Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH METODE NON FARMAKOLOGI MENGURANGI NYERI HAID

Disusun Oleh:

1. SHINTA SALSABILA (P1337420618051)


2. NOVIA ANGGI ASTUTI (P1337420618074)
3. TAJUDIN HUDAIBY NIZAR (P1337420618057)
4. SEKAR AYUDYA DWI P (P1337420618014)
5. EKO HARMOKO NUR P (P1337420618039)
6. ROISUL FAHMI ILYAS (P1337420618085)
7. MAULINA AYU M (P1337420618065)
8. LARASATI NUGRAHENI (P1337420618070)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufik
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Metode Non Farmakologi Mengurangi Nyeri Haid” ini. Penyusunan
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata KuliahMaternitas di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang. Selain itu tujuan penyusunan makalah
iniuntukmemberikan gambaran dan panduan kepada mahasiswa sehingga
mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengangangguan
nyeri haid yang terjadi pada remaja dengan menggunakan metode non
farmakologi.

Kami mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu


dalam pembuatan makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami menerima kritik dan
saran dari pembaca untuk perbaikan pada penulisan selanjutnya.

Semarang,5 November 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi merupakan satu bagian dari perjalanan hidup wanita yang dimulai
dari menarche sampai menopause. Siklus normal menstruasi lamanya bervariasi
antara 21- 45 hari dan periode keluarnya darah berkisar antara 3 sampai 7 hari.
Kebanyakan perempuan mengalami menstruasi sampai umur 40 atau 50
tahun(Ahimsa Yoga Anindita, 2010).

Dismenorea merupakan kejadian yang paling banyak terjadi dalam 3 tahun


pertama setelah menarke (dismenore primer), walaupun kejadian tersebut dapar
terjadi pada masa akhir kehidupan reproduksi wanita (dismenore sekunder)
(Varney, 2006). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang
terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat,
2008).

Masyarakat di Indonesia telah lama menggunakan bahan-bahan alami untuk


mengatasi berbagai masalah kesehatan. Misalnya, dalam mengatasi sakit pada saat
menstruasi (dismenore), para perempuan di Indonesia memanfaatkan kunyit dan
asam yang dibuat menjadi minuman.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dismenorea?
2. Bagaimana dismenorea dapat terjadi?
3. Bagaimana metode non farmakologi yang dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetehui metode non farmakologi
yang dapat di gunakan untuk mengatasi nyeri haid. Sehingga mahasiswa dapat
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nyeri haid
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Disminorea

Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa Yunani, yang berarti 'sulit,


nyeri, atau abnormal'. Kata meno sendiri berarti 'bulan' dan rrhea berarti
'aliran'. Dismenore dalam bahasa Indonesia berarti 'nyeri pada saat menstruasi'.
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi
selama haid.Dismenorea adalah nyeri pada saat menstruasi, rasa nyeri ini
biasanya dirasakan di bagian perut bagian bawah atau pinggang, bisa juga disertai
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan tanpa disertai adanya
tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Rasa nyeri timbul tidak lama
sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.
Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut
bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang atau paha.

B. Penyebab Nyeri Disminorea

Nyeri dismenorea berhubungan dengan prostaglandin endometrial dan


leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan produksi
progesteron, asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid membran sel.
Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya dilepaskan dan
memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam uterus.
Kemudian berakibat pada termediasinya respons inflamasi dan tegang saat
menstruasi (Guyton dan Hall, 2007)Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai
rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Hanifa,2005).

C. Klasifikasi Nyeri Disminorea

Dismenorea dapat dikategorikan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya


kelainan atau sebab yang dapat diamati.

 Berdasarkan jenis nyeri, dismenorea dibedakan menjadi dua, yaitu:


a. Dismenorea Spasmodik
Dismenorea spasmodik adalah nyeri yang dirasakan ketika sebelum atau
segera setelah menstruasi dimulai yang berada di bagian bawah perut. Dismenorea
spasmodik ini dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita yang berusia 40
tahun ke atas. Para wanita yang mengalami dismenorea spasmodik biasanya tidak
dapat melakukan aktivitas. Dismenorea spasmodik memiliki ciri-ciri, meliputi
pingsan, mual dan muntah.

b. Dismenorea Kongestif
Dismenorea kongestif biasanya dapat diketahui beberapa hari sebelum masa
menstruasi. Dismenorea kongestif memiliki gejala yang ditimbulkan kurang lebih
berlangsung selama 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Gejala-gejala yang
ditimbulkan dismenorea kongestif, antara lain pegal, sakit pada payudara, lelah,
mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, ceroboh, gangguan tidur,dan
timbul memar di paha serta lengan atas. Pada saat menstruasi datang, dismenorea
kongestif tidak terlalu menimbulkan nyeri, bahkan setelah menstruasi hari
pertama, penderita dismenorea kongestif akan merasa lebih baik.

 Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, antara lain:
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer atau yang dikenal sebagai dismenorea tiba-tiba, biasanya
terjadi sesudah menarche (sekitar 1 tahun atau lebih). Dismenorea primer
merupakan nyeri menstruasi yang terjadi tanpa adanya kelainan ginekologik yang
nyata.Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama menstruasi dan berlangsung
dalam beberapa jam. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik yang
sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala. Rasa nyeri itu
utamanya dapat dirasakan pada bagian bawah perut dan sering menjalar ke bagian
dalam paha. Ada juga kemungkinan rasa sakit pada punggung bagian bawah.
Dismenorea primer hampir selalu hilang dengan sendirinya setelah seorang wanita
berusia 25-30 tahun, dan biasanya berada pada puncaknya dalam usia 15-20
tahun. Perubahan-perubahan kegiatan fisik, pola hidup maupun kurangnya
bergerak dapat berpengaruh terhadap terjadinya dismenorea primer.

b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder sering ditemukan pada wanita yang berusia dewasa
pertengahan sekitar lebih dari 35 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 30 tahun.
Dismenorea sekunder merupakan nyeri menstruasi yang disebabkan oleh
penyakit, gangguan atau kelainan di dalam maupun di luar rahim. Nyeri dimulai
saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi.
Nyeri yang dirasakan saat dismenorea sekunder sering dikatakan sebagai indikator
adanya penyakit yang diderita yang menyangkut dengan penyakit reproduksi yang
ditemukan pada kelainan ginekologik atau organik seperti endometriosis dan
adenomiosis, uterus miomatosus, penyakit radang panggul, dan polip
endometrium.

D. Metode Non Farmakologi

Cara mengurangi dismenore dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu farmakologi


dan non farmakologi. Secara non farmakologi dapat dilakukan kompres hangat,
meminum perasan air wortel, teknik relaksasi Effleurage.,jahe, yoga, stretching
exercise, dan endorphin massage. Berikut penjelasannya :

a. Wortel

Bahan-bahan alam lain yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore,


yaitu wortel. Namun belum banyak yang menggunakan wortel untuk mengatasi
nyeri haid. Beta karoten yang terkandung dalam wortel mempunyai efek analgetik
jika diberikan dalam dosis tertentu

Wortel dalam 100 gram mengandung Beta Karoten sebanyak 754 mcg. Beta-
karoten selain sebagai antioksidan, juga memiliki efek analgetik (anti nyeri) dan
anti-inflamasi (anti peradangan). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Jeane Esvandiary dkk dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diketahui
bahwa konsumsi beta-karoten sebanyak 3.071,93 SI/kgBB dapat memberikan efek
analgetik dan anti-inflamasi terhadap tubuh (Astawan, 2008)

Dalam penelitian ini responden diberikan perasan wortel dengan bahan wortel
250 gr, air putih 100 cc dan gula pasir 2 sendok makan. Cara membuat dengan
membersihkan wortel kemudian cuci sampai bersih dan potong benjadi beberapa
bagian.Campurkan semua bahan dalam blender. Blender semua bahan sampai
tercampur rata. Tuangkan dalam gelas kemudian sajikan.

Menurut Monica Summeral, 2016 ketidaknyamanan yang dirasakan saat haid


dapat diberi alternatif jus wortel dengan menempatkan satu wortel dalam blender,
air, es (jika Anda lebih suka dingin), dua sendok teh madu dan blender sampai
wortel dan air sepenuhnya. Minum setidaknya dua kali sehari.

b. Teknik Relaksasi Effleurage


Teknik relaksasi Effleurage merupakan teknik pijatan dengan menggunakan
telapak jari tangandengan pola gerakan melingkar dibeberapa bagian tubuh atau
usapan sepanjang punggung dan ekstremitas (Kennet, 1994).
Menurut Frainere (1999), Effleurage merupakan aplikasi dariGate Control
Theory. Sebagai teknik relaksasi, Effleurage mengurangi ketegangan otot dan
meningkatkan sirkulasi area yang sakit serta mencegah terjadinya hipoksia
(Varne, 1986 dan Cohen, 1991).
Effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi
tekanan, menghangatkan otot abdomen dan meningkatkan relaksasi fisik
dan mental. Effleurage merupakan teknik masase yang aman, mudah,
tidak perlu banyak alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping
dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain.
Stimulasi taktil dengan teknik Effleurage menghasilkan pesan yang
sebaliknya dikirim lewat serabut saraf yang lebih besar (Serabut A Delta).
Serabut A Delta akan menutup gerbang sehingga Cortex Cerebri tidak
menerima pesan nyeri karena sudah diblokir oleh Counter stimulasi
dengan teknik Effleurage sehingga persepsi nyeri berubah, karena serabut
dipermukaan kulit (Cutaneus) sebagian besar adalah serabut saraf yang
berdiameter luas. Teknik ini juga memfasilitasi distraksi dan menurunkan
transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen sehingga mengurangi
ketidaknyamanan pada area yang sakit. Sebagai teknik relaksasi,
Effleurage mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi area
yang sakit serta mencegah terjadinya hipoksia (Varne, 1986 dan
Cohen,1991).

c. Jahe

Pendapat kumalaningsih (2006) bahwa kandungan aleorisin pada rimpang jahe


seperti gingerol, shogaol dan gingeron memiliki aktivitas antioksidan diatas
vitamin E. Antioksidan dapat membantu seluruh sel dan jaringan tubuh
memperbaiki serta mengatasi peradangan atau inflamasi

Nyeri haid responden dengan intervensi dapat dinyatakan lebih rendah dari
pada nilai rata-rata tanpa intervensi sehingga dapat dinyatakan bahwa pemberian
ramuan jahe ini berpengaruh terhadap pengurangan nyeri haid pada mahasiswi
STIKes PMC.

d. Yoga

Yoga adalah suatu caratehnik relaksasi, tehnik relaksasi memberikan efek


distraksi yang dapat mengurangkan nyeri kram abdomen akibat dismenorea
(Pujiastuti &Sindhu, 2014). Efek relaksasi juga memberikan individu kontrol
diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, emosi serta
menstimulus pelepasan endorfin (Simkin, Whalley, & Keppler, 2008).
Pelepasan endorfin dapat meningkatkan respons saraf parasimpatis yang
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta
meningkatkan aliran darah uterus sehingga mengurangi intensitas nyeri
dismenorea (Ernawati et al.,2010).
Setelah yoga didapatkan bahwa intensitas nyeri dismenorea yang dialami
responden mengalami penurunan. Menurut Simkin et al (2008) pernapasan
lambat bertujuan untuk memberikan efek rileks serta kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Selain itu, sesuai
pendapat dari Anggriana (2010) lakukan pemanasan ringan dengan tarik nafas
dalam dengan menghitung 1,2,3 didalam hati dan hembuskan secara perlahan-
lahan, kemudian lemaskan otot-otot tangan, kaki, pinggang dan leher.
Tujuannya untuk menaikkan suhu tubuh, meningkatkan deyut nadi dan
mengurangi kemungkinancidera.

e. Streching Exercise
Penanganan dismenore dengan exercise aman digunakan tanpa adanya efek
yang ditumbulkan karena menggunakan proses fisiologis (Ningsih 2012). Adapun
salah satu caraexercise/ latihan untuk menurunkan intensitas dismenore adalah
dengan melakukan abdominal streaching exercise.
Menurut Thermacare (2010) abdominal streachingexercise, merupakan suatu
latihan peregangan otot terutama pada perut yang dilakukan selama 10 menit.
Latihan ini dirancang khusus untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan,
fleksibilitas, sehingga diharapkan dapat mengurangi nyeri haid. Abdominal
streaching exercise merupakan gabungan dari enamgerakan cat stretch, lower
trunk rotation, buttock/hip stretch, abdominal strengthening (curl up), lower
abdominal strengthening, dan the bridge position (Thermacare, 2010).
Penanganan yangdapat dilakukan salah satunya yaitu dengan abdominal
streaching exercise yang mana latihan yang dilakukan saat dismenore dapat
menolong otot-otot yang mengalami ketegangan untuk menjadi relaks karena saat
melakukan abdominal streaching exercise tubuh menghasilkan hormon endorphin
yang kemudian dialirkan keseluruh tubuh. Adapun peran daripada hormon
endorphin ini adalah mengendalikan kondisi pembuluh darah menjadi normal
kembali dan menjaga aliran darah supaya dapat mengalir dengan mudah dan
tanpahambatan.
Selain itu, hormon endorphin juga dapat menjadi analgesik alami di dalam
tubuh. Olahraga dapat meningkatkan kadar β- endorphin empat sampai lima kali
di dalam darah. Semakin banyak melakukan olahraga atau exercise maka akan
semakin tinggi pula kadar β-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di
dalam hipotalamus dan sistem limbic yang berfungsi untuk mengatur emosi.

f. Kompres Hangat

Dengan kompres hangat yang dapat meredakaniskemia sel-sel


miometrium dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh
darah sehinggadapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan
meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi dan meredakan
Vasokongesti pelvis (Bobak, 2005 dalam Oktaviana, A dan Imron, R, 2012).
Karena saat melakukan kompres hangat, tubuhakan menghasilkan
endorphin yang bekerja sebagai obat penenang alami yang menimbulkan rasa
nyaman. Kompres hangat adalahpengompresan yang dilakukan dengan
menggunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot. Sesudah
diberikan kompres hangat nyeri dismenore mengalami penurunan karena dengan
pemberian kompres hangat pada abdomen yang menstimulasi serabut besar (A -
β) untuk menghambat rangsang nyeri sehingga tidak merasakan nyeri lagi.

g. Endorphin Massage
Endorphin massage adalah suatu metode sentuhan ringan yang pertama kali
dikembangkan oleh Constance Palinsky dan digunakan untuk mengelola rasa
sakit. Teknik sentuhan ringan juga membantu menormalkan denyut jantung dan
tekanan darah. Teknik sentuhan ringan ini mencakup pemijatan ringan yang bisa
membuat bulu-bulu halus di permukaan kulit berdiri. Sejumlah penelitian
membuktikan bahwa teknik ini meningkatkan pelepasan hormon endorphin dan
oksitosin yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit (Aprillia, 2010).
Pada saat penelitian, peneliti memberikan kuesioner skala nyeri kepada
responden, kemudian melakukan endorphine massage kepada responden yang
mengalami dismenore pada hari ke 1 atau 2, yang diberikan selama 10 menit, dan
diberikan sebanyak 1 kali sehari baik pagi, siang maupun sore sesuai responden
yang mengalami dismenore. Setelah itu memberikan kembali kuesioner skala
nyeri kepada responden untuk mengetahui penurunan nyeri yang dirasakan.

BAB III

KESIMPULAN

Secara non farmakologi nyeri disminorea dapat diatasi dengan kompres


hangat, meminum perasan air wortel, teknik relaksasi Effleurage, jahe, yoga,
stretching exercise, dan endorphin massage. Cara-cara diatas terbukti efektif
dapat mengurangi nyeri haid disminorea bila dilakukan secara tepat dan rutin.
DAFTAR PUSTAKA

 Hastuti,Puji ,Sumiyati, dan Fajaria Nur Aini. 2016. Pengaruh Pemberian


Air Perasan Wortel Werhadap Berbagai Tingkat Nyeri Dismenore Pada
Mahasiswa. Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 79 – 82.
 Utari,Mona Dewi.2017. Pengaruh Pemberian Ramuan Jahe Terhadap
Nyeri Haid Mahasiswi Stikes Pmc Tahun 2015. Jurnal Ipteks Terapan
Research of Applied Science and Education V11.i3 (257 -264).
 Handayani, Eka Yuli, dan Anwar syahadat.2018. Pencegahan Nyeri Haid
Melalui Pemanfaatan Terapi Non-Farmakologi Pada Remaja Putri Sman I
Tambusai. JOMIS (Journal Of Midwifery Science) Vol 2. No.1.
 Putri,Yelmi Reni, Ratna Dewi dan Yuliani. 2019. Efektifitas Pengaruh
Abdominal Streaching Exercise Dan Kompres Hangat Terhadap Intensitas
Nyeri Dismenore. Volume 2, No. 1.
 Rahayu, Asri, Sinar Pertiwi, dan Siti Patimah. 2017. Pengaruh Endorphine
Massage Terhadap Rasa Sakit Dismenore Pada Mahasiswi Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Tahun 2017. Jurnal Bidan
“Midwife Journal” Volume 3 No. 02.
 Manurung, Melda Friska, Sri Utami2, dan Siti Rahmalia. 2015. Efektivitas
Yoga Terhadap Nyeri Dismenore Pada Remaja. JOM Vol. 2 No. 2.
 Hartati, Walin, dan EstiDwiWidayanti. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi
Front Effleurage terhadap Nyeri Dismenore. Jurnal Riset Kesehatan Vol.
4No.3.

Gangguan yang menyebabkan dismenore sekunder dapat berupa:


 Endometriosis: terjadi ketika sel-sel yang menyelubungi rahim
mulai tumbuh di luar rahim, seperti ovarium atau tuba falopi. Sel ini
bisa menimbulkan rasa sakit yang berat ketika meluruh.

 Radang panggul: infeksi yang bisa mengakibatkan peradangan


atau inflamasi pada rahim, ovarium, dan tuba falopi.

 Adenomiosis: jaringan lapisan paling dalam rahim mulai tumbuh


ke dalam dinding otot rahim, sehingga menimbulkan nyeri saat
haid.

 Fibroid: tumor yang tidak bersifat kanker di dalam rahim dan dapat
membuat menstruasi Anda terasa menyakitkan.

 Intrauterine device (IUD): kontrasepsi yang ditempatkan di dalam


rahim ini terkadang dapat menyebabkan nyeri haid, terutama di
masa awal pemasangan.

 Stenosis leher rahim: pembukaan pada leher rahim beberapa


wanita sangat kecil, sehingga menghambat aliran darah untuk
keluar saat haid. Kondisi ini menyebabkan tekanan yang
menyakitkan di dalam rahim.

Selain nyeri haid, dismenore sekunder umumnya disertai gejala lain


seperti menstruasi yang tidak teratur, keputihan yang kental dan berbau,
perdarahan di antara masa menstruasi, serta nyeri saat melakukan
hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai