Anda di halaman 1dari 20

Hubungan Antara Sindroma Metabolik dan Osteoartritis Lutut : Sebuah

Penelitian Cross-Sectional Berdasarkan Survey Nasional

Abstrak

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara sindrom metabolik dengan timbulnya


osteoartritis lutut.

Desain: Penelitian cross-sectional berdasarkan survey nasional.

Subjek: Data diperoleh dari Survey Pemeriksaan Kesehatan dan Nutrisi Nasional
Korea Tahun 2010-2012.

Metode: Subjek yang berusia 50 tahun atau lebih diikut sertakan. Osteoartritis lutut
(≥ grade 2 Kellgren-Lawrence) dan osteoartritis lutut berat (≥ grade 3 Kellgren-
Lawrence) dinilaii berdasarkan temuan radiologis. Riwayat kesehatan dan data
demografis diperoleh dari hasil survey. Analisis regresi multivariat dilakukan untuk
menyelidiki hubungan antara osteoartritis lutut dan sindrom metabolik, serta jumlah
komponen pada sindrom metabolik untuk mengevaluasi hubungan dosis-respons.
Analisa disesuaikan berdasarkan kelompok usia (model 1) atau berdasarkan
kelompok usia, tingkat pendidikan, merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik
(model 2).

Hasil: Sebanyak 8.491 subjek (3.684 pria dan 4.807 wanita) dilibatkan dalam
penelitian ini. Pada wanita, sindrom metabolik meningkatkan risiko osteoartritis
lutut (odds ratio (OR) = 1,644, p <0,001; dan OR = 1,608, p <0,001; masing-
masing; untuk model 1 dan 2) dan osteoartritis lutut berat (OR = 1,593, p <0,001;
dan OR = 1,559, p <0,001; masing-masing; untuk model 1 dan 2). Namun, pada
pria, osteoartritis lutut dan osteoartritis lutut berat tidak berhubungan dengan
sindrom metabolik. Karena jumlah komponen sindrom metabolik meningkat,
osteoartritis lutut dan osteoartritis lutut berat umumnya meningkat pada wanita,
tetapi tidak pada pria.

Kesimpulan: Sindrom metabolik berpengaruh pada timbulnya osteoartritis lutut


dan osteoartritis lutut berat pada wanita. Selain itu, hubungan dosis-respons diamati
antara komponen sindrom metabolik dengan osteoartritis lutut pada wanita, namun
tidak ditemui pada pria.
LAY ABSTRAK

Osteoartritis lutut adalah kelainan umum pada usia lanjut dan diketahui
berhubungan dengan berbagai kondisi medis. Sindrom metabolik adalah
sekelompok kondisi yang meliputi hipertensi, dislipidemia, obesitas abdominal,
dan resistensi insulin, dengan prevalensi yang meningkat dengan cepat. Tujuan dari
penelitian kami adalah untuk menyelidiki efek sindrom metabolik terhadap
timbulnya osteoartritis lutut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sindroma
metabolik mempengaruhi berkembangnya osteoartritis lutut dan osteoartritis lutut
berat pada wanita. Selain itu, jumlah komponen sindrom metabolik menunjukkan
efek aditif terhadap timbulnya osteoartritis lutut. Namun, hubungan ini belum
dipastikan pada pria. Melalui penelitian kami, kami dapat menghubungkan dampak
sindrom metabolik terhadap osteoartritis lutut. Pemeriksaan osteoartritis lutut yang
dilakukan dengan hati-hati dan teliti harus dipertimbangkan pada pasien yang
mengeluh nyeri lutut dalam kasus pasien dengan sindrom metabolik. Selain itu,
terapi pada komponen sindrom metabolik harus ditekankan, dalam kasus tersebut.

PENDAHULUAN

Osteoartritis lutut (OA) adalah kelainan muskuloskeletal yang umum pada


usia lanjut. Kelainan ini menimbulkan rasa sakit dan kekakuan, sehingga
mengakibatkan berkurangnya fungsi dan kualitas hidup seorang individu. OA lutut
dialami lebih dari 250 juta orang secara global. Jumlah ini diperkirakan akan
meningkat dengan cepat di masa depan, karena peningkatan usia harapan hidup
mengarah pada berkembangnya populasi lansia. Stres mekanik dianggap sebagai
penyebab utama timbulnya OA lutut, dan prevalensi yang lebih tinggi pada usia
lanjut serta obesitas menunjukkan suatu hubungan antara tekanan mekanik dengan
OA lutut. Jenis kelamin adalah faktor risiko lain; wanita berisiko lebih tinggi
dibandingkan pria. Namun, banyak peneliti baru-baru ini mengajukan faktor-faktor
lain, seperti genetik, neuroendokrin, dan faktor metabolik, yang kemungkinan
berperan dalam mekanisme patofisiologis OA lutut.

Sindrom metabolik mengacu pada sekelompok kondisi kesehatan, meliputi


hipertensi, dislipidemia, obesitas abdominal, dan resistensi insulin, dengan
prevalensi yang meningkat dengan cepat. Adanya sindrom metabolik, terjadi
peningkatan reaksi inflamasi umum atau lokal, dan terjadi penumpukan produk
akhir glikasi atau menyebabkan timbulnya iskemia lokal. Hal ini dapat
berkontribusi terhadap timbulnya OA. Para peneliti telah mempelajari hubungan
efek metabolik pada diabetes dan obesitas terhadap berkembangnya OA. Namun
hasilnya tidak konsisten. Selain itu, sebagian besar penelitian hanya menyelidiki
hubungan antara kondisi metabolik individual dan OA. Hubungan antara sindrom
metabolik dan timbulnya OA belum diteliti secara penuh. Beberapa penelitian telah
mengaitkan OA terhadap sindrom metabolik, atas dasar OA bukan hanya penyakit
mekanis, namun juga penyakit metabolik.

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
hubungan antara sindrom metabolik dengan timbulnya OA lutut, berdasarkan
survey nasional. Selain itu, penelitian ini berusaha mengidentifikasi hubungan
antara sejumlah komponen sindrom metabolik dan timbulnya OA lutut.

Pasien Dan Metode

Sumber data dan populasi penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari The Fifth Korea National
Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES). Survey ini dilakukan pada
tahun 2010 hingga 2012 oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.
KNHANES adalah survei nasional yang representatif. Peserta dipilih menggunakan
metode multi-stage clustered dan stratified random-sampling. Metode pengambilan
sampel mempertimbangkan tempat tinggal, jenis kelamin, dan kelompok umur
berdasarkan Data Sensus Nasional. KNHANES yang ke 5 dilaksanakan terhadap
25.534 subjek (11.616 pria, 13.918 wanita), dan 10.152 subjek berusia 50 tahun
atau diatasnya. Dari sekumpulan subjek ini, mereka yang memiliki data lengkap
berupa komponen sindrom metabolik, foto polos lutut , tinggi badan, berat badan,
tingkat aktivitas fisik (PA), merokok, konsumsi alkohol, dan status pendidikan
dipilih. Semua subyek mendapatkan inform consent. Penelitian ini disetujui oleh
Institutional Review Board (IRB) rumah sakit kami (IRB No. 2016-1354).
Paparan

Sindrom metabolik didiagnosis menggunakan kriteria National Cholesterol


Education Program Adult Treatment Panel III. Subjek dengan 3 atau lebih dari
kriteria berikut dianggap memiliki sindrom metabolik: tekanan darah tinggi(≥
130/85 mmHg) atau penggunaan obat antihipertensi; glukosa puasa ≥ 100 mg / dl
atau menjalani pengobatan untuk diabetes; obesitas abdominal (lingkar pinggang ≥
90 cm pada pria dan ≥ 80 cm pada wanita); dan trigliserida puasa ≥ 150 mg / dl atau
kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-C) <40 mg / dl pada pria dan <50 mg /
dl pada wanita.

Nilai cut-off yang diterapkan untuk kriteria obesitas abdominal pada orang
dewasa Korea sesuai yang diajukan oleh The Korean Society for the Study of
Obesity. Kriteria untuk hiperglikemia diadopsi dari American Diabetes Association
Guideline.

Outcome

OA lutut dinilai menggunakan pemeriksaan radiografi. Foto rontgen polol


lutut Anterior-posterior dan lateral diambil secara rutin pada sampel representatif
dari peserta KNHANES menggunakan DigiRAD-PG (Sitec Medical Co., Seoul,
Korea Selatan). Foto rontgen lutut diambil sesuai dengan protokol standar, dengan
film berpusat 1 cm di bawah puncak patela baik pada foto anterior-posterior
maupun lateral. Dua ahli radiologi melakukan evaluasi secara individual,
menggunakan sistem grading Kellgren-Lawrence (KL) .

Peserta dengan grade KL ≥2 didefinisikan mengalamii OA lutut, dan peserta


dengan grade KL ≥3 didefinisikan mengalamii OA lutut berat. Jika kedua ahli
radiologi menetapkan grade KL yang berbeda dalam kasus yang sama, ahli
radiologi saling memberikan pendapat untuk mencapai mufakat. Koefisien kappa
untuk reliabilitas antar penilai adalah 0,6522, menunjukkan realibilitas menengah.
Kovariat

Pada survey awal, berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang diukur
menggunakan protokol standar. Indeks massa tubuh (BMI) dihitung (kg / m2).
Obesitas didefinisikan sebagai BMI ≥ 25 kg / m2, sesuai dengan kriteria wilayah
Asia-Pasifik.

Untuk penilaian kemungkinan faktor-faktor lain yang berkontribusi seperti


usia, pendidikan, konsumsi alkohol, merokok, obesitas, dan jangkauan PA
dimasukkan dalam analisis. Peserta dibagi ke dalam 4 kelompok usia: 50–59, 60-
69, 70–79 dan ≥ 80 tahun. Tingkat pendidikan diklasifikasikan sebagai lulusan
sekolah dasar atau di bawahnya, lulusan sekolah menengah pertama, lulusan
sekolah menengah atas, atau lulusan perguruan tinggi atau lebih tinggi. Status
merokok dikategorikan sebagai perokok atau bukan perokok atau mantan perokok.
Konsumsi alkohol dibagi menjadi mereka yang minum ≥2 kali seminggu dan
mereka yang minum ≤2x seminggu. Versi Korea dari The International Physical
Activity Queistionaire – Short form, yang mencakup pertanyaan tentang frekuensi,
durasi, dan intensitas PA terbaru, digunakan untuk menilai peserta. PA
didefinisikan sebagai berikut: PA yang berat, aktivitas yang berat setidaknya 20
menit dalam ≥3 hari seminggu; PA sedang, aktivitas sedang-berat30 menit pada ≥5
dalam seminggu; berjalan, berjalan lebih dari ≥30 menit pada ≥5 hari dalam
seminggu; latihan kekuatan dan fleksibilitas, kekuatan dan latihan fleksibilitas
dalam ≥3 hari dalam seminggu.
Analisis statistik

Analisis regresi logistik univariat dan multivariat dilakukan untuk


mengidentifikasi hubungan antara sindrom metabolik dan OA lutut atau OA lutut
berat. Untuk mengakomodasi efek kovariat, Model 1 disesuaikan untuk kelompok
umur, yang memiliki efek paling pasti terhadap timbulnya OA. Model 2 adalah
merupakan model yang disesuaikan untuk faktor lingkungan tambahan; kelompok
umur, pendidikan, merokok, konsumsi alkohol, dan PA. Sebagai tambahan,
hubungan antara jumlah komponen sindrom metabolik dan timbulnya OA lutut, dan
efek setiap komponen, disesuaikan dengan 5 komponen metabolisme, terhadap
berkembangnya OA lutut dianalisa, dengan cara yang sama. Hasilnya disajikan
sebagai mean dengan confidence interval 95% (95% CI). Odds ratio (OR) dihitung
dengan nilai p koresponding <0,05. Bobot sampel diterapkan pada data masing-
masing peserta untuk mewakili populasi Korea tanpa bias yang diperkirakan.
Semua analisis statistik dilakukan menggunakan SAS, versi 9.4 (SAS Institute,
Cary, NC, USA).

Hasil

Karakteristik klinis subjek

Sebanyak 8.491 subjek (3.684 pria dan 4.807 wanita) diinklusikan, dan 1.661
subjek dieksklusikan di antara subjek yang berusia ≥50 tahun. Prevalensi
keseluruhan OA lutut adalah 35,2% ( n = 2.991). Di antara subyek dengan OA lutut,
59,8% ( n = 1.790) memiliki OA lutut berat. Karakteristik klinis berdasarkan ada
atau tidakya OA lutut ditunjukkan pada Tabel I. Prevalensi OA lutut adalah 24,4%
( n = 899) pada pria dan 43,5% ( n = 2.092) pada wanita. Prevalensi OA lutut berat
di antara subyek dengan OA lutut adalah 42,7% ( n = 384) pada pria dan 67,2% ( n
= 1.406) pada wanita. Dibandingkan dengan subyek yang tidak memiliki lutut, OA
(pria, 37,8%, wanita, 33,2%) lebih banyak subyek OA lutut didiagnosis dengan
sindrom metabolik, terutama pada wanita (pria, 40,6%, wanita, 52,7%). Jumlah
rata-rata komponen sindrom metabolik juga lebih tinggi pada wanita dengan OA
lutut.
Tabel I. Demografis partisipan

Data Demografis Laki-Laki (n= 3,684) Perempuan (n=4,807)


Non-OA OA Non-OA OA
(n=2,785) (n=899) (n=2,715) (n=2,092)
Usia
50-59 Tahun 1,199 (58.4) 154 (28.5) 1,487 (62.8) 409 (24.8)
60-69 Tahun 974 (27.4) 313 (34.4) 816 (24.3) 750 (33.0)
70-79 Tahun 559 (12.6) 366 (31.0) 370 (11.5) 774 (33.6)
> 80 Tahun 53 (1.6) 66 (6.1) 42 (1.4) 159 (8.6)
Obesitas 842 (31.5) 346 (39.9) 800 (29.8) 991 (47.3)
Hiperglikemi 842 (31.5) 346 (39.9)) 800 (29.8) ) 991 (47.3)
Hipertensi 1,616 (57.1) 614 (66.9) 1,370 (49.2) 1,471 (68.8)
Obesitas Abdominal 751 (26.7) 321 (37.1) 776 (29.3) 999 (47.6)
HDL Rendah 937 (34.0) 326 (35.5) 1,469 (53.0) 1,284 (62.4)
Trigliserida Tinggi 1,075 (43.0) 287 (35.3) 824 (31.5) 712 (35.2)
Sindroma metabolik 1,019 (37.8) 360 (40.6) 905 (33.2) 1,084 (52.7)
Jumlah komponen 2.08 2.22 1.95 2.57
sindroma metabolik
Merokok 932 (37.5) 238 (31.2) (5.7) 64 64 (3.6)
Minum alkohol 1,126 (43.3) 362 (45.1) 155 (6.5) 113 (5.9)
Edukasi
< SD 1,126 (43.3) 362 (45.1) 155 (6.5) 113 (5.9)
SMP 534 (20.5) 170 (20.9) 499 (20.5) 278 (13.5)
SMA 876 (32.9) 234 (27.6) 685 (24.7) 231 (10.4)
>Perguruan Tinggi 876 (32.9) 234 (27.6) 685 (24.7) 231 (10.4)
Aktivitas Fisik
Berat 439 (16.5) 131 (15.9) 301 (11.1) 171 (8.0)
Sedang 243 (9.2) 101 (11.0) 240 (8.4) 195 (9.4)
Pejalan 1,153 (40.1) 417 (46.4) 965 (35.7) 711 (33.9)

Hubungan antara sindrom metabolik dan risiko osteoartritis lutut dan


osteoartritis lutut berat

Dalam analisis univariat, sindrom metabolik meningkatkan risiko timbulnya


OA lutut (OR = 2,24, 95% CI = 1,94-2,58, nilai p <0,001) dan OA lutut berat (OR
= 2.22, 95% CI = 1.90–2.60, nilai p <0,001) pada wanita (Tabel II). Setelah
disesuaikan untuk kelompok umur (model 1), sindrom metabolik meningkatkan
risiko timbulnya OA lutut (OR = 1,64, 95% CI = 1,41-1,91, nilai p<0,001) dan OA
lutut berat (OR = 1,59, 95% CI = 1,36-1,87, nilai p <0,001) pada wanita. Setelah
menyesuaikan untuk semua faktor lingkungan lainnya (model 2), sindrom
metabolik juga meningkatkan risiko timbulnya OA lutut (OR = 1,61, 95% CI =
1,38-1,87, nilai p <0,001) dan OA lutut berat (OR = 1,56, 95% CI = 1,33-1,84, nilai
p <0,001) pada wanita. Namun, hubungan ini tidak diamati pada analisis univariat
dan multivariat untuk pria.
Hubungan antara jumlah komponen sindrom metabolik dan risiko osteoartritis
lutut dan osteoartritis lutut berat

Pada wanita, risiko OA lutut dan OA lutut berat meningkat seiring


peningkatan jumlah komponen sindrom metabolik (Tabel III). Dalam analisis
univariat risiko OA lutut, OR tertinggi diamati pada subyek dengan 4 komponen
sindrom metabolik (OR = 4,85, 95% CI = 3,54-6,65, nilai p <0,001). Hasil yang
sama diamati pada model 1 (OR = 2.63, 95% CI = 1,89-3,66, nilai p <0,001) dan
model 2 (OR = 2,45, 95% = CI 1,75-3,43, nilai p <0,001). Namun, dalam analisis
univariat faktor-faktor risiko OA lutut berat, OR tertinggi diamati pada subyek
dengan 5 komponen sindrom metabolik (OR = 5,47, 95% CI = 3,54-8,44, nilai p
<0,001). Pada model 1, OR tertinggi diamati pada subjek dengan 5 komponen
sindrom metabolik (OR = 2,81, 95% CI = 1.77-4.46, nilai p <0.001). Namun, dalam
model 2, OR tertinggi diamati pada subjek dengan 4 komponen sindrom metabolik
(OR = 2,51, 95% CI = 1,67-3,78, nilai p <0,001).

Tabel II. Odds Ratio untuk berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat pada
pasien sindrom metabolik

Analisa Univariat OR Model 1a Model 2b


(95% CI) OR (95% CI) OR (95% CI)
Osteoarthritis
Laki-Laki (n=360) 1.13 (0.93–1.36) 1.18 (0.97–1.44) 1.17 (0.96–1.43)
Perempuan (n-1,084) 2.24 (1.94–2.58)* .64 (1.41–1.91)* 1.61 (1.38–1.87)*
Osteroarthritis berat
Laki-Laki (n=150) 0.98 (0.76–1.25) 1.03 (0.80–1.33) 1.03 (0.80–1.33)
Perempuan (n=766) 2.22 (1.90–2.60)* 1.59 (1.36–1.87)* 1.56 (1.33–1.84)*
* p<0.001, p<0.05 dinilai signifikan secara statistik.

Pada pria, bagaimanapun, risiko OA lutut hanya meningkat pada subjek


dengan 5 komponen sindrom metabolik, dibandingkan dengan subyek tanpa
komponen sindrom metabolik (OR = 1,80, 95% CI = 1,06-3,08, nilai p = 0,031 dan
OR = 1,82, 95% CI = 1,05-3,17, nilai p = 0,033, masing-masing, untuk model 1 dan
2).
Hubungan antara masing-masing komponen metabolisme sindrom dan
osteoartritis lutut dan lutut parah osteoartritis

Pada wanita, hipertensi berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut (OR


= 2,28, 95% CI = 1,96-2,65, nilai p <0,001; OR = 1,96, 95% CI = 1,68–2,29, nilai
p <0,001; dan OR = 1,25, 95% CI = 1,06-1,47, nilai p = 0,009, masing-masing,
dalam analisis univariat dengan model 1 dan 2) dan OA lutut berat (OR = 2.54, 95%
CI = 2.15-3.00, nilai p <0,001; OR = 2,18, 95% CI = 1,84–2,59, nilai p <0,001; dan
OR = 1,36, 95% CI = 1,14-1,62, nilai p <0,001; masing-masing; untuk analisis
univariat dalam model 1 dan 2) (Tabel IV). Obesitas abdominal menunjukkan hasil
yang sama untuk risiko OA lutut (OR = 2,19, 95% CI = 1,88-2,55, nilai p <0,001;
OR= 1,85, 95% CI = 1,58-2,17, nilai p <0,001; dan OR = 1,89, 95% CI = 1,60-2,23,
nilai p <0,001; masing-masing; untuk analisis univariat dalam model 1 dan 2) dan
OA lutut berat (OR = 2.29, 95% CI = 7.96-2.68, nilai p <0,001; OR = 1,92, 95% CI
= 1,64– 2.26, nilai p <0,001; dan OR = 2,00, 95% CI = 1,68–2,38, nilai p <0,001;
masing-masing; dalam analisis univariat dengan model 1 dan 2).

Pada pria, hipertensi berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut di


analisa univariat (OR = 1,52, 95% CI = 1,25– 1,86, nilai p <0,001), model 1 (OR =
1,51, 95% CI = 1.23–1.86, nilai p <0.001), dan model 2 (OR = 1,33, 95% CI = 1,07-
1,66, nilai p = 0,012). Hipertensi juga berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut
berat pada model 1 (OR = 1,40, 95% CI = 1,03–190, nilai p = 0,033). Obesitas
abdominal berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut di analisa univariat (OR
= 1,62, 95% CI = 1,32-1,98, nilai p <0,001), model 1 (OR = 1,63, 95% CI = 1,31-
2,02, nilai p <0,001), dan model 2 (OR = 1,59, 95% CI = 1.27–2.00, nilai p = 0,012).
Selain itu juga berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut berat pada model 1
(OR = 1,62, 95% CI = 1.22–2.15, nilai p <0,001) dan 2 (OR = 1,56, 95% CI = 1,17-
2,08, nilai p = 0,003).

Pada pria, hipertrigliseridemia berkaitan dengan pengurangan risiko OA


lutut dalam analisis univariat (OR = 0,72, 95% CI = 0,60-0,88, nilai p <0,001) dan
dalam model 1 (OR = 0,64, 95% CI = 0,52-0,78, nilai p <0,001). Hal tersebut juga
berkaitan dengan penurunan risiko OA lutut berat pada model 1 (OR = 0,59, 95%
CI = 0,44-0,79, nilai p <0,001). Namun, hubungannya tidak signifikan dengan OA
lutut (OR = 0,82, 95% CI = 0,66-1,01, nilai p = 0,059) dan OA lutut berat (OR =
0,79, 95% CI = 0,58-1,06, nilai p = 0,117) dalam model 2.

Tabel III. Odds Ratio untuk berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat
tergantung pada komponen sindroma metabolik

Analisa Univariat OR Model 1a Model 2b


(95% CI) OR (95% CI) OR (95% CI)
Osteoarthritis
Laki-Laki
1 (n=188) 1.24 (0.87–1.76) 1.16 (0.81–1.67) 1.15 (0.80–1.66)
2 (n=260) 1.46 (1.03–2.07) 1.40 (0.98–2.00) 1.38 (0.96–1.99)
3 (n=203) 1.38 (0.95–2.00) 1.37 (0.93–2.02) 1.33 (0.90–1.97)
4 (n=115) 1.51 (1.00–2.28) 1.49 (0.98–2.27) 1.49 (0.97–2.30)
5 (n=42) 1.59 (0.97–2.62) 1.80 (1.06–3.08)* 1.82 (1.05–3.17)*
Perempuan
1 (n=388) 1.91 (1.41–2.59)*** 1.48 (1.08–2.04)* 1.39 (1.01–1.92)*
2 (n=503) 2.71 (1.99–3.67)*** 1.74 (1.26– 1.59 (1.14–2.21)**
2.42)***
3 (n=53) 4.15 (3.05–5.65)*** 2.37 (1.70– 2.17 (1.56–
3.30)*** 3.03)***
4 (n=389) 4.85 (3.54–6.65)*** 2.63 (1.89– 2.45 (1.75–
3.66)*** 3.43)***
5 (n=162) 4.50 (3.00–6.76)*** 2.40 (1.56– 2.14 (1.38–
3.71)*** 3.30)***
Osteroarthritis berat
Laki-Laki
1 (n=70) 0.84 (0.51–1.38) 0.77 (0.46–1.28) 0.77 (0.46–1.28)
2 (n=119) 1.16 (0.74–1.84) 1.09 (0.68–1.76) 1.10 (0.68–1.78)
3 (n=85) 0.93 (0.57–1.50) 0.91 (0.55–1.51) 0.91 (0.55–1.52)
4 (n=50) 1.10 (0.64–1.89) 1.08 (0.62–1.89) 1.09 (0.62–1.92)
5 (n=15) 0.93 (0.45–1.90) 1.02 (0.49–2.13) 1.04 (0.49–2.19)
Perempuan
1 (n=234) 1.83 (1.24–2.69)** 1.34 (0.89–2.02) 1.24 (0.82–1.86)
2 (n=348) 2.97 (1.98–4.46)*** 1.82 (1.19–2.79)** 1.62 (1.05–2.48)*
3 (n=359) 3.91 (2.65–5.75)*** 2.05 (1.36– 1.84 (1.22–2.77)**
3.08)***
4 (n=282) 5.37 (3.63–7.94)*** 2.74 (1.84– 2.51 (1.67–
4.08)*** 3.78)***
5 (n=125) 5.47 (3.54–8.44)*** 2.81 (1.77– 2.43 (1.52–
4.46)*** 3.88)***
* p<0.005, **p<0.01, *** p<0.001. p<0.05 dinilai signifikan secara statistik.
Tabel IV. Odds Ratio untuk berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat
terhadap tiap komponen sindroma metabolik

Analisa Univariat OR Model 1a Model 2b


(95% CI) OR (95% CI) OR (95% CI)
Osteoarthritis
Laki-Laki
Hiperglikemi (n=439) 1.00 (0.82–1.22) 0.92 (0.75–1.13) 0.93 (0.76–1.15)
Hipertensi (n=614) 1.52 (1.25–1.86)*** 1.51 (1.23– 1.33 (1.07–1.66)*
1.86)***
Obesitas Abdominal 1.62 (1.32–1.98)*** 1.63 (1.31– 1.59 (1.27–
(n=321) 2.02)*** 2.00)***
HDL rendah (n=326) 1.07 (0.87–1.30) 1.12 (0.91–1.38) 1.04 (0.84–1.29)
Trigliserida Tinggi 0.72 (0.60–0.88)*** 0.64 (0.52– 0.82 (0.66–1.01)
(n=287) 0.78)***
Perempuan
Hiperglikemi (n=893) 1.64 (1.43–1.88)*** 1.23 (1.06–1.43** 1.13 (0.97–1.32)
Hipertensi (n=1,471) 2.28 (1.96–2.65)*** 1.96 (1.68– 1.25 (1.06–1.47)**
2.29)***
Obesitas Abdominal 2.19 (1.88–2.55)*** 1.85 (1.58– 1.89 (1.60–
(n=999) 2.17)*** 2.23)***
HDL rendah (n=1,284) 1.47 (1.27–1.71)*** 1.32 (1.12–1.56)** 1.13 (1.95–1.35)
Trigliserida Tinggi 1.18 (1.02–1.37)* 0.88 (0.74–1.04) 0.89 (0.75–1.05)
(n=712)
Osteroarthritis berat
Laki-Laki
Hiperglikemi (n=178) 0.85 (0.66–1.10) 0.80 (0.61–1.04) 0.82 (0.63–1.07)
Hipertensi (n=266) 1.37 (1.02–1.83) 1.40 (1.03–1.90)* 1.20 (0.88–1.63)
Obesitas Abdominal 1.54 (1.17–2.03) 1.62 (1.22– 1.56 (1.17–2.08)**
(n=143) 2.15)***
HDL rendah (n=137) 1.04 (0.79–1.37) 1.12 (0.84–1.50) 1.03 (0.76–1.39)
Trigliserida Tinggi 0.65 (0.49–0.85) 0.59 (0.44– 0.79 (0.58–1.06)
(n=114) 0.79)***
Perempuan
Hiperglikemi (n=614) 1.60 (1.37–1.87)*** 1.16 (0.98–1.37) 1.07 (0.90–1.27)
Hipertensi (n=1,043) 2.54 (2.15–3.00)*** 2.18 (1.84– 1.36 (1.14–
2.59)*** 1.62)***
Obesitas Abdominal 2.29 (7.96–2.68)*** 1.92 (1.64– 2.00 (1.68–
(n=722) 2.26)*** 2.38)***
HDL rendah (n=887) 1.47 (1.26–1.71)*** 1.29 (1.08–1.54)** 1.08 (0.90–1.30)
Trigliserida Tinggi 1.23 (1.05–1.44)* 0.92 (0.77–1.11) 0.98 (0.79–1.14)
(n=494)
* p<0.05, **p<0.01, ***p<0.001. p<0.05 dinilai signifikan secara statistik.
Diskusi

Penelitian ini menggunakan data dari survey nasional untuk menilai


hubungan antara sindroma metabolik yang didefinisikan secara objektif dengan OA
lutut. Analisis tambahan dilakukan untuk menilai hubungan dosis-respons terhadap
jumlah komponen sindrom metabolik dan efek sindrom metabolik individual
terhadap OA lutut. Pada wanita, sindroma metabolik berkaitan dengan
berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat. Selanjutnya jumlah komponen
sindrom metabolik berkaitkan dengan timbulnya OA. Namun hubungan ini tidak
ditemukan pada pria.

Prevalensi OA lutut dan OA lutut berat lebih tinggi pada wanita dengan
sindrom metabolik dibandingkan pada pria. Hal ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya yang melaporkan hubungan antara komponen sindrom metabolik
dengan berkembangnya OA lutut. Dalam sebuah penelitian oleh Engström et al.
pada populasi Barat, Hasilnya menunjukkan bahwa setelah menyesuaikan usia,
jenis kelamin, merokok, aktivitas fisik, dan protein C-reaktif, kehadiran sindrom
metabolik berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut yang signifikan. Sebuah
penelitian menggunakan data nasional melaporkan bahwa sindrom metabolik dan
berkembangnya OA lutut tidak memiliki hubungan setelah disesuaikan untuk faktor
perancu, seperti usia dan faktor sosiografis seperti olahraga, asupan alkohol dan
merokok. Bagaimanapun, hal ini kemungkinan dikarenakan bahwa diagnosis OA
lutut dilakukan dalam kasus pelaporan mandiri. Penelitian saat ini menggunakan
gambaran radiologis untuk mendiagnosis OA lutut secara lebih akurat. Pada
keberaadaan sindrom metabolik, efek mekanis berat badan yang tinggi dapat
mempengaruhi berkembangnya OA lutut. Baru-baru ini, bagaimanapun, telah
ditekankan pada efek metabolik dari sindrom metabolik. Yusuf et al. melaporkan
bahwa kelebihan berat badan berkaitan dengan peningkatan risiko OA pada sendi
yang tidak menahan beban pada tangan. Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa
diabetes tipe 2 meningkatkan risiko OA, setelah dilakukan penyesuaian untuk berat
badan. Hasil penelitian saat ini pada populasi representatif nasional juga
mendukung hubungan antara sindrom metabolik dan OA pada wanita.
Untuk menentukan hubungan dosis-respons pada efek metabolik, kami
menganalisa hubungan antara jumlah komponen sindrom metabolik terhadap
berkembangnya OA lutut atau OA lutut berat. Pada wanita, risiko OA lutut dan OA
lutut berat cenderung meningkat seiring peningkatan jumlah komponen sindrom
metabolik komponen. Dalam sebuah studi oleh Yoshimura et al. yang menunjukkan
hasil serupa, 3 atau lebih komponen sindrom metabolik pada pria, dan 2 atau lebih
komponen sindroma metabolik pada wanita berkaitan dengan peningkatan risiko
OA lutut. Namun demikian, faktanya hasil penelitian serupa pada pria dan wanita
berbeda dengan hasil penelitian kami, yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan pada pria. Perbedaan antara kedua penelitian mungkin dikarenakan
populasi penelitian dan kriteria diagnostik yang berbeda untuk OA lutut.

Penelitian saat ini melakukan analisa tambahan pada kelompok dengan OA


lutut yang lebih berat. Alasannya adalah bahwa, dalam kasus yang berat, OA lutut
lebih simtomatik dan seringkali membutuhkan perhatian khusus dan
penatalaksanaan yang lebih agresif daripada kasus yang tidak terlalu berat.
Tujuannya adalah untuk menjelaskan dampak berbeda yang mungkin dimiliki
sindroma metabolik pada kasus OA lutut yang lebih berat. Selain itu, tidak seperti
studi oleh Yoshimura et al., kami melakukan stratifikasi jumlah komponen sindrom
metabolik dari 0 hingga 5, yang membantu mengidentifikasi hubungan dosis-
respons yang lebih rinci terhadap komponen sindrom metabolik. Bertentangan
dengan harapan kami, risiko OA lutut yang tertinggi ada pada pasien dengan 4
komponen sindrom metabolik, dibandingkan dengan 5 komponen. Berbagai faktor,
seperti kondisi medis umum, gaya hidup atau aktivitas individu, mungkin telah
memengaruhi temuan ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan
mekanisme yang tepat. Namun, dalam studi di atas, termasuk penelitian kami,
ukuran efek yang berbeda dari setiap komponen tidak dipertimbangkan. Hal ini
adalah keterbatasan pada analisa dosis-respon ini.

Pada pria, hubungan yang signifikan antara sindroma metabolik dan OA


lutut tidak pasti. Kehadiran sindrom metabolik tidak berkaitan terhadap
berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat. Sebagai tambahan, dalam analisis
dosis-respons, risiko OA lutut hanya meningkat pada pria dengan 5 komponen
sindrom metabolik. Karena OA lutut lebih sering terjadi pada wanita, yang lebih
rentan terhadap faktor risiko lain untuk OA lutut, dapat diasumsikan bahwa wanita
lebih rentan terhadap faktor risiko metabolik untuk berkembangnya OA lutut.
Namun, penelitian dasar lebih lanjut mengenai marker metabolik diperlukan untuk
mengkonfirmasi mekanisme dari respon yang berbeda pada pria dan wanita.

Pada analisis komponen, obesitas abdominal dan hipertensi umumnya


berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut dan OA lutut berat pada kedua jenis
kelamin. Obesitas adalah faktor risiko yang diketahui untuk OA. Obesitas
abdominal dapat memengaruhi berkembangnya OA lutut melalui gabungan efek
metabolik dari jaringan adiposa dan tekanan mekanis berat badan. Dalam penelitian
kami, hipertensi, selain obesitas abdominal, secara signifikan berkaitan dengan
peningkatan risiko OA lutut. Hubungan tersebut valid bahkan setelah disesuaikan
untuk obesitas abdominal. Terlebih, hubungan ini juga terdapat pada pria. Zhang et
al. melaporkan sejumlah gen atau sitokin proinflamasi interleukin-6 memainkan
peran penting pada hubungan antara hipertensi dan OA lutut. Yoshimura et al. juga
menjelaskan bahwa hipertensi berhubungan secara signifikan dengan terjadinya
OA lutut serta sebaliknya. Komponen sindrom metabolik lainnya, selain obesitas
abdominal dan hipertensi, menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap
berkembangnya OA lutut dalam beberapa model analisis. Namun setelah
menyesuaikan untuk semua faktor perancu dalam model 2, efeknya tidak
signifikan. Namun demikian, kewaspadaan diperlukan dalam menentukan efek
individual pada masing-masing komponen jika hanya berdasarkan hasil penelitian
saat ini, karena setiap komponen metabolisme berinteraksi dengan, dan biasanya
ada secara bersamaan dengan, komponen lainnya. Mempertimbangkan hubungan
dosis-respon untuk komponen sindrom metabolik, setiap faktor memiliki efek
terhadap perkembangan OA lutut dengan beberapa interaksi dan efek akumulatif.
Kekuatan dan keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa kekuatan. Pertama, tidak hanya


menyelidiki hubungan antara keberadaan sindrom metabolik dan berkembangnya
OA lutut, tetapi juga mengevaluasi hubungan dosis-respons dengan
mempertimbangkan jumlah komponen sindrom metabolik. Selain itu, penelitian ini
menilai efek individual dari masing-masing komponen sindrom metabolik.
Analisa-analisa ini mengungkapkan bahwa beberapa komponen mungkin lebih
berkaitan dengan perkembangan OA lutut dibandingkan dengan komponen lainnya.
Kedua, studi saat ini mengevaluasi OA lutut secara obyektif, menggunakan
gambaran radiografi. Selain itu, penelitian ini membagi menjadi OA lutut dan OA
lutut berat, berdasarkan pada sistem grading KL. Karena itu, dimungkinkan untuk
membuat analisis yang lebih rinci. Ketiga, peserta dibagi dan dianalisis berdasarkan
jenis kelamin, dan perbedaan besar dikonfirmasi antara 2 kelompok tersebut.
Keempat, penelitian saat ini berdasarkan survey nasional representatif dengan
sampel berukuran. Dengan demikian dimungkinkan untuk mengurangi bias seleksi
dan hasilnya berlaku untuk populasi umum.

Penelitian saat ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian


berupa studi cross-sectional, dan dengan demikian tidak bisa membangun
hubungan sebab akibat (kausal) antara metabolisme sindrom dan OA lutut. Kedua,
berbagai faktor risiko yang mungkin mempengaruhi perkembangan OA lutut telah
disesuaikan, tetapi mungkin terdapat faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi
berkembangnya OA yang perlu disesuaikan. Ketiga, ada lebih sedikit pria dengan
OA dibandingkan wanita dengan OA, yang akan mengurangi kekuatan statistik
untuk menyelidiki hubungannya pada pria.
Kesimpulan

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan


sindroma metabolik berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut dan OA lutut
berat pada perempuan. Risiko OA lutut pada wanita meningkat seiring peningkatan
jumlah komponen sindrom metabolik. Namun, temuan ini tidak pasti pada pria.
Hipertensi dan obesitas abdominal secara signifikan berkaitan dengan
berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat pada wanita. Pada pria, obesitas
abdominal dan hipertensi secara signifikan meningkatkan risiko OA lutut, tetapi
hanya obesitas abdominal yang meningkat risiko OA lutut berat. Diperlukan studi
lebih lanjut untuk menentukan mekanisme pasti bagaimana Sindroma metabolik
berpengaruh terhadap timbulnya OA lutut.
TELAAH KRITIS JURNAL (PICO)

PATIENT OF PROBLEM

1. Menyelidiki efek sindrom metabolik terhadap timbulnya osteoartritis


lutut
2. Melihat apakah sindroma metabolik mempengaruhi berkembangnya
osteoartritis lutut dan osteoartritis lutut berat pada laki-laki dan perempuan
3. Dampak sindrom metabolik terhadap osteoartritis lutut. Pemeriksaan
osteoartritis lutut yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti harus
dipertimbangkan pada pasien yang mengeluh nyeri lutut dalam kasus pasien
dengan sindrom metabolik. Selain itu, terapi pada komponen sindrom
metabolik harus ditekankan untuk meningkatkan kualitas hidup

INTERVENTION

1. Foto rontgen lutut diambil sesuai dengan protokol standar, dengan film
berpusat 1 cm di bawah puncak patela baik pada foto anterior-posterior
maupun lateral. Dua ahli radiologi melakukan evaluasi secara individual,
menggunakan sistem grading Kellgren-Lawrence (KL)
2. berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang diukur menggunakan
protokol standar. Indeks massa tubuh (BMI) dihitung (kg / m2). Obesitas
didefinisikan sebagai BMI ≥ 25 kg / m2, sesuai dengan kriteria wilayah
Asia-Pasifik.

COMPARE

Perbandingan dengan penelitian sebelumnya :

1. Yusuf et al. melaporkan bahwa kelebihan berat badan berkaitan dengan


peningkatan risiko OA pada sendi yang tidak menahan beban pada tangan.
Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 meningkatkan
risiko OA, setelah dilakukan penyesuaian untuk berat badan
2. Hasil penelitian saat ini pada populasi representatif nasional juga
mendukung hubungan antara sindrom metabolik dan OA pada wanita.
3. Studi oleh Yoshimura et al. yang menunjukkan hasil serupa, 3 atau lebih
komponen sindrom metabolik pada pria, dan 2 atau lebih komponen
sindroma metabolik pada wanita berkaitan dengan peningkatan risiko OA
lutut. Namun demikian, faktanya hasil penelitian serupa pada pria dan
wanita berbeda dengan hasil penelitian kami, yang menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan pada pria. Perbedaan antara kedua penelitian
mungkin dikarenakan populasi penelitian dan kriteria diagnostik yang
berbeda untuk OA lutut.
4. Zhang et al. melaporkan sejumlah gen atau sitokin proinflamasi interleukin-
6 memainkan peran penting pada hubungan antara hipertensi dan OA lutut.
Yoshimura et al. juga menjelaskan bahwa hipertensi berhubungan secara
signifikan dengan terjadinya OA lutut serta sebaliknya.

OUTCOME

1. OA lutut dinilai menggunakan pemeriksaan radiografi. Foto rontgen polol


lutut Anterior-posterior dan lateral diambil secara rutin pada sampel
representatif dari peserta KNHANES menggunakan DigiRAD-PG (Sitec
Medical Co., Seoul, Korea Selatan).
2. Foto rontgen lutut diambil sesuai dengan protokol standar, dengan film
berpusat 1 cm di bawah puncak patela baik pada foto anterior-posterior
maupun lateral. Dua ahli radiologi melakukan evaluasi secara individual,
menggunakan sistem grading Kellgren-Lawrence (KL)
3. Peserta dengan grade KL ≥2 didefinisikan mengalamii OA lutut, dan peserta
dengan grade KL ≥3 didefinisikan mengalamii OA lutut berat. Jika kedua
ahli radiologi menetapkan grade KL yang berbeda dalam kasus yang sama,
ahli radiologi saling memberikan pendapat untuk mencapai mufakat.
Koefisien kappa untuk reliabilitas antar penilai adalah 0,6522, menunjukkan
realibilitas menengah.
VIA

VALIDITY

Kualitas Data

- Penelitian ini disetujui oleh Institutional Review Board (IRB) rumah sakit
kami (IRB No. 2016-1354).

Sampel Penelitian

- 25.534 subjek (11.616 pria, 13.918 wanita), dan 10.152 subjek berusia 50
tahun atau diatasnya. Dari sekumpulan subjek ini, mereka yang memiliki
data lengkap berupa komponen sindrom metabolik, foto polos lutut , tinggi
badan, berat badan, tingkat aktivitas fisik (PA), merokok, konsumsi alkohol,
dan status pendidikan.

Metode Penelitian

- Data yang dikumpulkan diberikan kode, diedit, dan dimasukkan ke dalam


komputer serta dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik, Semua
analisis statistik dilakukan menggunakan SAS, versi 9.4 (SAS Institute,
Cary, NC, USA).

Analisis Data

- Analisis regresi logistik univariat dan multivariat dilakukan untuk


mengidentifikasi hubungan antara sindrom metabolik dan OA lutut atau OA
lutut berat.
- Model 1 disesuaikan untuk kelompok umur, yang memiliki efek paling pasti
terhadap timbulnya OA. Model 2 adalah merupakan model yang
disesuaikan untuk faktor lingkungan tambahan; kelompok umur,
pendidikan, merokok, konsumsi alkohol, dan PA
- Hasilnya disajikan sebagai mean dengan confidence interval 95% (95% CI).
Odds ratio (OR) dihitung dengan nilai p koresponding <0,05 dianggap
sebagai signifikan

IMPORTANT

Hasil penelitian ini penting karena memberi informasi tentang faktor risiko dari
sindrom metabolic yang dapat menimbulkan factor risiko penderita osteoarthritis
lutut.

APPLICABILITY

Informasi dari jurnal ini dapat digunakan untuk penderita hipertensi, dislipidemia,
obesitas abdominal, dan resistensi insulin untuk meminimalisir timbulnya
osteoarthritis lutut dan menjauhi faktor resikonya. Penelitian ini bisa dilakukan di
RSUD Raden Mattaher untuk mengetahui faktor resiko dari sindrom metabolic
terhadap risiko timbulnya osteoarthritis lutut.

Anda mungkin juga menyukai