Abstrak
Subjek: Data diperoleh dari Survey Pemeriksaan Kesehatan dan Nutrisi Nasional
Korea Tahun 2010-2012.
Metode: Subjek yang berusia 50 tahun atau lebih diikut sertakan. Osteoartritis lutut
(≥ grade 2 Kellgren-Lawrence) dan osteoartritis lutut berat (≥ grade 3 Kellgren-
Lawrence) dinilaii berdasarkan temuan radiologis. Riwayat kesehatan dan data
demografis diperoleh dari hasil survey. Analisis regresi multivariat dilakukan untuk
menyelidiki hubungan antara osteoartritis lutut dan sindrom metabolik, serta jumlah
komponen pada sindrom metabolik untuk mengevaluasi hubungan dosis-respons.
Analisa disesuaikan berdasarkan kelompok usia (model 1) atau berdasarkan
kelompok usia, tingkat pendidikan, merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik
(model 2).
Hasil: Sebanyak 8.491 subjek (3.684 pria dan 4.807 wanita) dilibatkan dalam
penelitian ini. Pada wanita, sindrom metabolik meningkatkan risiko osteoartritis
lutut (odds ratio (OR) = 1,644, p <0,001; dan OR = 1,608, p <0,001; masing-
masing; untuk model 1 dan 2) dan osteoartritis lutut berat (OR = 1,593, p <0,001;
dan OR = 1,559, p <0,001; masing-masing; untuk model 1 dan 2). Namun, pada
pria, osteoartritis lutut dan osteoartritis lutut berat tidak berhubungan dengan
sindrom metabolik. Karena jumlah komponen sindrom metabolik meningkat,
osteoartritis lutut dan osteoartritis lutut berat umumnya meningkat pada wanita,
tetapi tidak pada pria.
Osteoartritis lutut adalah kelainan umum pada usia lanjut dan diketahui
berhubungan dengan berbagai kondisi medis. Sindrom metabolik adalah
sekelompok kondisi yang meliputi hipertensi, dislipidemia, obesitas abdominal,
dan resistensi insulin, dengan prevalensi yang meningkat dengan cepat. Tujuan dari
penelitian kami adalah untuk menyelidiki efek sindrom metabolik terhadap
timbulnya osteoartritis lutut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sindroma
metabolik mempengaruhi berkembangnya osteoartritis lutut dan osteoartritis lutut
berat pada wanita. Selain itu, jumlah komponen sindrom metabolik menunjukkan
efek aditif terhadap timbulnya osteoartritis lutut. Namun, hubungan ini belum
dipastikan pada pria. Melalui penelitian kami, kami dapat menghubungkan dampak
sindrom metabolik terhadap osteoartritis lutut. Pemeriksaan osteoartritis lutut yang
dilakukan dengan hati-hati dan teliti harus dipertimbangkan pada pasien yang
mengeluh nyeri lutut dalam kasus pasien dengan sindrom metabolik. Selain itu,
terapi pada komponen sindrom metabolik harus ditekankan, dalam kasus tersebut.
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
hubungan antara sindrom metabolik dengan timbulnya OA lutut, berdasarkan
survey nasional. Selain itu, penelitian ini berusaha mengidentifikasi hubungan
antara sejumlah komponen sindrom metabolik dan timbulnya OA lutut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari The Fifth Korea National
Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES). Survey ini dilakukan pada
tahun 2010 hingga 2012 oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.
KNHANES adalah survei nasional yang representatif. Peserta dipilih menggunakan
metode multi-stage clustered dan stratified random-sampling. Metode pengambilan
sampel mempertimbangkan tempat tinggal, jenis kelamin, dan kelompok umur
berdasarkan Data Sensus Nasional. KNHANES yang ke 5 dilaksanakan terhadap
25.534 subjek (11.616 pria, 13.918 wanita), dan 10.152 subjek berusia 50 tahun
atau diatasnya. Dari sekumpulan subjek ini, mereka yang memiliki data lengkap
berupa komponen sindrom metabolik, foto polos lutut , tinggi badan, berat badan,
tingkat aktivitas fisik (PA), merokok, konsumsi alkohol, dan status pendidikan
dipilih. Semua subyek mendapatkan inform consent. Penelitian ini disetujui oleh
Institutional Review Board (IRB) rumah sakit kami (IRB No. 2016-1354).
Paparan
Nilai cut-off yang diterapkan untuk kriteria obesitas abdominal pada orang
dewasa Korea sesuai yang diajukan oleh The Korean Society for the Study of
Obesity. Kriteria untuk hiperglikemia diadopsi dari American Diabetes Association
Guideline.
Outcome
Pada survey awal, berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang diukur
menggunakan protokol standar. Indeks massa tubuh (BMI) dihitung (kg / m2).
Obesitas didefinisikan sebagai BMI ≥ 25 kg / m2, sesuai dengan kriteria wilayah
Asia-Pasifik.
Hasil
Sebanyak 8.491 subjek (3.684 pria dan 4.807 wanita) diinklusikan, dan 1.661
subjek dieksklusikan di antara subjek yang berusia ≥50 tahun. Prevalensi
keseluruhan OA lutut adalah 35,2% ( n = 2.991). Di antara subyek dengan OA lutut,
59,8% ( n = 1.790) memiliki OA lutut berat. Karakteristik klinis berdasarkan ada
atau tidakya OA lutut ditunjukkan pada Tabel I. Prevalensi OA lutut adalah 24,4%
( n = 899) pada pria dan 43,5% ( n = 2.092) pada wanita. Prevalensi OA lutut berat
di antara subyek dengan OA lutut adalah 42,7% ( n = 384) pada pria dan 67,2% ( n
= 1.406) pada wanita. Dibandingkan dengan subyek yang tidak memiliki lutut, OA
(pria, 37,8%, wanita, 33,2%) lebih banyak subyek OA lutut didiagnosis dengan
sindrom metabolik, terutama pada wanita (pria, 40,6%, wanita, 52,7%). Jumlah
rata-rata komponen sindrom metabolik juga lebih tinggi pada wanita dengan OA
lutut.
Tabel I. Demografis partisipan
Tabel II. Odds Ratio untuk berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat pada
pasien sindrom metabolik
Tabel III. Odds Ratio untuk berkembangnya OA lutut dan OA lutut berat
tergantung pada komponen sindroma metabolik
Prevalensi OA lutut dan OA lutut berat lebih tinggi pada wanita dengan
sindrom metabolik dibandingkan pada pria. Hal ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya yang melaporkan hubungan antara komponen sindrom metabolik
dengan berkembangnya OA lutut. Dalam sebuah penelitian oleh Engström et al.
pada populasi Barat, Hasilnya menunjukkan bahwa setelah menyesuaikan usia,
jenis kelamin, merokok, aktivitas fisik, dan protein C-reaktif, kehadiran sindrom
metabolik berkaitan dengan peningkatan risiko OA lutut yang signifikan. Sebuah
penelitian menggunakan data nasional melaporkan bahwa sindrom metabolik dan
berkembangnya OA lutut tidak memiliki hubungan setelah disesuaikan untuk faktor
perancu, seperti usia dan faktor sosiografis seperti olahraga, asupan alkohol dan
merokok. Bagaimanapun, hal ini kemungkinan dikarenakan bahwa diagnosis OA
lutut dilakukan dalam kasus pelaporan mandiri. Penelitian saat ini menggunakan
gambaran radiologis untuk mendiagnosis OA lutut secara lebih akurat. Pada
keberaadaan sindrom metabolik, efek mekanis berat badan yang tinggi dapat
mempengaruhi berkembangnya OA lutut. Baru-baru ini, bagaimanapun, telah
ditekankan pada efek metabolik dari sindrom metabolik. Yusuf et al. melaporkan
bahwa kelebihan berat badan berkaitan dengan peningkatan risiko OA pada sendi
yang tidak menahan beban pada tangan. Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa
diabetes tipe 2 meningkatkan risiko OA, setelah dilakukan penyesuaian untuk berat
badan. Hasil penelitian saat ini pada populasi representatif nasional juga
mendukung hubungan antara sindrom metabolik dan OA pada wanita.
Untuk menentukan hubungan dosis-respons pada efek metabolik, kami
menganalisa hubungan antara jumlah komponen sindrom metabolik terhadap
berkembangnya OA lutut atau OA lutut berat. Pada wanita, risiko OA lutut dan OA
lutut berat cenderung meningkat seiring peningkatan jumlah komponen sindrom
metabolik komponen. Dalam sebuah studi oleh Yoshimura et al. yang menunjukkan
hasil serupa, 3 atau lebih komponen sindrom metabolik pada pria, dan 2 atau lebih
komponen sindroma metabolik pada wanita berkaitan dengan peningkatan risiko
OA lutut. Namun demikian, faktanya hasil penelitian serupa pada pria dan wanita
berbeda dengan hasil penelitian kami, yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan pada pria. Perbedaan antara kedua penelitian mungkin dikarenakan
populasi penelitian dan kriteria diagnostik yang berbeda untuk OA lutut.
PATIENT OF PROBLEM
INTERVENTION
1. Foto rontgen lutut diambil sesuai dengan protokol standar, dengan film
berpusat 1 cm di bawah puncak patela baik pada foto anterior-posterior
maupun lateral. Dua ahli radiologi melakukan evaluasi secara individual,
menggunakan sistem grading Kellgren-Lawrence (KL)
2. berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang diukur menggunakan
protokol standar. Indeks massa tubuh (BMI) dihitung (kg / m2). Obesitas
didefinisikan sebagai BMI ≥ 25 kg / m2, sesuai dengan kriteria wilayah
Asia-Pasifik.
COMPARE
OUTCOME
VALIDITY
Kualitas Data
- Penelitian ini disetujui oleh Institutional Review Board (IRB) rumah sakit
kami (IRB No. 2016-1354).
Sampel Penelitian
- 25.534 subjek (11.616 pria, 13.918 wanita), dan 10.152 subjek berusia 50
tahun atau diatasnya. Dari sekumpulan subjek ini, mereka yang memiliki
data lengkap berupa komponen sindrom metabolik, foto polos lutut , tinggi
badan, berat badan, tingkat aktivitas fisik (PA), merokok, konsumsi alkohol,
dan status pendidikan.
Metode Penelitian
Analisis Data
IMPORTANT
Hasil penelitian ini penting karena memberi informasi tentang faktor risiko dari
sindrom metabolic yang dapat menimbulkan factor risiko penderita osteoarthritis
lutut.
APPLICABILITY
Informasi dari jurnal ini dapat digunakan untuk penderita hipertensi, dislipidemia,
obesitas abdominal, dan resistensi insulin untuk meminimalisir timbulnya
osteoarthritis lutut dan menjauhi faktor resikonya. Penelitian ini bisa dilakukan di
RSUD Raden Mattaher untuk mengetahui faktor resiko dari sindrom metabolic
terhadap risiko timbulnya osteoarthritis lutut.