapai loovo, dan inti pemboran tersebut siap untuk dilakukan
analisa laboratorium. untuk masing-20 0,03 mm, ketebalan ini dapat diketahui dengan
membandingkan warna mineral yang tampak pada mikroskop pada saat nikol
disilangkan (misalnya mineral homblende) dengan warna mineral baku seperti yang terlihat
pada wama interferensi.

a. Apabila telah diperoleh ketebalan yang diinginkan, preparat dipanas- kan


sebentar, kemudian ditutup dengan gelas penutup, biarkan sejenak sampaidingin.

b. Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk dideterminasi.

2. Analisa kimia
Analisa kimia dinilai relatif rebih rinci dibandingkan dengan analisa petrografi. Analisa ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam batuan.
pemeriksaan komposisi kimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan pada
temperatur l50o c dalam cawan platina, kemudian di fitsing dengan NazCO: pada suhu
1.000o C. Tambahkan aquades dan HCl, panasi hingga kering. Ulangi
perlakuan tersebut sampai larut lalu disaring untuk penentuan kadar SiO2.

b. Filtratnya untuk penentuan kadar trace elemenls dengan menggunakan AAS (Atomic
Absorptbn spectrophcttometer). untuk kadar Calsium (Ca) dan atau Magnesium (Mg)
yang tinggi, clitentukan dengan cara Kompleksiometer. Dengan AAS akan segera dapat
diketahui macam-macam unsur dan jumlahnya secara tepat dan cepat.

c. Perhitungan kandungan air dilakukan sebagai berikut: contoh batuan ditimbang beratnya.
Kemudian dimasukan ke dalam oven pada temperatur 100 - 105" C maka semua air akan
keluar dan menguap. Sampel tersebut kemudian ditimbang lagi. Selisih berat yang diperoleh
merupakan berat kandungan air.
d. Perhitungan bahan hilang terbakar dilakukan sebagai berikut: contoh dipanaskan pada
suhu 105" C dan ditimbang = a gram. Kemudian dipanaskan lagi pada.futnqce sampai 1.000"
C, selima 1,5 - 2 jam, dan ditimbang lagi = b gram. Harga selisih a – b gram merupakan bahan
yang hilang terbakar.

3. Analisa Difraktometer Sinar X


Analisa ini diperlakukan untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur kimianya dengan
petrografi karena mempunyai butir yang sangat halus, antara lain untuk
jenis lempung/tanah liat.

4. Analisa besar butir


Analisa besar/ukuran butir dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Ambil sampel secara acak seberat 100 gram.
b. Pisahkan ukuran butir dengan cara diayak pada ayakan berjenjang. Agar hasilnya baik
pergunakan ayakan bermesin dengan waktu secukupnya.
c. Sampel yang tertampung dalam setiap ayakan dengan mesh tertentu,
selanjutnya ditimban.
d. Prosentase analisa ukuran butir dapat ditentukan.
Catatan'. Analisa ukuran butir cocok untuk contoh bahan galian yang bersifat lepas.

5. Analisa berat jenis


Berat jenis yang diukur pada contoh batuan adalah bulk density. Hal ini disebabkan batuan
merupakan kumpulan mineral yang masing-masing mineral mempunyai berat jenis tersendiri.
Prinsip pengukuran berat jenis sebagai berikut:
a. contoh batuan dipa,askan dalam oven pada suhu minimum l00°C supaya semua air yang
ada di dalamnya menguap, kemudian didinginkan pada suhu kamar.
b. Contoh batuan ditimbang untuk mengetahui beratnya.
c. Volume batuan ditentukan.
d. Berat jenis batuan diperoleh dengan membagi berat dengan volume sampai
beratnya tetap.
e. Benda uji dan bola baja dimasukan ke dalam mesin.
f. Putar mesin dengan kecepatan 30 - 33 rpm sebanyak 500 putaran untuk gradasi A, B, C
dan D, serta 1000 putaran untuk gradisi E, F dan G
g. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian saring dengan
saringan no. 12.
h. Butiran yang tertahan diatasnya, dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan
dalam oven pada suhu Il0°C sampai beratnya tetap.
i. Perhitungan keausan sebagai berikut:

Tabel 1. Susunan gradasi agregat yang diuji dan jumlah bola baja

j. Hasil pengujian tersebut dinyatakan sebagai bilangan bulat dalam prosen.


k. Keausan batuan yang cukup besar akan berpengaruh pada kekuatan
perkerasan jalan karena langsung bergesekan dengan roda-roda kendaraan.
6. Pengujian kuat tekan bebas
Untuk mencegah kerusakan konstruksi akibat beban (misalnya lalu lintas), agregat harus
cukup kuat menahan tekanan. Kuat tekan suatu bahan adalah kemampuan batuan tersebut
dalam menahan beban atau gaya tekan yang dikenakan sehingga batuan tersebut pertama kali
mengalami deformasi. Besarnya kuat tekan batuan dipengaruhi oleh tekstur, mineral
penyusun, porositas maupun gesekan dengan bidang penekan. Pada pengujian kuat tekan
bebas batuan diperlukan contoh batuan dengan bentuk tertentu yaitu dalam bentuk kubus
atau silinder. Hal tersebut dimaksudkan agar perbedaan kuat tekan yang terjadi pada
keduanya tidak berbeda, dan kalaupun ada perbedaan tersebut sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.

Rumus kuat tekan bebas (Krynine dan Judd, 1957):

Dalam upaya untuk memperoleh bukti- bukti nyata yang rinci dan menyakinkan, maka
harus mampu mengambil contoh dari endapan bahan galian yang berada di tanah. Kegiatan
dalam mengambil contoh yang di maksud yaitu :
1. Pengeboran inti (core driling)
Untuk memperoleh inti bor, maka alat bor putar harus di lengkapi dengan mata bor berlubang,
tabung inti bor, dan penangkap inti bor. Arah pengeboran dapat vertikalmaupun horizontal,
tetapi yang paling sering adalah pengoboran vertikal hingga mencapai batuan dasar, dengan
pola pengeboran dan jarak bor yang
teratur, sehingga akan di peroleh sejumlah inti bor yang representatif. Dengan demikian letak,
bentuk atau posisi endapan bahan galiannya dapat di ketahui dengan pasti. Bila semua inti bor
telah selesai di selidiki di laboratorium, maka akan di ketahui mutu atau kadar mineral
berharganya dan sifat-sifat fisik- mekanik-mineraloginya secara lengkap.

2. Penggalian sumur uji (tes pit) atau sumuran dalam(test shaft)


Bila daerah penyelidikan relative datar, maka di buat sejumlah sumur uji untuk endapan bahan
galian yang di perkirakan dangkal, atau sumuran dalam bila di perkirakan letak endapan bahan
galian cukup dalam (>5m). Penggalian dua macam sumur itu harus memakai pola yang
teratur(sistematiss). Misalnya pola empat persegi panjang dengan jarak yang teratur, misalnya
100 x 200 m atau 100 x 100m yang kemudian dapat di buat semakin rapat bila seandainya
mengiginkan data atau contoh yang lebih banyak. Kedalaman sumur uji atau sumuran dalam
harus mampu mencapai batuan dasar ( bed rock) agar dapat di ketahui variasi ketebalan dan
bentuk endapan gahan galiannya. Contoh tanah atau batuan yang terkumpul kemudian di
analisis di laboratorium.
Bila jumlah ke dua sumuran itu banyak dan ukuran penampangnya besar, maka volume tanah
atau batuan yang tergali juga besar, oleh sebab itu bila maksud dan tujuan penggalian ke dua
sumuran sudah tercapai, maka tanah atau batuan hasil galian itu harus di timbun kembali
kedalam sumur yang bersangkutan.

3. Penggalian terowongan buntu (adit)


Kalau topografi daerah penyelidikan berbukit bukit, maka untuk mengumpukan data dan
informasi mengenai keadaan endapan bahan galiannya dapat di lakukan dengan menggali
sejumlah terowongan buntu ( adit) di lereng-lereng bukit. Penggaliannya juga harus
menggunakan pola yang teratur dengan jarak jarak yang teratur. Awalnya jarak horisontal dan
vertikal terowongan buntu boleh sedikit jarang, misalnya 100 x 100 m atau 100 x 200 m. Jika
ternyata bahan galian itu menunjukkan mutu atau kadar mineral berharga yang menyakinkan,
maka jarak penggalian terowongan buntu itu dapat di buat lebih rapat.
Volume tanah atau batuan yang di gali bisa sesikit, tetapi bisa juga banyak tergantung dari
jumlah dan ukuran terowongan buntu yang di gali.

Metode Eksplorasi

Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Metoda langsung, terdiri dari :
a. Metoda langsung di permukaan
b. Metoda langsung di bawah permukaan
2. Metoda tidak langsung, terdiri dari :
a. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed
rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
b. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara
magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara
seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara
yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan
karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.

1. Metode langsung
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat
dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan,
terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis,
pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang
dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan.
Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan
eksplorasi (tahap awal s/d detail).
A. Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a. Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi
pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi
yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar
2. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut
gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke
permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan
antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya
singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.
b. Tracing Float (penjejakan)
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran
singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya
dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan
arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita
mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang
sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai,
tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan
maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak
jauh dibawah over burden.
c. Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang
dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan
memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan
yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan
cara trenching atau test pitting.
- Trenching (pembuatan parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis,
karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya
sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis.
Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini
dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
- Test Pitting (pembuatan sumur uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan test
pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa
pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal
ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita
buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada
waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat.
Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus
dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini
juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur
uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas
beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.

B. Metoda Langsung Bawah Permukaan

Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan
atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena pada
eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter.
Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan permukaan
memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila permukaan tidak
memungkinkan, misalnya permukaan itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak
stabil, maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.
Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya,
pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan
pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang
memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita
untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan
adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar,
hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya
eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift,
Winse dan lain-lain.
 Tunnel = suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus
kedua kaki bukit.
 Shaft = suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan
permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat
kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.
 Drift = suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang
arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam
pengeboran).
 Winze = lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah “level”
yang dibawahnya.
Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur
minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor
(RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem
perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft
(+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).
Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara bor
yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara pengeboran
yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di
darat maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada pemboran decara
vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring (kemiringan dapat mencapai 90o), apabila
saat pengeboran kita menemukan batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata bor, maka
dengan teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah arahnya
(dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.
Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh (sampling)
untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air
tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada
kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling kita dapat
membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan
batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara
keseluruhan.

2. Metode tidak langsung

A. Metoda tidak langsung cara geofisika


Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi akumulasi
bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan bumi.
Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :
a. Metoda Gravitasi
Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu
benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung
dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami
gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang
gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan
bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi
dari suatu daerah penyelidikan.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu suatu alat
yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun
bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di
berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh
besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan.
Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu,
seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun
tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali gravitasi.

b. Metoda Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang magnet
raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan bahwa
medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap batang
magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi medan
magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas
dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi
sebagai berikut :
- Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
- Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan
- Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam jumlah
cukup
- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.

c. Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat
dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan
kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan
getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat
penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara
teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan
rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi
struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang
berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang
dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1. Jenis batuan
2. Derajat pelapukan
3. Derajat pergerakan
4. Tekanan
5. Porositas (kadar air)
6. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar
(dibandingkan) :
1. Batuan beku basa : batuan beku asam
2. Batuan beku : batuan sedimen
3. Sedimen terkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi
4. Sedimen unkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi
5. Soil basah : soil kering
6. B. sedimen karbonat : batupasir
7. Batuan utuh : batuan terkekarkan
8. Batuan segar : batuan lapuk
9. Batuan berat : batuan ringan
10. Batuan berumur tua : batuan berumur muda

d. Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang
dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan
sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung
ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C,
dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi,
elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential electode” disingkat P. ada beberapa
cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah
cara Wenner dan cara Shlumberger.
Jenis-jenis metode geolistrik yaitu :

1. Metode Tahanan Jenis


Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar metode resistivitas yaitu mengirimkan
arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan.
Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN
yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB.Besarnya resistansi R dapat
diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber dan besarnya arus yg mengalir. Besaran
resistansi tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material karena masih
bergantung ukuran atau geometri-nya. Untuk itu digunakan besaran resistivitas yang
merupakan resistansi yang telah dinormalisasi terhadap geometri. Ketika melakukan
eksplorasi, perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik
tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap
perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri.

2. Metode Polarisasi Terimbas (Induced Polarization)


Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah satu metode geofisika yang
mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang terjadi di bawah permukaan akibat adanya arus
induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam. Parameter
yang diukur adalah nilai dari chargeability, yaitu nilai dari perbandingan antara peluruhan
potensial sekunder terhadap waktu. Konfigurasi pengukurannya sama dengan metoda tahanan
Jenis.Metode ini umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi air tanah, geoteknik,
ekplorasi mineral, studi lingkungan, dan arkeologi. Peralatan metoda Polarisasi Terimbas yang
dimiliki oleh Pusat Survei Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver dengan TSQ-3
Transmitter Merk Scintrex.

3. Metode Potensial Diri


Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat tegangan
alami suatu massa (endapan) di alam. Hanya saja perlu diingat bahwa anomali yang diberikan
oleh metoda potensial diri ini tidak dapat langsung dapat dikatakan sebagai badan bijih tanpa
ada pemastian dari metoda lain atau pemastian dari kegiatan geologi lapangan. Karena
pengukuran dalam metoda potensial diri diperoleh langsung dari hubungan elektrik dengan
bawah permukaan, maka metoda ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang
mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti batuan kristalin yang
kering.
Ada dua macam teknik pengukuran Metode Potensial Diri yaitu:
1) Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi bergerak pada
lintasannya.
2) Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara simultan, misalnya dengan
interval 50 m.

B. Metoda tidak langsung cara geokimia


Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan,
tanah, stream, air atau gas.
Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang kontras
terhadap lingkungannya atau background geokimia.
Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona
mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau
batuan dengan titik lainnya.
Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar
(anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk
membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.

C. Gabungan keduanya
Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.
Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta apa-
apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :
a. Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli
1. Geologist
2. Geophysist
3. Exploration Geologist
4. Geochemist
5. Operator Alat, dll

b. Rencana biaya
c. Pemilahan waktu yang tepat
d. Penyiapan peralatan atau perbekalan
- Peta dasar
- Alat surveying, ukur atau GPS
- Alat kerja :
1. Palu 5. Alat geofisika
2. Kompas 6. Alat sampling
3. Meteran 7. Altimeter
4. Kantong sampel 8. Alat bor dll
- Alat tulis
- Alat komunikasi
- Keperluan sehari-hari
- Obat-obatan atau P3K
e. Sesampai di lapangan :
1. Membuat base camp (perkemahan)
2. Mencek peralatan atau perbekalan
3. Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah lebih
lanjut
4. Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan
sebenatnya (bila perlu)

3. KLASIFIKASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERAL


Menurut Standar Nasional Indonesia tentang Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan
Cadangan Mineral (SNI 4726:2011) Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan menurut
Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah:

a. Sumberdaya Mineral (Mineral Resource)


Sumberdaya Mineral (Mineral Resource) adalah satu konsentrasi atau keterjadian dari material
yang memiliki nilai ekonomi pada atau diatas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas, dan
kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat
diekstraksi secara ekonomis.

Klasifikasi Sumberdaya Mineral meliputi:


1) Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource).
Sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan
tingkat keyakinan geologi rendah. Hal ini direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi
tetapi tidak diferivikasi kemenerusan geologi atau kadarnya. Hal ini hanya berdasarkan dari
informasi yang diperoleh melalui teknik yang memadai dari lokasi mineralisasi seperti
singkapan, paritan uji, sumur uji, dan lubang bor tetapi kualitas dan tingkat kepercayaanya
terbatas atau tidak jelas. Jarak antara titik pengamatan maksimum dua ratus meter. Spasi ini
bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa dipertanggungjawabkan seperti analisa
geostatistika.

2) Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Indicated Mineral Resource).


Sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang wajar. Hal ini didasarkan pada
hasil eksplorasi, dan informasi pengambilan dan pengujian percontoh yang didapatkan melalui
teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji,
terowongan uji dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang atau spasinya
belum tepat untuk memastikan kemenerusan geologi dan/atau kadar, tetapi secara spasial
cukup untuk mengasumsikan kemenerusannya. Jarak antara titik pengamatan maksimum
seratus meter. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa
dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.

3) Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource).


Sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada
hasil eksplorasi rinci dan tepercaya, dan informasi pengambilan dan pengujian percontoh yang
didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan
uji, sumuran uji, terowongan uji dan lubang bor. Lokasi informasi pada kategori ini secara
spasial adalah cukup rapat dengan spasi maksimum lima puluh meter untuk memastikan
kemenerusan geologi dan kadar. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa
dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.

b. Cadangan (Reserve)
Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau tertunjuk yang
dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan material dilusi ataupun material
hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang.

Klasifikasi Cadangan meliputi:


1) Cadangan Terkira (Probable Reserve)
Bagian sumberdaya mineral terunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa
kondisi juga merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur. Hal ini termasuk material
dilusi ataupun material hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang.
Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan termasuk
pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas faktor – faktor penambangan,
pengolahan atau pemurnian, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan
pemerintah. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukan bahwa ekstraksi telah dapat
dibenarkan dan masuk akal.

2) Cadangan Terbukti (Proved Recerve)


Bagian dari sumberdaya mineral terukur yang ekonomis untuk ditambang. Hal ini termasuk
material dilusi ataupun material hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut
ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan termasuk
pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas faktor – faktor penambangan,
pengolahan atau pemurnian, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan
pemerintah. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukan bahwa ekstraksi telah dapat
dibenarkan dan masuk akal.

Gambar 6.
Alur Pengklasifikasian Sumberdaya dan Cadangan

Anda mungkin juga menyukai