Geofisika Pertambangan
Disusun Oleh:
AHMAD ADHIM S ( 03411640000006 )
Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual,
Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material
gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida terutama
yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn
mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn
adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo- skarn adalah
skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya sebagian besar
bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
b.4 Proses-Proses Permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif
di permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah
dikenal secara luas, bahwa endapan (sedimen) permukaan dibagi menjadi endapan
alohton (allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton
merupakan endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan
pengendapan), sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara
insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa
dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi.
Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak terbentuk di
dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di
permukaan.
1) Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu
endapan placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan
endapan placer aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara
tradisional juga sering digunakan istilah endapan placer residual, untuk endapan
yang terbentuk dan berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya
terbentuk pada daerah yang mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan
istilah endapan placer colluvial tidak begitu populer, beberapa penulis menyebut
endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering diartikan sama
dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya terbentuk pada daerah
yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral- mineral berat akan
terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi penting yang
terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt) dan Timah (Sn).
2) Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari
material yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun
kimiawi. Seringkali material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses
tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut
dikenal sebagai endapan residual. Untuk dapat terjadi endapan residual,
pelapukan kimia yang intensif terutama untuk daerah tropis dengan curah hujan
yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut sebagian besar batuan akan
menghasilkan soil yang kehilangan material- material yang mudah larut. Soil
seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe) dan aluminium (Al)
hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut, dan laterit
umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut
sebagai bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa
endapan bauxite mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk
bauxite sedimen (sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan
serpentinit (0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat
mengalami presipitasi kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona
laterit atau zona limonit (1- 2% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-
3%, zona lapuk di bawah zona laterit)
3) Pengkayaan supergen (supergen enrichment)
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos
di dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian
(leaching), maupun oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut
menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya
sebagai senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah atau bahkan
sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi tidak berlangsung. Daerah dimana
terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian larutan yang
mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah muka air
tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk sulfida
sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona
pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak
terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona
hipogen. Logam yang paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga
(Cu).
2. TEKNIK EKSPLOERASI
Eksplorasi (exploration) adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu (searching)
atau perjalanan untuk mengungkap (discovery) keadaan suatu daerah,
ruang ataupun suatu wilayah yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, baikfisik
maupun non fisik (misalnya: pengetahuan). Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada
cebakan mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi pula meliputi gejala atau
fenomena yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi mineral secara singkat dibatasi sebagai proses yang dilakukan oleh suatu
badan usaha, kemitraan atau korporasi dengan tujuan untuk menemukan
bijih (konsentrasi mineral yang bernilai ekonomis) untuk ditambang. Metode
eksplorasi dalam eksplorasi mineral adalah metode eksplorasi yang secara fisik
menentukan langsung ataupun tidak langsung keberadaan suatu gejala geologi yang dapat
berupa tubuh suatu endapan mineral ataupun satu atau lebih petunjuk geologi.
Eksplorasi adalah Tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur
dari bahan galian yang akan di tambang, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan
lingkungan hidup’.
Eksplorasi sumber daya geologi dimaksudkan sebagai usaha untuk
mengetahui keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi mineral dan sumber
daya energi, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan eksplorasi untuk dapat
menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak untuk diolah (eksploitasi).
TUJUAN EKSPLORASI
Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral
secara rinci, yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan menentukan gambaran
geologi dam pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitaas dan kualitas suatu
endapan mineral unruk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara ekonomis.
TAHAPAN EKSPLORASI
Tahap Eksplorasi dilaksanakan melalui empat tahap,yakni :
Survei tinjau
yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan
udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk mengedintifikasi
daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk diselifdiki lebih lanjut.
Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah
mineralisasi/cebakan skala regional terutama hasil stud geologi regional dan analisis
pengindraan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.Lebih jelasnya,
pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :Pemetaan Geologi dan Topografi
skala 1 : 25.000 samapai skala 1 : 10.000. Penyelidikan geologi yang berkaitan dengan
aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada
penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan pengamatan
dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Adapun
pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur
pada singkapan, sedangkan pengambilan contoh berupa batuan terpilih. Pembuatan
Sumur Uji Survey geofisika : aerimagnet Hasilnya sumber daya emas hipotetik sampai
tereka.
Prospeksi Umum
Exsplorasi awal,
yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi.
Exsplorasi rinci
yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi terhadap
endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan singkapan,puritan, lubang
bor, shafts, dan terowongan.
PROGRAM EKSPLORASI
Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi
sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:
Target eksplorasi
Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
Pencarian model-model geologi yang sesuai
Pemodelan eksplorasi
Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi
Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan mendeskripsikan
petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk geologi yang diperlukan.
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah
dasar dan perancangan (desain) yaitu :
Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan geologi
endapan yang dicari.
Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya serendah-
rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.
Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)
Pembagian bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi
dengan batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk
(1990) adalah sebagai berikut:
Kelompok I: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Batuan sedimen.
Kelompok ini dibagi menjadi:
Sub Kelompok A: Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batu gamping
Sub Kelompok B: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan
sedimen lainnya.
Kelompok II: Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batuan gunung api.
Kelompok III: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan
asam dan ultra basa.
Kelompok IV: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan endapan residu dan
endapan letakan.
Kelompok V: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan proses ubahan
hidrotermal.
Kelompok VI: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan metamorf.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka teknik eksplorasi awal yang ditetapkan adalah
pemetaan geologi permukaan utamanya mendasarkan atas singkapan batuan dipermukaan.
1. Pemboran inti
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan galian secara
vertikal yang berada dibawah permukaan tanah, disarnping itu mengetahui ketebalannya.
Teknik melerakkan titik rokasi pemboran inti ini agar didapatkan kedalaman yang maksimal
dilakukan dengan bantuan peta geologi dan peta topografi. oleh sebab itu apabila didaerah
tersebut belum/tidak didapatkan pera topografi dengan skala yang meiradai, maka
perlu dibuat pera topografinya terlebih dahulu.
Sesuai dengan tingkat kedaraman pemboran yang diinginkan dan waktu yang tersedia,
pemboran inti dapat dilaksanakan dengan:
a. Alat bor auger, yang dioperasikan secara manual oleh tenaga manusia.
AIat ini sesuai diterapkan apabila sasaran pemboran merupakan batuan yang lunak,
sedang kemampuan kedalaman pemboran sangat dangkal. oleh sebab itu apabila batuan yang
akan dibor cukup tebal/cukup dalam maka perpindahan lokasi pemboran secara
sistematis perlu dilakukan. Suatu keuntungan dari metode ini adalah bahwa alat bor auger
mudah dilepas dari rangkaiannya sehingga dapat diangkut dengan mudah.
Dari kedua alat pemboran inti tersebut apabila dikehendaki perolehan inti pemboran dapat
mencapai loovo, dan inti pemboran tersebut siap untuk dilakukan
analisa laboratorium. untuk masing-20 0,03 mm, ketebalan ini dapat diketahui dengan
membandingkan warna mineral yang tampak pada mikroskop pada saat nikol
disilangkan (misalnya mineral homblende) dengan warna mineral baku seperti yang terlihat
pada wama interferensi.
b. Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk dideterminasi.
2. Analisa kimia
Analisa kimia dinilai relatif rebih rinci dibandingkan dengan analisa petrografi. Analisa ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam batuan.
pemeriksaan komposisi kimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan pada
temperatur l50o c dalam cawan platina, kemudian di fitsing dengan NazCO: pada suhu
1.000o C. Tambahkan aquades dan HCl, panasi hingga kering. Ulangi
perlakuan tersebut sampai larut lalu disaring untuk penentuan kadar SiO2.
b. Filtratnya untuk penentuan kadar trace elemenls dengan menggunakan AAS (Atomic
Absorptbn spectrophcttometer). untuk kadar Calsium (Ca) dan atau Magnesium (Mg)
yang tinggi, clitentukan dengan cara Kompleksiometer. Dengan AAS akan segera dapat
diketahui macam-macam unsur dan jumlahnya secara tepat dan cepat.
c. Perhitungan kandungan air dilakukan sebagai berikut: contoh batuan ditimbang beratnya.
Kemudian dimasukan ke dalam oven pada temperatur 100 - 105" C maka semua air akan
keluar dan menguap. Sampel tersebut kemudian ditimbang lagi. Selisih berat yang diperoleh
merupakan berat kandungan air.
d. Perhitungan bahan hilang terbakar dilakukan sebagai berikut: contoh dipanaskan pada
suhu 105" C dan ditimbang = a gram. Kemudian dipanaskan lagi pada.futnqce sampai 1.000"
C, selima 1,5 - 2 jam, dan ditimbang lagi = b gram. Harga selisih a – b gram merupakan bahan
yang hilang terbakar.
Tabel 1. Susunan gradasi agregat yang diuji dan jumlah bola baja
Dalam upaya untuk memperoleh bukti- bukti nyata yang rinci dan menyakinkan, maka
harus mampu mengambil contoh dari endapan bahan galian yang berada di tanah. Kegiatan
dalam mengambil contoh yang di maksud yaitu :
1. Pengeboran inti (core driling)
Untuk memperoleh inti bor, maka alat bor putar harus di lengkapi dengan mata bor berlubang,
tabung inti bor, dan penangkap inti bor. Arah pengeboran dapat vertikalmaupun horizontal,
tetapi yang paling sering adalah pengoboran vertikal hingga mencapai batuan dasar, dengan
pola pengeboran dan jarak bor yang
teratur, sehingga akan di peroleh sejumlah inti bor yang representatif. Dengan demikian letak,
bentuk atau posisi endapan bahan galiannya dapat di ketahui dengan pasti. Bila semua inti bor
telah selesai di selidiki di laboratorium, maka akan di ketahui mutu atau kadar mineral
berharganya dan sifat-sifat fisik- mekanik-mineraloginya secara lengkap.
Metode Eksplorasi
Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Metoda langsung, terdiri dari :
a. Metoda langsung di permukaan
b. Metoda langsung di bawah permukaan
2. Metoda tidak langsung, terdiri dari :
a. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed
rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
b. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara
magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara
seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara
yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan
karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.
1. Metode langsung
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat
dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan,
terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis,
pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang
dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan.
Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan
eksplorasi (tahap awal s/d detail).
A. Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a. Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi
pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi
yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar
2. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut
gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke
permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan
antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya
singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.
b. Tracing Float (penjejakan)
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran
singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya
dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan
arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita
mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang
sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai,
tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan
maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak
jauh dibawah over burden.
c. Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang
dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan
memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan
yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan
cara trenching atau test pitting.
- Trenching (pembuatan parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis,
karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya
sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis.
Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini
dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
- Test Pitting (pembuatan sumur uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan test
pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa
pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal
ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita
buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada
waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat.
Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus
dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini
juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur
uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas
beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.
Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan
atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena pada
eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter.
Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan permukaan
memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila permukaan tidak
memungkinkan, misalnya permukaan itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak
stabil, maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.
Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya,
pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan
pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang
memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita
untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan
adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar,
hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya
eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift,
Winse dan lain-lain.
Tunnel = suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus
kedua kaki bukit.
Shaft = suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan
permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat
kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.
Drift = suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang
arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam
pengeboran).
Winze = lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah “level”
yang dibawahnya.
Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur
minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor
(RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem
perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft
(+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).
Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara bor
yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara pengeboran
yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di
darat maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada pemboran decara
vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring (kemiringan dapat mencapai 90o), apabila
saat pengeboran kita menemukan batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata bor, maka
dengan teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah arahnya
(dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.
Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh (sampling)
untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air
tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada
kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling kita dapat
membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan
batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara
keseluruhan.
b. Metoda Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang magnet
raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan bahwa
medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap batang
magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi medan
magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas
dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi
sebagai berikut :
- Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
- Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan
- Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam jumlah
cukup
- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.
c. Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat
dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan
kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan
getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat
penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara
teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan
rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi
struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang
berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang
dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1. Jenis batuan
2. Derajat pelapukan
3. Derajat pergerakan
4. Tekanan
5. Porositas (kadar air)
6. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)
H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar
(dibandingkan) :
1. Batuan beku basa : batuan beku asam
2. Batuan beku : batuan sedimen
3. Sedimen terkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi
4. Sedimen unkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi
5. Soil basah : soil kering
6. B. sedimen karbonat : batupasir
7. Batuan utuh : batuan terkekarkan
8. Batuan segar : batuan lapuk
9. Batuan berat : batuan ringan
10. Batuan berumur tua : batuan berumur muda
d. Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang
dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan
sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung
ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C,
dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi,
elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential electode” disingkat P. ada beberapa
cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah
cara Wenner dan cara Shlumberger.
Jenis-jenis metode geolistrik yaitu :
C. Gabungan keduanya
Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.
Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta apa-
apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :
a. Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli
1. Geologist
2. Geophysist
3. Exploration Geologist
4. Geochemist
5. Operator Alat, dll
b. Rencana biaya
c. Pemilahan waktu yang tepat
d. Penyiapan peralatan atau perbekalan
- Peta dasar
- Alat surveying, ukur atau GPS
- Alat kerja :
1. Palu 5. Alat geofisika
2. Kompas 6. Alat sampling
3. Meteran 7. Altimeter
4. Kantong sampel 8. Alat bor dll
- Alat tulis
- Alat komunikasi
- Keperluan sehari-hari
- Obat-obatan atau P3K
e. Sesampai di lapangan :
1. Membuat base camp (perkemahan)
2. Mencek peralatan atau perbekalan
3. Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah lebih
lanjut
4. Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan
sebenatnya (bila perlu)
b. Cadangan (Reserve)
Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau tertunjuk yang
dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan material dilusi ataupun material
hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang.
Gambar 6.
Alur Pengklasifikasian Sumberdaya dan Cadangan