A. Definisi
Pengertian Tumor (berasal dari bahasa latin, yang berarti "bengkak"), merupakan
salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Pertumbuhannya
dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign) (Brooker, 2001). Tumor
colon adalah pertumbuhan biologikal jaringa yang tidak normal yang berada di dalam
culon.
B. Anatomi Fisiologi
Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki
panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3
daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon
adalah :
1. Menyerap air selama proses pencernaan.
2. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri usus, misalnya E.coli.
3. Membentuk massa feses
4. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
Proses pengeluaran feses dari tubuh defekasi :
1. Sigmoid Adalah bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid
2. Rektum dan Anus Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum
dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses
sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan
anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Rektum
adalah suatu ruang delapan inch yang menghubungkan usus besar ke dubur (anus).
Rektum: Menerima feces dari usus besar, Membiarkan seseorang mengetahui ada feces
yang harus dikeluarkan ,Menahan feces sampai pengeluaran terjadi
3. Umbai Cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada ususbuntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
C. Etiologi
1. Kelainan kongenital Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,
benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-
kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini benjolan yang
paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga
di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa
juga besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital yang sering terjadi di daerah leher
antara lain adalah hygroma colli, kista branchial, kista ductus thyroglosus
2. Genetik
3. Gender / jenis kelamin
4. Usia
5. Rangsangan fisik berulang Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang
berulang dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada tempat
tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.
6. Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur
kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa
pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat
(kelenjar kelamin pria).
7. Infeksi
8. Gaya hidup
9. Karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) Zat yang terdapat pada asap rokok dapat
menyebabkan kanker paru pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang
tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan
kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan
kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker. Beberapa virus berhubungan
erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus
penyebab kanker atau virus onkogenik. Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari
dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar
radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.
D. Patofisiologi
Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik
berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat
menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign
(jinak) atau bersifat malignant (ganas). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat,
sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada
umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel tumor pada tumor ganas
(kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel
tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan
seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping
itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh
dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh
kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya
dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu. Kanker
adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991). Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri,
membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada
saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
E. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen
dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah
kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang
dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah. Ada tujuh gejala yang perlu
diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya
kanker, yaitu :
1. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.
2. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
3. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.
4. Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan gatal.
5. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.
6. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.
F. Komplikasi Pertumbuhan
Tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan
ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi.
Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis
dapat menimbulkan syok.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a) Carcinoembryonic Antigen (CEA)
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik
paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium,
proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal
dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun
antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan
menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi
tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam.
Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
b) Lab darah rutin dan urinalisa
Pemeriksaan lengkap hitung darah putih dan elektrolit, tes fungsi liver, serta
urinalisa sebaiknya dilakukan karena dapat bermanfaat untuk mengetahui adanya
metastase. Tetapi hasil lab yang normal juga tidak dapat menyingkirkan adanya
metastase atau tidak.
c) Pemeriksaan radiologis
Roentgen thoraks merupakan baian dari penilaian rutin dan bermanfaat
dalam menentukan stadium dengan mengetahui ada tidaknya metastase ke paru-paru.
CT-Scan abdomen, pelvis atau hati dapat bermanfaat dalam mendiagnosis kanker
colon yang telah bermetastase ke kelenjar limfe, hati, dan paru-paru. Multipel
metastase pada liver dan atau paru-paru menunjukkan kanker colon incurable dengan
operasi dan kemoterapi. CT-scan juga sangat membantu mendiagnosis adanya
rekurensi tumor dan menilai respon terhadap kemoterapi.
H. Penatalaksanaan
Satu-satunya terapi kuratif ialah dengan tindakan bedah. Tujuan utama tindakan bedah
ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif ataupun non-kuratif. Radioterapi
dan kemoterapi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat paliatif.
1. Persiapan preoperatif
Operasi yang dilakukan pada kolon yang tak dipersiapkan mempunyai tingkat
infeksi/peradangan luka 40%. Suatu pendekatan dikombinasikan dari pencucian
mekanis dan zat antibiotic telah dilaporkan untuk mengurangi tingkat
infeksi/peradangan luka hingga 9%. Dengan penambahan antibiotic pelindung
parenteral, tingkat infeksi dapat lebih dikurangi hingga 5% atau kurang.
Dua hari sebelum pembedahan, pasien mulai suatu diet pembersihan cairan.
Sehari sebelum pembedahan, pasien diinstruksikan untuk mengambil satu galon
Golytely untuk mencuci keseluruhan kolon. Mekanisme pembersihan kira-kira 3 jam
hingga sempurna. Penambahan suatu zat antibiotic yang diserap dengan aerobic dan
anaerobic secara bersamaan dengan mantap mengurangi timbulnya infeksi.
2. Tindakan Operatif
Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf
regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan
maksud mencegah obstruksi, perdarahan. anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri.
Pada karsinoma rektum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung dan letaknya,
khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan
sfingter ekstern dan sfingter intern akan dipertahankan untuk menghindari anus
preternaturalis.
Cara lain yang dapat digunakan atas indikasi dan seleksi khusus ialah
fulgerasi (koagulasi listrik). Pada cara ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan
histopatologik. Cara ini kadang digunakan pada penderita yang beresiko tinggi untuk
pembedahan.
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman karena
diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek
proses penyakit.
2. Sirkulasi
Tanda :
Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri). Kemerahan,
area ekimosis (kekurangan vitamin K). Tekanan darah hipotensi, termasuk postural.
Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, ketakutan misalnya : perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Faktor
stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga dan pekerjan, pengobatan
yang mahal.
b. Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. Eliminasi
a. Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair. Episode
diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat dikontrol
(sebanyak 20-30 kali defekasi/hari); perasaan dorongan/kram (tenesmus); defekasi
darah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses. Pendarahan per rektal. Riwayat
batu ginjal (dehidrasi).
b. Tanda : Menurunya bising usus, tak adanya peristaltik atau adanya peristaltik yang
dapat dilihat di hemoroid, fisura anal (25 %), fistula perianal.
5. Makanan dan cairan
a. Gejala : Penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa bibir
pucat; luka, inflamasi rongga mulut.
b. Tanda : Anoreksia, mual dan muntah. Penurunan berat badan, tidak toleran terhadap
diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
6. Hygiene
a. Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan
kekurangan vitamin. Bau badan.
7. Nyeri dan kenyamanan
a. Gejala ; Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi),
titik nyeri berpindah, nyeri tekan (atritis).
b. Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi.
8. Keamanan
a. Gejala ; Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis, Arthritis
(memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus). Peningkatan suhu 39-
40°Celcius (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk
susu (mengeluarkan histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
b. Tanda : Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan,
kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan
purulen/lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
9. Seksualitas
a. Gejala : Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.
10. Interaksi social
a. Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak mampuan
aktif dalam sosial.
11. Penyuluhan dan pembelajaran
a. Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Nyeri
3. Kekurangan volume cairan
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Gangguan pola tidur
6. Intoleransi aktivitas
7. Ansietas
8. Kurang pengetahuan
No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Classifcation Nursing Intervensi Classification
(NANDA) (NOC) (NIC)
Kode : 00027
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
Defensi
Penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intraseluler
ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar atrium.
Batasan karakteristik
Haus
Kelemahan
Kulit kering
Membran mukosa kering
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan hematolrit
Peningkatan suhu tubuh
Penurunana berat badan
secara tiba-tiba
Penurunana haluaran urine
Penurunana pengisian vena
Penurunana tekanan darah