Anda di halaman 1dari 9

Dekanter (DC-101)

Deskripsi
Fungsi : Memisahkan serat kotoran dan air dari komponen minyak
Suhu : 90°C
Tekanan : 1 atm

Tabel Input dekanter


Komponen masuk massa masuk (kg/jam) densitas(kg/m3) Q (m3/jam)
massa minyak 3818,79 856,1 4,4607
Massa serat 40,20 856,1 0,0469
massa kotoran 60,30 856,1 0,0704
massa air 306,9 997 0,3078

Tabel Output dekanter

Komponen keluar bawah (heavy


massa keluar (kg/jam) Q densitas
stream)
massa serat 40,20 0,0469 856,1
Massa kotoran 60,30 0,0704 856,1
massa air 306,9 0,3078 997
Massa minyak 381,88 0,4461 856,1
komponen keluar atas (light stream) massa keluar (kg/jam) Q Densitas
massa minyak 3436,91 4,0146 856,1

Light and Heavy Stream


Prinsip dasar dekanter adalah pemisahan berdasarkan perbedaan massa jenis.
Dipilih light stream berupa arus yang memiliki massa jenis lebih ringan dan heavy
stream berupa arus yang memiliki massa jenis lebih berat.

Massa Jenis masing-masing stream dapat ditentukan sebagai berikut :


Ρ = massa / volume
Dengan,

ρ = massa jenis campuran, kg/m3


m = Laju massa total campuran, kg/jam

Fv = Laju volumetrik total campuran, m3/jam


Untuk Light Stream:
ρ= (3436,91 kg/jam)/4,0146 m3/jam = 856,1 kg/m3

komponen keluar atas (light stream) Densitas


Massa minyak 856,1

Untuk Heavy Stream


Komponen keluar bawah (heavy
densitas
stream)
massa trigliserida (F25) 1261
massa FFA (F25) 1261
massa metil ester (F25) 1830,2
massa air (F25) 995
massa H2SO4 (F25) 995
massa metanol (F25) 890

ρ= ( 997,61 kg/jam)/1,1013 m3/jam= 905,8802 kg/m3

Fase Terdispersi
Untuk menentukan fase terdispersi, digunakan persamaan berikut (Walas, 2005) :

ϕ = (QL x ρL x µH/ QH x ρH x µL)0.3


Dengan :

QL = Volumetric flow rate light stream, m3/Jam

QH= Volumetric flow rate heavy stream,m3/Jam

ρL = Densitas Light Stream, kg/m3

ρH = Densitas Heavy Stream, kg/m3


µL = Viskositas Light Stream, cP
µH = Viskositas Heavy Stream, cP

Dari perhitungan sebelumnya dan data fisis diperoleh :

QL = 4,0146 m3/Jam
QH= 1,1013 m3/jam
ρL = 856,1 kg/m3

ρH = 905,8802 kg/m3
µL = 8,807 cP
µH = 4,9449
φ = 2,6627
Evaluasi nilai φ ditampilkan dalam tabel berikut (Walas, 2005) :
Tabel III. Nilai terdispersi
<0,3 Light phase always dispersed
0,3-0,5 Light phase probably dispersed
0,5-2,0 Phase Inversion Probable
2,0-3,3 Heavy phase probably disperse
>3,3 Heavy phase always disperse

Berdasarkan nilai φ hasil perhitungan 2,6627, dapat disimpulkan bahwa yang terdispersi
adalah heavy phase probably disperse.
Fase terdispersi : Heavy Phase
Fase kontinyu : Light Phase

Settling velocity
Dasar perancangan dekanter adalah kecepatan fase kontinyu harus lebih kecil dari
settling velocity droplet dalam fase terdispersi.
Uc< Ud
Dengan,
Uc = Kecepatan fase kontinyu
Ud = Kecepatan settling fase terdispersi
Ud = dd2 g (ρd – ρc) / 18µc
Dengan,
dd = Diameter Droplet, m
ρc = Densitas fase kontinyu, kg/m3

ρd = Densitas fase terdispersi, kg/m3

µc = Viskositas fase kontinyu, Ns/m2

g = Percepatan Gravitasi, m/s2


Diasumsikan diameter droplet sebesar 2000 mikrometer.
dd = 2000µm = 0,002 m
Ud = 0,0013 m/s
Tanda positif menunjukkan bahwa arah kecepatan adalah ke atas
Uc = Lc / Ai
Ai = Lc / Uc
Dengan,
Uc = Kecepatan fase kontinyu, m/s

Lc = Volumetric flow rate kontinyu, m3/s


Nilai Uc maksimal adalah sama dengan nialu Ud
Uc maks = 0,0013 m/s
Lc = 4344,12 m/s
Ai min = Lc/ Uc maks
Ai min = 3341631 m2

Gambar III. tampak atas dekanter


Ai = wl

w = 2 (2rz – z2)1/2
Dengan,
W = Kedalaman interface, m
Z = Ketinggian interface dari dasar vesel, m
L = Panjang silinder, m r
= Jari-Jari silinder, m
Untuk menghitung nilai w, l, z, dan r, digunakan metode trial and error.
Diambil perbandingan L/D = 2 (Walas.2005)
Hasil trial ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel hasil trial and error

D r L w z trial W trial
2m 1m 4m 4m 1m 4m
Sehingga diperoleh :
Diameter dekanter =2m
Panjang dekanter =4m
Kedalaman Interface = 4 m
Ketinggian interface =1m

Waktu Tinggal
τ = Z/Ud
Dengan,
τ = Waktu tinggal dalam dekanter, detik
z = Ketinggian interface dari dasar vessel, m
Ud= Kecepatan settling fase terdispersi, m/detik Dari
perhitungan trial and eror diperoleh :
w = 2 x ((2 x r x z) – (z x 2))
= 2 x ((2 x 1 x 4) – (1 x 2)) = 2 m
τ = Z/Ud
τ = 745,96266 s

Mechanical Design
Operating Pressure
Dekanter beroperasi pada tekanan atmosferis. Level cairan pada dekanter cukup rendah
karena diameter dekanter relatif kecil, sehingga tekanan hidrostatis dapat diabaikan dan
cukup dikoreksi dengan overdesign factor.
P = 1 atm
Design Preassure

Design pressure di-set 10% di atas operating pressure.


Pdesign = (110%) x (1 atm) = 1,1 atm = 16,17 psia
Operating Temperature
Tdesign = (194 + 60) °F = 254 °F
Material
Komponen-komponen dalam dekanter bersifat korosi sehingga harus dipilih material yang
tahan korosi. Untuk perancangan dekanter ini, dipilih material stainless steel AISI 316.
Design Stress
Untuk material stainless steel AISI 316 yang bekerja pada temperatur kurang dari 200 °F
tensile strength sebesar 16100 psia (Walas, 1990).
f = 16100 psia
Corrosion Allowance
Untuk mengantisipasi material yang bersifat korosif, di-set corrosion allowance sebesar
4 mm.
C = 4 mm = 0,16 in
Tebal Shell
Untuk mencari tebal shell, digunakan persamaan berikut (Rase and Barrow, 1957) :
T = (P x ri / f x E -0.6 P) +C
Dengan,
ts = Tebal Shell, in
P = Tekanan design, psia
ri = Jari-jari, in
f = Allowable working stress, psia

E = Joint Efficiency
C = Corrosion allowance, in

Dari perhitungan sebelumna diketahui diameter dekanter sebesar 4 m.


Sehingga,
ri = D/2 = 1 m = 39,37 in

P = 16,17 psia

Joint Efficiency sebesar 0,8


ts = 0,2095 in
Untuk perancangan, diambil tebal shell standard sebesar 0,25 in. ts
= 0,25 in

Head
Dekanter beroperasi pada tekanan hampir atmosferis, sehingga digunakan flanged and
dished head. Flanged and dished head merupakan jenis head yang paling ekonomis dan
hanya sesuai untuk vessel dengan tekanan rendah dan diameter kecil, sesuai dengan kondisi
dekanter.
Head pada vessel di desain berdasarkan outside diameternya.
ID = 118.11 in
OD = ID + 2 x ts = 118.11 + 2 x 0,2095 = 118,5289 in = 3,014 m

Dari tabel diperoleh data untuk OD standar yaitu 120 in dengan tebal shell 0.3125 in
(Brownell, 1959 : 91)
icr = 0,75 in

sf = 1,5 in
ID = 118.11 in
r = 144 in
Dimensi head dihitung sebagai berikut, berdasarkan Figure 5.8 Brownell and Young.

Gambar Head Dekanter


Sehingga diperoleh,
a = ID /2
AB = a – icr
BC = r – icr

AC = (BC-AB)0,5
b = r – AC
OA = ts + sf + b
Tabel 1. Hasil perhitungan

a= ID/2 59,055
AB=a-icr 58,305
BC=r-icr 143,25
AC=(BC-
AB)^0.5 9,2166
b=r-AC 134,7834
OA=ts+sf+b 136,49
1. Dekanter

Kode alat DC-101


Tekanan Operasi 1 atm
Temperatur Operasi 90
Stress Value 16100 psi (stanless steel AISI 316)
Joint efficiency 0,8
Corrosion Allowance 0,16 in
Perbandingan diameter dan tinggi shell 1:2
Diameter shell 2m
Panjang shell 4m
Tebal shell 0,25
Diameter head 3,014 m
Jenis head Flanged and dishead head

Anda mungkin juga menyukai