Jalan A.Yani, Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102, Indonesia Telepon +62-271-717417
psw.229 E-mail: dsoebagyo@yahoo.com
Abstract: This study analyzes batik export performance in ex Karesidenan Surakarta. The
Researcher links the export stimulus and toward export strategy and also to the impact of ex-
port stimulus, and export strategy on export performance. The purpose of this study is to ex-
plain the relationship between export stimulus and toward the export strategy. This study is
also aiming at explaining about the relation of the export stimulus, and export strategy toward
export performance of Batik Company. The location of this study was in Ex Karesidenan of
Surakarta. The total samples of this research were 108 companies but only 104 companies which
could be investigated. The significant finding of this study is that the aid of market in-formation
from domestic/local government and importer and their political stability (environ-mental
aspect) will improve the export performance. The strong willingness of the company managers
to explore the existing resources owned by the companies will support the export performance
(impulse factor).
Keywords: export stimulus, export strategy, export performance
Abstrak: Penelitian ini menganalisis pencapaian ekspor batik di Eks Karesidenan Surakarta.
Peneliti mengaitkan antara stimulus ekspor dengan strategi ekspor serta melihat dampak
stimulus ekspor, dan strategi ekspor terhadap pencapaian ekspor. Lokasi penelitian ini adalah
kabupaten/kota di eks kresidenan Surakarta dengan sampel sebanyak 108 perusahaan dan yang
bisa diolah 104.Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa bantuan informasi pasar
dari pemerintah domestik maupun negara importir serta kestabilan politik domestik maupun
negara importir akan membantu peningkatan pencapaian ekspor. Juga keinginan yang kuat dari
pimpinan perusahaan untuk selalu memanfaatkan sumber daya yang di-milikinya ke arah
ekspor bisa mendorong pencapaian ekspor (impulse factor).
Kata kunci: stimulus ekspor, strategi ekspor, pencapaian ekspor
Tabel 1. Realisasi Ekspor Komoditi Batik dan Batik Garmen di Eks Karesidenan Surakarta
Tahun 2006 – 2008
Kabupaten/ Volume (kg) Nilai (dollar)
Kota 2006 2007 2008 2006 2007 2008
Surakarta 140.649,42 386.927,33 401.228,73 2.498.539,51 2.826.539,63 4.887.483,85
Karanganyar 56.743,11 61.735,54 60.736,36 538.942,84 554.647,34 561.243,77
Sragen 94.568,28 92.749,21 96.321,89 983.435,38 1.283.396,58 1.184.748,48
Wonogiri 46.287,76 38.356,99 39.518,41 482.385,90 392.664,23 431.947,82
Sukoharjo 68.910,44 64.648,68 71.247,43 527.947,24 594.748,35 566.643,51
Klaten 90.321,63 94.993,24 86.936,47 836.495,54 932.312,84 719.640,22
Boyolali 83.845,81 86.351,32 91.498,76 927.280,26 934.739,93 968.995,27
Sumber: Disperindag Kota Surakarta
256 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
tion). Hasil proses pengolahan data ini diguna- Bantuan Pemerintah; (4) Stimulus eksternal reak-
kan untuk mengestimasi parameter dari varia- tif: Keringanan Tarif .
bel-variabel yang diteliti. Selain data cross-sec- Sedangkan Strategi pemasaran ekspor ada-
tion sebagai data primer, sumber lain untuk lah sarana yang memungkinkan seorang per-
pengumpulan data yang terkait dengan pene- usahaan merespon kekuatan pasar untuk me-
litian ini diperoleh dari beberapa instansi yang menuhi tujuannya, melalui semua aspek dari
menyediakan data sekunder, untuk melengkapi bauran pemasaran, termasuk, produk, harga,
data primer seperti: Dinas Perindustrian dan promosi, distribusi, dan pemasaran internasio-
Perdagangan, Kadin (Kamar Dagang dan In- nal, faktor kunci yang mempengaruhi strategi
dustri, Badan Pusat Statistik serta beberapa pemasaran yang meliputi keputusan untuk
website yang berkaitan dengan industri batik. standarisasi atau beradaptasi dengan kondisi
Skala pengukuran yang digunakan untuk pasar luar negeri (Cavusgil & Zou, 1994). Me-
mengukur item-item pertanyaan adalah skala nurut Cavusgil & Zou (1994) dan O’Cass &
Likert. Skala ini merupakan skala interval di- Julian (2003) variabel strategi ekspor diukur
gunakan untuk mengukur pertanyaan yang ada berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut
dalam daftar pertanyaan tentang tingkat perse- (1). Tingkat adaptasi: (a) Kemampuan adaptasi;
tujuan atau ketidaksetujuan dari beberapa indi- (b) Kemampuan menanggulangi hambatan
kator yang membentuk variabel laten. untuk adaptasi; (2). Tingkat standarisasi: (a) Ke-
Pada desain kuesioner diuraikan berbagai mampuan melakukan standarisasi, (b) pe-
indikator-indikator yang membentuk variabel ngalaman membantu perusahaan dalam stan-
laten serta item-item atau butir-butir pertanya- darisasi
an yang disusun dalam bentuk daftar perta- Pencapaian ekspor terdefinisi sebagai hasil
nyaan tertutup (close questionnaires). Kuesioner dari kegiatan suatu perusahaan di pasar ekspor.
terbagi menjadi dua bagian, pertama merupa- Menurut penelitian Nazar dan Saleem (2009)
kan pertanyaan yang menjaring data demogra- serta penelitian dari Oyeniyi (2009), indikator-
fis responden perusahaan. Sedang kuesioner indikator dalam membentuk variabel pencapai-
yang kedua, merupakan pertanyaan-pertanya- an ekspor batik adalah: (1) Perkembangan Pro-
an yang berkaitan dengan variabel penelitian. gram: (a) Kualitas hasil pekerjaan di pasar
Stimulus selalu terkait dengan motivasi, ekspor, (b) Ketepatan waktu dalam distribusi ke
karena motivasi dihasilkan dari suatu stimulus. pasar; (2) Perkembangan Keuntungan: (a) Biaya
Motivasi menggambarkan bagaimana perilaku Ekspor, (b) Keuntungan Ekspor, (c) Per-
yang ditimbulkan, diperkuat, didukung dan kembangan Pasar Ekspor, dan (d) Peningkatan
diarahkan serta dihentikan. Motivasi adalah Penjualan Ekspor
proses yang menentukan pilihan seseorang di- Semua indikator variabel dari stimulus
antara berbagai pilihan aktivitas (Fredon di- ekspor, strategi ekspor dan pencapaian ekspor
kutip dari Morgen 1997). Adapun stimulus eks- diukur dengan persepsi dari perusahaan batik
por diukur dari empat indikator sebagai beri- yang ada di Eks Karesidenan Surakarta yang
kut: (1) Stimulus internal proaktif: Pemanfaatan melakukan ekspor dengan menggunakan skala
kemampuan dan ketertarikan Manajer; (2) Stimulus likert lima tingkat, yaitu sangat tidak setuju=1,
internal reaktif: Pemanfaatan kapasitas produksi tidak setuju=2, netral=3, setuju=4, dan sangat
yang tersedia; (3) Stimulus eksternal proaktif: setuju=5.
258 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
an Surakarta atau lebih dikenal dengan nama Kota Solo merupakan kota terbesar dari
Subosuka Wonosraten (Surakarta, Boyolali, Su- tujuh kota eks karesidenan Surakarta, dari kota
koharjo, Karanganyar, Wonogiri dan Klaten) Solo inilah muncul produsen batik besar yang
mencoba untuk membina para pengrajin batik lebih modern, yang menghantam industri batik
dengan membentuk sentra pengarjin batik tulis. Awal tahun 1970, perusahaan ini mena-
dalam wadah Usaha Mikro Kecil dan Mene- namkan modal sebesar Rp300 juta untuk pabrik
ngah (UMKM) Subosuka Wonosraten. Wadah tekstil batiknya, dan hanya dalam kurun waktu
inilah yang membantu para pengrajin atau dua tahun berhasil menjual 100 juta yard per
industri batik di wilayah eks. Karesidenan Su- tahunnya. Dampak ekspansi jenis perusahaan
rakarta untuk menjual (ekspor) batik ke luar ini benar-benar memukul keberadaan industri
negeri. batik tulis, sehingga pada akhir dekade 1970-an,
pengrajin batik yang semula menyemarakkan
Gambaran Umum Perusahaan Batik di Eks kegiatan rumah tangga di Laweyan Surakarta
Karesidenan Surakarta dan sekitarnya dan beberapa kota lain menjadi
Industri batik merupakan unsur penting dalam lumpuh.
aktivitas ekonomi di wilayah Eks Karesidenan Sejarah perkembangan industri batik di
Surakarta. Mula-mula pembuatan batik hanya Kabupaten Karanganyar mengalami perkem-
merupakan industri rumah tangga. Pembuatan bangan pasang surut seperti halnya di Kota
batik dilaksanakan oleh putri-putri keraton se- Solo. Sedangkan corak batik di Kabupaten Ka-
bagai pengisi waktu luang. Putri kraton mela- ranganyar, mengikuti corak-corak lukisan bina-
kukan pekerjaan membatik dengan cara menu- tang dan tanaman, lambat laun motif ini beralih
tup permukaan kain dengan lilin, sedang pro- pada motif abstrak yang menyerupai awan, re-
ses pewarnaan dan finishing dilakukan oleh abdi lief candi, wayang beber, dan sebagainya. Se-
dalem. Keterampilan membatik yang dimiliki lanjutnya melalui penggabungan corak lukisan
oleh putri bangsawan dan para abdi dalem ke- dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni ba-
mudian melahirkan potensi ekonomi yang tik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
mengubah sifat batik dari ekspresi seni menjadi Sentra produksi batik di Kabupaten Karang-
sumber ekonomi masyarakat. Terjadinya peru- anyar dijumpai di Kecamatan Matesih, Jaten,
bahan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan Gondangrejo dan Karanganyar. Jumlah pro-
duksi batik sebanyak 25.028 kodi/tahun. Dari
akan batik yang melambung tinggi, menyebab-
sisi permintaan, peluang usaha di bidang in-
kan industri rumah tangga ini berkembang
dustri batik masih terbuka dan sangat mengun-
menjadi industri yang dikelola oleh para pe-
tungkan.
ngusaha dan pedagang batik. Perkembangan
industri batik sangat dipengaruhi oleh peru- Batik merupakan salah satu kerajinan tra-
bahan politik dan ekonomi. Intervensi politik disional yang menjadi produk unggulan Kabu-
dan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah paten Sragen. Kabupaten Sragen hingga kini
Belanda yang semakin intensif pada abad ke-19 memiliki sebanyak 4.542 unit usaha batik tulis
telah mengakibatkan kondisi ekonomi rakyat dengan jumlah perajin batik 12.353 orang, 44
semakin buruk. Di kalangan kaum bangsawan, fasilitas show room dan 2 art gallery yang seba-
kesulitan ekonomi dan besarnya pengeluaran gian besar tersebar di Desa Kliwonan, Pilang
mengakibatkan warga istana Surakarta terlibat dan Sidodadi yang terletak di Kecamatan Ma-
hutang dalam jumlah sangat banyak. Peralihan saran. Khusus untuk Kecamatan Masaran ada
dari karya seni menjadi bentuk industri me- 2.567 unit usaha batik yang mampu menyerap
tenaga kerja 7.233 orang. Perajin batik Sragen
ngakibatkan batik mengalami banyak perubah-
setiap bulan mampu memproduksi sebanyak
an dan perkembangan. Perempuan menjadi
1.201.500 potong bahan batik untuk konsumsi
sumberdaya ekonomi yang sangat berarti dalam
pasar domestik seperti Pulau Jawa dan luar
industri dan perdagangan batik. Setelah batik
Pulau Jawa. Sebagian pembatik lainnya ber-
berkembang menjadi hasil industri yang
domisili di desa Gedongan, Jabung Kecamatan
diperdagangkan, batik menjadi sumber penghi-
Plupuh dan Kecamatan Kalijambe. Adapun in-
dupan bagi masyarakat.
260 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
struktural (SEM) menunjukkan bahwa model Strategi Ekspor
ini sesuai dengan data atau fit dengan data
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa keempat
dalam penelitian. Dari hasil perbandingan kri-
indikator tersebut signifikan membentuk varia-
teria goodness-of-fit dengan hasil perhitungan
bel Strategi Ekspor dan diperoleh bahwa indi-
persamaan struktural menunjukkan bahwa sig-
kator kedua yaitu adaptasi desain produk me-
nificance probability, CMIN/DF=1,762, GFI=
rupakan indikator dengan loading factor
0,955, AGFI=0,932, TLI=0,991, CFI=0,982 dan
tertinggi untuk strategi ekspor dengan nilai se-
RMSEA=0,025 terpenuhi, kriteria chi square ha-
besar 0,914. Berarti strategi ekspor banyak
nya memenuhi syarat secara marginal, namun
ditentukan oleh kemampuan desain produk
hal ini masih dapat diterima. Hasil perhitungan
perusahaan yang mampu menyesuaikan
ini dengan signifikansi perbedaan chi square=
keinginan pasar luar negeri.
94,999 dan probabilitas sebesar 0,083 membuk-
tikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
Pencapaian Ekspor
kedua kovarians yang diuji dan karena itu
mengkonfirmasi kesesuaian model. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa
Hasil perhitungan regresi dari model keenam indikator tersebut signifikan mem-
struktural menunjukkan nilai critical ratio lebih bentuk variabel Pencapaian Ekspor, di mana
besar dari 2,00. Dalam analisis regresi untuk indikator pertama yaitu Kualitas hasil peker-
model persamaan struktural (SEM) nilai critical jaan di pasar ekspor merupakan indikator cu-
ratio yang lebih besar dari 2,00 menunjukkan kup baik membentuk variabel Pencapaian
bahwa semua koefisien regresi secara signifikan ekspor dengan loading factor sebesar 0,988. Ber-
tidak sama dengan nol. arti pencapaian ekspor banyak ditentukan oleh
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kualitas produk di pasar ekspor.
semua jalur yang dianalisis menunjukkan ada-
nya causal relationship yang signifikan, terlihat Pengujian Hipotesis
dari besarnya koefisien jalur dengan nilai CR Hipotesis 1: Stimulus ekspor berpengaruh sig-
lebih besar dari 2.0 atau tingkat signifikansi uji nifikan terhadap strategi ekspor yang diguna-
hipotesis lebih kecil dari 5 persen (0,05). kan oleh perusahaan batik di Karesidenan
Surakarta. Hasil estimasi parameter variabel
Loading Factor-Stimulus Ekspor stimulus ekspor terhadap strategi ekspor ber-
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dasarkan indikator-indikatornya menunjukkan
keempat indikator tersebut signifikan mem- hasil signifikan dengan nilai C.R.= 5,864 atau
bentuk variabel stimulus ekspor dan diperoleh C.R. t ± 2,00 dengan taraf signifikan 0,045
bahwa indikator pertama; pemanfaatan ke- (<0,05). Sehingga untuk hipotesis pertama yang
mampuan dan ketertarikan manajer merupakan menyatakan bahwa stimulus ekspor berpenga-
indikator terkuat yang mewakili variabel sti- ruh signifikan terhadap strategi ekspor diterima
mulus ekspor dengan loading factor sebesar kebenarannya. Mengingat koefisien bertanda
0,996. Berarti stimulus ekspor lebih banyak positif (0,121) berarti hubungan kedua variabel
ditentukan kemampuan pemanfatan kapasitas ini adalah positif, artinya semakin tinggi stimu-
produksi yang ada. lus ekspor, maka semakin baik penentuan stra-
tegi ekspor.
262 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
merupakan rata-rata suatu perusahaan meres- hasilkan peningkatan jumlah ekspor. Penelitian
pon kekuatan pasar secara obyektif melalui se- ini menggunakan populasi dan
mua aspek bauran pemasaran termasuk pro- sampel dari perusahaan eksportir Batik di
duk, harga, promosi dan distribusi. Dari pema- daerah Eks Karesidenen Surakarta saja. Maka
saran internasional faktor kunci yang meru- jika hasil penelitian ini digunakan produsen
pakan faktor penentu dalam mempengaruhi Batik di luar wilayah Eks Karesidenan Sura-
strategi yaitu standarisasi dan kemampuan karta, mungkin akan memberikan hasil berbeda
melakukan adaptasi sesuai kondisi pasar asing karena adanya perbedaan karakteristik ling-
(Cavusgil dan Zou, 1994; Douglas dan Craig, kungan dan budaya.
1987).
Hasil studi ini menunjukkan bahwa penga-
SIMPULAN
ruh strategi adaptasi atau standarisasi secara
signifakan berdampak pada kinerja pencapaian
ekspor. Artinya pengusaha ekspor batik dapat Secara umum stimulus ekspor, dan strategi
meningkatkan pencapaian ekspor dengan cara ekspor mempunyai peran dalam meningkatkan
adaptasi maupun standarisasi. Perusahaan yang pencapaian ekspor batik di eks. keresidenan
lebih mempunyai kekuatan atau keunikan Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang
produknya, pengalaman dalam mengekspor, telah dilakukan dapat disimpulkan secara
punya komitmen lebih besar pada peningkatan khusus beberapa hal penting sebagai berikut:
sumber daya untuk ekspor, akan lebih mudah Meningkatnya Stimulus ekspor akan semakin
melakukan strategi adaptasi untuk ekspor. meningkatkan efektivitas strategi ekspor yang
Dalam kenyataan, strategi ekspor dinilai dilakukan perusahaan eksportir batik untuk
baik oleh responden (nilai 3,96). Di antara indi- menghadapi pasar internasional. Stimulus
kator strategi ekspor, yang paling penting ekspor yang meningkat juga akan meningkat-
menurut responden adalah kemampuan adap- kan pencapaian ekspor dari perusahaan
tasi desain produk (loading tertinggi 0,914) dan eksportir batik, sehingga memberikan arti
ini juga sudah dilakukan dengan baik (nilai adanya stimulus yang diberikan pemerintah
3,92). Mengingat batik adalah produk fashion, di berkaitan ekspor batik di eks. keresidenan
mana selera konsumen cepat berubah, memang Surakarta akan dapat memotivasi perusahaan
dituntut peningkatan kreativitas untuk men- eksportir batik untuk lebih meningkatkan
desain batik dengan model-model baru baik ekspor batiknya. Dari sisi internal pengusaha
corak maupun warna sesuai dengan keinginan batik dapat meningkatkan pemanfaatan ke-
masing-masing negara tujuan ekspor. Bukan mampuan dan ketertarikan yang dimiliki oleh
hanya kemampuan adaptasi tetapi kecepatan seorang manajer serta pemanfaatan kapasitas
beradaptasi juga sangat diperlukan (Drucker, produksi yang tersedia untuk meningkatkan
1985). stimulus ekspor. Sedangkan dari sisi eksternal
Bila stimulus ekspor proaktif, reaktif, in- pemerintah negara asal dapat meningkatkan
ternal maupun eksternal semakin baik, pada bantuan fasilitas pendanaan serta memberikan
periode selanjutnya akan membantu perusa- keringanan tarif dan stimulus.
haan untuk menentukan strategi adaptasi dan Strategi ekspor yang semakin tepat dan
atau standarisasi yang lebih tepat dan akhirnya intensif digunakan oleh perusahaan eksportir
berdampak pada pencapaian ekspor yang lebih batik akan meningkatkan pencapaian ekspor-
baik. Demikian juga semakin kuat sumber daya nya. Strategi ekspor ditentukan oleh bagaimana
internal yang mendukung kegiatan ekspor, kemampuaan adaptasi dari perusahaan dan
adanya bantuan pemerintah baik dalam bentuk juga bagaimana menanggulangi hambatan un-
dana maupun informasi pasar luar negeri yang tuk adaptasi agar dapat memberikan strategi
lebih lengkap, akan membantu membuat kepu- ekspor yang efektif. Dengan memiliki strategi
tusan strategi adaptasi yang lebih sesuai, misal- ekspor yang tepat dan efektif maka perusahaan
nya membatik dengan corak, warna, mutu, har- batik tersebut akan dapat meningkatkan ekspor
ga sesuai dengan keinginan pasar yang meng- batik mereka
264 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010: 254-265
Riyanto, Didik. 1995. Proses Batik Tulis, Batik Cap Pembangunan FE UMS, Vol.9 No.2 Desem-
dan Batik Printing. Solo: CV. Aneka Solo. ber 2008 BPPE Fakultas Ekonomi UMS
Riyanto, dkk. 1997. Katalog Batik Indonesia. Yog- Soebagyo, Daryono. 2007. Pengembangan UKM
yakarta: Balai Besar Penelitian dan Pe- yang Berdasarkan Kompetensi di Kota
ngembangan Industri Kerajinan dan Ba- Surakarta, Hasil Riset Diseminasi Pengka-
tik. jian Kompetensi Inti Daerah. Penelitian di
Santosa, Doellah. 2002. Batik: The Impact of Time Publikasikan oleh Deperindag RI.
and Environment. Surakarta: Danar Hadi. Zou, S., Taylor, C.R. and Osland, G.E. 1998. The
Soebagyo, Daryono dan M. Wahyudi. 2008. EXPERF Scale: a cross-national General-
Analisis Kompetensi Unggulan Daerah ized Export Performance Measure, Journal
pada Produksi Batik Tulis dan Cap di Dati of International Marketing, Vol. 6 No. 3, pp.
II Kota Surakarta, Jurnal Ekonomi 37-58.