Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 11, Nomor 2, Desember 2010, hlm.254-265

STIMULUS EKSPOR TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN-PERUSAHAAN BATIK

Darmansyah 1 dan Daryono Soebagyo 2


1 Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu

Jalan Raya Kandang Limun- Bengkulu 38371 Sumatera, Indonesia


2 Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jalan A.Yani, Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102, Indonesia Telepon +62-271-717417
psw.229 E-mail: dsoebagyo@yahoo.com

Diterima 20 September 2010 /Disetujui 5 Nopember 2010

Abstract: This study analyzes batik export performance in ex Karesidenan Surakarta. The
Researcher links the export stimulus and toward export strategy and also to the impact of ex-
port stimulus, and export strategy on export performance. The purpose of this study is to ex-
plain the relationship between export stimulus and toward the export strategy. This study is
also aiming at explaining about the relation of the export stimulus, and export strategy toward
export performance of Batik Company. The location of this study was in Ex Karesidenan of
Surakarta. The total samples of this research were 108 companies but only 104 companies which
could be investigated. The significant finding of this study is that the aid of market in-formation
from domestic/local government and importer and their political stability (environ-mental
aspect) will improve the export performance. The strong willingness of the company managers
to explore the existing resources owned by the companies will support the export performance
(impulse factor).
Keywords: export stimulus, export strategy, export performance

Abstrak: Penelitian ini menganalisis pencapaian ekspor batik di Eks Karesidenan Surakarta.
Peneliti mengaitkan antara stimulus ekspor dengan strategi ekspor serta melihat dampak
stimulus ekspor, dan strategi ekspor terhadap pencapaian ekspor. Lokasi penelitian ini adalah
kabupaten/kota di eks kresidenan Surakarta dengan sampel sebanyak 108 perusahaan dan yang
bisa diolah 104.Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa bantuan informasi pasar
dari pemerintah domestik maupun negara importir serta kestabilan politik domestik maupun
negara importir akan membantu peningkatan pencapaian ekspor. Juga keinginan yang kuat dari
pimpinan perusahaan untuk selalu memanfaatkan sumber daya yang di-milikinya ke arah
ekspor bisa mendorong pencapaian ekspor (impulse factor).
Kata kunci: stimulus ekspor, strategi ekspor, pencapaian ekspor

PENDAHULUAN persen dibanding tahun 2006 sebesar US$24,4


juta. Nilai tersebut merupakan 36,46 persen dari
total ekspor batik Indonesia tahun 2007. Nilai
Industri batik merupakan salah satu dari 14
ekspor 2007 tersebut, telah mengalami pening-
kelompok klasifikasi industri kreatif di Indone-
katan sekitar 20 persen dibanding tahun 2006
sia sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang
yang mencapai sekitar US$25 juta. Sedangkan,
dikenal di mancanegara (Deperindag, 2007).
dari total nilai ekspor yang disumbangkan
Pemerintah akan terus memfasilitasi perajin
Jateng tersebut, 40 persen di antaranya berasal
batik untuk mengembangkan merek dan men-
dari Solo.
daftarkan paten. Ekspor batik Jawa Tengah ta-
Berdasarkan hasil pengumpulan data eks-
hun 2007 sebesar US$29,3 juta atau naik 20,24
por batik di tujuh Kota/Kabupaten di Eks Kare- plagiasi dari negara-negara tujuan ekspor. Mi-
sidenan Surakarta menurut komoditi selama salnya Cina yang dikenal dalam memplagiat
tiga tahun terakhir terlihat bahwa batik dan ba- produk ekspor negara lain dan memproduksi
tik garment dipisahkan dari komoditi ekspor secara massal. Apalagi setelah disetujuinya
untuk tekstil dan produk tekstil. Selama tahun penerapan perjanjian perdagangan bebas (Free
2006–2008 ekspor batik dan batik garmen me- Trade Area/FTA) Indonesia dengan Cina diper-
ngalami fluktuasi naik turun, demikian pula kirakan dapat menghancurkan industri nasio-
dengan jumlah komoditi yang diekspor juga nal dan memunculkan PHK besar-besaran
mengalami perubahan dari tahun ke tahun se- (Ketua GKBI, kompas.com). Awal tahun 2010
perti yang terlihat pada Tabel 1. diberitakan sebanyak 271 perusahan iindustri
Dari Tabel 1 tampak bahwa ekspor batik tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri
dan batik garmen tahun 2006 sampai 2008 me- tutup selama tiga tahun terakir. Hal ini terjadi
ngalami fluktuasi signifikan. Tahun 2006 sam- pasca penurunan bea masuk (BM) untuk se-
pai tahun 2007, ekspor batik dan batik garmen jumlah produk impor termasuk TPT. Asosiasi
yang berasal dari 7 Kabupaten/Kota yang ada Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan,
di Eks Karesidenan Surakarta mengalami penu- tren deindustrialisasi tektil ini akan terus ter-
runan maupun kenaikan, seperti Kabupaten jadi, terlebih bila perdagangan bebas ASEAN
Sragen, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten dan Cina (ACFTA) tidak ditunda (Republika,
Sukoharjo mengalami penurunan jumlah eks- 2010). Mengingat tantangan ekspor batik ke
por, sedangkan untuk Kota Surakarta, Kabu- depan makin besar maka para pengusaha harus
paten Karanganyar, Kabupaten Boyolali dan menyiapkan diri untuk menghadapi pasar be-
Kabupaten Klaten terjadi kenaikan signifikan. bas dengan sejumlah langkah.
Pada tahun 2007-2008 terjadi fluktuasi ekspor Pada ACFTA perdagangan bebas dengan
batik dan batik garmen dari 7 Kabupaten/Kota Cina adalah yang paling mengkhawatirkan
yang ada di Eks Karesidenan Surakarta, 5 Ka- lantaran produksi batik printing Cina dapat
bupaten/Kota mengalami kenaikan ekspor, dan mengancam pelaku usaha kecil dan menengah
hanya 2 Kabupaten yang mengalami penurun- (UKM) batik khususnya batik printing. Seperti
an, yaitu Kabupaten Karanganyar dan Kabu- yang dinyatakan secara khusus tentang pro-
paten Klaten yang sebelumnya pada tahun duksi batik di Solo oleh Alpha (2010), batik
2006-2007 mengalami kenaikan. printing Solo menguasai 60 persen hingga 70
Adanya pengakuan dari UNESCO, tentang persen dari total produksi batik. Ia juga me-
batik sebagai salah satu warisan dunia, memba- ngatakan, walaupun batik printing Cina dengan
wa semangat baru, dan memberikan efek psiko- batik printing Solo sudah memiliki pangsa pasar
logis yang baik. Berdampak terhadap pangsa sendiri-sendiri tetapi nanti dapat menyerang
penjualan menjadi meningkat, produksi tum- motif-motif yang umumnya diproduksi para
buh. Sungguhpun demikian, Ekspor batik Indo- UKM di samping motif-motif seragam.
nesia sejak lama telah menghadapi tantangan Sedangkan studi penelitian yang dilakukan

Tabel 1. Realisasi Ekspor Komoditi Batik dan Batik Garmen di Eks Karesidenan Surakarta
Tahun 2006 – 2008
Kabupaten/ Volume (kg) Nilai (dollar)
Kota 2006 2007 2008 2006 2007 2008
Surakarta 140.649,42 386.927,33 401.228,73 2.498.539,51 2.826.539,63 4.887.483,85
Karanganyar 56.743,11 61.735,54 60.736,36 538.942,84 554.647,34 561.243,77
Sragen 94.568,28 92.749,21 96.321,89 983.435,38 1.283.396,58 1.184.748,48
Wonogiri 46.287,76 38.356,99 39.518,41 482.385,90 392.664,23 431.947,82
Sukoharjo 68.910,44 64.648,68 71.247,43 527.947,24 594.748,35 566.643,51
Klaten 90.321,63 94.993,24 86.936,47 836.495,54 932.312,84 719.640,22
Boyolali 83.845,81 86.351,32 91.498,76 927.280,26 934.739,93 968.995,27
Sumber: Disperindag Kota Surakarta

Stimulus Ekspor terhadap Kinerja Perusahaan (Darmansyah dan Daryono) 255


Nazar dan Saleem (2009) menyatakan bahwa batik keluar negeri dan pada saat penelitian
adanya model pencapaian ekspor bisa mem- berlangsung masih melakukan kegiatan ekspor.
bantu perusahaan untuk meningkatkan ekspor Berdasarkan gambaran target dan karak-
melalui Karakteristik manajemen, kemampuan teristik populasi tersebut, maka teknik pengam-
strategi pemasaran ekspor, karakteristik per- bilan sampel yang digunakan untuk pemilihan
usahaan yang berpengaruh positif terhadap sampel yang representatif adalah dengan me-
pencapaian ekspor. Kajian Patel-D’Souza (2009) ngelompokkan ke tujuh wilayah kota/kabupa-
menyatakan bahwa inovasi tidak berpengaruh ten produsen batik kedalam gugus sederhana
signifikan terhadap pencapaian ekspor. (simple cluster sampling) dengan cara menggo-
Dari hasil beberapa kajian yang pernah di- longkan perusahaan-perusahaan yang meng-
lakukan tersebut, penelitian ini mencoba me- ekspor batik ke luar negeri ke dalam gugus-gu-
masukkan stimulus ekspor yang diharapkan gus yang disebut cluster dalam tujuh wilayah
dapat memperkuat pencapaian ekspor usaha pengekspor batik. Karena masing-masing per-
batik di eks. Keresidenan Surakarta, yang di- usahaan batik yang dijadikan sampel relatif
nyatakan: apakah stimulus ekspor berpengaruh homogen karena ciri karakteristiknya hampir
signifikan terhadap perusahaan batik di Eks. sama, yaitu perusahaan-perusahaan yang mem-
Karesidenan Surakarta? dan apakah stimulus produksi dan mengekspor batik secara lang-
ekspor berpengaruh terhadap pencapaian eks- sung ke luar negeri, maka pengambilan sampel
por perusahaan batik di Eks Karesidenan Sura- pada wilayah secara judgement sampling (Sam-
karta. Sedang tujuan penelitian ini adalah mem- pel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bah-
buktikan dan menganalisis: stimulus ekspor wa dia adalah pihak yang paling baik untuk
terhadap strategi ekspor yang digunakan oleh dijadikan sampel penelitiannya). Dari total 108
perusahaan batik di Eks. Karesidenan Sura- perusahaan yang melakukan ekspor, 4 perusa-
karta. Pengaruh stimulus ekspor terhadap pen- haan menolak untuk dijadikan sampel, berda-
capaian ekspor perusahaan batik di Eks Kare- sarkan pertimbangan tersebut maka sampel
sidenan Surakarta yang diambil sebanyak 96 persen atau sebanyak
Hasil studi ini diharapkan akan berman- 104 perusahaan. Hasil pengambilan sampel un-
faat bagi pemerintah, utamanya Pemerintah tuk ketujuh sub populasi kota/kabupaten di-
Kota/Kabupaten di Eks Karesidenan Surakarta tunjukkan seperti pada Tabel 2.
dalam rangka otonomi daerah serta mengiden-
tifikasi kelompok-kelompok pengrajin batik Tabel 2. Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
yang belum tersentuh kebijakan pemerintah Perusahaan Batik yang Mengekspor Batik
serta mendorong dan menstimulus industri ba-
tik untuk dapat terus berkembang menjadi in- No. Kota/Kabu- Jumlah Anggota Jumlah
dustri unggulan di Eks Karesidenan Surakarta. paten Populasi kota/ sampel
Kabupaten
(1) (2) (3) (4)
METODE PENELITIAN 1. Surakarta 25 24
2. Karanganyar 12 12
3. Sragen 19 18
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian 4. Wonogiri 9 8
explainatory yaitu menjelaskan pengaruh varia- 5. Sukoharjo 13 12
bel stimulus ekspor terhadap strategi ekspor 6. Klaten 14 14
dan pencapaian ekspor. Tempat penelitian 7. Boyolali 16 16
berada di wilayah sentra industri batik di tujuh Total Popu-
108 104
lasi
kabupaten kota sebagaimana tercantum dalam
Sumber: Disperindag, Kota Surakarta 2007
Tabel 2. Pemilihan tempat ini berdasarkan hasil
studi lapangan yang dilaksanakan bulan Juni-
Pengumpulan data dilakukan dengan pe-
Juli 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah
nyebaran daftar pertanyaan kepada responden
perusahaan batik yang berada di wilayah Eks
terpilih. Data yang dikumpulkan dari respon-
Karesidenan Surakarta yang melakukan ekspor
den merupakan data kerat lintang (cross-sec-

256 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
tion). Hasil proses pengolahan data ini diguna- Bantuan Pemerintah; (4) Stimulus eksternal reak-
kan untuk mengestimasi parameter dari varia- tif: Keringanan Tarif .
bel-variabel yang diteliti. Selain data cross-sec- Sedangkan Strategi pemasaran ekspor ada-
tion sebagai data primer, sumber lain untuk lah sarana yang memungkinkan seorang per-
pengumpulan data yang terkait dengan pene- usahaan merespon kekuatan pasar untuk me-
litian ini diperoleh dari beberapa instansi yang menuhi tujuannya, melalui semua aspek dari
menyediakan data sekunder, untuk melengkapi bauran pemasaran, termasuk, produk, harga,
data primer seperti: Dinas Perindustrian dan promosi, distribusi, dan pemasaran internasio-
Perdagangan, Kadin (Kamar Dagang dan In- nal, faktor kunci yang mempengaruhi strategi
dustri, Badan Pusat Statistik serta beberapa pemasaran yang meliputi keputusan untuk
website yang berkaitan dengan industri batik. standarisasi atau beradaptasi dengan kondisi
Skala pengukuran yang digunakan untuk pasar luar negeri (Cavusgil & Zou, 1994). Me-
mengukur item-item pertanyaan adalah skala nurut Cavusgil & Zou (1994) dan O’Cass &
Likert. Skala ini merupakan skala interval di- Julian (2003) variabel strategi ekspor diukur
gunakan untuk mengukur pertanyaan yang ada berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut
dalam daftar pertanyaan tentang tingkat perse- (1). Tingkat adaptasi: (a) Kemampuan adaptasi;
tujuan atau ketidaksetujuan dari beberapa indi- (b) Kemampuan menanggulangi hambatan
kator yang membentuk variabel laten. untuk adaptasi; (2). Tingkat standarisasi: (a) Ke-
Pada desain kuesioner diuraikan berbagai mampuan melakukan standarisasi, (b) pe-
indikator-indikator yang membentuk variabel ngalaman membantu perusahaan dalam stan-
laten serta item-item atau butir-butir pertanya- darisasi
an yang disusun dalam bentuk daftar perta- Pencapaian ekspor terdefinisi sebagai hasil
nyaan tertutup (close questionnaires). Kuesioner dari kegiatan suatu perusahaan di pasar ekspor.
terbagi menjadi dua bagian, pertama merupa- Menurut penelitian Nazar dan Saleem (2009)
kan pertanyaan yang menjaring data demogra- serta penelitian dari Oyeniyi (2009), indikator-
fis responden perusahaan. Sedang kuesioner indikator dalam membentuk variabel pencapai-
yang kedua, merupakan pertanyaan-pertanya- an ekspor batik adalah: (1) Perkembangan Pro-
an yang berkaitan dengan variabel penelitian. gram: (a) Kualitas hasil pekerjaan di pasar
Stimulus selalu terkait dengan motivasi, ekspor, (b) Ketepatan waktu dalam distribusi ke
karena motivasi dihasilkan dari suatu stimulus. pasar; (2) Perkembangan Keuntungan: (a) Biaya
Motivasi menggambarkan bagaimana perilaku Ekspor, (b) Keuntungan Ekspor, (c) Per-
yang ditimbulkan, diperkuat, didukung dan kembangan Pasar Ekspor, dan (d) Peningkatan
diarahkan serta dihentikan. Motivasi adalah Penjualan Ekspor
proses yang menentukan pilihan seseorang di- Semua indikator variabel dari stimulus
antara berbagai pilihan aktivitas (Fredon di- ekspor, strategi ekspor dan pencapaian ekspor
kutip dari Morgen 1997). Adapun stimulus eks- diukur dengan persepsi dari perusahaan batik
por diukur dari empat indikator sebagai beri- yang ada di Eks Karesidenan Surakarta yang
kut: (1) Stimulus internal proaktif: Pemanfaatan melakukan ekspor dengan menggunakan skala
kemampuan dan ketertarikan Manajer; (2) Stimulus likert lima tingkat, yaitu sangat tidak setuju=1,
internal reaktif: Pemanfaatan kapasitas produksi tidak setuju=2, netral=3, setuju=4, dan sangat
yang tersedia; (3) Stimulus eksternal proaktif: setuju=5.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Model Struktural


Koefisien
Hubungan Variabel C.R. P Kriteria
Jalur
Strategi_Ekspor <-- Stimulus ekspor 4,276 0,121 0,045 Sig.
Pencapaian_Ekspor <-- Stimulus ekspor 6,557 0,120 0,014 Sig.
Pencapaian_Ekspor <-- Strategi Ekspor 2,434 0,098 0,001 Sig.
Sumber: Hasil Perhitungan Data Menggunakan Amos 18

Stimulus Ekspor terhadap Kinerja Perusahaan (Darmansyah dan Daryono) 257


Tabel 4. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Stimulus Ekspor

Indikator Loading P Mean


Factor
Pemanfaatan kemampuan dan ketertarikan Manajer 0,996 Fix 4,07
Pemanfaatan kapasitas produk yang masih tersedia 0,311 <0,001 4.07
Bantuan Pemerintah 0,135 <0,001 4,10
Keringanan Tarif 0,063 0,007 3,85

Tabel 5. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Strategi Ekspor


Indikator Loading P Mean
Factor
Keunikan produk 0,260 <0,001 4,06
Adaptasi desain produk 0,914 Fix 3,92
Kemampuan melakukan standarisasi dan bauran 3,85
0,208 <0,001
pemasaran
pengalaman internasional 0,375 <0,001 4,02

Uji Validitas dan Reliabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji ini dilakukan untuk menganalisa konsis-
tensi internal dari seluruh item yang digunakan Deskripsi Batik di Eks Karesidenan
dalam pengukuran variabel. Konsistensi inter- Surakarta
nal akan memberikan indikasi adanya ke- Batik di Eks Karesidenan Surakarta ini lebih
samaan item dalam mengukur konstruk yang sering disebut sebagai batik pedalaman, seperti
tidak dapat diukur secara langsung (unob- di Yogyakarta dan Surakarta. Batik di wilayah
served). ini mayoritas memiliki pola simetris, motif be-
Reliabilitas skala pengukuran adalah se- sar, mengangkat tema kehidupan masyarakat
jauh mana suatu skala dapat memberikan hasil darat (hutan, hasil bumi, dan agraria) serta
yang konsisten apabila pengukuran dengan simbol-simbol kerajaan. Pemilihan warnanya
skala tersebut dilakukan pengulangan adalah nuansa alam, seperti coklat (sogan) yang
(Malhotra, 1999:281). Dengan kata lain, menggambarkan kebersahajaan dan membumi.
reliabilitas adalah seberapa besar hasil Hal tersebut selaras dengan kehidupan sosial,
pengukuran yang diper-oleh melalui skala budaya, lingkungan Yogyakarta dan Surakarta
tertentu tidak terdapat kesa-lahan. sebagai lingkup kraton dengan karakter halus
Untuk menjawab permasalahan dalam pe- dan pelan (Djoemena, 1990).
nelitian ini, serta menguji model yang diajukan Batik-batik gaya Surakarta secara umum
maka teknik analisis yang digunakan adalah mulai merajai ke berbagai pelosok tanah air.
model persamaan struktural (structural equation Diantaranya ragam hias Sawat, Slobog, Sido
modeling) yang selanjutnya disebut SEM. Seba- Mukti, Sido Luhur, Ratu Ratih, Truntum, Satrio
gai salah satu teknik analisis multivariat, SEM Manah, Pamiluto. Sementara untuk motif batik
memungkinkan dilakukannya analisis terhadap dalem kraton sendiri terdapat di antaranya
serangkaian hubungan secara bersamaan hing- motif Semen Rama yang dibuat pada masa PB
ga memberikan efisiensi statistik (Hair et al., IV tahun 1787 sampai tahun 1816. Motif Indra-
1998). brata, Bayubrata, Agnibrata, Babon Angrem,
Semen Sida Raja, Naga Raja, Semen Candra,
Semen Prabu, Parang Kusuma, Wirasat dan
lain-lain.
Selanjutnya dalam Wilayah Eks Karesiden-

258 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
an Surakarta atau lebih dikenal dengan nama Kota Solo merupakan kota terbesar dari
Subosuka Wonosraten (Surakarta, Boyolali, Su- tujuh kota eks karesidenan Surakarta, dari kota
koharjo, Karanganyar, Wonogiri dan Klaten) Solo inilah muncul produsen batik besar yang
mencoba untuk membina para pengrajin batik lebih modern, yang menghantam industri batik
dengan membentuk sentra pengarjin batik tulis. Awal tahun 1970, perusahaan ini mena-
dalam wadah Usaha Mikro Kecil dan Mene- namkan modal sebesar Rp300 juta untuk pabrik
ngah (UMKM) Subosuka Wonosraten. Wadah tekstil batiknya, dan hanya dalam kurun waktu
inilah yang membantu para pengrajin atau dua tahun berhasil menjual 100 juta yard per
industri batik di wilayah eks. Karesidenan Su- tahunnya. Dampak ekspansi jenis perusahaan
rakarta untuk menjual (ekspor) batik ke luar ini benar-benar memukul keberadaan industri
negeri. batik tulis, sehingga pada akhir dekade 1970-an,
pengrajin batik yang semula menyemarakkan
Gambaran Umum Perusahaan Batik di Eks kegiatan rumah tangga di Laweyan Surakarta
Karesidenan Surakarta dan sekitarnya dan beberapa kota lain menjadi
Industri batik merupakan unsur penting dalam lumpuh.
aktivitas ekonomi di wilayah Eks Karesidenan Sejarah perkembangan industri batik di
Surakarta. Mula-mula pembuatan batik hanya Kabupaten Karanganyar mengalami perkem-
merupakan industri rumah tangga. Pembuatan bangan pasang surut seperti halnya di Kota
batik dilaksanakan oleh putri-putri keraton se- Solo. Sedangkan corak batik di Kabupaten Ka-
bagai pengisi waktu luang. Putri kraton mela- ranganyar, mengikuti corak-corak lukisan bina-
kukan pekerjaan membatik dengan cara menu- tang dan tanaman, lambat laun motif ini beralih
tup permukaan kain dengan lilin, sedang pro- pada motif abstrak yang menyerupai awan, re-
ses pewarnaan dan finishing dilakukan oleh abdi lief candi, wayang beber, dan sebagainya. Se-
dalem. Keterampilan membatik yang dimiliki lanjutnya melalui penggabungan corak lukisan
oleh putri bangsawan dan para abdi dalem ke- dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni ba-
mudian melahirkan potensi ekonomi yang tik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
mengubah sifat batik dari ekspresi seni menjadi Sentra produksi batik di Kabupaten Karang-
sumber ekonomi masyarakat. Terjadinya peru- anyar dijumpai di Kecamatan Matesih, Jaten,
bahan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan Gondangrejo dan Karanganyar. Jumlah pro-
duksi batik sebanyak 25.028 kodi/tahun. Dari
akan batik yang melambung tinggi, menyebab-
sisi permintaan, peluang usaha di bidang in-
kan industri rumah tangga ini berkembang
dustri batik masih terbuka dan sangat mengun-
menjadi industri yang dikelola oleh para pe-
tungkan.
ngusaha dan pedagang batik. Perkembangan
industri batik sangat dipengaruhi oleh peru- Batik merupakan salah satu kerajinan tra-
bahan politik dan ekonomi. Intervensi politik disional yang menjadi produk unggulan Kabu-
dan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah paten Sragen. Kabupaten Sragen hingga kini
Belanda yang semakin intensif pada abad ke-19 memiliki sebanyak 4.542 unit usaha batik tulis
telah mengakibatkan kondisi ekonomi rakyat dengan jumlah perajin batik 12.353 orang, 44
semakin buruk. Di kalangan kaum bangsawan, fasilitas show room dan 2 art gallery yang seba-
kesulitan ekonomi dan besarnya pengeluaran gian besar tersebar di Desa Kliwonan, Pilang
mengakibatkan warga istana Surakarta terlibat dan Sidodadi yang terletak di Kecamatan Ma-
hutang dalam jumlah sangat banyak. Peralihan saran. Khusus untuk Kecamatan Masaran ada
dari karya seni menjadi bentuk industri me- 2.567 unit usaha batik yang mampu menyerap
tenaga kerja 7.233 orang. Perajin batik Sragen
ngakibatkan batik mengalami banyak perubah-
setiap bulan mampu memproduksi sebanyak
an dan perkembangan. Perempuan menjadi
1.201.500 potong bahan batik untuk konsumsi
sumberdaya ekonomi yang sangat berarti dalam
pasar domestik seperti Pulau Jawa dan luar
industri dan perdagangan batik. Setelah batik
Pulau Jawa. Sebagian pembatik lainnya ber-
berkembang menjadi hasil industri yang
domisili di desa Gedongan, Jabung Kecamatan
diperdagangkan, batik menjadi sumber penghi-
Plupuh dan Kecamatan Kalijambe. Adapun in-
dupan bagi masyarakat.

Stimulus Ekspor terhadap Kinerja Perusahaan (Darmansyah dan Daryono) 259


dustri besar batik di Sragen mencapai 82 unit duksi batik di Klaten terdapat di desa Sekarsuli
dengan kapasitas produksi mencapai lebih dari Kecamatan Klaten Utara, dan desa Tempursari
69.000 kodi/tahun. Tenaga kerja yang terserap Kecamatan Ngawen.
tiap tahun sebanyak 2.079 orang dengan nilai Untuk perkembangan industri batik di Ka-
produksi lebih dari Rp22,23 miliar per bulan. bupaten Boyolali banyak terdapat perindus-
Produksi batik Sragen meliputi batik tulis, cap, trian yang bergerak dalam bidang textil, antara
dan printing dengan berbagai ragam produk lain PT. Sariwarna, PT. Safaritex, PT. Bupatex.
seperti Sarimbit, Sarung Selendang, jarik, ke- Industri-industri ini sebagai penyangga dan
meja, dan blus. Industri batik membuka pe- pemasok utama kain-kain yang akan dijadikan
luang besar untuk penanaman modal dalam hal batik di wilayah Jawa Tengah, khususnya Eks
pengadaan bahan baku, pengembangan pro- Karesidenan Surakarta.
duksi, pelatihan dan keterampilan, serta pro-
mosi dan pemasaran. Stimulus Ekspor
Potensi industri batik di daerah Kabupaten Untuk dapat melihat nilai stimulus ekspor ada
Wonogiri terletak di daerah Tirtomoyo. Daerah empat indikator yang digunakan yaitu stimulus
ini merupakan daerah Kabupaten Wonogiri internal proaktif (pemanfaatan kemampuan dan
yang cukup subur dan memiliki industri batik preferensi manajer untuk ekspor) stimulus
tulis dan industri genteng di sekitar Sungai internal reaktif (pemanfaatan kapasitas produk-
Wiroko. Dua industri tersebut, mampu mengu- si yang belum digunakan, dan stimulus ekster-
rangi angka pengangguran. Untuk industri ru- nal proaktif (bantuan Pemerintah) serta stimu-
mah tangga, batik tulis Wonogiren menyerap
lus eksternal reaktif berupa keringanan tarif.
tenaga kerja mencapai 250 orang, sedangkan
industri genteng sekitar 200-an tenaga. Industri Pencapaian Ekspor
batik tulis, di daerah Ngarjosari hingga saat ini
masih dilestarikan karena turun temurun. Ada 6 indikator untuk menggambarkan 3 hal
Industri batik di Kabupaten Sukoharjo be- penting dalam pencapaian ekspor yaitu per-
rada di desa Kertonatan, yang merupakan satu kembangan program yang meliputi kualitas
dari 10 desa di Kecamatan Kartasura, Suko- hasil pekerjaan di pasar ekspor serta ketepatan
harjo, yang kini tengah giat membangun dan waktu dalam distribusi ke pasar dan perkem-
mengembangkan sektor industri kecil seperti, bangan keuntungan yang meliputi Biaya
konveksi dan perdagangan. Konveksi batik, Ekspor, Keuntungan Ekspor, Perkembangan
menjadi andalan Desa Kertonatan. Menurut Pasar Ekspor dan Peningkatan Penjualan eks-
salah seorang pedagang batik sekaligus pengu- por. Persepsi responden mengenai variabel
saha konveksi batik di Desa Kertonatan, usaha karakteristik lingkungan dapat dilihat pada
konveksi batik di Kertonatan sudah berkem- Tabel 3.
bang sejak puluhan tahun lalu ketika Pasar
Klewer, Solo mulai berdiri. Pada awalnya di Hasil Perhitungan Model Struktural
daerah itu hanya terdapat enam pengusaha Melalui pengamatan terhadap nilai CR identik
konveksi, namun saat ini sudah ada kurang le- dengan uji t dalam regresi, bahwa semua koe-
bih 20 pengusaha. Umumnya, batik setengah fisien path secara signifikan tidak sama dengan
jadi dari Pasar Klewer dikerjakan menjadi nol, oleh karena itu hipotesis nol regression
pakaian jadi pria, wanita, perlengkapan salat weight sama dengan nol dapat ditolak. Untuk
dan sebagainya. Selain bahan batik, industri menerima hipotesis alternatif masing-masing
konveksi di desa itu juga menggarap bahan su- hipotesis hubungan kausalitas disajikan dalam
tra. Bahkan, dengan adanya konveksi sutra model dapat diterima.
tersebut produk konveksi di Kertonatan men- Selanjutnya untuk evaluasi kriteria good-
jadi lebih dikenal. ness-of-fit model struktural menunjukkan bah-
Sentra produksi batik di Kabupaten Klaten wa model sesuai dengan data atau fit dengan
terletak di desa Dalangan Kelurahan Kalitengah data yang digunakan dalam penelitian.
Kecamatan Wedi. Selain tempat tersebut pro- Evaluasi kriteria kelayakan dari persamaan

260 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
struktural (SEM) menunjukkan bahwa model Strategi Ekspor
ini sesuai dengan data atau fit dengan data
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa keempat
dalam penelitian. Dari hasil perbandingan kri-
indikator tersebut signifikan membentuk varia-
teria goodness-of-fit dengan hasil perhitungan
bel Strategi Ekspor dan diperoleh bahwa indi-
persamaan struktural menunjukkan bahwa sig-
kator kedua yaitu adaptasi desain produk me-
nificance probability, CMIN/DF=1,762, GFI=
rupakan indikator dengan loading factor
0,955, AGFI=0,932, TLI=0,991, CFI=0,982 dan
tertinggi untuk strategi ekspor dengan nilai se-
RMSEA=0,025 terpenuhi, kriteria chi square ha-
besar 0,914. Berarti strategi ekspor banyak
nya memenuhi syarat secara marginal, namun
ditentukan oleh kemampuan desain produk
hal ini masih dapat diterima. Hasil perhitungan
perusahaan yang mampu menyesuaikan
ini dengan signifikansi perbedaan chi square=
keinginan pasar luar negeri.
94,999 dan probabilitas sebesar 0,083 membuk-
tikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
Pencapaian Ekspor
kedua kovarians yang diuji dan karena itu
mengkonfirmasi kesesuaian model. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa
Hasil perhitungan regresi dari model keenam indikator tersebut signifikan mem-
struktural menunjukkan nilai critical ratio lebih bentuk variabel Pencapaian Ekspor, di mana
besar dari 2,00. Dalam analisis regresi untuk indikator pertama yaitu Kualitas hasil peker-
model persamaan struktural (SEM) nilai critical jaan di pasar ekspor merupakan indikator cu-
ratio yang lebih besar dari 2,00 menunjukkan kup baik membentuk variabel Pencapaian
bahwa semua koefisien regresi secara signifikan ekspor dengan loading factor sebesar 0,988. Ber-
tidak sama dengan nol. arti pencapaian ekspor banyak ditentukan oleh
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kualitas produk di pasar ekspor.
semua jalur yang dianalisis menunjukkan ada-
nya causal relationship yang signifikan, terlihat Pengujian Hipotesis
dari besarnya koefisien jalur dengan nilai CR Hipotesis 1: Stimulus ekspor berpengaruh sig-
lebih besar dari 2.0 atau tingkat signifikansi uji nifikan terhadap strategi ekspor yang diguna-
hipotesis lebih kecil dari 5 persen (0,05). kan oleh perusahaan batik di Karesidenan
Surakarta. Hasil estimasi parameter variabel
Loading Factor-Stimulus Ekspor stimulus ekspor terhadap strategi ekspor ber-
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dasarkan indikator-indikatornya menunjukkan
keempat indikator tersebut signifikan mem- hasil signifikan dengan nilai C.R.= 5,864 atau
bentuk variabel stimulus ekspor dan diperoleh C.R. t ± 2,00 dengan taraf signifikan 0,045
bahwa indikator pertama; pemanfaatan ke- (<0,05). Sehingga untuk hipotesis pertama yang
mampuan dan ketertarikan manajer merupakan menyatakan bahwa stimulus ekspor berpenga-
indikator terkuat yang mewakili variabel sti- ruh signifikan terhadap strategi ekspor diterima
mulus ekspor dengan loading factor sebesar kebenarannya. Mengingat koefisien bertanda
0,996. Berarti stimulus ekspor lebih banyak positif (0,121) berarti hubungan kedua variabel
ditentukan kemampuan pemanfatan kapasitas ini adalah positif, artinya semakin tinggi stimu-
produksi yang ada. lus ekspor, maka semakin baik penentuan stra-
tegi ekspor.

Tabel 6. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Pencapaian Ekspor


Indikator Loading Factor P Mean
Kualitas produk di pasar ekspor 0,988 Fix 4.13
Ketepatan waktu dalam distribusi ke pasar 0,032 0,002 4,06
Biaya Ekspor 0,139 <0,001 3,92
Keuntungan Ekspor 0,101 0,009 3,85
Perkembangan Pasar Ekspor 0,100 0,007 4,02
Peningkatan Penjualan ekspor 0,928 <0,001 4,13

Stimulus Ekspor terhadap Kinerja Perusahaan (Darmansyah dan Daryono) 261


Hipotesis 2: Stimulus ekspor berpengaruh sig- nal, bantuan mengakses dana maupun pelatih-
nifikan terhadap pencapaian ekspor perusahaan an serta adanya kebijakan dari negara pengim-
batik di Karesidenan Surakarta. Pada hipotesis por yang memberi peluang eksportir negara
ketiga stimulus ekspor. Berdasarkan indikator- lain akan memudahkan perusahaan melakukan
indikatornya menunjukkan hasil signifikan penyesuaian serta standarisasi yang lebih baik.
dengan nilai C.R.=4,306 atau C.R. t± 2,00 de-
ngan taraf signifikansi sebesar 0,014 (< 0,05), Pengaruh Variabel Stimulus Ekspor
sehingga hipotesis ini diterima. Mengingat koe- terhadap Variabel Pencapaian Ekspor
fisien bertanda positif (0,120) berarti hubungan
Pengaruh stimulus ekspor secara langsung ber-
kedua variabel ini adalah positif, artinya sema-
pengaruh terhadap pencapaian ekspor melalui
kin baik stimulus ekspor dipersepsikan oleh
strategi ekspor. Dari sisi eksternal hal ini se-
para eksportir, maka semakin baik pula penca-
benarnya mudah diketahui, misalnya dengan
paian ekspor kebijakan pemerintah mengenai tarif yang
Hipotesis 3: Strategi ekspor berpengaruh sig- dikenakan pada barang yang akan diekspor.
nifikan terhadap pencapaian ekspor perusa- Ketika tarif ini diturunkan, maka akan mem-
haan batik di Karesidenan Surakarta. Pada hi- pengaruhi biaya produksi perusahaan yang
potesis ini, pengaruh strategi ekspor terhadap akan mengekspor, sehingga pencapaian ekspor
pencapaian ekspor berdasarkan indikator-indi- akan meningkat. Demikian juga bila ada pe-
katornya menunjukkan hasil yang signifikan ningkatan order karena daya beli konsumen
dengan nilai C.R.=6,557 atau C.R. t±2,00 de- pasar luar negeri meningkat, atau terjadi penu-
ngan taraf signifikansi sebesar 0,001 (<0,05), runan tarif masuk produk impor, atau pening-
sehingga hipotesi ini diterima. Mengingat koe- katan order karena daya beli masyarakat ne-
fisien bertanda positif (0,098) berarti hubungan gara tujuan meningkat kesemuanya akan me-
kedua variabel ini adalah positif, artinya sema- ningkatkan pencapaian ekspor.
kin tepat strategi ekspor, maka semakin tinggi Sedangkan dari sisi internal yaitu dari pe-
pula pencapaian ekspor. Hasil uji hipotesis se- manfaatan kemampuan dan ketertarikan mana-
cara lengkap ditabulasikan di Tabel 7. jer serta pemanfaatan kapasitas produksi yang
tersedia semuanya mendorong peningkatan
Pengaruh Variabel Stimulus Ekspor pencapaian ekspor.
terhadap Strategi Ekspor Dalam kenyataan stimulus ekspor dinilai
baik oleh responden (4,02). Stimulus ekspor
Variabel stimulus ekspor memiliki pengaruh
dari internal maupun eksternal, yang paling
signifikan terhadap strategi ekspor. Artinya
penting menurut responden adalah pemanfaat-
semakin membaik stimulus ekspor dari sudut
an kemampuan dan ketertarikan manajer
pandang eksportir, menstimuli perusahaan eks-
(loading tertinggi 0,996) dan ini juga sudah dila-
por batik untuk mencari peluang dan mengem-
kukan dengan baik (nilai 4,07). Batik adalah
bangkan strategi yang sesuai dengan kondisi
produk yang merupakan karya seni dan bu-
pasar internasional.
daya yang dimliki oleh Indonesia, maka pe-
Stimulus ekspor dapat berasal dari ling-
merintah sebagai pihak yang membuat kebi-
kungan internal, maupun eksternal perusahaan
jakan, dapat memberikan stimulus untuk dapat
pengekspor. Stimulus dari lingkungan internal
membantu perusahaan-perusahaan batik yang
dapat berupa keinginan kuat dari pimpinan
ada di indonesia agar supaya pencapaian eks-
(pemilik/manajer) perusahaan untuk meman-
por batik mereka dapat meningkat. Demikian
faatkan seluruh sumber daya yang dimiliki pe-
pula perusahaan juga harus dapat memanfaat-
rusahaan untuk keperluan pasar ekspor (pro-
kan sumberdaya mereka sendiri untuk pening-
aktif) supaya tumbuh lebih besar dan keun-
tungan menjadi lebih besar yang diperoleh dari katan capaian ekspor mereka.
kegiatan di pasar ekspor. Selain itu stimulus
Pengaruh Variabel Strategi Ekspor terhadap
dari lingkungan eksternal baik dari bantuan
Variabel Pencapaian Ekspor
pemerintah berupa informasi pasar internasio-
Secara operasional, pengertian strategi ekspor

262 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
merupakan rata-rata suatu perusahaan meres- hasilkan peningkatan jumlah ekspor. Penelitian
pon kekuatan pasar secara obyektif melalui se- ini menggunakan populasi dan
mua aspek bauran pemasaran termasuk pro- sampel dari perusahaan eksportir Batik di
duk, harga, promosi dan distribusi. Dari pema- daerah Eks Karesidenen Surakarta saja. Maka
saran internasional faktor kunci yang meru- jika hasil penelitian ini digunakan produsen
pakan faktor penentu dalam mempengaruhi Batik di luar wilayah Eks Karesidenan Sura-
strategi yaitu standarisasi dan kemampuan karta, mungkin akan memberikan hasil berbeda
melakukan adaptasi sesuai kondisi pasar asing karena adanya perbedaan karakteristik ling-
(Cavusgil dan Zou, 1994; Douglas dan Craig, kungan dan budaya.
1987).
Hasil studi ini menunjukkan bahwa penga-
SIMPULAN
ruh strategi adaptasi atau standarisasi secara
signifakan berdampak pada kinerja pencapaian
ekspor. Artinya pengusaha ekspor batik dapat Secara umum stimulus ekspor, dan strategi
meningkatkan pencapaian ekspor dengan cara ekspor mempunyai peran dalam meningkatkan
adaptasi maupun standarisasi. Perusahaan yang pencapaian ekspor batik di eks. keresidenan
lebih mempunyai kekuatan atau keunikan Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang
produknya, pengalaman dalam mengekspor, telah dilakukan dapat disimpulkan secara
punya komitmen lebih besar pada peningkatan khusus beberapa hal penting sebagai berikut:
sumber daya untuk ekspor, akan lebih mudah Meningkatnya Stimulus ekspor akan semakin
melakukan strategi adaptasi untuk ekspor. meningkatkan efektivitas strategi ekspor yang
Dalam kenyataan, strategi ekspor dinilai dilakukan perusahaan eksportir batik untuk
baik oleh responden (nilai 3,96). Di antara indi- menghadapi pasar internasional. Stimulus
kator strategi ekspor, yang paling penting ekspor yang meningkat juga akan meningkat-
menurut responden adalah kemampuan adap- kan pencapaian ekspor dari perusahaan
tasi desain produk (loading tertinggi 0,914) dan eksportir batik, sehingga memberikan arti
ini juga sudah dilakukan dengan baik (nilai adanya stimulus yang diberikan pemerintah
3,92). Mengingat batik adalah produk fashion, di berkaitan ekspor batik di eks. keresidenan
mana selera konsumen cepat berubah, memang Surakarta akan dapat memotivasi perusahaan
dituntut peningkatan kreativitas untuk men- eksportir batik untuk lebih meningkatkan
desain batik dengan model-model baru baik ekspor batiknya. Dari sisi internal pengusaha
corak maupun warna sesuai dengan keinginan batik dapat meningkatkan pemanfaatan ke-
masing-masing negara tujuan ekspor. Bukan mampuan dan ketertarikan yang dimiliki oleh
hanya kemampuan adaptasi tetapi kecepatan seorang manajer serta pemanfaatan kapasitas
beradaptasi juga sangat diperlukan (Drucker, produksi yang tersedia untuk meningkatkan
1985). stimulus ekspor. Sedangkan dari sisi eksternal
Bila stimulus ekspor proaktif, reaktif, in- pemerintah negara asal dapat meningkatkan
ternal maupun eksternal semakin baik, pada bantuan fasilitas pendanaan serta memberikan
periode selanjutnya akan membantu perusa- keringanan tarif dan stimulus.
haan untuk menentukan strategi adaptasi dan Strategi ekspor yang semakin tepat dan
atau standarisasi yang lebih tepat dan akhirnya intensif digunakan oleh perusahaan eksportir
berdampak pada pencapaian ekspor yang lebih batik akan meningkatkan pencapaian ekspor-
baik. Demikian juga semakin kuat sumber daya nya. Strategi ekspor ditentukan oleh bagaimana
internal yang mendukung kegiatan ekspor, kemampuaan adaptasi dari perusahaan dan
adanya bantuan pemerintah baik dalam bentuk juga bagaimana menanggulangi hambatan un-
dana maupun informasi pasar luar negeri yang tuk adaptasi agar dapat memberikan strategi
lebih lengkap, akan membantu membuat kepu- ekspor yang efektif. Dengan memiliki strategi
tusan strategi adaptasi yang lebih sesuai, misal- ekspor yang tepat dan efektif maka perusahaan
nya membatik dengan corak, warna, mutu, har- batik tersebut akan dapat meningkatkan ekspor
ga sesuai dengan keinginan pasar yang meng- batik mereka

Stimulus Ekspor terhadap Kinerja Perusahaan (Darmansyah dan Daryono) 263


Secara keseluruhan dengan meningkatnya nal of World Business, XXXII (4), Winter, 19-
globalisasi dan meningkatnya ancaman pengu- 29.
saha batik dari negara lain, pasar ekspor men-
Drucker, P. 1985. Innovation and Entrepreneur-
jadi pilihan penting bagi perusahaan batik. Oleh
ship, Practice and Principles. New York
karena itu baik secara teoritik maupun praktis
Harper & Row.
adalah sangat penting untuk meneliti
keberhasilan pencapaian ekspor yang terkait Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation
dengan persoalan-persoalan: stimulus ekspor, Modelling. Semarang: Badan Penerbit Uni-
strategi adaptasi dan standarisasi ekspor. Un- versitas Diponegoro.
tuk industri batik di daerah penelitian ini, apa- Grier, Kevin B. Aaron D. Smallwood, 2006. Un-
bila ekspotir batik ingin berhasil dalam pasar
certainty and Export Performance: Evi-
ekspor, diperlukan kemampuan dan kecepatan
dence from 18 Countries, JEL Classifica-
beradaptasi sesuai dengan kondisi pasar tujuan.
Kemampuan strategi beradaptasi yang lebih tions: F40, C32, 1-29.
baik, dapat dilakukan bila didukung oleh inter- Ha, Soo Jung and Swales, J. Kim. 2010. The Ex-
nal dan eksternal perusahaan, khususnya du- port Base Model with a Supply-side
kungan dari pemerintah setempat ke arah Stimulus to The Export Sector”, Strath-
orientasi ekspor. clyde Discussion Papers in Economics,
Ucapan Terima Kasih. Peneliti mengucap- Departemen of Economics University of
kan terima kasih kepada Prof. Djumilah Zain, Strathclyde Glasgow.
Prof Candra Fajri, Prof Armanu, Prof Idrus, Prof
Hamzuri. 1981. Batik Klasik. Jakarta: Penerbit
Surachman, Dr. Minarti, Prof Tulus dan Prof C.
Dwiatmaja, yang telah banyak membe-rikan Djambatan.
koreksi serta masukan-masukan penting dalam Hasanul Haque and 'Mahbubur Rahman. 2002.
tulisan ini. Tiada lupa ucapan terima kasih Textile and Apparel Export from Bangla-
kepada Mirat Sidharta dan Didit Purno-mo, desh: Measure of Competitiveness, Pakis-
selaku reviewer dan editing perbaikan naskah tan Journal of Applied Sciences 2 (9): 882-888
ini Hiep, N. and H. Ohta, 2008. Superiority of Ex-
porters and the Causality between Exporting
DAFTAR PUSTAKA and Firm Characteristics in Vietnam. RIEB
Discussion Paper.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Ekspor Non Nazar, Muhammad Suhail and Saleem, Hassan
Migas Utama Menurut Komoditi (Sitc 2 Mujtaba Nawaz, 2009. Firm-Level Deter-
Digit). Jakarta: Badan Pusat Statistik minants of Export Performance Interna-
Cavusgil, S.T., & Zou, S. 1994. Marketing Strat- tional Business & Economics Research Jour-
egy-Performance Relationship: Investiga- nal, Volume 8, Number 2, 1-8.
tion of The Empirical Link In Export Mar- O’Cass, A. 2001. Consumer Self-Monitoring,
ket Ventures. Journal of Marketing, 58, 1-21. Materialism and Involvement in fashion
Disperindag. 2007. Rencana Pengembangan In- clothing, Australian Marketing Journal, Vol.
dustri di Surakarta. Surakarta: Bagian Pe- 9, No. 1, pp. 46-60.
nerbitan Disperundag Kota Surakarta. Oyeniyi, Ototayo. 2009. Effect of Marketing
Djoemena, Nian S. 1986. Ungkapan Sehelai Batik. Strategy on Export Performance: Evidence
Jakarta: Djambatan. from Nigerian Export Companies Effect of
Marketing Strategy on Export Performan-
Djoemena, Nian S. 1990. Batik dan Mitra. Jakarta:
ce Evidence from Nigerian Export Com-
Djambatan.
panies, Economic and Administrative Se-
Douglas, Susan P. And Wind, Yoram. 1987. The
ries University of Bucharest, Nr. 3, pp 249-
Myth Of Globalization. The Columbia Jour- 261.

264 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
Riyanto, Didik. 1995. Proses Batik Tulis, Batik Cap Pembangunan FE UMS, Vol.9 No.2 Desem-
dan Batik Printing. Solo: CV. Aneka Solo. ber 2008 BPPE Fakultas Ekonomi UMS
Riyanto, dkk. 1997. Katalog Batik Indonesia. Yog- Soebagyo, Daryono. 2007. Pengembangan UKM
yakarta: Balai Besar Penelitian dan Pe- yang Berdasarkan Kompetensi di Kota
ngembangan Industri Kerajinan dan Ba- Surakarta, Hasil Riset Diseminasi Pengka-
tik. jian Kompetensi Inti Daerah. Penelitian di
Santosa, Doellah. 2002. Batik: The Impact of Time Publikasikan oleh Deperindag RI.
and Environment. Surakarta: Danar Hadi. Zou, S., Taylor, C.R. and Osland, G.E. 1998. The
Soebagyo, Daryono dan M. Wahyudi. 2008. EXPERF Scale: a cross-national General-
Analisis Kompetensi Unggulan Daerah ized Export Performance Measure, Journal
pada Produksi Batik Tulis dan Cap di Dati of International Marketing, Vol. 6 No. 3, pp.
II Kota Surakarta, Jurnal Ekonomi 37-58.

Stimulus Ekspor terhadap Kinerja Perusahaan (Darmansyah dan Daryono) 265

Anda mungkin juga menyukai