Disusun oleh :
MUHAMMAD RAEIS/15034050
AAN PUTRA BUANA/150340
KONSENTRASI GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geofisika adalah bidang ilmu yang menerapkan prinsip – prinsip ilmu
Fisika untuk mempelajari gejala – gejala yang terjadi di bumi. Studi yang
dilakukan pun terkait tentang sifat – sfat pada batuan. Setiap batuan memiliki
sifat fisik dan karakteristik tertentu yang menjadi ciri khas dari batuan tersebut.
Beberapa sifat fisik batuan yakni porositas, permeabilitas, resistivitas,
konduktivitas thermal dan sebagainya. Setiap sifat fisik tersebut dapat
mempengaruhi satu sama lainnya. Pengaruh tersebut dapat berupa saling
memperkuat bahkan sampai saling memperlemah dari sifat fisk batuan tersebut.
Sifat fisik batuan yang sangat penting adalah densitas dan resistivits.
Densitas massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis
suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran benda diubah maka massa
jenisnya tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda dan kenaikan
volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa
benda. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang
benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca ohaus atau yang
lainnya (Halliday, 1991). Densitas massa jenis dapat ditentukan menggunakan
prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan menggunakan prinsip kerja hukum
Archimedes (Halliday, 1997). Selain densitas, sifat fisika batuan yaitu
resistivitas.
Resistivitas (ρ) adalah kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan
arus listrik yang bergantung terhadap besarnya medan istrik dan kerapatan arus.
Semakin besar resistivitas suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik
yang dibutuhkan untuk menimbulkan sebuah kerapatan arus. Satuan untuk
resistivitas adalah Ω.m. Nilai resistivitas dipengaruhi oleh bebrapa faktor yang
bisa membuat nilainya besar yaitu kandungan karbonat yang ada didalamnya,
nilai porositas, nilai saturasi air dan salinitas, serta naiknya jumlah clay pada
batuan.
Mengingat pentingnya mengetahui dan memahami sifat fisik batuan
bagi seorang geofisikawan, maka perlulah dilakukan percobaan – percobaan
sederhana untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan intuisi terkait
parameter atau sifat fisik pada batuan. Secara teori, densitas tidak memiliki
hubungan secara langsung terhadap resistivitas. Tetapi densitas memiliki
hubungan terhadap porositas dan porositas juga memiliki hubungan yang
terhadap resistivitas. Maka dari itu, dilakukan percobaan sederhana terkait sifat
fisik batuan ini dengan prinsip ilmu fisika dengan peralatan yang sederhana pula
untuk mengathui hubungan antara densitas terhadap porositas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis dapat merumuskan
masalahnya adalah bagaimana pengaruh densitas terhadap resistivitas batuan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, penulis dapat membuat tujuan
dalam penulisan RBL ini adalah mengetahui pengaruh densitas terhadap
resistivitas batuan
BAB II
DASAR TEORI
A. Batuan
1. Batuan Beku (Igneous Rocks)
Batuan beku berasal dari cairan magma yang membeku akibat
mengalami pendinginan. Menurut ilmu petrologi semua bahan beku terbentuk
dari magma karena membekunya lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma
yang cair dan pijar itu berada di dalam bumi dan oleh kekuatan gas yang larut
di dalamnya naik ke atas mencari tempat-tempat yang lemah dalam kerak bumi
seperti daerah patahan/rekahan. Magma akan keluar mencapai permukaan bumi
melalui pipa gunung api dan disebut lava, akan tetapi ada pula magma yang
membeku jauh di dalam bumi.
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks)
Batu-batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah
batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses
pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan.
Sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, walaupun volumenya
hanya sekitar 5% dari volume kerak bumi. Klasifikasi batuan sedimen dibagi
menjadi tiga bagian yaitu klasifikasi menurut proses pengendapannya,
klasifikasi menurut tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan
sedimen dan klasifikasi menurut lokasi pengendapannya.
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan
tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi
proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta
terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan
asalnya terbentuk. Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik.
Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan
tersebut, yaitu :
Komposisi mineral batuan asal
Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
Pengaruh gaya tektonik
Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh
tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan
penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut.
B. Densitas Batuan
Massa jenis atau densitas adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar
pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan
total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda memiliki massa jenis
lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya
air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m ). Massa
jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan suatu zat berapapun massanya, berapapun volumenya akan
memiliki massa jenis yang sama (Soedojo, 1999).
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3.
Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk
menghitung, maka massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2
menghitung massa jenis, atau yang dinamakan 'Massa Jenis Relatif' ( Anonim2,
1998). Hubungan antara berat dan massa suatu benda adalah massa ialah ukuran
inersia suatu benda, sedangkan berat ialah gaya berat ataugaya gravitasi suatu
benda.Massa dan berat merupakan besaran yang berbeda, tetapi mempunyai
hubungan yang erat (Soedojo, 1999).
Massa jenis benda padat beraturan adalah Setiap pengukuran besaran
fisis umumnya selalu menemui batas ketelitian dan kesalahan pengukuran
(salah baca, parallax, dsb). Setiap alat ukur mempunyai batas ketelitian dan
batas maksimum kemampuan mengukur (batas ukur). Sebagai contoh alat-alat
ukur untuk besaran fisis (panjang, lebar, tebal, jarak, dalam dan sebagainya)
adalah :
a. Mistar biasa, mempunyai ketelitian 1mm atau kurang.
b. Jangka sorong mempunyai ketelitian 0.1 mm atau kurang.
c. Mikrometer sekrup, mempunyai ketelitian 0.01mm atau kurang.
C. Resistivitas Batuan
Setiap batuan memiliki sifat kelistrikan, meliputi tahanan jenis ataupun
konduktivitas. Sifat listrik batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan
arus listrik ke dalamnya. Gambar 1 dapat mereperesentasikan range nilai
resistivitas dan konduktivitas listrik beberapa jenis batuan. Dapat dilihat untuk
batuan metamorf tahanan jenisnya (ρ) berkisar antara 10 Ωm - 1000 Ωm.
Sedangkan untuk clays tahanan jenisnya (ρ) berkisar antara 5 Ωm – 100, dan
sandstone tahanan jenisnya (ρ) berkisar antara 80 Ωm – 1000 Ωm .
Gambar 2. Jangkauan nilai resistivitas batuan (Bahrie,
dkk,2012 dalam jurnal Seni & Teknologi
ITS)
Resistivitas (ρ) adalah kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan
arus listrik yang bergantung terhadap besarnya medan istrik dan kerapatan arus.
Semakin besar resistivitas suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik
yang dibutuhkan untuk menimbulkan sebuah kerapatan arus. Satuan untuk
resistivitas adalah Ω.m. Tahanan listrik dari antara 2 titik dapat diketahui
dengan menggunakan Hukum Ohm , yaitu :
𝐴
𝜌=𝑅 (1)
𝑙
D. Hukum Archimedes
“Benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair
akan mendapat gaya angkat ke atas oleh zat cair, yang besarnya sama dengan
berat zat cair yang dipindahkan.” dijabarkan oleh Archimedes (287 – 212 SM)
yang disebut Hukum Archimedes.
Makin besar volume zat cair yang dicelupkan ke dalam zat cair, makin
besar gaya ke atas yang dialami oleh benda itu. Besar gaya ke atas ini disebut
gaya apung.
FA = WU -Wa (2)
dimana :
FA = gaya ke atas dialami benda (N)
Wu = berat benda di udara (N)
Wa = berat benda di air (N)
FA = Mf g = ρf Vbt g (3)
dimana :
ρf = massa jenis fluida
Mf = massa fluida yang dipindahkan
Vbt = volume benda yang tercelup
Benda di dalam zat cair dapat berada pada tiga keadaan, yaitu
mengapung, melayang, dan tenggelam. Telur tenggelam menunjukkan bahwa
berat telur lebih besar dari gaya ke atas yang bekerja padanya. Hal ini karena
massa jenis telur lebih besar dari pada massa jenis air. Ketika garam
dimasukkan ke dalam air sehingga telur melayang, massa jenis air sama dengan
massa jenis telur. Jika garam ditambahkan lagi maka telur menjadi terapung,
artinya massa jenis telur lebih kecil dari massa jenis air.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa besarnya massa jenis air
garam lebih besar daripada air tawar. Hal inilah yang menyebabkan tubuhmu
lebih mudah mengapung di atas air laut daripada di air tawar. Jadi, keadaan
benda di dalam air seperti Gambar berikut. :
B. Prosedur Kerja
1. Densitas Batuan
a. menimbang semua sampel batuan menggunakan timbangan, mencatat
Tabel 1 berikut.
D. Tabel Data
Tabel 3. Data Pengukuran Densitas
Sampel Massa (gr) Volume (cc) Densitas (gr/cc)
1 31.9 15 2.126666667
2 41.5 20 2.075
3 30.08 9 3.342222222
4 13.1 3 4.366666667
5 30.09 7 4.298571429
6 95.5 31 3.080645161
7 38 20 1.9
8 36.8 19 1.936842105
9 7.3 5 1.46
10 4.84 2 2.42
11 10.5 3 3.5
12 39.5 17 2.323529412
13 32.7 18 1.816666667
14 51.4 21 2.447619048
Tabel 4. Data Pengukuran Resistivitas
Sampel A (m) L (m) V (V) I(A) Resistivitas (Ωm)
1 0.00000439 0.0439 0.35 0.0000004 87.5
2 0.00000469 0.0469 0.25 0.0000005 50
3 0.00000452 0.0452 0.2 0.00000012 166.6666667
4 0.00000355 0.0355 0.15 0.0000002 75
5 0.00069696 0.0425 0.04 0.000005 131.1924706
6 0.00000809 0.0809 0.2 0.00000005 400
7 0.00156025 0.045 0.02 0.00003 23.11481481
8 0.00101761 0.0414 0.025 0.000036 17.0694109
9 0.00189225 0.0578 0.25 0.00001 818.4472318
10 0.00080089 0.0459 0.25 0.000008 545.2682462
11 0.00335241 0.0594 0.035 0.0001125 17.55845118
12 0.00110889 0.0549 0.2 0.00005 80.79344262
13 0.00127449 0.0409 0.005 0.00015 1.038704156
14 0.00167281 0.0711 1.5 0.00007 504.1621459
E. Pengolahan Data
1. Densitas Batuan
𝑚
𝜌=
𝑉
b. Sampel 1
M = 34
V = 45
𝑚 34
𝜌= = = 325 𝑔𝑟/𝑐𝑐
𝑉 45
c. Sampel 2
1. Resistivitas Batuan
∆𝑣 𝐿
𝜌=
𝑖 𝐴
BAB IV
PEMBAHASAN
Data perhitungan yang didapatkan akan diurutkan dari densitas terendah sampai
dengan densitas tertinggi supaya kita mengetahui pengaruh dari densitas
terhadap resistivitas batuan. Data yang sudah diurutkan kemudain di plot
menggunakan excell untuk mengeahui grafik dari data-data pada Tabel 5.
Grafik dari nilai kedua tersebut diperlihatkan pada Gambar 2 berikut ini :
900
800
700
Resistivitas (m)
600
500 y = -61.96x + 372.59
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5
Densitas (gr/cc)
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Banjarbaru Purba, 2004 M. Fisika untuk SMA Kelas XII. 2004. Erlangga. Jakarta.
http://pronak11.blogspot.co.id/2013/04/laporan-praktikum-fisika-dasar.html
Nur, Yulia Fajrina, Wien Lestari, dan Syaifuddin. 2016. Karakterisasi Fisis
Hubungan Densitas, Resistivitas, Kecepatan (Vp), dan Atenuasi pada Batuan
Vulkanik (Studi Kasus Gunung Arjuno-Welirang, Jawa Timur). JURNAL
TEKNIK ITS. Vol. 5(2). ISSN: 2337-3539
4
5
9
10
11
12
13
14
Lampiran II. Alat dan Bahan
Alat dan bahan Keterangan
Neraca Ohauss
Gelas Ukur
Power Suplly
Multimeter
Janka Sorong
Kabel Penghubung
Sampel Batuan
Mengeluarkan batuan
yang telah diukur
volumenya
Rangkaian untuk
mengetahui nilai
resistivitas batuan