Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA
DI RUANG ROI IGD RSUD Dr. SOETOMO

Disusun Oleh:

AINUR ROFIKA P27820715008

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan
radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstisium.
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
2. Etiologi
Penyebab pneumonia adalah bakteri (gram negatif) seperti haemophylus
influenza, klabsiella pneumonia (gram positif) seperti streptococcus pneumonia,
staphylococcus aureus dan atipikal bakteri seperti legionella pneumophila dan
mycoplasma pneumonia, oleh virus seperti V. influenza, oleh jamur seperti
histoplasma capsulatum. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh streptococcus pneumonia.
Faktor resiko pneumonia yang didapat dari rumah sakit menurut Morton:
-Pertambahan usia
-Perubahan tingkat kesadaran
-PPOK
-Malnutrisi, syok
-Trauma tumpul, trauma kepala berat, trauma dada
-Pembedahan kepala, toraks, abdomen atas
-Ventilasi mekanik, reintubasi, intubasi
-Adanya alat pemantau TIK
-Pemberian makanan enteral
-Antibiotik sebelumnya
-Lama dirawat ICU dengan ventilator >2 hari
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pneumonia antara lain:
1. Demam
2. Kelemahan
3. Anoreksia
4. Dispnea
5. Nyeri dada
6. Ronkhi
7. Sianosis
8. Nyeri kepala
9. Nyeri tenggorokan
10. Produksi sputum berlebih
11. Takikardia
12. Penggunaan otot bantu pernapasan
13. Pernapasan cuping hidung
4. Patofisiologi
Bakteri yang masuk ke saluran pernapasan dan menginfeksi alveoli akan
menimbulkan bercak konsolidasi pada paru. Apabila terdapat proses konsolidasi
tidak dapat berlangsung dengan baik, akan terjadi edema dan terdapatnya
eksudat. Pada alveoli membrane kapiler akan mengalami kerusakan yang
mengakibatkan gangguan proses difusi oksigen dan karbondioksida pada alveoli
serta terjadi penurunan jaringan efektif paru. Hal tersebut akan berdampak pada
penurunan kadar oksigen yang dibawa oleh darah sehingga secara klinis
penderita mengalami pucat hingga sianosis. Terdapatnya tekanan cairan purulent
pada alveoli dapat mengakibatkan tekanan dari paru dan menurunkan
kemampuan mengambil oksigen dari luar berakibat juga berkurangnya kapasitas
paru. Penderta akan melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot-otot
bantu pernapasan yang menimbulkan peningkatan retraksi dada dan sesak napas.
Hipoventilasi dan hipoksi pun terjadi. Hal ini mnyebabkan terjadinya gangguan
pertukaran gas pada klien pneumonia dan bila tidak segera diatasi dapat
mengancam jiwa.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes fungsi paru, broncoskopi
b. Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
c. Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya
d. Pemeriksaan Gram/Kultur
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
6. Penatalaksanaan
Pada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat bisa diberikan antibiotic per
oral. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak napas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya harus dirawat dan diberikan
antibiotik melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu napas mekanik. Penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan sesuai hasil kultur:
a. Ampisilin
b. Kloramfenikol
c. Sefatoksin
d. Amikasin
PATHWAY

Komplikasi CABG Penurunan kesadaran

Imobilitas fisik Suplai O2 menurun Hipoksia

Kerusakan Integritas Kulit Organisme Pemasangan ventilstor

Menginfeksi paru-paru Eksudat masuk ke alveoli

Pleura tertutup eksudat Produksi sputum Leukosit


Meningkat mengalami konsolidasi

Kapasitas vital menurun Bersihan Jalan Napas Leukositosis


Tidak Efektif

Terjadi kelemahan Hipertermia Peradangan

Intoleransi Aktifitas Reseptor nyeri

Nyeri Akut
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG ICU

1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airways
Periksa adanya sumbatan benda asing
2) Breathing
-Sesak, pernapasan cuping hidung
-RR lebih dari 24x/menit,
-Frekuensi napas cepat dan dangkal
-Ronkhi basah pada sisi yang sakit
-Ekspansi dada tidak penuh
3) Circulation
-Nadi lemah
-Takikardi
-Demam
-Sianosis
-Mual, muntah
-Diare
4) Dissability
Penurunan kesadaran pasien
5) Exposure
Periksa bagian tubuh yang lain, adanya luka, jejas, trauma atau edema
b. Pengkajian Sekunder
1) B1 (Breathing)
Biasanya ditemukan peningkatan frekuensi nafas cepat dan dangkal, serta
adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Nafas cuping hidung
pada sesak berat, didapatkan batuk produktif disertai dengan danya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent,
didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan ronkhi basah
pada sisi yang sakit.
2) B2 (Blood)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi perifer
melemah, takikardia.

3) B3 (Brain)
Terjadi penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringann berat.
4) B4 (Bladder)
Adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
5) B5 (Bowel)
Biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, turgor kulit
memburuk, bising usus yang hiperaktif dan penurunan berat badan.
6) B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
2. Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan eksudat masuk ke
alveoli
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitasi fisik
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Perencanaan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan eksudat masuk ke
alveoli
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan jalan napas efektif
Kriteria Hasil: -Pasien mampu mengeluarkan sputum dan bernapas dengan
mudah
-Pasien mampu menunjukkan jalan napas yang efektif
Intervensi:
1. Monitoring adanya suara napas tambahan
Rasional: Bersihan jalan napas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan
dengan bunyi napas
2. Beri posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler dapat memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan kerja pernapasan
3. Berikan fisioterapi dada
Rasional: Dapat membantu untuk mengeluarkan secret

4. Lakukan suction
Rasional: Untuk mengeluarkan secret
5. Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan integritas kulit membaik.
Kriteria Hasil: -Turgor kulit membaik
-Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
1. Mandikan pasien
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan menjaga
kebersihan tubuh pasien
2. Rawat luka decubitus
Rasional: Untuk mengontrol proses penyembuhan luka
3. Oleskan oil pada area yang tertekan
Rasional: Untuk menjaga kelembaban kulit pasien
4. Mobilisasi pasien tiap 2 jam
Rasional: Untuk mencegah suatu area tertekan terus menerus
5. Monitoring tanda-tanda vital
Rasional: Untuk mengetahui kondisi fisik pasien
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta. Mediaction.
Nursalam. 2007. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Penyakit.
Jakarta. Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan.
Jakarta. Salemba Medika.
Somantri, Imran. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai