Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR COLON

A. Definisi
Pengertian Tumor (berasal dari bahasa latin, yang berarti "bengkak"), merupakan
salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Pertumbuhannya
dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign) (Brooker, 2001). Tumor
colon adalah pertumbuhan biologikal jaringa yang tidak normal yang berada di dalam
culon.
B. Anatomi Fisiologi
Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki
panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3
daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon
adalah :
1. Menyerap air selama proses pencernaan.
2. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri usus, misalnya E.coli.
3. Membentuk massa feses
4. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
Proses pengeluaran feses dari tubuh defekasi :
1. Sigmoid Adalah bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid
2. Rektum dan Anus Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum
dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses
sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan
anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Rektum
adalah suatu ruang delapan inch yang menghubungkan usus besar ke dubur (anus).
Rektum: Menerima feces dari usus besar, Membiarkan seseorang mengetahui ada feces
yang harus dikeluarkan ,Menahan feces sampai pengeluaran terjadi
3. Umbai Cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada ususbuntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
C. Etiologi
1. Kelainan kongenital Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,
benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-
kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini benjolan yang
paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga
di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa
juga besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital yang sering terjadi di daerah leher
antara lain adalah hygroma colli, kista branchial, kista ductus thyroglosus
2. Genetik
3. Gender / jenis kelamin
4. Usia
5. Rangsangan fisik berulang Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang
berulang dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada tempat
tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.
6. Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur
kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa
pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat
(kelenjar kelamin pria).
7. Infeksi
8. Gaya hidup
9. Karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) Zat yang terdapat pada asap rokok dapat
menyebabkan kanker paru pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang
tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan
kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan
kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker. Beberapa virus berhubungan
erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus
penyebab kanker atau virus onkogenik. Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari
dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar
radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.
D. Patofisiologi
Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik
berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat
menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign
(jinak) atau bersifat malignant (ganas). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat,
sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada
umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel tumor pada tumor ganas
(kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel
tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan
seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping
itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh
dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh
kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya
dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu. Kanker
adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991). Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri,
membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada
saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
E. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen
dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah
kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang
dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah. Ada tujuh gejala yang perlu
diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya
kanker, yaitu :
1. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.
2. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
3. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.
4. Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan gatal.
5. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.
6. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.
F. Komplikasi Pertumbuhan
Tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan
ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi.
Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis
dapat menimbulkan syok.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a) Carcinoembryonic Antigen (CEA)
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik
paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium,
proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal
dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun
antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan
menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi
tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam.
Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
b) Lab darah rutin dan urinalisa
Pemeriksaan lengkap hitung darah putih dan elektrolit, tes fungsi liver, serta
urinalisa sebaiknya dilakukan karena dapat bermanfaat untuk mengetahui adanya
metastase. Tetapi hasil lab yang normal juga tidak dapat menyingkirkan adanya
metastase atau tidak.

c) Pemeriksaan radiologis
Roentgen thoraks merupakan baian dari penilaian rutin dan bermanfaat
dalam menentukan stadium dengan mengetahui ada tidaknya metastase ke paru-paru.
CT-Scan abdomen, pelvis atau hati dapat bermanfaat dalam mendiagnosis kanker
colon yang telah bermetastase ke kelenjar limfe, hati, dan paru-paru. Multipel
metastase pada liver dan atau paru-paru menunjukkan kanker colon incurable dengan
operasi dan kemoterapi. CT-scan juga sangat membantu mendiagnosis adanya
rekurensi tumor dan menilai respon terhadap kemoterapi.
H. Penatalaksanaan
Satu-satunya terapi kuratif ialah dengan tindakan bedah. Tujuan utama tindakan bedah
ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif ataupun non-kuratif. Radioterapi
dan kemoterapi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat paliatif.

1. Persiapan preoperatif

Operasi yang dilakukan pada kolon yang tak dipersiapkan mempunyai tingkat
infeksi/peradangan luka 40%. Suatu pendekatan dikombinasikan dari pencucian
mekanis dan zat antibiotic telah dilaporkan untuk mengurangi tingkat
infeksi/peradangan luka hingga 9%. Dengan penambahan antibiotic pelindung
parenteral, tingkat infeksi dapat lebih dikurangi hingga 5% atau kurang.

Dua hari sebelum pembedahan, pasien mulai suatu diet pembersihan cairan.
Sehari sebelum pembedahan, pasien diinstruksikan untuk mengambil satu galon
Golytely untuk mencuci keseluruhan kolon. Mekanisme pembersihan kira-kira 3 jam
hingga sempurna. Penambahan suatu zat antibiotic yang diserap dengan aerobic dan
anaerobic secara bersamaan dengan mantap mengurangi timbulnya infeksi.

2. Tindakan Operatif

Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf
regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan
maksud mencegah obstruksi, perdarahan. anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri.
Pada karsinoma rektum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung dan letaknya,
khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan
sfingter ekstern dan sfingter intern akan dipertahankan untuk menghindari anus
preternaturalis.

Goresan di tengah abdominal mengijinkan explorasi penuh dan perluasan


lebih lanjut untuk kebutuhan tambahan. Tingkat reseksi ditentukan oleh lokasi kanker
kolon tama, seperti halnya ada atau tidaknya invasi ke dalam struktur yang
bersebelahan dan metastasis yang jauh. Walaupun tidak adanya invasi kolon ke dalam
organ atau metastasis, reseksi kolon adalah perawatan yang utama.

Laparoskopi intervensi pembedahan pada kanker kolon adalah suatu


pengembangan terbaru di dalam perawatan. Tingkat kematian operatif untuk
pembedahan kanker kolon pada kasus tertentu adalah 5% atau kurang. Reseksi kolon
dengan tujuan sembuh membawa tingkat kematian lebih rendah dari pada reseksi
paliatif.

Cara lain yang dapat digunakan atas indikasi dan seleksi khusus ialah
fulgerasi (koagulasi listrik). Pada cara ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan
histopatologik. Cara ini kadang digunakan pada penderita yang beresiko tinggi untuk
pembedahan.

Koagulasi dengan laser digunakan sebagal terapi palilatif, Sedangkan radioterapi,


kemoterapi, dan imunoterapi digunakan sebagal terapi adjuvan.
3. Pengobatan paliatif

Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi


obstruksi atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik.
Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis.
Pada metastasis hati yang tidak lebih dari dua atau tiga nodul dapat dipertimbangkan
eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui a.hepatika, yaitu perfusi secara selektif,
kadang lagi disertai terapi embolisasi, dapat berhasil penghambatan pertumbuhan sel
ganas.

Selain menghindari makanan kaya zat karsinogeniK juga harus mengkonsumsi


makanan bersifat antikarsinogen untuk mengurangi resiko terkena kanker kolon.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman karena
diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek
proses penyakit.
2. Sirkulasi
Tanda :
Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri). Kemerahan,
area ekimosis (kekurangan vitamin K). Tekanan darah hipotensi, termasuk postural.
Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, ketakutan misalnya : perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Faktor
stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga dan pekerjan, pengobatan
yang mahal.
b. Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. Eliminasi
a. Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair. Episode
diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat dikontrol
(sebanyak 20-30 kali defekasi/hari); perasaan dorongan/kram (tenesmus); defekasi
darah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses. Pendarahan per rektal. Riwayat
batu ginjal (dehidrasi).
b. Tanda : Menurunya bising usus, tak adanya peristaltik atau adanya peristaltik yang
dapat dilihat di hemoroid, fisura anal (25 %), fistula perianal.
5. Makanan dan cairan
a. Gejala : Penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa bibir
pucat; luka, inflamasi rongga mulut.
b. Tanda : Anoreksia, mual dan muntah. Penurunan berat badan, tidak toleran terhadap
diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
6. Hygiene
a. Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan
kekurangan vitamin. Bau badan.
7. Nyeri dan kenyamanan
a. Gejala ; Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi),
titik nyeri berpindah, nyeri tekan (atritis).
b. Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi.
8. Keamanan
a. Gejala ; Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis, Arthritis
(memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus). Peningkatan suhu 39-
40°Celcius (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk
susu (mengeluarkan histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
b. Tanda : Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan,
kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan
purulen/lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
9. Seksualitas
a. Gejala : Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.
10. Interaksi social
a. Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak mampuan
aktif dalam sosial.
11. Penyuluhan dan pembelajaran
a. Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Nyeri
3. Kekurangan volume cairan
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Gangguan pola tidur
6. Intoleransi aktivitas
7. Ansietas
8. Kurang pengetahuan
No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Classifcation Nursing Intervensi Classification
(NANDA) (NOC) (NIC)

1. Ketidakefektifan Bersihan Tujuan: Airway Management


Jalan Nafas 1. Respiratory status : Airway 1. Monitor respirasi dan status O2
Patency 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya
Kode : (00031)
suara
Domain : 11 (Keamanan/
Kriteria Hasil: tambahan
Perlindungan)
Setelah dilakukan tindakan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Kelas : 2 (Cedera Fisik)
keperawatan 3x24 jam diharapkan alat jalan nafas buatan
pasien mampu menunujukkan Status 4. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
Pernapasan: Kepatenan jalan napas lift atau jaw thrust bila perlu
yang dibuktikan dengan: 5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Definisi
 Mengeluarkan secret secara efektif ventilasi
Ketidakmampuan untuk
[5] 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
membersihkan sekresi atau
 Mempunyai irama dan frekuensi suction
obstruksi dari saluran nafas
dalam rentang normal [5] 7. Lakukan suction pada mayor
untuk mempertahankan
 Pada pemeriksaan Asukultasi suara 8. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bersihan jalan nafas.
napas jernih [5] 9. Berikan bronkodilator bila perlu
Airway suction :
Batasan karakteristik
 Suara nafas tambahan  Menunjukkan jalan nafas yang 10. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
seperti ronchi paten (klien tidak merasa tercekik) suctioning
 Kesulitan untuk berbicara [5] 11. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Faktor yang berhubungan Keterangan: [1 : Gangguan ekstrim, 2 : sesudah suctioning.
 Spasme Jalan Nafas berat, 3 : Sedang, 4 : ringan, 5 : Tidak 12. Informasikan pada klien dan keluarga
ada gangguan tentang suctioning
13. Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan.
14. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
15. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
tindakan
16. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
17. Monitor status oksigen pasienAjarkan
keluarga bagaimana cara melakukan
suction
18. Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Health Education :
19. Anjurkan pasien untuk menghindari
posisi telentang. Beri dorongan untuk
memilih posisi duduk, lateral, tegak
lurus untuk meningkatkan ekspansi paru
20. Anjurkan pasien untuk membuang
sputum menggunakan tisu menjaga
personal hygiens ataupun lingkungan
21. Anjurkan pasien untuk melaporkan jika
ada peruaan pada warna sputum

2. Nyeri Akut Tujuan : Pain Management


1. Pain Level 1. Observasi reaksi nonverbal dari
Kode : (00132) 2. Pain Control ketidaknyamanan
Domain : 12 (Kenyamanan) 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
Kelas : 1 (Kenyamanan Fisik) komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, skala,
Definisi : Setelah dilakukan tindakan kualitas dan faktor presipitasi(otot yang
Sensori yang tidak keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien sudah lama tidak digerakkan)
menyenangkan dan pengalaman di harapkan mampu memperlihatkan 3. Monitor penerimaan pasien tentang
emosional yang muncul secara nyeri skala 4 atau 5, yang dibuktikan manajemen nyeri
aktual atau potensial kerusakan dengan :
jaringan atau menggambarkan  Mampu mengontrol nyeri (tahu)
adanya kerusakan (Asosiasi  Penyebab nyeri, mampu 4. Kontrol lingkungan yang dapat
Studi Nyeri Internasional): menggunakan tehnik non mempengaruhi nyeri seperti suhu
serangan mendadak atau pelan farmakologi untuk mengurangi, ruangan, pencahayaan dan kebisingan
intensitasnya dari ringan nyeri, mencari bantuan) 5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
sampai berat yang dapat  Melaporkan bahwa nyeri berkurang (farmakologi, non farmakologi dan inter
diantisipasi dengan akhir yang dengan menggunakan manajemen personal)
dapat diprediksi dan dengan nyeri [5] 6. Lakukan tindakan kenyamanan untuk
durasi kurang dari 6 bulan.  Mampu mengenali nyeri meningkatkan relaksasi, mis. Pemijatan,
(skala,intensitas, frekuensi dan tanda mengatur posisi, teknik relaksasi.
Batasan Karakteristik : nyeri)Menyatakan rasa nyaman 7. Gunakan teknik panas dan dingin sesuai
 Mengekspresikan perilaku setelah nyeri berkurang anjuran untuk meminimalkan nyeri.
(mis :gelisah)  Tanda vital dalam rentang normal 8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
 Sikap melindungi area nyeri Keterangan : keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Perubahan posisi untuk 9. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Skala :
 menghindari nyeri Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Sikap tubuh melindungi diri 1. Berat
2. Agak Berat
Analgesic Administration
3. Sedang
4. Sedikit 10. Cek riwayat alergi
Faktor yang berhubungan :
5. Tidak Ada 11. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
- Agen cedera ( fisik) dosis, dan frekuensi
12. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
13. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
14. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri, Tentukan rute
pemberian, dan dosis optimal (Pilih rute
pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur)
15. Kolaborasi; Berikan analgesic (mis.
Ketorolac 3x30 mg) tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
16. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping).
Health education :

17. Anjurkan pasien untuk meminum obat


secara berkala, terlebih saat awitan terjadi
sesuai anjuran.
18. Anjurkan pasien untuk istirahat
19. Anjurkan pasien untuk menggunakan
aktivitas pengalihan atau rekreasional
(menonton Tv, membaca, mendengarkan
music,dll)
20. Anjurkan pasien untuk melakukan distraksi
berupa teknik sentuhan berulang, pada
area nyeri (punggung)

3. Kekurangan volume cairan

Kode : 00027
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi

Defensi
Penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intraseluler
ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar atrium.

Batasan karakteristik
 Haus
 Kelemahan
 Kulit kering
 Membran mukosa kering
 Peningkatan frekuensi nadi
 Peningkatan hematolrit
 Peningkatan suhu tubuh
 Penurunana berat badan
secara tiba-tiba
 Penurunana haluaran urine
 Penurunana pengisian vena
 Penurunana tekanan darah

Fakor yang berhubungan


 Kegagalan mekanisme
regulasi
 Kehilangan cairan aktif

4. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan: Monitor Nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh 1. Monitor BB jika memungkinkan.
1. Status nutris
2. Monitor adanya gangguan dalam input
Kode : 00002 2. Status gizi
makanan misalnya adanya mual muntah,
Domain : Nutrisi perdarahan, bengkak dsb.
Kriteria Hasil:
3. Monitor respon klien terhadap situasi
Kelas : Makan Setelah dilakukan tindakan
yang mengharuskan klien makan.
keperawatan 3x24 jam diharapkan
4. Monitor intake nutrisi dan kalori.
pasien mampu:
5. Monitor kadar energi, kelemahan dan
 Memperlihatkan status nutrisi
kelelahan.
pasien normal, yang dibuktikan
Definisi : 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
dengan :
bersamaan dengan waktu klien makan.
 Intake nutrien normal [5]
Asupan nutrisi tidak mencukupi  Intake makanan dan cairan 7. Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai
unutk memenuhi kebutuhan normal [5] order
metabolik.  Berat badan normal [5] Manajemen Nutrisi
 Massa tubuh normal [5] 8. Kaji adanya alergi makanan.
Batasan Karakteristik :  Pengukuran biokimia normal 9. Kaji makanan yang disukai oleh klien.
 Mual, Muntah [5] 10. Yakinkan diet yang dikonsumsi
 Ketidakmampuan memakan Keterangan: [1 : sangat bermasalah, 2 mengandung cukup serat untuk mencegah
makanan : bermasalah, 3 : masalah sedang, 4 : konstipasi.
masalah ringan, 5 : tidak bermasalah] 11. Berikan informasi tentang kebutuhan
Faktor yang berhubungan : nutrisi.
 Ketidakmampuan menelan 12. Sajikan makanan dengan tampilan yang
makanan  Memperlihatkan status Gizi: menarik.
 Mual, muntah asupan nutrisi dan cairan yang 13. Anjurkan klien untuk meningkatkan
dibuktikan dengan : asupan nutrisi TKTP dan banyak
 Pasien mampu Menjelaskan mengandung vitamin C
komponen diet gizi adekuat [5] 14. Kolaborasi team gizi untuk penyediaan
 Pasien Mentoleransi diet yang nutrisi TKTP
di anjurkan [5] 15. Kolaborasi pemberian obat anti-emetik.
 Pasien Memiliki nilai Manajemen Gangguan Makan
laboratorium dalam batas normal 16. Yakinkan pasien dan berikan
[5] lingkungan yang tenang selama maka
 Pasien Melaporkan tingkat 17. Siapkan kateter pengisap di samping
energi yang adekuat [5] tempat tidur dan alat pengisap selama
Keterangan: [1 : tidak adekuat, 2 : makan, bila diperlukan
sedikit adekuat, 3 : cukup adekuat, 4 : 18. Ubah pasien semi fowler, atau fowler
adekuat, 5 : sangat adekuat] tinggi untuk memudahkan menelan,
biarkan pasien pada posisi ini selama 30
menit setelah makan untuk mencegah
aspirasi
19. Letakkan makanan pada bagian mulut
yang tidak bermasalah untuk
memudahkan menelan.[15]
Monitoring Cairan
20. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
cairan dan kebiasaan eliminasi
21. Tentukan kemungkinan factor resiko
ketidakseimbangan cairan (missal:
hiperthermi, terapi diuresik, pathologos
ginjal, gagal jantung, diaphoresis,
disfungsi liver, latihan berat, terpapar
panas, infeksi, ko0ndisi post operatif,
polyuri, muntah, dan diare)
22. Monitor serum albumin dan kadar protein
total
23. Monitor membrane mukosa, turgor kulit,
dan raasa haru
24. Monitor warna, kuantitas, dan BJ Turin
25. Monitor distensi vena leher, krakles
pada paruparu, edema perifer, dan
peningkatan BB
26. Monitor tanda dan gejala ascietes
Manajemen Cairan
27. Monitor hasil lab yang relevan dengan
retensi cairan (missal: peningkatan berat
jenis, peningkatan BUN, pwnurunan
hematokrit, dan peningkatan osmolalitas
urin)
28. Monitor adanya indikasi retensi ciaran
(missal: krakles, peningkatan CVP atau
tekanan kapiler pulmonary, edema,
distensi vena leher, dan asciets)
29. Monitor respon pasien terhadap terapi
elektrolit
30. Berikan makanan ringan (missal: sering
minum dan buah segar/jus buah)
31. Batasi intake cairan pada kondisi
delusional hiponatremia dengan Na
serum dibawah 130 mEq/L
32. Konsulkan dengan dokter jika tanda
dan gejala ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit meningkat atau memburuk
33. Menata keberadaan produk darah untuk
transfusi
34. Siapkan pemberian produk darah
(missal: cek darah untuk
mengidenifikasi pasien dan menyiapkan
pemasangan infuse)
35. Berikan produk darah (missal: platelet,
dan fresh frozen plasma)
Manajemen Berat Badan
36. Diskusikan dengan pasien kondisi
medis yang mempengarhi berat badan
37. Tentukan berat badan ideal pasien
38. Dorong pasien untuk membuat grafik
berat badan setiap minggu, jika sesuai
39. Informasikan pasien adanya dukungan
yang bisa membantunya
40. Bantu pasien untuk membuat
perencanaan makanan yang seimbang
dan konsisten dengan tingkat
penggunaan energinya.
Manajemen Elektrolit
41. Monitor elektrolit serum abnormal, jika
ada
42. Monitor manifestasi dari
ketidakseimbangan elektrolit
43. Monitor respon pasien untuk
menentukan therapi elektrolit
44. Monitor efek samping pemberian
suplemen elektrolit (misal: iritasi
gastrointestinal)
45. Monitor secara ketat tingkat potassium
serum pasien yang mendapatkan obat
digitasli dan diuretik
46. Pertahankan pencatatan intake-output
cairan secara akurat
47. Pertahankan kandungan elektrolit
larutan IV dengan laju aliran yang
konstan, secara tepat (sesuai dengan
program)
48. Berikan suplemen elektrolit (misal lewat
oral, GI, atau IV) sesuai dengen resep,
jika diperlukan.
49. Berikan zat pengikat elektrolit ( misal
Kayexalate) sesuai dengan yanng
diresepkan.
50. Lakukan pengiriman spesimen untuk
analisis tingkat elektrolit di laboratorium
(missal: AGB,urin, dan cairan setingkat
serum)
51. Lakukan tindakan untuk mengontrol
kahilangan cairan elektrolit yang
berlebih.(mengistirahatkan usus,
merubah jenis diuretik, pemberian
antipiretik) secara tepat
52. Berikan diit yang tepat bagi pasien
dengan ketidakseimbangan elektrolit
(misal: tinggi potasium, rendah sodium,
dan makanan rendah karbohidrat)
53. Sediakan lingkungan yang aman bagi
pasien dengan gangguan neurologis atau
neuromuskular sebagai manifestasi dari
ketidakseimbangan elektrolit
54. Konsultasiken dengan dokter jika tanda
dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
meningkat atau memburuk.
55. Konsultasikan dengan dokter untuk
pemberian electrolyt-sparing medication
(misal: piranolacton) secara tepat.

Manajemen Elektrolit: Hipokalsemia

56. Hindari pengobatan yang meurunkan


kalsium serum terionisasi (misal:
bikarbonat dan sitrat darah)
57. Hindari pemberian garam kalsium
dengan bikarbonat untuk mencegah
presipitasi
58. Berikan intake vit D yang adekuat
(suplemen vitamin dan daging dari
organ) untuk mempermudah penyerapan
kalsium oleh usus)
Manajemen Elektrolit: Hiperpospathemia
59. Berikan pengikat phospat dan obat
diuretik yang diresepkan (misal:ampojel,
Phos-Lo cookie, dan Basaljet) dengan
makanan yang menurunkan absorbsi
phospat
60. Berikan kalsium dan vit D yang
diresepkan untuk mengurangi tingkat
phospat.
Health Edutcation:
61. Ajari keluarga mengenai jenis,
penyebab dan
62. pengobatan ketidakseimbangan elektrolit
63. Anjurkan untuk mengkonsumsi kalsium
(misalnya produksi harian: seafood,
brokoli, kacang, bayam, suplemen)
64. Hindari makanan kaya dengan phospat
(misalnya produk harian, seluruh padi-
padian dan cereal,kacang-kacangan,
sayuran dan buah yang dikeringkan, dan
daging-dagingan)
DAFTAR PUSTAKA

1. Lippincott, William, Wilkins. Cancer, principles and practice. Edisi 6. 2001


2. Appleton & Lange, Maingot’s Abdominal Operation, Tenth Edition, Zinner Vol I,
Chapter 42, Tumor Of The Colon; page 1281 – 1300.
3. Morris. Oxford Textbook of Surgery. Edisi 2. Oxford Press. London. 2010
4. M. Copeland III E, M.D. & I. Bland K, M.D., Buku Ajar Bedah Sobiston, Bagian I,
Penerbit GEC, Jakarta 1995, Hal.: 37 – 40
5. http :// www. medicinenet.com/colon_cancer/article.htm. Colon Cancer Information on
Causes, Symptoms, Test to Detect of the Colon and Rectum, Diakses 29 januari 2018
6. http :// www.emedicine.com. Colon cancer. Diakses 10 maret 2018

Anda mungkin juga menyukai