PENDAHULUAN
1.2.1.2. Misi
“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat” (MANAGING
UPSTREAM OIL AND GAS ACTIVITIES WITH EMPHASIS ON STRONGLY
COMMERCIAL AND OPERATIONAL EXCELLENCE, WHICH GROW AND EVOLVE
4
Visi, Misi Dan Tata Nilai Perusahaan. https://pep.pertamina.com/tentang-pep/visi-misi-
dan-tata-nilai-perusahaan
Gambar 1.2. Transformasi Logo PT PERTAMINA (Persero)
5
PT PERTAMINA (Persero). http://www.pertamina.com/id/makna-logo
Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan yang merupakan
representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PT PERTAMINA (Persero)
yang bergerak maju dan progresif;
Warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil
Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis. Arti dari warna-warna tersebut yaitu:
Biru: mencerminkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggungjawab;
Hijau: sumber daya energi yang berwawasan lingkungan;
Merah: mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberaniandalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.
Terdapat beberapa peranan penting PT PERTAMINA (Persero) di dalam
pembangunan yaitu:
Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM;
Sebagai sumber devisa Negara;
Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan
pengetahuan.
Ketika PT PERTAMINA (Persero) membeli kilang minyak Sungai Gerong
dari PT Stanvac tahun 1970, saat itu tumbuh tekad untuk melaksanakan
kemandirian bangsa di bidang energi dengan mengoperasikan kilang minyak
sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mengoperasikan kilang-kilang
dalam negeri. PT PERTAMINA (Persero) mendasari langkahnya pada tiga
kebijakan utama yaitu kepastian dalam pengadaan, pertimbangan ekonomi
pengadaan, dan keluwesan pengadaan.
1.2.3 Value
Value atau tata nilai yang berlaku di PT PERTAMINA (Persero) RU III
terdiri dari 6C, yakni:
Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, dan
berpedoman pada asan-asas tata kelola korporasi yang baik.
Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya
dan menghargai kinerja.
Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.
Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Comersial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasa teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan
pengembangan.
1.6.3. Treating
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang
tidak diinginkan dari produk BBM seperti senyawa belerang, merkaptan-
merkaptan. Proses treating ini dilakukan pada unit CTU (causti treating unit), BB
(buthane-buthylene) treater, doctor treater (untuk menghilangkan merkaptan-
merkaptan), dan SAU (sulphuric acid recovery unit).
1.6.4. Blending
Proses blending bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau agar
produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Proses
pencampuran dilakukan dengan penambahan zat aditif atau dengan pencampuran
dua produk yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah
penambahan TEL (tetra ethyl lead) untuk meningkatkan angka oktan bensin atau
pencampuran HOMC (high octane mogas component) dengan naphta untuk
menghasilkan bahan bakar premium dengan angka oktan tinggi.
1.6.5. Produksi Polypropylene
Bahan baku unit ini adalah raw propane-propylene dari hasil perengkahan
di FCCU. Proses pengolahannya terbagi menjai tiga bagian yaitu pemurnian
bahan mentah menggunakan proses ekstraksi, pengeringan, distilasi, polimerisasi
dan peletisasi polypropylene menjadi bijih plastik (pellet).
President
director & ceo
Head of Corporate
Integrated Supply Secretary
Chain
Head of LNG
Business
PROCUREMENT MANAGER
MAINTENANCE PLANNING &
SUPPORT MANAGER
6
PT. PERTAMINA (Persero), 2010
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Bagian CDGP
Unit gas plant merupakan unit pengolahan refinery gas yang dihasilkan
dari unit CDU II/III/IV/V. Unit produksi yang ada di gas plant yaitu SRMGC,
Stabilizer C/A/B, BBMGC, Alkylasi, Isomerisasi, Polymerisasi dan BB Distilasi.
Produk yang dihasilkan dari Unit Gas Plant yaitu LPG, propylene, propan, iso-
buthane, alkylate, HOMC, pertamax racing dan musi cool.
2.5 Sarana dan Fasilitas Penunjang
Sarana penunjang yang terdapat di Bagian CDGP berfungsi untuk
mendukung dan menunjang kelancaran operasi kilang, sehingga mendapatkan
produksi yang optimal. Diantara fasilitas penunjang itu adalah :
2.5.1 Utillities
Tugas utama utillities adalah menyediakan tenaga listrik, steam, air
minum, dan air umpan boiler (BFW), air pendingin dan udara bertekanan.
Utillities juga bertugas untuk mendistribusikan produk-produknya sampai ke unit
proses yang memerlukan. Selain itu utillities juga menyalurkan air bersih ke
rumah sakit, perumahan, dan perkantoran.
2.5.2 Maintenance Area
Fungsinya sebagai penyedia jasa pemeliharaan dan perbaikan peralatan-
peralatan yang ada di kilang, baik itu rotating equipment maupun stationary
equipment sesuai area nya masing-masing.
2.5.3 Laboratory
Fungsinya adalah sebagai kontrol kualitas dan peneliti dari feed sampai
ke produk-produk hasil pegolahan kilang agar terpenuhi spesifikasi yang
diharapkan. Dari laboratorium inilah akan diketahui apakah produk tersebut
memenuhi spesifikasi atau tidak.
2.5.4 Oil Movement
Fungsi oil movement adalah mengkoordinir suplai crude dan menampung
produk-produk hasil pengolahan kilang.
2.5.5 Health Safety and Environment
Fungsinya untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran dan pencemaran
lingkungan. health safety and environment mempunyai tugas dan fungsi yang
sangat penting didalam menciptakan suasana kerja yang aman dalam operasi
perusahaan, baik yang menyangkut pekerjaan, karyawan maupun peralatan
terhadap lingkungan kerja.
7
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Alifatik, baik ikatan jenuh maupun tidak jenuh untuk rantai lurus atau
bercabang;
Siklik, baik ikatan jenuh maupun tidak jenuh;
Kombinasi alifatik dan siklik.
Berdasarkan hidrokarbon yang dikandung, minyak bumi dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu :
Parafinik (parafin, isoparafin dan naptanik);
Napthanik (napta);
Intermediate (antara parafin dan naptanik).
Minyak bumi tersusun dari zat-zat yang titik didihnya berlainan antara
satu dengan lainnya dari titik didihnya rendah sampai titik didih tinggi.
3.1.2. Klasifikasi Minyak Bumi
Minyak bumi dapat diklasifikasikan berdasarkan :
Spesifik Gravity
Spesifik gravity (SpGr) dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan :
zat (60 o F )
SpGr
air (60 o F )
Berdasarkan SpGr dan API, minyak bumi dapat diklasifikasikan seperti pada
tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2. Klasifikasi Minyak Bumi8
Klasifikasi Sp Gravity API
Ringan < 0,830 > 39,0
Medium Ringan 0,830 – 0,850 39,0 – 35,0
Medium Berat 0,850 – 0,865 35,0 – 32,1
Berat 0,865 – 0,905 32,1 – 24,8
Sangat Berat > 0,905 > 24,8
Komposisi Hidrokarbon
Klasifikasi minyak bumi berdasarkan komposisi hidrokarbon dapat
ditentukan dengan metode KUOP (klasifikasi universal oil product),
klasifikasinya adalah sebagai berikut :
8
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Tabel 3.3 KUOP9
KUOP Jenis
12,5 – 13,0 Parafinik
11,0 – 12,0 Napthanik
9,8 – 11,0 Aromatik
Kandungan Nitrogen
Kandungan nitrogen yang tinggi dalam suatu minyak mentah tidak
dikehendaki karena nitrogen dapat mengganggu dalam reforming katalis dan
dapat menyebabkan masalah kestabilan produk. Kandungan nitrogen di atas
0,25 % dapat dikatakan tinggi.
9
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Residu Karbon
Karbon residu merupakan ukuran potensi minyak bumi untuk
membentuk karbon pada pemrosesan, terutama pada proses perengkahan.
Semakin kecil residu karbon maka semakin tinggi nilai minyak tersebut.
Minyak mentah dengan residu karbon yang lebih rendah lebih berharga
karena mengandung stok yang lebih baik untuk pembuatan minyak pelumas.
Residu karbon ditentukan dengan cara destilasi residu kokas tanpa udara.
Pada umumnya residu karbon berkisar antara 0,1 sampai 5 % sampai
mencapai 15 %.
Kandungan Garam
Kandungan garam dalam minyak mentah dapat mencapai 0,6 lb/barel
minyak mentah. Deposit garam dalam tungku pemanas dan penukar panas
dapat menurunkan kapasitasnya. Senyawa klorida dapat membebaskan asam
klorida yang memiliki sifat korosif. Minyak yang memiliki kandungan garam
yang sangat tinggi memerlukan proses-proses desalting sebelum adanya
proses pengilangan.
Rentang Titik Didih Distilasi
Rentang titik didih destilasi menunjukkan jumlah variasi produk yang
dapat dihasilkan dari suatu minyak bumi. Jenis analisa yang biasa digunakan
untuk menentukan titik didih adalah true boiling point distillation.
Viskositas
Viskositas menyatakan kekentalan suatu fluida dan kemudahan mengalir
suatu fluida.
Kandungan Logam
Logam dalam minyak mentah berupa garam terlaut dalam air yang
tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometalik.
Kandungan logam dalam minyak bumi bervariasi dari beberapa ppm sampai
1000 ppm.
10
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Unit Kapasitas Pengolahan Sumber minyak bumi
Jumlah dan jenis minyak mentah yang harus diolah disesuaikan dengan
kapasitas dan spesifikasi masing–masing bahan-bahan pada crude distiller (CD)
karena setiap crude distiller (CD) yang telah didesain untuk mengolah minyak
mentah dengan jumlah dan spesifikasi tertentu. Jenis minyak mentah yang diolah
di masing-masing CD dapat dilihat pada Tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.6. Jenis-Jenis Minyak Mentah Tiap Unit Pengolahan
PT Pertamina RU III12
Unit Sumber Minyak Mentah
CD II SPD, Ramba, Jene, TAP, SLC, Duri, Jene & SLC (5:2)
11
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
12
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
CD III SPD, Ramba, Jene, TAP, SLC, Duri, Jene & SLC (82:18)
CD IV SPD, Ramba, Jene, TAP, SLC, Duri, Jene & SLC (82:18)
CD V SPD, Ramba, Jene, TAP, Duri
CD VI Ramba, SLC
Fuel oil, fuel gas Semua unit Bahan bakar untuk pembakaran
dalam furnace unit
Tabel 3.8. Kegunaan Bahan-Bahan Penunjang14
Bahan Kegunaan
Gas Amoniak Sebagai zat anti korosi pada system
(NH3) overhead kolom distilasi.
13
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
14
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Sebagai regenerator dryer pada unit
Gas Panas
polypropylene.
N2 Sebagai pendingin (cooler).
Sebagai pemutus dan penyambung
H2
rantai polypropylene.
MTBE dan Untuk menaikan bilangan oktan dari
TEL bensin.
Untuk memperbaiki sifat
Aditif Polypropylene sehingga sesuai
Aditif
dengan sifat yang diinginkan.
Anti oksidan aditif untuk polimer
mogas unit polimerisasi, aditif untuk
Topanol A
produk Treating Plant bagian crude
distiller.
15
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
4. P2O5 Sebagai katalis unit polimerisasi.
5. Al2(SO4)3, klorin air, Sebagai penjernih air pada unit utilitas.
coagulant acid, karbon
aktif, resin penukar ion
Sebagai DEA ekstraktor pada unit
6. DEA
Polypropylene.
7. Heavy alkylate Sebagai lean oil (absorben) pada unit BB
distilasi.
8. LCGO Sebagai lean oil (absorben) pada unit light end
FCCU
9. Propana Sebagai regenerator dan cooler pada DEA dan
caustic extractor system, serta sebagai chilling
system pada unit alkilasi.
10. Katalis berbahan dasar Ti Sebagai katalis utama pada unit Polypropylene
11. Katalis TK,AT,OF Sebagai ko-katalis pada unit polypropylene dan
Sebagai molecular sieve pada unit
Polypropylene
12. Silika Gel Sebagai zat pencegah atau penghambat korosi.
13. Corrosion Inhibitor Sebagai zat pencegah atau penghambat
pembentukan kerak.
14. Scale Inhibitor Sebagai zat penghambat tumbuhnya lumut
Gas 0.9
Crude Buthane 1.2
SR Tops 1.14
Naphta 10.4
LKD 7.35
LCT 23.02
Residu 50.9
Unit ini terdiri dari lima buah kolom fraksionasi, satu buah
evaporator, dua furnace serta alat-alat pendukung kerja lainnya :
16
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
17
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
a. Top menghasilkan gas yang bisa
dikondensasi dan tak terkondensai
Kolom V b. Side stream sebagai umpan ke kolom III
c. Bottom sebagai refluks ke kolom I
Temperature, 0C
Tekanan (kg/cm2)
Peralatan Top Bottom
Kolom I 95 155 2
19
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Menghasilkan gas yang yang dikembalikan ke kolom
2-4 I-1, kondesatnya didinginkan kemudian dikembalikan
lagi ke tangki(2-4). Sisa di tampung sebagai produk
naphta
Proses sama dengan tangki 2-4 yang berbeda hanya
2-5
pada produk yang dipompakan adalah naphta IV.
Produk bawah kolom didinginkan dan sebagian
dimasukkan ke tangki (8-1) untuk kemudian
8-1 dimasukkan ke bagian atas kolom I (1-1) sedangkan
sisanya dipompakan ke tangki penampungan sebagai
produk naphta II.
Untuk menampung produk atas dari kolom I-2 yang
8-2
akan menghasilkan LKD.
Untuk menampung produk atas dari kolom I-3, pada
5.
tangki ini, gas yang tidak terkondensasi dikeluarkan
Akumulator sebagai produk atas dan kemudian diumpankan ke
8-3
unit SRMGC. Kondensat yang terbentuk sebagian
direfluks sedangkan sisanya dipompa ke tangki
penampungan sebagai SR tops.
Untuk menampung produk atas dari kolom stabilizer,
gas yang tidak terkondensasikan dalam tangki ini
dikeluarkan sebagai gas umpan unit SRMGC
8-4
sedangkan kondensatnya sebagian dikembalikan ke
kolom stabilizer sebagai refluks dan sisanya
dikeluarkan sebagai crude butane.
Temperatur 0C Tekanan
Peralatan
Top Bottom (Kg.cm-2)
20
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Kolom I 143 273 1,5
Kolom II 234 336 0,3
Kolom III 93 - 1,8 – 2,2
Stabilizer 97 185 2,8
21
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
22
Sumber : PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
6-1 Untuk meningkatkan temperatur umpan sebelum dilakukan proses
6- 2 selanjutnya.
6-
Heat
3. 3/4/5/6
Exchanger
6-
11/12
6- 7/8
2-1 Feed berasal dari side stream kolom I- 2, gas yang berhasil dipisahkan
2-2 pada ke tiga kolom ini dikembalikan ke kolom I-2 sedangkan
2-3 kondensatnya di dinginkan dan di pompakan keluar.
Menghasilkan gas yang yang dikembalikan ke kolom I-1,
4. Stripper 2-4
kondesatnya didinginkan kemudian dikembalikan lagi ke tangki(2-4).
Sisa di tampung sebagai produk naphta III
Proses sama dengan tangki 2-4 yang berbeda hanya pada produk yang
2-5
dipompakan adalah naphta IV.
Produk bawah kolom didinginkan dan sebagian dimasukkan ke tangki
(8-1) untuk kemudian dimasukkan ke bagian atas kolom I (1-1)
8-1
sedangkan sisanya dipompakan ke tangki penampungan sebagai
produk naphta II.
Untuk menampung produk atas dari kolom I-2 yang akan
8-2
menghasilkan LKD.
Untuk menapung produk atas dari kolom I-3, pada tangki ini, gas
yang tidak terkondensasi dikeluarkan sebagai produk atas dan
5. Akumulator
8-1 kemudian diumpankan ke unit SRMGC. Kondensat yang terbentuk
sebagian direfluks sedangkan sisanya dipompa ke tangki
penampungan sebagai SR tops.
Untuk menampung produk atas dari kolom stabilizer, gas yang tidak
terkondensasikan dalam tangki ini dikeluarkan sebagai gas umpan
8-4 unit SRMGC sedangkan kondensatnya sebagian dikembalikan ke
kolom stabilizer sebagai refluks dan sisanya dikeluarkan sebagai
crude butane.
F-1 Untuk memanaskan aliran sampai temperatur ±250 0C.
6. Furnace
F-2
4- Untuk mendinginkan produk side stream sebelum dimasukkan ke
10/11/ dalam akumulator
12
4- 3
7. Cooler 4- 4
4- 5
4-
6/7/8/9
/18
1. Kolom
Kolom a. Menghasilkan top berupa gas dan liquid, fasa liquid berupa
I- 3 naptha II
b. Bottom menghasilkan naptha IV.
Kolom a. Top menghasilkan gas yang akan dibawa ke SRMGC dan
I- 4 sebagian lagi kembali ke kolom I- 4.
b. Bottom menghasilkan naptha 1.
2-1 Produk kedua dan produk ketiga dimasukkan ke kolom stripper (2-1)
2-3 dan (2-3) dimana kondensat yang dihasilkan didinginkan dan berturut-
turut dikeluarkan sebagai LCT dan HCT.
2-2 Produk side stream yang dihasilkan dari kolom 1-1 dimasukkan ke
kolom stripper (2-2) dan kondensat yang dihasilkan dipompakan
2. Stripper keluar sebagai produk LKD.
2-4 Produk side stream yang dihasilkan kolom 1-3 dimasukkan ke kolom
stripper (2-4) dan kondensat yang dihasilkan didinginkan dan dipompa
keluar sebagai produk naphta II.
24
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
25
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
26
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Dip Top 40.36
Loss 1.25
Peralatan yang terdapat pada unit stabilizer C/A/B terdapat pada tabel 3.21. :
Tabel 3.21. Peralatan Unit Stabilizer C/A/B27
No. Peralatan Tag Number Fungsi
COL.A a) Produk atas berupa gas,yang akan digunakan sebagai refinery
COL.C gas sedangkan kondensatnya sebagian direfluks dan sisanya
diumpankan ke kolom B.
b) Produk bawah yang dihasilkan kolom C dan A didinginkan dan
dikeluarkan sebagai produk DIP Top (light octane mogas
1. Kolom
component, LOMC).
COL.B a) Menghasilkan top berupa gas yang akan diumpankan ke unit
SRMGC.
b) Menghasilkan produk bawah
sebagian direboiling. Sebagian lain ke kolom A sebagai refluks
dan sebagian sebagai produk SBPX 40.
2. Condenser 5-1/2 Untuk mengondensasi produk atas dari kolom A dan C, sehingga
5-4/5 hasil dari kondesatnya dapat digunakan dan dialirkan untuk proses
yang selanjutnya.
3. Heat 6-1/4 Mempertahankan panas fluida yang akan diumpankan ke dalam
Exchanger 6-1/2 kolom A, kolom B, kolomC.
5. Akumulator 8-1 Menampung hasil kondensasi dari produk atas kolom A, kolom B,
8-6 dan Kolom C.
Gas Plant
Pada bagian gas plant terdiri dari beberapa unit seperti Straight Run
Motor Gas Compressor (SRMGC), Butane Butylene Motor Gas Compressor
(BBMGC), Butane Butylene Distiller (BB Distiller), Butane Butylene Treater
(BB Treater), polimerisasi, dan alkilasi.
Straight Run Motor Gas Compressor (SRMGC)
Unit ini terdiri dari 3 buah kompresor. Kompresor–kompresor ini
digerakkan oleh motor bakar yang berbahan bakar gas. Kapasitas desain
unit ini adalah sebesar 100 ton/day pada kecepatan putar 800 rpm untuk
tiap kompresor.
Unit SRMGC berfungsi untuk menempa gas yang dihasilkan oleh
unit crude distiller (CDU II, III, IV, dan V), stabillizer C/A/B, thermal
27
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
reforming, dan redistiller I/II kilang Plaju. Proses yang terjadi dalam unit
ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Umpan fraksi gas yang berasal dari
pengolahan di CD II/III/IV/V, Stab C/A/B dimasukkan ke dalam sebuah
buffer tank (9-1) agar kondensat yang terbawa dalam fraksi gas tersebut
dapat dipisahkan. Gas yang sudah terbebas dari kondensatnya
dikeluarkan dari tangki (9-1) dengan tekanan 0.8 K. Gas tersebut
kemudian dinaikkan tekanannya dalam tiga buah kompresor (C-1/2/3)
yang dipasang paralel sampai mencapai tekanan 5.5 K.
Gas hasil kompresi kemudian didinginkan oleh cooler (4-1/2/3)
dan dimasukkan ke tangki akumulator (9-2). Gas yang tidak
terkondensasi pada tangki (9-2) diumpankan ke unit BBMGC untuk
dinaikkan kembali tekanannya. Kondensat yang terbentuk pada tangki (9-
2) dikeluarkan dan digabung dengan aliran kondensat dari tangki (9-1)
untuk kemudian diumpankan ke unit BB distiller bersama–sama dengan
kondensat dari unit BBMGC. Kondensat–kondensat ini disebut sebagai
comprimate. Komposisi gas terdiri dari:
Tabel 3.22 Komposisi Umpan Unit SRMGC28
Komponen % Berat
C1 0.8
C2 2.4
C3 25.6
i-C4 13.9
n-C4 25.5
i-C5 14.2
n-C5 9.7
C6 5.6
CO2 2.3
28
PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
Tabel 3.23 Peralatan Unit BBMGC 29
No. Peralatan Tag Fungsi
Number
1. Tanki 1201 Menampung umpan berupa gas yang berasal dari SRMGC
a) Fasa cair (condensate) akan ditingkatkan tekanannya
dengan dan dijadikan umpan absorber 1-1 pada unit BB
Distiller
b) Fasa gas dari tangki 1201 akan ditingkatkan tekanannya
2. Kompresor MGC Meningkatkan tekanan dari 4 kg/cm2 menjadi 22 kg/cm2
1/2/3
3. Cooler 4- Mendinginkan aliran yang mengalami peningkatan temperatur
7/8/9/10 pada kompresor
4. Akumulator 8-1/2/3/4 a) Menampung aliran dari cooler
b) Gas dari tangki akumulator 8-1/2/3/4 akan disatukan
sebagai residual gas, umpan dari unit BB-Distiller
29
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
30
PT Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2013
COL 1-1 Menampung umpan yang berasal dari residual gas (BBMGC),
Absorber comprimate, condenstate, dan unstab
a) Tekanan operasi kolom ini adalah 20 kg/cm2, sedangkan
temperatur bawah kolom 110°C dan temperatur atas 40°C.
Sebagai absorber digunakan lean oil yang merupakan
produk bawah kolom stripper 1-4.
b) Tekanan operasi kolom ini tinggi agar proses absorbsi C 3
dan fraksi berat lain dapat berjalan baik
COL 1-2 Memisahkan propan yang berasal dari COL 1-1
Depropan
COL 1-3 a) Kondisi operasi debutanizer adalah pada tekanan 6 kg/cm 2
1. Kolom
Debutan dan temperatur bawah 120°C sedangkan temperatur atas
50°C
b) Butane dan i-C4 (FBB) akan didapatkan sebagai produk
atas sedangkan komponen-komponen C5 dan yang lebih
berat akan keluar sebagai produk bawah dan masuk ke
kolom stripper 1-4
COL 1-4 Bertekanan 0,7 kg/cm2, maka sebagian fraksi, terutama
Stripper pentana, akan menguap menjadi produk stab CR TOPS
(sebagai LOMC). Produk bawah kolom stripper adalah
minyak yang digunakan mengabsorb umpan pada kolom
absorber (lean oil)
8-11 Menampung produk top dari kolom depropan
2. Akumulator 8-12 Menampung produk top dari kolom debutan
8-13 Menampung produk top dari kolom stripper
5-1/2/3/4 Mengkondensasi produk top dari kolom depropan sebelum
masuk ke akumulator 8-11
5- Mengkondensasi produk top dari kolom debutan sebelum
3. Kondenser 5/6/7/8/9/10 masuk ke akumulator 8-12
5-11/12 Mengkondensasi produk top dari kolom stripper sebelum
masuk ke akumulator 8-13
4-1 Mendinginkan side stream dari kolom absorber
4-2/3 Mendinginkan side stream dari kolom absorber
4. Cooler
4-4/5 Mendinginkan aliran sebelum masuk kembali ke kolom
absorber
7- Menguapkan kembali aliran sebelum masuk ke kolom
5. Reboiler
1/2/3/4/5/6/7 selanjutnya
6. Furnace Memanaskan hot oil
Main Fractionator
Gas hasil cracking dengan temperatur 5200C dialirkan ke bottom
kolom Primary Fractionator (FC -T1). Produk bawah dari primary
fractionator yang berupa slurry oil ditarik dengan pompa FC P-4 menuju
ke HE FC E-2 untuk memanaskan umpan. Produk atas (overhead
vapour) dari primary fractionator ditransfer ke bottom kolom secondary
fractionator FC T-20.
Produk bawah secondary fractionator yang berupa (Light Crude Oil)
LCO dibagi menjadi dua aliran yaitu internal reflux dan sebagai umpan
pada kolom stripper FC T-2. Internal reflux dikembalikan ke kolom
primary absorber yang dikontrol oleh LIC 2005. Tujuh side stream dari
kolom secondary fractionator digunakan sebagai reflux dan Total Pump
Around (TPA). Reflux dikemballikan ke secondary fractionator yang
dikontrol oleh level control LIC 2006. Sedangkan TPA dipompakan ke
sponge absorber FLRS T-402 sebagai lean oil yang sebelumnya
didinginkan oleh HE FLRS E-405. Aliran TPA dikontrol oleh FIC 2003,
sedangkan temperatur dikontrol oleh TIC 2004 dengan mengoperasikan
air fan cooler FC E-21 (top pump around cooler). TPA kemudian
dikembalikan ke puncak kolom secondary fractionator setelah dicampur
dengan rich oil dari sponge absorber.
Overhead vapour dari kolom secondary fractionator yang berupa
gas dan gasoline dikondensasikan dengan partial condenser setelah
dicampur dengan wash water. condensed liquid dan vapour kemudian
ditampung dalam drum FC D-20.
Setelah dipisahkan dari kandungan air, condensed liquid dan vapour
tersebut ditampung dalam distillate drum FC D-7. Setelah dipisakan
airnya, maka condensed liquid (unstabilized gasoline) ditarik dengan
pompa dan dipisahkan menjadi dua aliran, yaitu sebagai overhead reflux
dan gasoline produk yang kemudian dikirim ke primary absorber FLRS
T-401. Overhead reflux dikontrol oleh temperatur kontrol TIC-3 pada
puncak secondary fractionator.
Low pressure vapour (wet gas) dari distillate drum FC D-7 ditransfer
ke wet gas compressor FLRS C-101 dan akan dipisahkan kondensatnya
di vessel compression suction drum FLRS D-401. Tekanan main
fractionator dikontrol oleh PIC-1 yang dipasang pada wet gas line.
Light End Unit
Flue gas yang berasal dari FLRS D-401 dihisap dengan Wet Gas
Compressor C-101 dan dimasukkan ke vessel interstage receiver (FLRS
D-402). Sebagian gas keluaran compressor stage I disalurkan ke inlet
Partial Condenser FC E-4 untuk mengatur press balance Reactor. Outlet
gas dari FLRS D-402 dengan temperatur 380C dan tekanan 3,72 kg/cm2g
dihisap oleh compressor stage II dengan temperatur 1100C dan tekanan
15 kg/cm2g kemudian bergabungn dengan aliran-aliran :
Overhead kolom Stripper FLRS T-403;
Bottom product kolom Primary Absorber FLRS T-401;
Wash water dari bottom Vessel FLRS D-402.
Gabungan keempat aliran tersebut dengan temperatur 720C sebelum
masuk ke High vessel pressure receiver FLRS D-404 didinginkan
terlebih dahulu dengan air fan cooler FLRS E-401 (temperatur outlet
560C) dan cooler FLRS E-402 hingga diperoleh temperatur akhir 380C.
Gas dari Vessel FLRS D-404 dengan temperatur 380C dan tekanan 14,7
kg/cm2g, diumpankan ke kolom primary absorber FLRS T-401 dengan
menggunakan naphta dari distillate drum FC D-7 sebagai absorber. Gas
dari overhead kolom primary absorber FLRS T-401 selanjutnya
dimasukkan ke sponge absorber FLRS T-402. Sebagai absorber
digunakan lean oil (dari secondary fractionator). Liquid dari vessel
FLRS D-404 dialirkan dengan pompa menuju ke kolom Stripper FLRS
T-403. Sebelum masuk kolom fluida tersebut dipanaskan terlebih dahulu
di HE FLRS E-406 hingga temperaturnya menjadi 610C.
Bottom dari kolom stripper FLRS T-403 dengan temperatur 1220C
dan tekanan 12 kg/cm2g, diumpankan ke kolom debutanizer FLRS T-102
untuk dipisahkan antara LPG dan naphta. Umpan tersebut masuk ke
kolom debutanizer dipanaskan dulu oleh HE FLRS E-106 hingga
temperatur 1260C. untuk kesempurnaan pemisahan maka pada bottom
kolom debutanizer dipasang reboiler FLRS E-107 sehingga temperatur
bottom adalah 1730C.
Overhead dari kolom debutanizer FLRS T-102 dengan tekanan 11
kg/cm2g dan temperatur 650C didinginkan dengan kondenser parsial
FLRS E-108 dan ditampung di akumulator FLRS D-103. Fluida dari
akumulator tersebut sebagian digunakan sebagai reflux, sebagian lainnya
didinginkan lagi dan dialirkan ke stabilizer feed drum LS D-1.
Bottom dari stabilizer feed drum LS D-1 diumpankan ke kolom
stabilizer LS T-1 dengan temperatur 780C. Overhead product dari kolom
stabilizer LS T-1 didinginkan dalam kondenser parsial LS E-4 dan
ditampung di akumulator LS D-2 dengan kondisi tekanan 19,6 kg/cm 2g
dan temperatur 520C. Gas yang tidak terkondensasi kemudian digunakan
sebagai fuel gas, sedangkan liquid yang terbentuk (propane-propylene)
digunakan sebagai reflux dan sebagai umpan untuk unit polypropylene
Plaju. Bottom product dari kolom stabilizer LS T-1 yaitu C4 akan di-
treating lebih lanjut.
Untuk mempertajam pemisahan, bottom dari LS-T-1 ditarik dengan
pompa LS-P-2 AB dimasukkan ke reboiler LS-E-6 untuk memperoleh
pemanasan, agar fraksi propane propylene dapat naik puncak menara.
Sebagian aliran dari bottom menara adalah fraksi LPG (C 4 dan
derivatnya) setelah didinginkan di cooler LS-E-5 AB dialirkan ke
mericham LPG treater untuk dicuci dengan caustic soda agar senyawa
belerang dalam LPG dapat dihilangkan/diturunkan.
3.4.3. Unit Produksi PolyPropylene
Unit PP di PERTAMINA RU-III Plaju mengolah RPP menjadi biji plastik
dengan kapasitas produksi biji plastik/politam (pellets) sebesar 45.200
ton/tahun. Biji Plastik/politam (pellet) yang dihasilkan di PERTAMINA
dibagi menjadi lima jenis sesuai dengan sifat fisiknya yaitu Melt Flow Rate
(MFR) dan fungsinya, yaitu :
Injection Molding grade (PI), kapasitas 5,7 ton/jam;
Film grade (PF), kapasitas 5,7 ton/jam;
Tape atau Yarn grade (PY), kapasitas 5,7 ton/jam;
Blow molding grade, kapasitas 4,5 ton/jam.
3.4.4. Deskripsi Proses Unit Polypropylene
Bahan baku PP adalah RPP yang dihasilkan dari pengolahan minyak
mentah di CD&GP dan CD&L. Minyak mentah didestilasi dalam Crude
Distiller Unit (CDU) di CD&GP. Fraksi berat CDU adalah residu yang
kemudian diumpankan ke dalam HVU di CD&L. Produk bawah HVU
direngkah secara katalitik dalam FCCU di CD&L sehingga menghasilkan
beberapa produk, salah satunya adalah RPP.
RPP yang dihasilkan dari FCCU mengandung komposisi 74% propylene,
17% propane, dan sisanya adalah pengotor yang berupa CO, CO2, H2S,
merkaptan, dan air. RPP diumpankan ke dalam unit purifikasi dengan laju alir
9 ton/jam. Unit purifikasi terdiri atas :
Ekstraktor Deethanol Amine (DEA) untuk menghilangkan CO dan H2S.
Ekstraktor yang berisi NaOH untuk menghilangkan CO2.
Dryer untuk menghilangkan kandungan air hingga kurang dari 7 ppm.
Distilasi, sehingga menghasilkan propane sebagai produk bawah yang
diumpankan kembali ke CD&L, dan propylene sebagai produk atas
dengan kemurnian 99,6%. Propylene ini kemudian diumpankan ke unit
polimerisasi dengan laju alir 6 ton/jam.
Unit polimerisasi terdiri dari impurities removal unit, reaktor, dan dryer.
Di dalam impurities removal unit terdapat stripper untuk menghilangkan
metane dan etane, dehidrator untuk menghilangkan kadar air hingga kurang
dari 1 ppm, COS adsorber dan arsine adsorber. Dari arsine adsorber,
propylene yang telah bersih dari pengotor dipolimerisasi di dalam reaktor.
Ada dua reaktor yang digunakan, yaitu primary reactor yang merupakan
reaktor fasa cair dengan tekanan 32 kg/cm2 gauge dan temperatur 70oC, dan
secondary reactor yang merupakan reaktor fasa gas dengan tekanan 18
kg/cm2 gauge dan temperatur 80oC. Reaksi polimerisasi ini berlangsung
dengan bantuan katalis, yaitu TiCl3 yang merupakan Main Catalyst (MC),
katalis AT berbahan dasar alumunium yang berfungsi sebagai pendukung
katalis, dan katalis OF yang berfungsi untuk menyesuaikan isotactic index
pada polimer yang akan dihasilkan. Ketiga katalis berbentuk serbuk, sehingga
dibutuhkan pelarut heksane untuk mempermudah reaksi. Bahan lain yang
digunakan dalam reaksi polimerisasi adalah hydrogen untuk memecahkan
ikatan rangkap, dan mengatur MFR.
Katalis MC dan OF dilarutkan dengan heksana, kemudian diumpankan
bersama Hidrogen dan Propilen cair ke dalam primary reactor. Setelah itu
diumpankan pula katalis AT ke dalam reaktor. Laju alir Propilen yang
diumpankan harus tinggi agar kecepatan reaksi berjalan lebih cepat
dibandingkan laju polimerisasi untuk mencegah terjadinya penggumpalan.
Pengadukan dilakukan selama reaksi berlangsung. Produk reaktor adalah
slurry dan gas hidrogen. Slurry yang terbentuk dimasukkan ke fine separator.
Fungsi fine separator adalah untuk memisahkan slurry dari gas hidrogen
yang terbawa. Gas hidrogen tersebut dimasukkan kembali ke dalam primary
reactor. Gas hidrogen keluaran primary reactor diumpankan ke bagian atas
secondary reactor, yang kemudian dikeluarkan untuk dipompakan ke bagian
bawah secondary reactor setelah dilewatkan pada kompresor. Slurry yang
berasal dari fine partikel separator masuk ke bagian bawah secondary reactor,
dan akan terfluidisasi dengan bantuan pengadukan dan udara bertekanan yang
masuk dari bagian bawah reaktor. Hasil reaksi berupa bubuk yang kemudian
dimasukkan ke dalam kondensor drum. Gas yang tidak terkondensasi
diumpankan lagi ke dalam secondary reactor, sedangkan bubuk PP yang
masih mengandung heksana dikeringkan dalam dryer.
Bubuk PP dengan laju alir 6 ton/jam dimasukkan bersama aditif seperti
pewarna, dan anti koagulan ke dalam extruder yang berputar dengan
kecepatan 1000 rpm. Dengan putaran dan pemanasan, maka terbentuklah
resin yang langsung dipotong dengan standar ukuran tertentu begitu keluar
dari ujung ekstruder. Setelah pemotongan, resin PP dikontakkkan dengan air
sehingga membeku, dan terbentuklah biji plastik. Biji plastik tersebut
dimasukkan ke dalam screener untuk memastikan ukuran biji plastik sesuai
dengan product specification. Biji plastik tadi ditransportasikan dengan
batuan N2 yang berasal dari plant tersendiri di unit PP, ke dalam silo sebelum
dilakukan pengepakan. Setiap kantong pengepakan berisi 25 kg PP.