B. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan yang kami lakukan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Tg. Perak didasarkan
pada pelaksanaan program-program institusi tersebut. Rincian kegiatan-
kegiatan yang telah kami laksanakan selama Praktik Belajar Lapangan kami
sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
21
Tabel III.1
Pelaksanaan Kegiatan Praktik Belajar Lapangan di Institusi
KKP Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Tg. Perak
22
No Tanggal Uraian Kegiatan Penanggung Jawab
6. 12/Feb/2019 - Inspeksi sanitasi kapal Bapak Mas adhi
- Pemeriksaan TTU Hardian U
7. 13/Feb/2019 - Menyusun & presentasi
perencanaan survei Bapak Mas adhi
kepadatan alat Hardian U
- Melakukan observasi &
kepadatan lalat Bu Amen Desina
- Menyusun perencanaan Sari
sampling air bersih
8. 14/Feb/2019 - Melakukan sampling air Bu Amen Desina
bersih Sari
- Menyusun dan presentasi &
perencanaan PSN Bu Siti Nurhayati
9. 15/Feb/2019 - PSN di Kelurahan Perak
Utara Kecamatan Pabean
Cantian Surabaya RW 01
Bapak Mas adhi
- Melakukan identifikasi
Hardian U
larva
- Presentasi hasil PSN dan
Identifikasi larva
10. 18/Feb/2019 - Inspeksi kapal
Bapak Mas adhi
- Pemasangan umpan
Hardian U
perangkap tikus
11. 19/Feb/2019 - Trapping tikus Bapak Mas adhi
- Identifikasi tikus Hardian U
12. 20/Feb/2019 - Trapping tikus
- Identifikasi tikus Bapak Mas adhi
- Observasi kepadatan Hardian U
lalat
13. 21/Feb/2019 - Trapping tikus
- Identifikasi tikus
- Identifikasi pinjal
Bu Siti Nurhayati
- Observasi kepadatan
lalat
- Inspeksi sanitasi kapal
14.
22/Feb/2019 Menyusun laporan
15.
25/Feb/2019 Menyusun laporan
16. 26/Feb/2019 - PSN di Kelurahan Perak
Bu Amen Desina
Utara Kecamatan Pabean
Sari
Cantian Surabaya RW 06
17. 27/Feb/2019 Menyusun laporan
18. Presentasi hasil PSN RW 06, Bapak Mas adhi
28/Feb/2019
hasil sanitasi kapal & Hardian U & Bu Siti
23
kepadatan tikus serta
identifikasi pinjal
19. 01/Maret/2019 Menyusun laporan
24
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
25
I Surabaya Tanjung Perak, dimana daerah tersebut merupakan
wilayah perimeter. Target yang diharapkan dari pelaksanaan
survei jentik ini yaitu hasil House Index (HI) > 1%.
c. Pelaksanaan kegiatan
(1) Pengelolaan sumber daya
Pelaksanaan kegiatan survei jentik ini dilakukan
setiap minggunya guna mencegah penularan penyakit
menular. Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
kegiatan ini yaitu
(a) Survey Jentik
1. Senter
2. Vial
3. Pipet
4. Gayung
5. Kertas Label
6. Form survei jentik nyamuk
(b) Identifikasi jentik
Alat Bahan
1. Mikroskop 1. Entelan
2. Pipet
3. Cover Glass
4. Preparat
5. Jarum Seksi
(c) Pembuatan Larvitrap
Alat
1. Botol plastic
2. Gunting
3. Lakban
4. Kantong plastic berwarna hitam
5. Kain Kera
26
(2) Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan survei jentik dilakukan pada tanggal 08
Februari 2019.
(3) Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pelaksanaan survei jentik dilakukan sesuai SOP yaitu
dengan memeriksa keberadaan jentik di seluruh kontainer
atau tiap jenis tempat penampungan air dengan mengambil
jentik untuk identifikasi. Hasil survei kemudian dihitung
nilai House Index dan Container Index dengan
menggunakan rumus berikut:
27
Gedung depan
Gedung Utama
Diluar Gedung
28
Perhitungan Container Index
Kontainer yang positif = 2
Kontainer yang diperiksa = 19
29
(3) Hasil Pemasangan Larvitrap di Lingkungan Kantor Kesehatan
Pelabuhan
Tabel IV. 3
Hasil Pemasangan Larvitrap
Penggunaan
Hari ke-
Titik Lokasi Kasa
1 2 3 4 5 Ada Tidak
Kamar Mandi
1 - - - - Telur √
Karyawan
2 Depan Lobby - - - - - √
3 Ruang PKSE - - - - - √
Kamar Mandi
4 - - - - - √
Gedung Lama
Kamar Mandi
5 Ruang - - - - - √
Pelayanan
30
2) Survei Jentik Nyamuk di Rumah Warga
Waktu Pelaksanaan : 15-22, 26 Februari 2019
Tempat : Di Kelurahan Perak Utara,
Kecamatan Pabean Cantian Kota
Surabaya
a. Bentuk Kegiatan
Pemetaan daerah perimeter dan daerah buffer
merupakan tempat perindukkan pontesial nyamuk Aedes
aegypti. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit
yang ditransmisikan oleh nyauk Aedes aegypti. Kegiatan ini
dilakukan dengan metode Single Larva yang artinya pada
setiap kontainer atau tempat penampungan air (TPA) yang
ditemukan keberadaan jentik, maka satu ekor jentik akan
diambil dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan
pipet panjang jentik sebagai sampel, untuk pemerikasaan
spesies jentik (identifikasi). Jentik diambil ditempatkan dalam
botol kecil atau vial dan diberi label. Setelah dilakukan
pengambilan jentik, kontainer atau tempat penampungan air
tersebut dilakukan pembuangan air atau pembersihan tempat
penampungan air. Apabila ditemukannya keberadaan jentik,
maka akan dilakukan larvasidasi yaitu dengan memberikan
larvasida ke tempat penampungan air maupun ke pemilik
rumah. Selain itu, kegiatan ini dilakukan perhitungan
Container Index (CI) dan House Index (HI).
b. Sasaran dan target
Pelaksanaan survei jentik nyamuk di pelabuhan
dilakukan pada daerah buffer dan perimeter. Pada kegiatan ini
dilakukan di Di Kelurahan Perak Utara, Kecamatan Pabean
Cantian Kota Surabaya, dimana daerah tersebut merupakan
wilayah buffer. Target yang diharapkan dari pelaksanaan
survei jentik ini yaitu hasil House Index (HI) > 1%.
31
c. Pelaksanaan kegiatan
(1) Pengelolaan sumber daya
Pelaksanaan kegiatan survei jentik ini dilakukan oleh
Pihak KKP Surabaya dan Jumantik atau kader desa yang
telah dipilih dan diberikan pelatihan oleh pihak KKP
Surabaya serta diawasi oleh perwakilan dari KKP
Surabaya dan Puskesmas Perak Timur. Peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu:
(a) Survey Jentik
1. Senter
2. Vial
3. Pipet
4. Gayung
5. Kertas Label
6. Form survei jentik nyamuk
7. Larvasida
(b) Identifikasi jentik
Alat Bahan
1. Mikroskop 1. Entelan
2. Pipet
3. Cover Glass
4. Preparat
5. Jarum Seksi
(2) Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan survei jentik dilakukan pada tanggal 08
dan 26 Februari 2019 di lokasi yang berbeda. Pada tanggal
08 Februari 2019 dilakukan PSN di RW 01 sedangkan
pada tanggal 26 Februari 2019 dilakukan PSN di RW 06.
(3) Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pelaksanaan survei jentik dilakukan sesuai SOP yaitu
dengan memeriksa keberadaan jentik di seluruh kontainer
atau tiap jenis tempat penampungan air dengan
32
mengambil jentik untuk identifikasi. Hasil survei
kemudian dihitung nilai House Index dan Container Index
dengan menggunakan rumus berikut:
RUMAH
CONTAINER
NO LOKASI TEMPAT (+) CI % HI%
(+) JENTIK
JENTIK
Drum, Bak
Kamar
1. RT 01 7 6 14,8 60
Mandi,
Aquarium
2. RT 02 Bak Mandi 2 2 4,5 20
3. RT 03 - - - - -
4. RT 04 Bak Mandi 2 2 11,1 33,3
5. RT 05 Bak Mandi 3 3 12 30
6. RT 06 - - - - -
7. RT 07 - - - - -
8. RT 08 - - - - -
Drum, Bak
9. RT 09 3 3 7,5 30
Mandi
33
Bak Mandi,
10. RT 10 Drum, 4 4 7,8 30,7
Tempayan
CONTAINER RUMAH
NO LOKASI TEMPAT CI % HI %
(+) JENTIK (+) JENTIK
1. RT 01 Bak Mandi 5 5 18% 25%
2. RT 02 Bak Mandi, drum 3 3 12.5% 15%
3. RT 03 Bak mandi 3 3 7.14% 15%
4. RT 04 Bak mandi, drum 4 4 17.4% 20%
5. RT 05 Bak Mandi 3 3 11.11% 15%
6. RT 06 Bak mandi 4 4 13.3% 20%
7. RT 07 - - - - -
8. RT 08 Bak mandi 11 11 18% 52%
34
bahwa dari 141 rumah yang diperiksa terdapat 33 rumah
yang positif terdapat jentik Aedes aegypti, sedangkan dari
ke-141 rumah yang diperiksa terdapat 33 kontainer dari 234
kontainer yang positif jentik Aedes aegypti. dapat diketahui
nilai House index (HI) sebesar 23,4% dan Container Index
(CI) sebesar 14,1%.
Berdasarkan Standar Operasional Prosedur
Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan di Pintu
Masuk Negara oleh Dirjen P2PL KEMENKES Tahun 2010
angka HI untuk wilayah yang masih termasuk wilayah
Buffer adalah <1. jika ditemukan angka HI >1 maka
tindakan yang diperlukan antara lain larvasidasi, fogging,
PSN, dan Penyuluhan
(2) Hasil perhitungan Larvitrap
Kegiatan ini dilakukan hanya di RW 01 Kelurahan Perak
Utara kecamatan pabean Cantian Kota Surabaya.
Tabel IV. 6
Hasil Pemasangan Larvitrap di RW 01 Kelurahan Perak
Utara, Kecamatan Pabean Cantian Kota Surabaya
Jumlah Keberadaan
No Lokasi Pemasangan Nyamuk
Larvitrap Negatif Positif
1. RT 01 2 2 -
2. RT 02 2 2 -
3. RT 03 - - -
4. RT 04 4 2 2
5. RT 05 12 12 -
6. RT 06 - - -
7. RT 07 - - -
8. RT 08 - - -
9. RT 09 10 8 2
10. RT 10 10 9 1
35
Berdasarkan hasil pemasangan larvitrap dirumah
warga RW 01 didapatkan bahwa larvitrap tersebut efektif
untuk memberantas sarang nyamuk. Sebab, nyamuk masuk
kedalam perangkap larvitrap sesuai dengan bionomiknya
yaitu salah satunya menyukai tempat yang gelap. Menurut
peelitian Henny Arwina menggunakan perangkap yang
terbuat dari gula merah dengan ragi efektif menarik nyamuk
masuk kedalam larvitrap. Menurut Endang Puji Astuti dan
Roy Nusa RES tahun 2011, bahwa target dalam
pengendalian ini adalah organ sensoris nyamuk, salah
satunya adalah organ olfactory (penciuman) yang dimiliki
nyamuk berbentu sensilla yang tersebar di seluruh
permukaan tubuhnya tapi sensilla ini paling banyak terdapat
pada antena nyamuk. Organ ini sangat peka terhadap bau
kimia.
36
2) Pelaksanaan kegiatan
a. Pengelolaan Sumberdaya
Pelaksanaan kegiatan pengukuran kepadatan lalat
dilakukan oleh petugas dari KKP Surabaya. Peralatan yang
dibutuhkam dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu flygrill,
counter, stopwatch, hygrometer, anemometer, alat tulis,
formulir survey alat dan surat tugas.
b. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan suvei kepadatan lalat dilakukan secara
rutin di Pelabuhan pada tiap bulannya
c. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Survei kepadatan lalat dilakukan sesuai dengan SOP.
Pelaksanaan survei kepadatan lalat dilakukan dengan
pengukuran suhu, kelembaban udara, kecepatan angin,
kemudian meletakkan flygrill di tempat sekitar TPS dan
membiarkan flygrill dihinggapi lalat selama 30 detik setelah
itu dicatat pada formulir yang tersedia.
3) Pelaporan
Tabel IV. 7
Hasil Kepadatan Lalat
Angka
RH Kec.
No Lokasi Waktu °C kepadatan Ket
(%) Angin
lalat
Terminal Roro
1 09.40 33,4 64 97 1,4 Rendah
(TPS)
TPM Kantin
2 10.00 34,7 58 116 3,2 Sedang
Rudy
TPM Kantin
3 10.09 33,3 63,6 117 0,8 Rendah
Roro
37
Angka
RH Kec.
No Lokasi Waktu °C kepadatan Ket
(%) Angin
lalat
Tempat
4 Tunggu 10.20 33,8 63 0 0 Rendah
Penumpang
Ruang Tunggu
5 10.24 34,2 61 97 1,4 Rendah
Terminal Roro
Gapura Surya
7 10.53 36 56 97 2,8 Sedang
Nusantara
Gerbang
8 Keberangkatan 11.03 34,8 59,2 0 0 Rendah
GSN
Gerbang
9 Keberangkatan 11.09 34 63 77 0 Rendah
GSN
Gerbang
Terminal
Tunggu depan
10 11.15 33,6 62,2 214 0,6 Rendah
posko
Pelayanan
Kesehatan
Counter Check
11 11.23 32,5 63,8 0 0,2 Rendah
In
38
Jenis lalat yang ditemukan selama pengukuran kepadatan lalat
dibeberapa titik lokasi yaitu Musca domestica, Chrysomyia
megacephala dan Sarcophaga sp. Suhu maupun kelembaban yang
optimum menjadi faktor adanya keberadaan lalat untuk hinggap. Selain
itu, lalat dapat ditemukan di tempat penampungan sampah dan tempat
pengolahan makanan, sehingga lalat sebagai hewan pengganggu yang
dapat menularkan beberapa penyakit seperti disentri, kolera, tifus, dan
diare. Bentuk pengendalian yang dapat dilakukan oleh KKP Surabaya
yaitu
Meniadakan tempat-tempat yang digemari oleh lalat
Sampah ditampung di tempat sampah yang kedap air, tertutup
Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari dan memenuhi
syarat
1) Bentuk Kegiatan
Pemberantasan terhadap pinjal tikus yang berada di sekitar
pelabuhan merupakan bentuk pencegahan terhadap penularan
penyakit pes yang dapat ditularkan melalui pinjal tikus. Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan cara memasang trapping di beberapa
gudang sekitar pelabuhan. Trapping dipasangkan di sudut sudut
tempat yang dapat berpotensi tanda tanda keberadaan tikus.
Tanda tanda keberadaan tikus dapat dilihat dari jejak kaki tikus,
kotoran tikus, bau tikus.
39
2) Pelaksanaan kegiatan
a. Pengelolaan sumber daya
Pelaksanaan kegiatan pengendalian tikus dan pinjal
dilakukan oleh petugas dari KKP Perak. Peralatan yang
dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah
Alat :
1. Perangkap tikus
2. Kantong
3. Baskom
4. Sisir
5. Timbangan
6. Mikroskop
7. Object glass
8. Cover glass
9. Petridish
10. Penyedot pinjal
11. Tabung glass
12. Botol – botol vial
13. Penggaris
14. Kapas
15. Handscoon
16. Masker
17. Formulir dan ATK
Bahan :
1. Umpan
2. Alcohol
3. Chloroform
4. Lysol
5. Air
6. Racun tikus
40
b. Jadwal kegiatan
Pelaksanaan pengendalian tikus dan pinjal dilakukan
rutin oleh petugas KKP setiap 40 hari sekali dan dipasangkan
selama 5 hari berturut-turut.
c. Standart Operasional Prosedur (SOP)
Survei kepadatan tikus dan pinjal dilakukan sesuai
dengan SOP. Pelaksanaan survei kepadatan tikus dan pinjal
dilakukan dengan mengukur berat badan tikus, mengukur
panjang ekor. Menghitung panjang kaki belakang,
menghitung panjang badan dan menghitung panjang telinga.
kemudian menyisir untuk mencari keberadaan pinjal setelah
itu dicatat pada formulir yang tersedia.
3) Pelaporan
Jumlah Perangkap Tikus : 150 perangkap
Jumlah Perangkap yang hilang/rusak : 20 perangkap
Jumlah Tikus yang ditangkap : 10 ekor
Jumlah Pinjal yang ditemukan : 9 ekor
Jenis Pinjal : Xenopsylla cheopis
Tabel IV. 8
Hasil Kepadatan Tikus
Panjang
Panjang Panjang Panjang Berat Kaki
No. Badan Ekor Telinga Badan Jenis Tikus
Belakang
(cm) (cm) (cm) (gr) (cm)
Ratus
1 23 22 2 303 4,5
Norvegicus
Ratus
2 45 20 1,5 500 4,5
norvegicus
41
Panjang
Panjang Panjang Panjang Berat Kaki
No. Badan Ekor Telinga Badan Jenis Tikus
Belakang
(cm) (cm) (cm) (gr) (cm)
Ratus
3 13 16,5 2 90 3
Tanezumi
Ratus
4 16 19 2 160 2,5
Tanezumi
Ratus
5 13 16 2 80 2,5
norvegicus
Ratus
6 18 23 3,5 290 3,5 norvegicus
Ratus
7 18,5 19 3 110 3,5
Tanezumi
Ratus
8 16 19,5 1,2 140 3,5
norvegicus
Ratus
9 17 21 2 160 4
Tanezumi
Ratus
10 25 21,5 2 460 4,7
norvegicus
𝑇𝑖𝑘𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝
Kepadatan tikus =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
= 10 / 150
= 0,067
42
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
Indeks Pinjal =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝
= 9 / 10
= 0,9
43
penyediaan air bersih, serta pengamanan makanan dan minuman.
Tujuan kegiatan ini ditekankan sebagai bentuk pencegahan agar
makanan yang diproduksi tidak terkontaminasi sehingga aman
untuk dikonsumsi bagi tenaga kerja bongkar muat (TKBM).
Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan pengambilan
sampel makanan dari semua jenis makanan yang diproduksi pada
hari itu juga. Selain pengambilan sampel makanan juga dilakukan
kegiatan uji organoleptik. Tujuan dari dilakukannya uji
organoleptik adalah agar dapat memberikan indikasi kebusukan,
kemunduran mutu, dan kerusakan lainnya dari makanan yang di
produksi di catering TKBM tersebut. Apabila dari hasil
pemeriksaan sampel makanan dan uji organoleptik yang
dilakukan didapatkan hasil tidak memenuhi syarat maka
dilakukan kegiatan pengendalian berupa penyuluhan mengenai
hygiene sanitasi makanan kepada pemilik catering dan petugas
atau pegawai yang bekerja di catering tersebut.
2) Sasaran dan target
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah TPM yang
melayani pelabuhan. Sedangkan targetnya adalah TPM yang
diperiksa memiliki status layak sehat. TPM dikatakan layak sehat
jika berdasarkan hasil pemeriksaan sampel makanan hasilnya
memenuhi syarat yang ditentukan. Parameter yang diperiksa
yaitu MPN Coliform dan ALT.
3) Pelaksanaan Kegiatan
a. Pengelolaan Sumberdaya
Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan sampel makanan
dan air bersih secara bakteriologis dilakukan oleh petugas
bidang PRL (Pengendalian Resiko Lingkungan) yang
berjumlah 2 orang dan masing-masing memiliki kualifikasi
pendidikan berlatar belakang kesehatan lingkungan.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
ini yaitu cool box, etiket, botol sampel, ice pack, kapas,
44
alkohol, korek api, handscoon, masker, dan alat tulis. Seluruh
biaya yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan
melalui tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan
Anggaran) ke KKP induk yang kemudian diteruskan ke
Menteri Keuangan.
b. Jadwal kegiatan
Pelaksaan pemeriksaan sampel makanan dilaksanakan
secara rutin setiap 1 bulan sekali.
c. SOP (Standart Oprasional Prosedur)
SOP dari kegiatan pemeriksaan sampel makanan dan air
bersih secara bakteriologis diantaranya:
(1) Persiapan pelaksanaan kegiatan diantaranya pengurusan
surat izin serta menyiapkan alat dan bahan
(2) Petugas pengambil sampel menggunakan APD berupa
handscoon dan masker
(3) Petugas KKP mengambil sampel makanan yang sudah
disediakan oleh penjamah makanan sesuai dengan jenis
makanan untuk dimasukkan ke dalam masing-masing
plastic sampel yang sebelumnya sudah di usap
menggunakan alkohol.
(4) Memberikan etiket atau label pada sampel yang telah
diambil
(5) Memasukkan sampel yang telah diambil kedalam
coolbox.
(6) Mengirim sampel makanan dan air bersih yang telah
diambil ke Labkesda
Dari hasil kegiatan yang dilakukan diketahui bahwa
kegiatan pemeriksaan sampel makanan secara bakteriologis
sudah sesuai dengan SOP yang ada.
45
4) Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan pada saat setelah
dilakukan pengambilan sampel secara berkala yaitu tiap bulan
dengan melampirkan hasil laboratorium sesuai dengan
pemeriksaannya yaitu MPN Coliform. Pada pelaksanaan kegiatan
ini hasil laboratorium dapat diperoleh seminggu setelah
pengiriman sampel. Evaluasi terhadap pelaksanaan dilakukan
oleh KKP induk terhadap penanggung jawab per bidang tiap
triwulan dan per wilker tiap semester. Hasil evaluasi tersebut
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
tindak lanjut dan penyusunan program kerja berikutnya. Apabila
hasil laboratorium menunjukkan bahwa sampel makanan dan air
bersih yang diperiksa melebihi kadar yang ditentukan, maka
pihak KKP akan melakukan inspeksi lebih lanjut untuk
menemukan sumber pencemaran dan memberikan pembinaan
kepada pemilik catering sebagai bentuk tindak lanjut terhadap
program pengawasan TPM.
46
kemudian dikirim ke Labkesda oleh petugas pengambil sampel
dari KKP.
2) Sasaran dan target
Sasaran dari kegiatan usap alat di tempat pengelolaan
makanan adalah TPM yang berada di wilayah kerja KKP. Pada
kegiatan ini dilakukan di Warung Ali Sabrina Gedang 100 dan
Kantin terminal Roro. Kegiatan usap alat mengambil 2 alat
makan yaitu piring dan gelas.
3) Pelaksanaan kegiatan
a. Pengelolaan sumberdaya
Pelaksanaan kegiatan usap alat dilakukan oleh petugas
dari KKP yang kemudian dilakukan pembacaan angka
kuman di LABKESDA. Alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan usap alat ini berasal dari LABKESDA yaitu
media NaCl dan cotton swab. Seluruh biaya yang diperlukan
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan ini berasal dari
subsidi negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan
DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang
kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
b. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan usap alat pada tempat
pengelolaan makanan dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu
tahun menurut PERMENKES No. 1096 Tahun 2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
c. SOP (Standart Oprasional Prosedur)
Dalam kegiatan usap alat pada tempat pengelolaan
makanan di lakukan usap secara representative atau
mewakili setiap bagian yang akan di ambil. Untuk
pelaksanaannya harus sesuai dengan persyaratan
pengambilan usap alat yang secara steril karena dilakukan
pembacaan angka kuman. Sampel alat makan yang akan di
usap merupakan peralatan yang digunakan untuk memasak
47
termasuk tempat makan yang digunakan TPM tersebut untuk
memberikan pada customer.
4) Pelaporan
Kegiatan usap alat pada tempat pengelolaan makanan
diketahui dari hasil yang keluar dari LABKESDA mengenai
angka kuman dari alat masak dan makan yang digunakan. Pada
pelaksanaan kegiatan ini hasil laboratorium dapat diperoleh
minggu setelah pengiriman sampel. Dari hasil tersebut akan
disimpan dalam dokumen penilaian sanitasi untuk pihak KKP dan
juga diberikan kepada pihak TPM yang bersangkutan sebagai
informasi dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara online langsung
ke KKP induk (Juanda) tiap pelaksanaan kegiatan dan dibuat
dalam bentuk rekapitulasi laporan per triwulan dan per tahun.
Evaluasi terhadap hasil kegiatan dan kendala yang ditemukan
selama pelaksanaan dilakukan oleh KKP induk terhadap
penanggung jawab per bidang tiap triwulan dan per wilker tiap
semester. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan tindak lanjut dan penyusunan
program kerja berikutnya.
48
kegiatan ini juga ditekankan agar TPM tidak menjadi tempat
perindukan vektor pembawa penyakit dan binatang pengganggu
lainnya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan penilaian
hygiene sanitasi TPM sesuai dengan Keputusan menteri
Kesehatan No. 1098 Tahun 2003 Tentang Hygiene Sanitasirumah
makan dan restoran. Apabila dalam hasil penilaian tersebut
didapatkan hasil yang tidak memenuhi persyaratan maka
dilakukan pengendalian berupa pemberian penyuluhan kepada
penjamah makanan dan pemilik usaha tentang bagaimana cara
menajamah makanan yang baik dan benar, peralatan apa saja
yang harus digunakan pada saat menjamah makanan, serta
persyaratan tentang TPM yang memenuhi syarat sesuai dengan
Keputusan menteri Kesehatan No. 1098 Tahun 2003 Tentang
Hygiene Sanitasi rumah makan dan restoran. Jika pada form
penilaian terdapat komponen yang belum terpenuhi maka
dilakukan penyuluhan mengenai komponen yang belum
terpenuhi tersebut dengan harapan agar kedepan komponen
tersebut telah terpenuhi dan sesuai dengan persyaratan.
2) Sasaran dan Target
Sasaran pelaksanaan kegiatan pengawasan hygiene sanitasi
TPM adalah pada usaha jasa boga atau rumah makan yang
melayani makanan pada pekerja di wilayah pelabuhan yang
berada dalam pengawasan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Surabaya. Pada kegiatan ini pelaksaan pengawasan TPM
dilakukan di empat tempat, yaitu Warung Ali Sabrina Gudang
100, Kantin Roro, Kantin Rudy, TKBM Kantin Roro. Target yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah hasil dari penilaian hygiene
sanitasi TPM memenuhi persyaratan sesuai dengan dengan
Keputusan menteri Kesehatan No. 1098 Tahun 2003 Tentang
Hygiene Sanitasi rumah makan dan restoran.
49
3) Pelaksanaan Kegiatan
a. Pengelolaan Sumber daya
Pelaksanaan kegiatan pengawasan hygiene sanitasi
TPM dilakukan oleh petugas bidang Pengendalian Resiko
Lingkungan KKP Kelas I Surabaya dengan jumlah tenaga 2
orang yang semuanya memiliki kualifikasi pendidikan
berlatar belakang kesehatan lingkungan.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan ini alat tulis dan form penilaian
hygiene sanitasi TPM. Seluruh biaya yang dibutuhkan dalam
menunjang kegiatan ini berasal dari subsidi Negara yang
didapatkan melalui tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi
Pengguanaan Anggaran) ke KKP induk yang kemudian
diteruskan kepada Kementerian Keuangan
b. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan pengawasan hygiene sanitasi TPM
dilakukan secara rutin sabu bulan sekali.
c. SOP (Standard Operational Procedure)
Hasil dari pengawasan hygiene sanitasi TPM
memenuhi syarat apabila tempat usaha catering tersebut
dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan persyaratan
usaha jasa boga yang diatur dalam PMK No. 1096 Tahun
2011 Tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga seperti alat
pengendalian serangga dan vektor, cerobon asap, alat
perangkap lemak dan alat untuk sterilisasi alat makan dan
masak. Pengawasan hygiene sanitasi TPM yang sesuai
dengan SOP yaitu membawa alat ukur yang dibutuhkan
dalam penilaian tersebut, namun dalam pelaksanaannya
belum sesuai dengan SOP.Seharusnya untuk pencahayaan
dilakukan pengukuran menggunakan luxmeter untuk
mengetahui berapa intensitas cahaya ditempat tersebut, tetapi
50
dalam pelaksanaannya hanya mengira intensitas cahaya yang
ada ditempat tersebut, sudah terlihat terang atau tidak.
4) Pelaporan
Tabel IV. 9
Hasil kegiatan pengawasan TPM di wilayah Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya
3. Air Bersih
a) Pemeriksaan kualitas air bersih
Waktu pelaksanaan : Kamis, 14 Februari 2019
Tempat : Terminal Roro, Terminal Jambrud Roro
(hydrant), Pompa terminal roro, Gudang 100,
WTP Kalimas.
51
1) Bentuk Kegiatan
Pemeriksaan kualitas air bersih merupakan bentuk aplikasi
tugas kerja bidang pengendalian resiko lingkungan no. 1 yaitu
mengenai pengawasan penyediaan air bersih, serta makanan dan
minuman. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran pH dan sisa Chlor air bersih di wilayah pelabuhan
tanjung perak atau wilayah kerja KKP.
2) Sasaran dan target
Sasaran dalam kegiatan ini yaitu kualitas air bersih di
Terminal Roro, Terminal Jambrud Roro (hydrant), Pompa
terminal roro, Gudang 100, WTP Kalimas . Target dalam
kegiatan ini yaitu untuk mengetahui nilai pH dan sisa Chlor air
bersih pada 5 tempat tersebut.
3) Pelaksanaan kegiatan
a. Pengelolaan sumber daya
Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kualitas air bersih
dilakukan oleh petugas bidang PRL (Pengendalian Resiko
Lingkungan) KKP dengan jumlah 2 orang dan masing
masing memiliki kualifikasi pendidikan berlatar belakang
kesehatan lingkungan.
Instrumen/peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan ini yaitu formulir pemeriksaan
kualitas air bersih dan water test kit. Seluruh biaya yang
diperlukan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan ini
berasal dari subsidi negara yang didapatkan melalui tahap
pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke
KKP induk yang kemudian diteruskan ke Menteri
Keuangan.
b. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan
secara rutin pada setiap bulan.
52
c. SOP (Standart Oprasional Prosedur)
Pemeriksaan kualitas air bersih haruslah sesuai dengan
SOP yang telah ditentukan agar menghindari terjadinya
kesalahan dalam pemeriksaan kualitas air bersih yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Berikut Standar
Operasional Prosedur (SOP) pemeriksaan air bersih.
Persiapan :
(1) Membuat dan mengirimkan surat perizinan untuk
melakukan pengawasan penyediaan air bersih kepada
instansi terkait.
(2) Menyiapkan formulir dan water test kit untuk
pemeriksaan air bersih.
Pelaksanaan pemeriksaan sisa Chlor :
(1) Membilas tabung Hellige dengan air yang akan
diperiksa
(2) Memasukkan sampel air bersih ke tabung Hellige
sebanyak 10 ml.
(3) Meneteskan 0,5 ml (5 tetes) larutan reagen Cl2dan 0,2
ml (2tetes) larutan reagen Cl2. Kemudian homogenkan.
(4) Kemudian baca hasil perubahan warna pada
komparator tersebut.
(5) Setelah selesai, membuang sampel tersebut, lalu
membilas tabung/komparator tersebut dengan sampel
air yang diukur.
(6) Memasukkan sampel air ke tabung sebanyak 10 ml.
(7) Meneteskan 5 ml (5 tetes) larutan reagen pH.
Kemudian dihomogenkan.
(8) Kemudian baca hasil perubahan warna pada
komparator tersebut.
53
d. Pelaporan
Berikut ini hasil pemeriksaan air bersih di wilayah
pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Tabel IV. 10
Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air bersih
54
bahan pertimbangan dalam menentukan tindak lanjut dan
penyusunan program kerja berikutnya.
55
Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
ini yaitu botol sampel, coolbox, alcohol, masker, bunsen,
dan sarung tangan. Seluruh biaya yang diperlukan dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan ini berasal dari subsidi
negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan DIPA
(Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang
kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
b. Jadwal kegiatan
Pelaksanaan pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan
secara rutin pada setiap bulan.
c. SOP (Standart Oprasional Prosedur)
Pemeriksaan kualitas air bersih haruslah sesuai dengan
SOP yang telah ditentukan agar menghindari terjadinya
kesalahan dalam pemeriksaan kualitas air bersih yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Berikut Standar
Operasional Prosedur (SOP) pemeriksaan air bersih.
Persiapan :
(1) Membuat dan mengirimkan surat perizinan untuk
melakukan pengawasan penyediaan air bersih kepada
instansi terkait.
(2) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Pelaksanaan :
(1) Memasukkan sampel air bersih ke dalam botol sampel
hingga penuh.
(2) Membuang air sampel hingga tersisa ¾ botol sampel,
kemudian flambir
(3) Menutup botol sampel dan memberi etiket atau label
(4) Masukkan ke dalam cool box
(5) Mengirim ke laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan
56
4) Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan pada saat setelah
dilakukan pengambilan sampel secara berkala yaitu tiap bulan di
setiap titik pengambilan sampel air bersih secara mikrobiologis
dengan melampirkan hasil laboratorium sesuai dengan
pemeriksaannya. Pada pelaksanaan kegiatan ini hasil
laboratorium dapat diperoleh 1-2 minggu setelah pengiriman
sampel. Evaluasi terhadap pelaksanaan dilakukan oleh KKP
induk terhadap penanggung jawab per bidang tiap triwulan dan
per wilker tiap semester. Hasil evaluasi tersebut digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindak lanjut
dan penyusunan program kerja berikutnya. Apabila hasil
laboratorium menunjukkan bahwa total MPN coliform air bersih
tersebut melebihi baku mutu yang ditentukan, maka pihak KKP
wilker akan melakukan inspeksi lebih lanjut untuk menemukan
sumber pencemaran dan memberikan pembinaan kepada
pemilik sumber air tersebut sebagai bentuk tindak lanjut
terhadap program pengawasan pencemaran air.
4. Sanitasi Kapal
Program-program yang dilaksanakan pada bidang ini diantaranya :
a) Penerbitan PHQC (Port Health Quarantine Certficate) dan
Pemeriksaan Sanitasi Kapal
Waktu pelaksanaan : 13 Februari 2019
Tempat : KKP Wilayah Kerja Perak
1) Bentuk kegiatan
Penerbitan PHQC (Port Health Quarantine Certficate)
atau Surat Izin Berlayar merupakan salah satu upaya dalam
karantina kesehatan. Penerbitan dokumen PHQC bertujuan
untuk memastikan bahwa kapal yang datang dan berangkat
dari pelabuhan di wilayah KKP Wilker (Wilayah Kerja) Perak
57
telah diperiksa atau dilakukan inspeksi sanitasi dan
dinyatakan bebas dari resiko.
2) Sasaran dan target
Sasaran pelaksanaan penerbitan PHQC ditujukan
terhadap seluruh kapal yang datang ke pelabuhan di wilayah
kerja KKP Perak baik yang berasal dari luar negeri maupun
dalam negeri. Dalam hal ini pelabuhan yang terdapat di
wilayah kerja KKP Perak merupakan pelabuhan milik
industri. Sehingga kapal yang masuk maupun keluar dari
pelabuhan tersebut berupa kapan non-ferry. Target yang
diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu seluruh kapal
yang masuk dan keluar dari pelabuhan di wilayah kerja perak
bebas dari resiko penyebaran penyakit, diantaranya bebas
vektor, kualitas air baik/sehat, bersih, dan lainnya.
3) Pelaksanaan kegiatan
a. Pengelolaan sumberdaya
Pelaksanaan kegiatan beserta pemeriksaannya
sanitasi kapal dilakukan oleh petugas bidang dan PRL
(Pengendalian Risiko Lingkungan) KKP Perak dengan
jumlah 3 orang dan masing-masing memiliki kualifikasi
pendidikan dan keterampilan berlatar belakang
entomologi, epidemiologi dan kesehatan
lingkungan.Seluruh biaya yang diperlukan dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan ini berasal dari agen
kapal atau dibebankan secara mandiri.
b. Jadwal kegiatan
Pelaksanaan penerbitan PHQC dilakukan
berdasarkan ada tidaknya pengajuan dari agen kapal dan
ketika masa berlaku sertifikat sanitasi kapal habis.
c. SOP (Standar Operasional Prosedur)
Pelaksanaan penerbitan PHQC sesuai SOP diantaranya :
58
(1) Nahkoda kapal melalui agen pelayaran melaporkan
tentang rencana kedatangan dan keberangkatan kapal
ke wilker Perak.
(2) Agen pelayaran datang ke loket pelayanan KKP
Wilker Perak untuk melakukan pendaftaran dan
pembayaran PNBP dengan menyerahkan dokumen
kesehatan kapal yang asli, antara lain Buku
Kesehatan Kapal; SSCEC/SSCC; dan Sertifikat P3K.
(3) Agen kapal menyerahkan bukti pembayaran kepada
petugas jaga. Selanjutnya dilakukan verifikasi oleh
Petugas Jaga KKP Wilker Perak untuk mengecek
dokumen kesehatan kapal dan entri data sesuai
dengan form yang ada pada komputer.
(4) Apabila dari hasil verifikasi ternyata terdapat
dokumen yang tidak lengkap atau habis masa
berlakunya, maka pihak agen harus melengkapi
dokumen terlebih dahulu. Baru kemudian akan
diproses lebih lanjut.
(5) Setelah dilakukan verifikasi terhadap dokumen
kesehatan kapal, maka dilakukan pemeriksaan ada
tidaknya faktor risiko diatas kapal.
(6) Jika diatas kapal tidak ditemukan adanya faktor
risiko, PHQC dapat langsung diterbitkan. Sedangkan
jika dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya faktor
risiko maka terhadap kapal tersebut harus dilakukan
tindakan penyehatan kapal
(disinfeksi/disinseksi/deratisasi/dekontaminasi).
(7) Setelah proses tindakan penyehatan kapal selesai,
maka PHQC dapat diterbitkan.
(8) Dalam penerbitan PHQC petugas jaga KKP Wilker
Perak melakukan :
(a) Pengisian Buku Kesehatan Kapal
59
(b) Pengisian Lembar PHQC
(c) Legalisasi Buku Kesehatan Kapal dan Lembar
PHQC
(9) Petugas jaga Wilker Perak mendokumentasikan
kegiatan penerbitan ke dalam form yang telah ada.
Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan penerbitan
PHQC di KKP Wilker Perak dilakukan tanpa melaksanakan
pemeriksaan terhadap kesehatan kapal. Syarat yang harus
dipenuhi oleh agen kapal untuk penerbitan PHQC yaitu
telah melakukan pendaftaran dan pembayaran serta telah
melengkapi dokumen-dokumen diantaranya Buku
Kesehatan Kapal; SSCEC/SSCC; dan Sertifikat P3K. Hal
ini dikarenakan terbatasnya jumlah tenaga kerja yang
dimiliki KKP Wilker Perak.
4) Pelaporan
Identitas kapal yang telah dilakukan pemeriksaan
Sanitasi Kapal:
a. Nama kapal : KM. ALTAMANDA
Bendera : Indonesia
Datang dari pelabuhan : Balikpapan
Tanggal kedatangan : 6 Februari 2019
Lokasi sandar : Terminal Mirah
Berangkat ke pelabuhan : Balikpapan
Tanggal keberangkatan :8 Februari 2019
Jenis kapal : Non-ferry
Jumlah ABK/penumpang : 17 orang
Penerbitan SSCEC :Surabaya, 07 Agustus
2018
b. Nama kapal : KM. VICTORIA 8
Bendera : Indonesia
Datang dari pelabuhan : Asiki
Tanggal kedatangan : 9 Februari 2019
60
Lokasi sandar : Terminal Mirah
Berangkat ke pelabuhan : Asiki
Tanggal keberangkatan : 12 Februari 2019
Jenis kapal : Non-ferry
Jumlah ABK/penumpang : 17 orang
Penerbitan SSCEC :Surabaya, 01 Agustus
2018
c. Nama kapal : KM. GUHI MAS
Bendera : Indonesia
Datang dari pelabuhan : Samarinda
Tanggal kedatangan : 16 Februari 2019
Lokasi sandar : Terminal Mirah
Berangkat ke pelabuhan : Balikpapan
Tanggal keberangkatan : 17 Februari 2019
Jenis kapal : Non-ferry
Jumlah ABK/penumpang : 17 orang
Penerbitan SSCEC :Surabaya, 21 Agustus
2018
Hasil dari pemeriksaan inspeksi sanitasi kapal
Guhi Mas, Victoria 8 dan Altamanda di dapatkan dari
aspek yang dinilai ialah dapur, ruang rakit makan, Dari
aspek yang dinilai termasuk memenuhi syarat semua,
dari kebersihan tempat, tidak adanya sampah yang
tercecer, pertukaran udara baik seperti menggunakan
AC, Exhauster, atau Ventilasi, dan pada saat di dapur
asap dapur dibuang melalui cerobong asap,
pencahayaan baik seperti bisa untuk membaca koran,
dan pemeriksaan air bersih seperti pengukuran
parameter pH, dan chlor menggunakan alat water kit
yang sudah disediakan oleh KKP, dengan hasil
pengukuran pH= 7 dan chlor = 0,2 dikatakan memenuhi
syarat. Pemeriksaan hanya dilakukan di dapur dan ruang
61
rakit makan dikarenakan yang lebih berisiko terhadap
adanya vektor ialah dapur dan ruang rakit makanan
karena terdapat makanan yang disukai oleh vektor kecoa
dan tikus. Ruang yang diperiksa yang rentan terhadap
adanya keberadaan vektor dikarenakan waktu kapal
bersandar yang terbatas ±4 jam sehingga jika dilakukan
pemeriksaan keseluruhan kurangnya waktu yang
tersedia.
62
2) Sasaran dan target
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah
gedung/bangunan yang ada di wilayah kerja pelabuhan.
Sedangkan targetnya adalah gedung/bangunan status layak
sehat. Kegiatan hygiene dan sanitasi lingkungan
gedung/bangunan dilakukan di ruang pelayanan, dimana ruang
pelayanan ini masih di dalam pengawasan KKP Kelas I
Surabaya. Tujuan dari kegiatan ini untuk menciptakan kondisi
gedung/bangunan yang hygiene dan saniter.
3) Pelaksanaan kegiatan
a. Pengukuran Pencahyaan
(1) Pencahayaan alami
Sumber pencahyaan dari yang di dapat dari sinar
alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam
dalam sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus
melihat tata letak jendela dan lebar jendela. Pemeriksaan
pencahayaan alami dilakukan di luar ruangan dengan
menggunakan formulir dari KKP yakni dengan batas
minimal pencahayaan kurang dari 100 fc, pengukuran
pencahayaan menggunakan alat Multimeter. Luas jendela
untuk untuk pencahayaan alami sekitar 20% luas lantai
ruangan. Pencahyaan alami dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : musim, jam, dan luas jalan masuk
pencahyaan alami.
(2) Pencahayaan buatan
Sumber pencahayaan yang berasal dari lampu
buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahyaan
buatan dari suatau tempat kerja bertujuan menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami, juga dimaksudkan agar
suatu ruangan kerja tercipta suasana yang menyenangkan
dan terasa nyaman untuk mata kita. penguran
pencahayaan menggunakan alat Multimeter. Pemeriksaan
63
pencahayaan buatan dilakukan di dalam ruang pelayanan
dengan menggunakan formulir yang tersedia dari KKP
yakni dengan batas minimal pencahyaan kurang dari 100
fc. Untuk itu dalam pemilihan dan penggadaan lampu
perlu diperhatikan tentang efek dari pencahayaan buatan
terhadap obyek yang diamati, tugas visual tertentu
memerlukan pencahayaan buatan yang lebih baik
(suma’mur 2019).
(3) Pengukuran Kecepatan Angin
Pengukuran kecepatan angin mengunakan alat multi
meter , pengukuran ini berguna untuk menentukan
kecepatan angin dan dapat juga digunakan untuk
mengukur cuaca, memperkirakan arah angin. Pengukuran
ini dilakukan di luar ruangan teras gedung ruang
pelayanan.
(4) Pengukuran suhu dan Kelembaban
Pengukuran suhu dan kelembaban di dalam ruangan
sangat diperlukan untuk kenyamanan bagi penghuni
ruangan tersebut, pengkuran suhu dan kelembaban di
lakukan di dalam ruang tunggu pelayanan yang ada di
KKP, dengan menggunakan alat multimeter yang
disediakan dari KKP. Pengkuran suhu % di dapatkan
nilai dan kelembaban %. Faktor faktor yang
mempengaruhi suhu dan kelembaban ialah : temperatur,
tinggi rrendahnya tempat, lamanya penyinaran, angin dan
arus laut, dan sudut datangnya sinar matahari.
(5) Pemeriksaan air bersih
Pemeriksaan parameter air bersih yang dilakukan
ialah pH, dan chlor, dengan menggunakan alat water test
kit yang sudah disediakan oleh pihak kkp, pemeriksaan ini
dilakukan di dalam kamar mandi yakni di westafel kamar
mandi ruang pelayanan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
64
memastikan pH dan chlor air aman untuk digunakan.
Sehingga pH dan chlor memenuhi syarat air bersih.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan hygiene dan
sanitasi gedung/bangunan dan perusahaan dilakukan oleh
petugas bidang PRL (Pengendalian Resiko Lingkungan)
KKP Perak dengan jumlah 5 orang dan masing-masing
memiliki kualifikasi pendidikan berlatar belakang
kesehatan lingkungan. Peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan ini yaitu formulir pengawasan
hygiene sanitasi bangunan, alat tulis, thermo-hygrometer,
water test kit, lux meter. Seluruh biaya yang diperlukan
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan ini berasal dari
subsidi negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan
DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk
yang kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
4) Pelaporan
Dari hasil yang di dapatkan dari pemeriksaaan gedung ruang
pelayanan yang ada di KKP menunjukkan memenuhi syarat,
berdasarkan Simkespel Tahun 2018 bahwa batas skor minimal
memenuhi syarat ialah 700, dan dari skor yang di dapatkan
menurut hasil pemeriksaan ruang pelayanan ialah 755 yang
berarti memenuhi syarat berdasar hygiene sanitasi bangunan.
Dari pemeriksaan yang dinilai ialah : lingkungan luar bangunan,
ruang bangunan, penyehatan air, penyehatan udara ruang,
pengelolahan ruang, pencahayaan, kebisingan pada ruang,
getaran diruang kerja, pengendalian vektor penyakit, instalasi,
dan pemeliharaan jamban dan kamar mandi.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambl selama pelaksanaan praktek kerja lapangan
di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Perak
diantaranya :
1. Telah dilakukan program kerja seperti survey jentik nyamuk pada daerah
buffer, pengambilan sampel air bersih, pemeriksaan usap alat,
pengambilan sampel makanan di TPM, survey kepadatan lalat, melakukan
pengawasan TPM, pengawasan pemeriksaan kualitas air bersih, inspeksi
sanitasi TTU pelabuhan, survey tikus, melakukan penerbitan
SSCC/SSCEC.
2. Belum terlaksananya pengawasan kualitas air minum di pelabuhan. Akan
tetapi kegiatan yang telah dilakukan adalah pengawasan terhadap air
bersih yang ada di pelabuhan pada 5 tempat dengan pengukuran kimia
parameter pH dan sisa chlor didapatkan hasil yaitu pH air bersih
memenuhi syarat sedangkan untuk sisa Chlor hanya pada terminal jamrud
yang memenuhi syarat. Berdasarkan PMK No 32 Tahun 2017 Tentang
Standart baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air
untuk keperluan hygiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan
pemandian umum baku mutu pH = 6,5 – 8,5 dan sisa Chlor = 0,2 – 0,5
mg/l.
3. Pengawasan makanan dan minuman telah dilakukan. Pada kegiatan ini
mengambil sampel makanan, usap lat dan pengawasan terhadap TPM.
Sampel makanan dan usap alat yang diambil akan diujikan pada
LABKESDA. Kemudian hasil pengawasan TPM pada 4 tempat
keseluruhannya mendapatkan hasil yang memenuhi syarat.
4. berdasarkan Simkespel Tahun 2018 bahwa batas skor minimal memenuhi
syarat ialah 700, dan dari skor yang di dapatkan menurut hasil pemeriksaan
ruang pelayanan ialah 755 yang berarti memenuhi syarat berdasar hygiene
sanitasi bangunan.
66
5. Pengendalian vektor yang telah dilakukan adalah vektor nyamuk, lalat,
tikus. Belum terlaksannya pengendalian vektor kecoak.
a. Vektor nyamuk dilakukan mulai survey jentik nyamuk, identifikasi
jentik dan pengendalian dengan menggunakan larvitrap. Survey jentik
nyamuk dilakukan pada 3 lokasi yaitu Kantor Kesehatan Pelabuhan
dengan hasil CI 10,5% dan HI 40% pemasangan larvitrap sebanyak 5
ditemukan hasil 1 larvitrap positif, Pemukiman warga pada RW 01
dengan jumlah 10RT dan diperiksa 6RT hasil CI 8,5% HI 32%.
Kemudian dengan memasang larvitrap sejumlah 40 dengan hasil
positif 5 larvitrap, Pemukiman warga RW 06 dengan jumlah 7 RT
yang diperiksa dari total 8 RT mendapatkan hasil CI 14,1% HI 23,4%.
Dimana dari tempat pemukiman warga tersebut melebihi batas HI
yaitu tidak boleh lebih dari 1%. Hasil jentik Aedes aegepty.
b. Belum terlaksananya survey nyamuk Anopheles, umpan badan karena
masih terkendalanya waktu.
c. Kepadatan lalat dilakukan pada 12 lokasi pemeriksaan dimana
terdapat 10 lokasi dengan kepadatan rendah dan 2 lokasi dengan
kepadatan sedang seperti TPM Kantin Rudy dan Gapura Surya
Nusantara.
d. Pengendalian tikus dan pinjal dengan memasangkan 150 perangkap
tikus pada 4 lokasi dengan didaptkan 10 tikus dengan pinjal yang
ditemukan 9. Kepadatan tikus sebesar 0,067 dan pinjal 0,9. Dalam hal
ini harus dilakukan pengendalian dimana menurut depkes nilai indeks
pinjal khusus (spesies yang sama) tidak boleh melebihi dari 1.
6. Pengawasan sanitasi alat angkut melakukan pemeriksaan 3 alat angkut
kapal yang bersandar yang telah mendapatkan laporan dari nahkoda.
Dilakukan penilaian pada dapur dang ruang rakit makanan diamana pada
dua titik tersebut memenuhi syarat dengan tidak ditemukannya vektor dan
bersih dari sampah. Pemeriksaan air bersih dari ke 3 kapal pH 7 dan sisa
chlor 0,2 .
7. Belum terlaksananya pengkajian sumber pencemaran air, tanah dan udara
dikarenakan belum bertepatnya dengan jadwal yang telah ditentukan.
67
8. Belum terlaksananya pengamanan pestisida dikarenakan terkendala waktu.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Surabaya Wilayah kerja Perak dan Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya
adalah sebagai berikut :
1. Untuk Institusi Kantor Kesehatan Pelabuhan
a. Melakukan pendokumentasian, pengarsipan data secara lengkap dan
terperinci pada setiap bidang dan disusun secara sistematis agar
memudahkan pencarian data jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
b. Pengendalian pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan
larvasidasi, larvitrap, melakukan gerakan 3M dan fogging.
c. Meminimalisir tempat yang digemari lalat, penyaranan pada warga
untuk menggunakan tempat sampah yang memenuhi syarat,
pengangkutan sampah setiap hari dan memenuhi syarat.
d. Pemasangan perangkap tikus secara berkala.
e. Pemeriksaan vektor pada kapal yang bersandar karena rentan adanya
vektor pada kapal yang bersandar +4jam.
2. Untuk Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya
Terlalu banyak anggota dalam satu kelompok PKL sehingga PKL menjadi
tidak efektif karena melakukan pengawasan di lapangan secara bergantian.
68
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. P., & RES, R. N. (2011). Efektifitas Alat Perangkap (Trapping) Nyamuk
Vektor Demam Berdarah Dengue dengan Fermentasi Gula. Aspirator Journal
of Vektor-Borne Diseases, 3(1).
Bangun, H. A. (2017). Perbandingan Efektivitas Perangkap Nyamuk Gula Merah
Ragi Dengan Ekstrak Cabai Merah Dalam Pengendalian Nyamuk Aedes
Aegypti Di Kelurahan Pb. Selayang Ii Kecamatan Medan Selayang Tahun
2017. Wahana Inovasi, 6(2).
Departemen Kesehatan RI (2000) Tentang Petunjuk Pemberantasan Pes Di
Indonesia. Dirjen P2PL
Joharina, A. S., Mulyono, A., Sari, T. F., Rahardianingtyas, E., Wicaksonoputro,
D. B., Pracoyo, N. E., & Ristiyanto, R. (2016). Rickettsia pada pinjal tikus
(Xenopsylla cheopis) di daerah Pelabuhan Semarang, Kupang dan
Maumere. Indonesian Bulletin of Health Research, 44(4), 237-244.
Keputusan menteri Kesehatan No. 1098 Tahun 2003 Tentang Hygiene Sanitasi
rumah makan dan restoran
Keputuasan Menteri Kesehatan Nomor 431 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan Di Pelabuhan/Bandara/Pos
Lintas Batas Dalam Rangka Karantina Kesehatan. Dirjen P2PL
PERMENKES No. 1096 Tahun 2011 tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
69