194 451 1 PB
194 451 1 PB
Abstract
Mycorrhiza is a symbiotic fungus
fung with plant roots that is useful for transferring nutrients to plant
roots. Potato (Solanum
Solanum tuberosum L.) is a good host for mycorrhizal growth. Intensive cultivation of
potatoes can result in land degradation due to land clearing that does not follow conservation rules,
which may lead to a decrease in productivity of potato. This study focused focu on management of
cultivation by occurrence erosion
osion affecting potato cultivation system, and its effect on diversity of
mycorrhiza for potato production in an Andisol of Batu. This study usea a completely randomized
design factorial with 2 factors: (1) geotextile (2) organic mulch, obtained 24 treatme
treatment combinations
and 3 replications. Organic mulch doses administered at each treatment were equivalent to 10 t ha -1.
The results showed that biogeotextile application had a significant effect on population diversity of
mycorrhiza that increased diversity and
a root infection 10% more compared without application that
had no significant effect. The existence
e of biogeotextile affected soil chemical properties in the
form of soil organic matter that increased 2-fold
fold compared with no application. Biogeote
Biogeotextile could
increase tuber diameter by 43%, number of tubers by 67%, and potato tuber weight 2 times than
without application. The treatment of elephant grass gaveg the best influence on potato production.
Keywords: Andisol, biogeotextile, mycorrhiza,
mycorrhiza Solanum tuberosum L.
http://jtsl.ub.ac.id 748
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 747-754, 2018
e-ISSN:2549-9793
gelas beker, gelas ukur, pinset, pisau, oven tanaman berusia ± 90 (HST) Hari Setelah
tanah, neraca analitik, tabung erlemeyer, tabung Tanam selanjutnya dilakukan pengambilan
reaksi, botol semprot, termometer Celcius, sampel. Pengambilan sampel tanah untuk
saringan 40 µm, saringan 200 µm, saringan 400 analisis bahan organik tanah dan mikoriza
µm, tabung sentrifuge, sentrifuge, kompor, yakni disetiap perlakuan menggunakan cetok,
petridis, kaca preparat, kertas millimeter blok, dilakukan secara acak memilih satu guludan
pipet, mikroskop, alat tulis, kamera, kentang kemudian diambil sampel tanah yang berada di
varietas Granola, nylon, polypropilene, daun daerah sekitar akar (rhizosphere). Sampel tanah
mendong, daun alang-alang, jerami padi, daun diambil dengan 2 kedalaman yaitu 0-10 cm dan
tebu, daun pinus, Chromolaena odorata (daun 10-20 cm, kemudian dikomposit.
tekelan), daun rumput gajah, ranting kaliandra,
insektisida Dursban 200 EC, Fungisida Dhytan
45 WP, Fungisida Karibou 75 WP, SP 36, Tabel 1. Kombinasi perlakuan penelitian
Urea/ZA, formalin, aseton, alkohol, larutan
Kode Perlakuan
gula, aquades, H2SO4, indikator
Diphenylamine, (NH4) Fe(SO4) , buret asam,
2 2 MK Mendong + Kontrol
standar buret, KOH 10%, HCl 2%, Tryphane MC Mendong + Daun Tekelan
blue. MP Mendong + Daun Pinus
MT Mendong + Daun Tebu
Rancangan penelitian MA Mendong + Alang-alang
Penelitian ini menggunakan (RAKF) MKa Mendong + Daun Kaliandra
Rancangan Acak Kelompok Faktorial. MJ Mendong + Jerami
Percobaan ini memiliki 2 faktor yang akan diuji, MG Mendong + Daun Rumput Gajah
yaitu (1) macam bahan geotekstil, dan (2) jenis NK Nylon + Kontrol
bahan baku mulsa. Kombinasi antar faktor NC Nylon + Daun Tekelan
disajikan pada (Tabel 1). Secara keseluruhan NP Nylon + Daun Pinus
diperoleh 3 x 8 = 24 perlakuan, masing-masing NT Nylon + Daun Tebu
perlakuan diulang 3 kali sehingga keseluruhan
NA Nylon + Alang-alang
ada 72 unit percobaan. Dosis bahan mulsa
adalah jumlah bahan mulsa yang akan NKa Nylon + Daun Kaliandra
digunakan untuk pengembangan biogeotekstil NJ Nylon + Jerami
ditetapkan 1 kg m-2 bahan biogeotekstil atau NG Nylon + Daun Rumput Gajah
setara 10 t ha-1. Morgan (2005), menyarankan PK Polyprophylene + Kontrol
bahwa dosis minimum untuk perlindungan PC Polyprophylene + Daun Tekelan
erosi pada tanah berpasir di kelereangan lahan PP Polyprophylene + Daun Pinus
5o sebesar 0,72 kg m-2. Penelitian ini meneliti PT Polyprophylene + Daun Tebu
parameter tanah dan tanaman (Tabel 2). PA Polyprophylene + Alang-alang
Parameter tanah yang diamati adalah bahan PKa Polyprophylene + Daun Kaliandra
organik tanah dan mikoriza, sedang parameter PJ Polyprophylene + Jerami
tanaman yang diamati adalah produksi kentang. PG Polyprophylene + Daun Rumput Gajah
Pengamatan parameter tanah dilakukan saat
http://jtsl.ub.ac.id 749
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 747-754, 2018
e-ISSN:2549-9793
Analisa statistik
Tabel 3. Pengaruh biogeotekstil terhadap C-
Data yang telah didapatkan di lapang,
organik tanah
kemudian dilakukan tabulasi data dan
perhitungan menggunakan Microsoft Excel, Perlakuan C-organik (%)
selanjutnya dianalisis keragamannya MK 2,35 a
menggunakan analisis ragam atau Analysis of MC 3,37 bc
Variance (ANOVA). Bila terdapat perbedaan MP 3,00 b
nyata pada taraf 5%, selanjutnya dilakukan uji MT 3,33 bc
(BNJ) Beda Nyata Jujur. Analisis menggunakan MA 3,33 bc
aplikasi Genstat 4.0 Discovery Edition. MKa 3,45 bc
MJ 3,08 b
Hasil dan Pembahasan MG 3,41 bc
NK 2,35 a
Pengaruh biogeotekstil terhadap C-organik NC 3,53 bc
tanah NP 3,33 bc
Tindakan pemberian bahan mulsa biogeotekstil NT 3,25 b
mampu meningkatkan nilai C-organik tanah. NA 3,00 b
Kandungan C-organik terendah terdapat pada NKa 3,86 c
perlakuan mendong kontrol (MK), nylon NJ 3,13 b
kontrol (NK), polypropilane kontrol (PK) sebesar NG 3,08 b
2,35 %. Kandungan C-organik tertinggi PK 2,35 a
terdapat pada perlakuan Nylon daun kaliandra PC 3,29 bc
(NKa) sebesar 3,86 % (Tabel 3). Rerata PP 3,08 b
kandungan C-organik pada perlakuan PT 3,29 bc
biogeotekstil non-kontrol termasuk ke dalam PA 3, 21 b
kategori sedang. Hardjowigeno (2003), PKa 3,29 bc
menyatakan bahwa kandungan C-organik PJ 3,29 bc
termasuk kategori rendah berkisar antara 1 % PG 3,25 b
hingga 2 %, kategori sedang berkisar antara BNJ 5% 0,30*
2,01 % hingga 3 %, dan kategori tinggi berkisar Keterangan: N = nylon; P= polypropylene; M =
antara 3,01 % hingga 5 %. Hasil disajikan pada mendong; A = alang-alang; J = jerami padi; P =
daun pinus; C = daun takelan (Chromolaena odorata);
Tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukkan
T = daun tebu; G = rumput gajah; K = tanpa mulsa
bahwa C-organik tanah disetiap perlakuan organik; Ka = daun kaliandra. Bilangan yang diikuti
berbeda nyata dibuktikan dengan menggunakan oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak
perlakuan hasilnya lebih tinggi dibandingkan berbeda nyata uji BNJ 5% (p=0,05), HST = Hari
tanpa perlakuan (kontrol). Rata-rata dari Setelah Tanam.* = nyata; tn = tidak nyata.
kandungan C-organik tanah bernilai 3,16% hal
ini termasuk dalam kategori tinggi. Perlakuan
biogeotekstil dapat menambahkan bahan Keragaman spora mikoriza
organik tanah yakni melalui dekomposisi Pemberian bahan biogeotekstil pada Andisols
biomassa tanaman yang lambat laun dapat untuk tanaman kentang dapat berdampak pada
melapuk selama musim tanam. Proses kehidupan mikroorganisme tanah. Mikoriza
dekomposisi bahan organik tanah dapat berupa jamur yang bersimbosis dengan akar
memperbaiki kualitas kesuburan dan dapat tanaman yang menghasilkan bahan organik
menunjang kehidupan fauna dalam tanah. Hasil tanah dan unsur hara lainya (Brundrett, 2002).
penelitian ini sesuai dengan Sutejo (2002), Hasil disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis
menyatakan bahwa pemberian mulsa jerami ragam menunjukkan bahwa interaksi bahan
mampu mendorong aktifitas organisme tanah biogeotekstil yang ditambahkan mulsa organik
untuk tetap aktif dalam mendekomposisi bahan menunjukkan ada interaksi beda nyata yang
organik sehingga dapat meningkatkan positif.
kandungan C-organik dalam tanah.
http://jtsl.ub.ac.id 750
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 747-754, 2018
e-ISSN:2549-9793
Spora mikoriza di tanah dengan aplikasi memberikan media yang baik untuk
biogeotekstil dengan mulsa Choromolaena odorata perkembangan mikoriza. Aplikasi mulsa yang
selama yang diambil pada 90 HST secara lain di dalam biogeotekstil kurang
umum lebih tinggi dibanding tanpa mempengaruhi spora mikoriza, kecuali
permeberian mulsa dalam biogeotekstil (Tabel penggunaan mulsa daun tebu dengan
4). Bahan biogeotekstil berupa polyprophylene biogeotekstil mendong dan nylon, cenderung
chromolaena merupakan bahan yang dapat juga lebih tinggi dibanding tanpa pemberian
menunjang aktifitas kehidupan mikoriza. mulsa di biogeotekstil. Manfaat mikoriza adalah
Penggunaan daun Choromolaena odorata dengan mampu meningkatkan penyerapan unsur hara,
tiga macam bahan biogeotekstil yang diuji memperpanjang fungsi perakaran, lebih tahan
dimungkinkan karena daun tersebut memiliki terhadap kondisi kering dan serangan patogen.
kualitas bahan organik tinggi sehingga mudah Pada kelerengan 5o di lokasi penelitian yang
mengalami pelapukan dan segera dapat berjenis tanah Andisol terdapat keragaman dan
memperbaiki kesuburan tanah yang dapat populasi mikoriza, hal ini dikarenakan solum
http://jtsl.ub.ac.id 751
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 747-754, 2018
e-ISSN:2549-9793
tanah yang dalam akibat endapan tanah hasil cytokinin, giberelin, serta vitamin lain yang
erosi dari tanah yang berada di daerah lebih berguna untuk tanaman inangnya.
tinggi, sehingga memiliki kandungan hara yang
dibutuhkan, selanjutnya mampu memacu Tabel 5. Pengaruh biogeotekstil terhadap
kehidupan mikoriza. Hal ini didukung oleh infeksi akar
pernyataan Rohmayah et al. (2011) yakni pada
Perlakuan Infeksi Akar (%)
kondisi kawasan dengan kelerengan landai,
material hara tanah masih cukup tersedia MK 87,67 a
karena tidak mengalami perubahan yang berarti MC 98,00 a
dalam proses alamiah seperti erosi atau banjir, MP 92,00 a
miselium ataupun tubuh buah jamur dengan MT 85,33 a
mudah melakukan proses pertumbuhan dengan MA 92,00 a
bantuan tanah sebagai media tumbuh. MKa 90,00 a
MJ 94,67 a
Pengaruh biogeotekstil terhadap infeksi MG 86,67 a
akar oleh mikoriza NK 84,67 a
Mikoriza merupakan jamur yang bersimbiosis NC 95,57 a
dengan akar tanaman. Cara kerja jamur ini NP 88,00 a
yakni dengan memberikan infeksi akar. Infeksi NT 97,00 a
akar ini bermaksudkan menyalurkan unsur hara NA 92,33 a
dari tanah ke akar tamanan sehingga membantu NKa 77,67 a
penyerapan unsur hara. Pemberian mulsa NJ 92,00 a
dalam biogeotekstil terbukti tidak berbeda NG 86,67 a
nyata terhadap infeksi akar tanaman kentang PK 92,00 a
oleh mikoriza dibanding kontrol (Tabel 5). PC 98,00 a
Hasil analisis ragam menunjukkan tidak PP 97,67 a
berbeda nyata pada semua perlakuan (Tabel 5), PT 89,00 a
hal ini dikarenakan tanaman inang PA 90,00 a
mengoptimalkan kerja akar tanaman dalam PKa 91,00 a
menyerap unsur hara pada tanah. Kentang PJ 91,33 a
varietas granola yang digunakan tidak PG 87,67 a
diharapkan oleh jenis mikoriza yang ada pada BNJ 5% 11,38tn
lokasi tersebut. Pernyataan ini didukung oleh Keterangan: N = nylon; P= polypropylene; M =
Nuhamara (1999), yakni sejumlah strain mendong; A = alang-alang; J = jerami padi; P =
mycobion dapat berasosiasi dengan satu spesies daun pinus; C = daun takelan (Chromolaena odorata);
T = daun tebu; G = rumput gajah; K = tanpa mulsa
atau varietas tanaman. Infeksi akar oleh organik; Ka = daun kaliandra. Bilangan yang diikuti
mikoriza ini dapat menyebakan transfer unsur oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak
hara dari tanah ke tanaman lebih cepat berbeda nyata uji BNJ 5% (p=0,05), HST = Hari
sehingga proses pembuahan pada umbi akar Setelah Tanam, * = nyata; tn = tidak nyata.
lebih cepat masak dan memiliki ukuran umbi
lebih besar berkat zat pengatur tumbuh Pengaruh biogeotekstil terhadap produksi
cytokinin, giberelin, dan vitamin lainnya. tanaman kentang
Keadaan ini sesuai dengan pernyataan
Nuhamara (1994), bahwa mikoriza dapat Proses pemanenan merupakan hasil akhir dari
meningkatkan serapan air, hara, melindungi penilitian ini. Pemanenan ditandai dengan
tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. umur tanaman berkisar 120 HST, tanaman
Keberadaan mikoriza dapat meningkatkan mulai menjadi layu, dan terlihat umbi kentang
ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan yang membesar secara optimal. Secara umum
kelembaban yang ekstrem, meningkatkan aplikasi biogeotekstil dengan diisi mulsa
produksi hormon pertumbuhan dan zat mampu meningkatkan diameter umbi, jumlah
pengatur tumbuh lainnya seperti auksin, umbi, dan berat umbi kentang dibanding
aplikasi biogeotekstil tanpa menggunakan
bahan mulsa (Tabel 6).
http://jtsl.ub.ac.id 752
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 747-754, 2018
e-ISSN:2549-9793
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 6), diameter biogeotekstil secara nyata dapat memperbaiki
umbi biogeotekstil dapat memperbaiki produksi kentang. Umbi kentang yang
diameter dari 27,16 mm (kontrol) hingga dihasilkan terjadi peningkatan dibanding
diameter 44,56 mm (MG), sehingga dapat kontrol (Tabel 6) yakni diameter umbi 43%,
meningkat sebanyak 17,40 mm. Untuk jumlah jumlah umbi 67% dan berat umbi 2 kali lipat.
umbi paling sedikit yakni pada perlakuan Hal ini terjadi dikarenakan aplikasi bahan
mendong rumput gajah (MG) sebanyak 6. biogeotekstil dapat menekan suhu dan
Untuk jumlah umbi kentang dari 5 (kontrol) kelembaban tanah, sehingga proses pemasakan
hingga 10 (MG), sehingga dapat meningkat umbi menjadi optimal jika dibandingkan
sebanyak 2 kali lipat. Adanya jumlah umbi yang dengan perlakuan tanpa mulsa seperti MK,
sedemikian dapat dikatakan memperbaiki hasil NK, dan PK. Perlakuan yang terbaik yakni
panen, hasil penelitian sebelumbya menjelaskan pada gabungan antara mendong dan rumput
bahwa jumlah umbi varietas granola yang gajah. Perlakuan tersebut memiliki kerapatan
ditanam pada ketinggihan 1200 meter di atas yang sesuai dan terdapat ruang pori dalam
permukaan laut (mdpl) memliki jumlah rata- masuknya sinar matahari. Wahyuni (2015),
rata 9,11 (Mailangkay et al., 2012). Untuk berat menyatakan mendong memiliki massa yang
umbi kentang dari 26,35 t ha-1 (kontrol) hingga lebih banyak dan tebal sehingga dapat menjaga
31,41 t ha-1 (MG), sehingga dapat meningkat suhu dan kelembaban serta intensitas matahari
sebanyak 5,06 t ha-1. Pengaplikasian bahan serta kandungan C-organik dalam rumput gajah
http://jtsl.ub.ac.id 753
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 747-754, 2018
e-ISSN:2549-9793
tergolong cukup tinggi dibandingkan jenis 1997. Hal. 19-24. Research and Development
mulsa lain yaitu sebesar 39,56%. Hasil ini Center for Biology-The Indonesian Institue of
menunjukkan bahwa diameter, jumlah, dan Sciences (LIPI) Bogor Indonesia-Bogor
bobot kentang yang tinggi dapat Agricultural University, Bogor Indoenesia-The
University of Adelaide, Australia.
mempengaruhi harga dari kentang tersebut,
Rickson, J.R. 2006. Slope Stabilization and Erosion
sehingga petani mendapatkan penghasilan yang Control: a Bioengineering Approach. E & FN
lebih. Petani yang menerapkan hal ini dapat SPON. London.
menunjang pendapatannya. Rochmanto, B. dan Stefano A. F. 2012.
Karakteristik Morfologi Pantai Mallusetasi
Berdasarkan Data Spasial Kabupaten Barru
Kesimpulan Provinsi Sulawesi Selatan. ISBN: 978-979-
Aplikasi bahan mulsa yang ditambahkan dalam 127255-0-6. Hal TG2-8. Jurusan Teknik
biogeotekstil berpengaruh nyata terhadap Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
populasi dan keragaman mikoriza. Populasi dan Hasanuddin. Makassar.
Rohmayah, Djumali, M. dan Sukartiningsih. 2011.
keragaman mikoriza tidak berpengaruh nyata Keanekaragaman Jenis Jamur Ektomikoriza
terhadap produksi kentang. Hal ini dikarenakan pada Kondisi Hutan dengan Kelerengan yang
ketidakcocokan antara mikoriza dengan Berbeda di Hutan Wisata Bukit Bangkirai PT
varietas tanaman kentang. Inhutani I Balikpapan. Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Rokhmaniyah, I. 2015. Fluktuasi Suhu dan
Daftar Pustaka Kelemababan Tanah terhadap Pertumbuhan
Gulma dan Intensitas Serangan Hama-penyakit
Brundrett, M. C. 2008. Mycorrhizal associations: Tanaman pada Berbagai Biogeotekstil serta
The web resource. Section 1. Introduction Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan
school of plant biology, The University of Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.) di
Western. Australia. Andisol, Batu [Skripsi]. Jurusan Tanah, Fakultas
Brundrett, M. C. 2002. Coevolution of roots and Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.
mychorrhizas of land plants. New Phytologist 154: Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. pp
275-304. 177. Rineka Cipta. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah Ultisol. Edisi Tahat, M.M., and Kamaruzaman S. 2012.
Baru. Akademika Pressindo. Jakarta. Arbuscular mychorrhizal fungi and plan root
Kurniawan, S., Prayogo C., Widianto, Zulkarnain, exudates bio-communications in the
M.T., Lestari N.D., Aini, F.K., Hairiah, K. 2010. rhizosphere. African Journal of Microbiology Research
Estimasi Karbon Tersimpan di Lahan-lahan 6 (46): 7295-7301.
Pertanian di DAS Konto, Jawa timur: RACSA Wahyuni, F. 2015. Laju Dekomposisi berbagai
(Rapid Carbon Stock Appraisal). Working paper Kualitas Bahan Biogeotekstil dan Pengaruhnya
120. World Agroforestry Center (ICRAF) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang
Southeast Asia Program. (Solanum tuberrosum L.) [Skripsi]. Jurusan Tanah,
Mailangkay, H.B., Jeanne M. and Johannes E.X.R. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
2012. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Malang.
Kentang (Solanum tuberosum L.) pada Dua Yeo, K.C. 2016. Properties of Geotextiles. Castco
Ketinggihan Tempat. Fakultas Pertanian, Testing Centre Limited, Hong
Universitas Sam Ratulangi. Manado. Ko.https://www.google.com/search?q=frank+
Morgan, R.P.C. 2005. Soil Erosion. Topic in 1885+mycorrhiza&ie=utf-8&oe=utf-
Applied Geography. Longman-London and 8&client=firefox-
New York. b#q=geotextile+bio+soi+temperture (Online).
Nuhamara, S.T. 1994. Peranan Mikoriza untuk Diakses tanggal 24 Maret 2016.
Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan
Biologi dan Bioekoteknologi Mikoriza.
Nuhamara, S.T. 1999. Mycorrhiza: Sturucture,
Function anf Its Implicative Association. dalam
Smith F.A, et al. (penyunting). Proceedings of
International Conference on Mycorrhizas in
Sustainable Tropical Agriculture and Forest
Ecosystems. Bogor Indonesia October 27-30,
http://jtsl.ub.ac.id 754